Anda di halaman 1dari 9

1.

SIFAT FISIKA KIMIA


Squalena merupakan prekursor steroid awalnya diisolasi dari liver
ikan hiu (Squalus sp.) dan juga ditemukan pada liver mamalia. Siklisasi
squalena terjadi melalui intermediet squalena oksida. Siklisasi squalena
menghasilkan terpenoid pentasiklik dan tetrasiklik. Modifikasi struktur
tetrasiklik diantaranya membentuk senyawa steroid. Proses siklisasi
triterpenoid seperti halnya siklisasi terpena yang lain melibatkan migrasi
metil dan hidrida melalui penataulangan Wagner-Meerwein. Terdapat tiga
kerangka karbon utama triterpenoid pentasiklik, yaitu -amirin, -amirin dan
lupeol, sedangkan untuk tetrasiklik terdapat dua kerangka karbon masingmasing lanosterol dan sikloartenol. Lanosterol dan sikloartenol merupakan
prekursor steroid yang merupakan senyawa bahan alam yang sangat penting
dalam pengembangan obat. Kelompok steroid ini meliputi hormon, vitamin,
saponin dan glikosida lain.
Triterpenoid pentasiklik seringkali ditemukan dalam bentuk saponin.
Saponin merupakan glikosida yang mempunyai sifat fisik seperti surfaktan
sehingga mampu membentuk busa walaupun dalam konsentrasi yang sangat
rendah. Senyawa saponin biasanya juga bersifat menyebabkan haemolisis
(lisis sel darah merah) dengan meningkatkan permeabilitas membran plasma.
Hal ini menjadikan senyawa tersebut sangat toksis dan pada masa lalu juga
digunakan untuk racun pada anak panah. Salah satu contoh senyawa
triterpenoid saponin adalah asam glisirizenat yang merupakan glikosida asam
glisiretat dengan gula disakarida asam glukoronat.
Steroid merupakan hasil modifikasi triterpenoid tetrasiklik. Struktur
kolesterol dapat dianggap sebagai struktur dasar steroid, tetapi modifikasi

lebih lanjut pada rantai samping menghasilkan struktur yang bervariasi seperti
steroid estrana, androstana, pregnana, kholana, kolestana, ergostana,
kampetana, stigmastana dan poriferastana. Mirip dengan triterpenoid, steroid
juga banyak ditemukan dalam bentuk saponin. Diosgenin merupakan saponin
steroid yang dihasilkan pada hidrolisis saponin komplek disokin yang
terdapat

pada

tanaman

Dioscorea.

Diosgenin

mengandung

struktur

yamogenin yang menjadi kerangka dasar pada sintesis obat steroid. Akar
tanaman disogenin sudah lama digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan
yang berhubungan dengan menopause. Hekogenin terdapat pada Agave
silsana. Spesies agave selain merupakan sumber saponin steroid juga dikenal
karena hasil fermentasinya yang menghasilkan tequila.
Steroid juga dikenal sebagai senyawa hormon. Salah satu golongan
steroid merupakan hormon seksual yang diproduksi di kelenjar kelamin yang
berfungsi mengendalikan pertumbuhan serta perkembangan organ seksual.
Golongan lain

hormon steroid adalah kortikosteroid yang berhubungan

dengan metabolisme protein dan karbohidrat. Biosintesis steroid berasal dari


modifikasi lanosterol. Steroid awalnya diisolasi dari manusia (urine wanita
hamil), namun karena jumlahnya yang sangat

sedikit seiring dengan

perkembangan teknik sintesis kimia maka kebanyakan hormon steroid


sekarang adalah hasil sintesis. Terpenoid saponin alam merupakan bahan
dasar yang cukup melimpah untuk digunakan sebagai bahan sintesis steroid
seperti diosgenin, hekogenin, stigmasterol bahkan kolesterol.
Salah satu hormon steroid yang sangat penting adalah progesteron.
Progesteron bersama dengan estrogen merupakan bahan aktif yang digunakan

