PERBANYAKAN VEGETATIF
Disusun oleh:
Nama : Astidhia Nadia
NIM
: 135040200111062
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbanyakan tanaman merupakan kegiatan yang diperlukan untuk menyediakan
materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program budidaya secara luas.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dalam du acara, yaitu: perbanyakan secara
generatif dan perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dan
generatif merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan budidaya
pertanian. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk
diaplikasikan dalam kegiatan perbanyakan tanaman.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu
perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari
tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia, dapat
terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih/stolon. Perbanyakan tanaman secara
vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui
perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan
dengan bantuan campur tangan manusia. Beberapa teknik-teknik perbanyakan secara
vegetatif, ada yang mudah dilakukan dan sulit dilakukan. Untuk itu, disusnlah laporan
teknologi produksi benih dengan perbanyakan secara vegetatif agar kita lebih mengerti
tentang apa yang dimaksud dengan perbanyakan vegetatif dan dapat mempraktikan
teknik-teknik perbanyakan vegetatif.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum perbanyakan vegetatif ialah untuk
mengetahui bagaimana cara melakukan kegiatan perbanyakan vegetatif alami dan
buatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbanyakan Vegetatif Alami
2.1.1 Pengertian Perbanyakan Vegetatif Alami
a) Perbanyakan vegetatif dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan
hasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan sifat dari keturunannya
pasti sama dengan induknya (Ashari, 1995).
b) Perbanyakan vegetatif alami adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui
perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara
alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara
vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rhizoma, dan geragih
(stolon) (Mangoendidjojo, 2003).
c) Perbanyakan vegetatif alami merupakan perkembangbiakan yang tanpa
didahului adanya pertemuan/peleburan sel kelamin. Oleh karena itu hasil
perkembangbiakan secara tak kawin sifatnya sama seperti induknya.
Perkembangbiakan vegetatif alami ini dapat melalui beberapa cara misalnya
dengan tunas, umbi, stolon/geragih, rhizome dan spora (Ashari, 1995).
2.1.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami
a) Stolon atau Geragih atau Runner
Geragih adalah batang horizontal yang menjalar di atas atau di dalam tanah
maupun air. Pada buku-buku batangnya tumbuh tunas dan membentuk akar.
Setelah beberapa waktu tanaman ini tumbuh memanjang dan menjauhi induknya
lalu membengkok ke atas membentuk individu baru. Beberapa contoh tanaman
yang diperbanyak secara stolon atau geragih atau runner, yaitu: strawberry, lili
paris, arbei (Rahardja dkk, 2003).
b) Kelembaban Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan
tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana
tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan
yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
c) Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan
fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan
cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu
kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar matahari dapat
menghambat proses pertumbuhan.
d) Hormon
Hormon
pada
tumbuhan
juga
memegang
peranan
penting
dalam
Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu
perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji
dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia.
Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang
memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping
satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek,
cangkok, dan merunduk (layering) (Rochiman dkk, 2002).
Pendapat lainnya, perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan adalah
sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru tanpa melalui perkawinan
dengan bantuan manusia (Rahardja dkk, 2003). Perbanyakan tanaman tanpa melalui
perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan
dengan bantuan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara
vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak
memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya tidak
dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan (Rochiman.2002).
Perbanyakan vegetatif secara buatan terbagi menjadi dua yaitu perbanyakan
vegetatif buatan tanpa perbaikan sifat dan perbanyakan vegetatif buatan dengan
perbaikan sifat. Perbanyakan vegetatif buatan tanpa perbaikan sifat menggunakan
teknik cangkok dan stek. Perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan sifat
menggunakan teknik okulasi, grafting dan kultur jaringan (Pahan, 2006).
2.2.2
a) Okulasi/Menempel
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetative
dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan
cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau
ditempelkan di bagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikelupas
membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U terbalik. Tempelan kedua
tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua bagian tanaman
bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua tanaman ini terjadi setelah
tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut. Akibat pertumbuhan kalus ini akan terjadi
perekatan atau penyambungan yang kuat.
Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu: mangga
(Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata),
alpukat (Persea americana), dan jeruk(Citrus sp.) (Hatta, 1992).
