Isi Fitomedisin
Isi Fitomedisin
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan sistem pernapasan ringan yang umum seringkali berhasil
diobati dengan fitoterapi dan dapat bermanfaat sebagai tindakan suportif
untuk penyakit yang lebih serius seperti bronnkitis, emfisema, dan
pneumonia.
Obat dari bahan alam yang dimasukkan dalam golongan ini adalah
yang dapat menekan batuk, yang berfungsi sebagai ekspektoran dan
antiekspektoran, sekretolitik, bronkolitik atau bronkodilator, maupun yang
termasuk dalam rinologika (yang bersifat antialergi).
Obat yang termasuk golongan ini digunakan untuk mencegah
maupun untuk mengobati batuk dengan mekanisme menekan pusat batuk,
mengurangi sekresi bronkial, atau merangsang mukosa lambung dan secara
refleks merangsang saluran napas sehingga menurunkan viskositas dan
mempermudah
pengeluaran
dahak.
Pada
umumnya,
obat
golongan
6.
7.
8.
9.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Dilleniidae
: Theales
: Theaceae
Genus
: Camellia
Spesies
: Camellia sinensis (L.)O.K
(Plantamor, 2012)
c. Kandungan Kimia
Bahan awal ditemukan mengandung 191 g katekin/ kg, 36 g
kafein/ kg dan 5,2 g flavonoid/ kg pada massa kering. Kandungan katekin
dalam ekstrak teh hijau bervariasi dari sekitar 280-580 g/ kg ekstrak
kering. Kandungan kafein dalam ekstrak adalah di kisaran 75 g/ kg (A.
Perva-Uzunalic et al, 2006).
d. Farmakologi
Senyawa ini diindikasikan untuk obstruksi jalan napas yang
reversibel, terutama dalam asma akut (Heinrich, dkk, 2009). Daun teh
digunakan
dalam
pengobatan
tradisional
Tionghoa
serta
sistem
menjadi
perhatian
karena
diketahui
2. Inhalasi
Minyak Kayu Putih (Eucalypti aetheroleum)
a. Deskriptif Tanaman
Eucalypti folium adalah daun yang dikeringkan dari tanaman
Eucalyptus globulus Labill., E. fruticetorum F.v. Mueller ex Miquuel
(Sinonim: E. polybractea) dan E. smithii R.T Baker dari suku Myrtaceae.
Minyak kayu putih adalah minyak atsiri yang mengandung sineol
yang diperoleh dengan destilasi uap air dan rektifikasi dari daun segar
atau ujung cabang segar dari berbagai spesies Eucalyptus.
Pohon blue gum (Eucalypti polybracteata R.T Baker, E. smithii
R.T Baker dan spesies lain, Myrtaceae) menghasilkan minyak yang sangat
khas dan banyak digunakan sebagai dekongestan dan pelarut. Daun
tumbuhan ini berbentuk pedang, memiliki panjang 10-15 cm dan lebar
sekitar 3 cm, tangkainya pendek dan pangkal daun membulat, dengan
sejumlah besar kelenjar minyak transparan (Heinrich, dkk, 2009).
b. Kandungan Kimia
Daun Eucalyptus mengandung minyak atsiri 2%
yang
muda, yang terdapat pada awal musim semi sebelum daun bermunculan.
Baik akar maupun herba, keduanya digunakan (Heinrich, dkk, 2009).
b. Kandungan Kimia
Tumbuhan ini mengandung lakton seskuiterpen (eremofinolida),
termasuk sejumlah petasin dan isopetasin, neopetasian, petasalbin,
furanopetasin, petasinolida A dan B, serta flavonoid termasuk glikosida
isokuersetin. Namun, alkaloid pirolizidin yang toksik (senesionin,
integerimin, senkirkin, petasitin dan neopetasitin) juga dapat muncul,
biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih banyak di dalam akar
(Heinrich, dkk, 2009).
c. Efek Farmakologis dan Khasiat Klinis
Butterbur secara tradisional digunakan sebagai obat untuk asma,
pilek, sakit kepala dan gangguan saluran kemih. Tumbuhan ini digunakan
sebagai antihistamin untuk rinitis alergi musiman, dan belakangan ini,
suatu penelitian acak tersamar ganda komparatif menggunakan 125 pasien
selama 2 minggu pengobatan menunjukkan bahwa ekstrak butterbur sama
potennya dengan setirizin. Pemakaiannya sebagai senyawa profilaktik
untuk migrain juga telah disarankan. Ekstraknya menghambat sintesis
leukotrien dan bersifat spasmolitik. Aktivitas antiradang terutama
ditimbulkan oleh kandungan petasin (Ko et al 2000, Schapowal 2002,
Thomet et al 2000).
d. Reaksi yang tidak diinginkan
Penggunaan internal tidak dianjurkan kecuali alkaloid tersebut
terdapat dalam jumlah yang dapat diabaikan atau telah dihilangkan dari
sediaan (Heinrich, dkk, 2009).
e. dosis
tersebut
adalah
likuiritin,
isolikuertin
(suatu
kalkon).
Fenomena
ini
dikenal
dengan
pseudoaldosteronim
(Alternative