dalam kontrasepsi pil. Kedua hormon tersebut bekerja untuk mencegah


ovulasi serta menurunkan viabilitas sperma sehingga tidak terjadi pembuahan.
Hormon steroid lain sudah banyak dikembangkan sebagai obat dengan
berbagai macam aplikasi seperti antiinflamasi, pengobatan rheumatoid
arthritis dan lain-lain.
Vitamin D mempunyai struktur yang dengan steroid, tetapi berbeda
dalam adanya satu cincin siklik yang terbuka. Dalam biosintesisnya vitamin
D memang berasal dari sterol ergosterol melalui reaksi fotokimia
(Raharjo,2013).
2. PENGUJIAN
a. Makroskopik
b. Mikroskopik
c. Fitokimia
Sebanyak 1 ml ekstrak kental tanaman patikan kebo
(Euphorbiae hirtae)dari pelarut metanol, heksan, kloroform masingmasing dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah dengan
asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Jika terbentuk warna biru atau
hijau menandakan adanya steroid. Jika terbantuk warna ungu atau jingga
menandakan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).
3. METODE EKSTRAKSI
4. METODE ISOLASI
Hasil isolasi dari buah mahkota dewa mengandung senyawa lignan
C19H20O6:5-[4(4-metoksi-fenil)-tetrahidrofuro[3,4-c]furan-1-il]-benzena1,2,3triol. Hasil isolasi dan pemurnian senyawa ekstrak etil asetat dari buah
mahkota dewa memberikan tiga senyawa yaitu: _-sitosterol, stigmasterol, dan
sikloargentenol.
a. Kromatografi Cair Vakum (KCV)

Ekstrak kasar kemudian difraksinasi dengan KCV. Terlebih dahulu fasa diam
silika gel halus sebanyak 3 kali berat sampel dimasukkan ke dalam kolom.
Kemudian kolom dikemas kering dalam keadaan vakum menggunakan alat
vakum. Eluen yang kepolarannya rendah, dimasukkan ke permukaan
silikagel halus terlebih dahulu kemudian divakum kembali. Kolom dihisap
sampai kering dengan alat vakum dan siap digunakan. Ekstrak kasar yang
telah dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan kepada silika gel kasar,
kemudian dimasukkan pada bagian atas kolom yang telah berisi fasa diam
dan kemudian dihisap secara perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan cara
memvakumkannya. Setelah itu kolom dielusi dengan etil asetat/n-heksan 0%
sampai dengan etil asetat 100%. Kolom dihisap dengan vakum sampai
kering pada setiap penambahan eluen (tiap kali elusi dilakukan). Kemudian
fraksi-fraksi yang terbentuk dikumpulkan berdasarkan pola fraksinasinya.
Fraksinasi sampel dengan teknik KCV dilakukan berulang kali dengan
perlakuan yang sama seperti tahapan KCV awal di atas.
b. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Sebelum difraksinasi, terlebih dahulu dilakukan uji KLT untuk

melihat pola pemisahan komponen-komponen senyawa yang terdapat


dalam ekstrak kasar. Uji KLT juga dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang
akan difraksinasi dan juga fraksifraksi yang didapat setelah perlakuan
fraksinasi. Uji KLT dilakukan menggunakan sistem campuran eluen
menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat, kloroform, benzena, metanol,
dan diklorometana. Hasil kromatogram tersebut kemudian disemprot
menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda
dari komponen senyawa tersebut. Ketika diperoleh fraksi yang lebih

sedikit bercak/noda dilihat dibawah lampu UV setelah dilakukan elusi


terhadap plat KLT. Setiap fraksi yang menghasilkan pola pemisahan
dengan Rf (Retention factor) yang sama pada kromatogram, digabung
dan dipekatkan sehingga diperoleh beberapa fraksi gabungan yang akan
difraksinasi lebih lanjut.
c. Kromatotron
Setelah sampel diidentifikasi dengan menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT), kemudian difraksinasi menggunakan kromatotron
dengan menggunakan plat silika 2 mm dan menggunakan eluen
diklorometana/n-heksana. Sebelum digunakan plat silika diaktifkan
terlebih dahulu dengan pemanasan lampu pijar selama 20 jam. Plat silika
yang sudah aktif kemudian dipasang pada kromatotron dan dibasahi
perlahan dengan pelarut n-heksana sampai menetes, kemudian sampel
diteteskan perlahan ke dalam plat silika selagi basah. Setelah sampel
diteteskan pada plat silika, kemudian sampel dibiarkan mengering 10
menit.
Setelah sampel kering, kemudian dialirkan 100 mL n-heksana
dilanjutkan dengan mengalirkan eluen diklorometana/n-heksana 1%, 2%,
3%, 4%, 5%, dan 100% masing-masing sebanyak 100 mL. Hasil
fraksinasi kemudian ditampung dalam botol-botol kecil berukuran 10
mL. Setelah selesai fraksinasi, plat silika kemudian dicuci dengan
mengalirkan aseton sebanyak 100 mL dilanjutkan dengan mengalirkan
air-metanol 5% sebanyak 100 mL.
d. Kromatografi Kolom (KK)
Setelah dihasilkan fraksi-fraksi dengan jumlah yang lebih sedikit,
tahapan