Gambar 7. Okulasi
b) Grafting
Grafting merupakan perbanyakan vegetatif yang menggabungkan batang atas
dan batang bawah yang berbeda sedemikian rupa sehingga terjadi persenyawaan
(bergabung). Kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru (Samekto
dkk, 1995).
Tanaman yang biasa dicangkok umumnya memiliki kambium atau zat hijau
daun, seperti mangga (Mangifera indica), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis
(Citrus aurantifolia), alpukat (Persea americana). Tanaman yang tidak berkambium
dan bisa diperbanyak dengan sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu
(Ashari, 1995).
2. Faktor Eksternal
-
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
-
Pisau silet
: untuk memotong
Plastik es
Bahan:
Perbanyakan Vegetatif Alami
No Metode
Bahan
No
Metode
Bahan
Umbi lapis
Bawang merah
Stek daun
Umbi batang
Kentang
Stek batang
Batang rosemary
Okulasi
Tanaman mawar
Grafting
Tanaman bougenvil
Parameter Pengamatan
Minggu ke1
2
3
4
Bawang merah dipotong sebagian
Saat munculnya tunas
14 HST
Jumlah tunas
1
1
1
Tinggi (cm)
7
20
31
Penanaman menggunakan bawang merah tanpa dipotong
Saat munculnya tunas (HST) 14 HST
Jumlah tunas
1
1
1
Tinggi (cm)
10
28
35
1
34
1
39
Parameter pengamatan
1
ZPT
Saat munculnya tunas
14 HST
Jumlah tunas
Tinggi (cm)
Non ZPT
Saat munculnya tunas (HST ) Mati
Jumlah tunas
Tinggi (cm)
-
Minggu ke3
4
1
3 cm
2
10 cm
3
4
14,2 cm 19 cm
Parameter pengamatan
Minggu ke3
1
2
Sebagian daun
Saat munculnya tunas (HST)
21 HST
Jumlah tunas
Daun utuh
Saat munculnya tunas (HST)
21 HST
Jumlah tunas
-
Parameter pengamatan
1
Batang atas
Saat munculnya tunas (hst)
Mati
Jumlah tunas
Presentase tanaman hidup (%)
Batang tengah
Saat munculnya tunas (hst)
Mati
Jumlah tunas
Presentase tanaman hidup (%)
Batang bawah
Saat munculnya tunas (hst)
Mati
Jumlah tunas
Presentase tanaman hidup (%)
-
Minggu ke3
5. Okulasi (mawar)
No.
1
2
3
Parameter pengamatan
1
2
Sebagian daun
Saat munculnya tunas (HST)
Mati
Panjang tunas
Warna tunas
-
Minggu ke3
6. Grafting (bougenville)
No.
1
2
3
Parameter pengamatan
1
2
Sebagian daun
Saat munculnya tunas (HST) Warna batang
Hijau
Hijau
Warna tunas
-
Minggu ke3
Hijau
-
Hijau
-
3.3 Dokumentasi
Okulasi
Grafting
Hijau
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perbanyakan Vegetatif Alami
4.1.1 Umbi Lapis (Bawang Merah)
Umbi lapis bawang merah terdapat dua perlakuan yang ada yaitu perlakuan
bawang merah dipotong sebagian dan bawang merah tanpa dipotong. Pada saat 2
minggu setelah tanam masing-masing perlakuan tumbuh 1 tunas. Kemudian pada 5
minggu setelah tanam masing-masing perlakuan menunjukkan tinggi yang
perbedaannya tidak signifikan, pada perlakuan bawang merah dipotong sebagian tunas
yang tumbuh setinggi 34 cm, sedangkan pada perlakuan bawang merah tidak dipotong
bagian tunas yang tumbuh setinggi 39 cm. Menurut literatur, agar mendapatkan bibit
yang baik, bibit haruslah mempunyai titik tumbuh akar atau telah muncul tunas. Selain
itu, umbi juga harus berasal dari tanaman yang sehat, umbi tidak terlalu besar, dan juga
umbi tidak terlalu kecil. Sebelum umbi ditanam, luka bekas pemotongan harus
dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pembusukan, dan bibit
sebaiknya jangan ditanam terlalu dalam, karena akan mudah mengalami pembusukan
(Hartono, 2012).
4.1.2 Umbi Batang (Kentang)
Umbi batang kentang terdapat dua perlakuan yang ada yaitu perlakuan
menggunakan ZPT dan perlakuan tanpa menggunakan ZPT. Pada perlakuan dengan
menggunakan ZPT hasil yang diberikan adalah kentang tumbuh tunas pertama pada 2
minggu setelah tanam, dan 5 minggu setelah tanam tunas yang tumbuh tersebut setinggi
19 cm. Sedangkan pada perlakuan non ZPT tidak ada tunas yang tumbuh atau mati.
Hal ini bisa dikarenakan ZPT mampu merangsang pertumbuhan tunas, sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa tanpa penambahan zat pengatur tumbuh atau ZPT
dalam medium, pertumbuhan sangat terhambat bahkan tidak mungkin tidak tumbuh
sama sekali. Pembentukan kalus dan organ-organ ditentukan oleh penggunaan yang
tepat dari zat pengatur tumbuh tersebut (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa
adanya peleburan sel telur betina dengan sel sperma jantan. Perbanyak secara vegetatif
ini dibagi menjadi dua, yaitu perbanyakan vegetatif secara alami dan perbanyakan
vegetatif secara buatan atau dengan bantuan manusia. Dari praktikum perbanyakan
vegetatif ini diperoleh hasil bahwa untuk umbi lapis bawang merah menunjukkan
pertumbuhan tunas pada kedua perlakuannya, begitu pula dengan umbi batang kentang
pada perlakuan menggunakan ZPT yang menunjukkan pertumbuhan tunas, namun
tidak dengan umbi batang kentang perlakuan non ZPT yang tidak menunjukkan
pertumbuhan tunasnya atau mati. Tanaman kentang adalah tanaman yang sulit untuk
hidup, apabila sebelum menanam ujung/sebagian bagiannya dipotong terlebih dahulu
lalu dicelupkan ZPT maka pertumbuhan kentang akan lebih baik. Kemudian untuk stek
batang rosemary, stek daun cocor bebek, okulasi tanaman mawar dan grafting tanaman
bougenville, diperoleh hasil yaitu tidak ada satupun tunas yang tumbuh, hal ini
disebabkan kurangnya keterampilan dalam melakukan kegiatan perbanyakan serta
kondisi lingkungan tumbuh yang kurang mendukung.
5.2 Saran
Semoga bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, 2007. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias.
Bogor: World Agroforestry Centre.
Ashari, S. 1995.Hortikultural Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hamid, N. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis pada Berbagai
Perbandingan Pupuk Kandang. Jurnal Media Litbang Sulteng Vol. IV (2) : 97104
Hartmann, H.T., and D.E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and Practices
6th ed. Englewood Cliffs. New York: Prentice Hall.
Hartono, Dwi. 2012. Budidaya Bawang Merah dan Cara Menanam Bawang Merah
(Online)http://bestbudidayatanaman.blogspot.com/2012/12/BudidayaBawangMerah-dan-Cara-Menanam-Bawang-Merah.html. Diakses tanggal 11 Mei
2015
Hatta, M., L., Hutagalung, Juhasdi dan Modding, 1992. Perngaruh Model
OkulasiTerhadap Keberhasilan Penempelan pada Sirsak. Jurnal Hortikultura 2
(2):55-58.
Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani. 1994. Kultur Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Media). Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius
Pahan. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahardja, PC. dan Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman Jakarta:
Agro Media Pustaka
Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 2002. Perkembangbiakan Vegetatif . Bogor:
Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB.
Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif.
Bogor: Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1992. Plant Physiology. California: Wadworth
Publishing Company.
Samekto, H., A.Supriantono dan D. Kristianto. 1995. Pengaruh Umur dan Bagian
Semaian terhadap Pertumbuhan Stek Satu Ruas Batang bawah Jeruk Japanese
Citroen. J. Hortikultura 5 (1): 25-29..
Tambing, Y., E. Adelina, T. Budiarti dan E. Murniati. 2008. Kompatibilitas Batang
Bawah Nangka Tahan Kering dengan Entris Nangka Asal Sulawesi Tengah
dengan Cara Sambung Pucuk. J. Agroland Fakultas Pertanian Untad15 (2):
95 100.