fraksinasi

selanjutnya

dilakukan

menggunakan

teknik

kromatografi kolom. Adsorben silika gel Merck (35-70 Mesh) dilarutkan


dalam pelarut yang akan digunakan dalam proses pengelusian. Slurry
dari silika gel dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kolom, atur fasa
diam hingga rapat (tidak berongga) dan rata. Selanjutnya masukkan
sampel yang telah diimpregnasi pada silika gel ke dalam kolom yang
telah berisi fasa diam. Pada saat sampel dimasukkan, usahakan agar
kolom tidak kering/kehabisan pelarut karena akan mengganggu fasa diam
yang telah dikemas rapat, sehingga proses elusi tidak akan terganggu.
e. Analisis Kemurnian
Uji kemurnian dilakukan dengan metode KLT dan uji titik leleh.
Uji kemurnian secara KLT menggunakan beberapa campuran eluen.
Kemurnian suatu senyawa ditunjukkan dengan timbulnya satu noda
dengan berbagai campuran eluen yang digunakan, kemudian disemprot
menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda
dari komponen senyawa tersebut dan pereaksi Liebermann-Burchard
untuk identifikasi senyawa steroid. Untuk kristal yang berukuran besar,
kristal terlebih dahulu digerus hingga berbentuk serbuk kemudian kristal
yang akan ditentukan titik lelehnya diletakkan pada lempeng kaca,
diambil sedikit dengan menggunakan pipet kapiler, alat dihidupkan dan
titik leleh diamati dengan bantuan kaca pembesar. Suhu pada saat kristal
pertama kali mulai meleleh sampai semua zat meleleh, itulah titik leleh
dari senyawa tersebut.
f. Spektroskopi Ultraungutampak (UV-VIS)
Sampel berupa kristal murni sebanyak 0,001 gram dilarutkan
dalam 10 mL etil asetat. Larutan ini digunakan sebagai persediaan untuk

beberapa

kali

pengukuran.

Pertama,

sampel

diukur

serapan

maksimumnya dalam etil asetat lalu sampel kristal tersebut dilarutkan


dalam 10 mL etil asetat kemudian larutan diukur serapan maksimumnya.
g. Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR)
Sampel kristal hasil isolasi yang telah murni dianalisis
menggunakan spektrofotometer inframerah. Kristal yang telah murni
dibebaskan dari air kemudian digerus bersama-sama dengan halida
anorganik, KBr. Gerusan kristal murni dengan KBr dibentuk menjadi
lempeng tipis atau pelet dengan bantuan alat penekan berkekuatan 8-10
ton per satuan luas kemudian pelet tersebut diukur puncak serapannya
(Sudjadi, 1983).
h. Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir (NMR)
Sampel berupa kristal murni yang akan diidentifikasi dilarutkan
ke dalam pelarut inert yang tidak mengandung proton seperti CCl4 dan
CDCl3, kemudian ditambahkan sedikit senyawa acuan. Larutan ini
ditempatkan dalam tabung gelas tipis dengan tebal 5 mm di tengahtengah kumparan frekuensi radio (rf) di antara dua kutub magnet yang
sangat kuat kemudian energi dari kumparan rf ditambah secara terusmenerus. Energi pada frekuensi terpasang dari kumparan rf yang diserap
cuplikan direkam dan memberikan spektrum NMR (Silverstein et
al.,1986).
i. Spektroskopi GC-Massa (MS)
Spektroskopi GC-MS merupakan jenis kromatografi yang
digunakan dalam kimia organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat
digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan tertentu atau
memisahkan berbagai komponen dari

campuran. Dalam beberapa

situasi, GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah senyawa


kompleks. Dalam kromatografi gas, fase yang bergerak atau mobile
phase adalah sebuah operator gas yang biasanya gas murni seperti helium
atau yang tidak reactive seperti gas nitrogen. Stationary atau fasa diam
merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer yang mendukung
gas murni di dalam bagian dari sistem pipa-pipa kaca atau logam yang
disebut kolom. Instrumen yang digunakan untuk melakukan kromatografi
gas disebut gas chromatograph atau aerograph (gas pemisah) (Pavia et
al., 2006).
j. Spektroskopi Massa (MS)
Sampel diuapkan di bawah vakum dan diionkan menggunakan
berkas elektron. Ion sampel dipercepat menggunakan medan listrik
memasuki tabung penganalisis dan dilalukan dalam medan magnet.
Dalam kekuatan medan magnet yang diberikan, hanya ion-ion positif dan
radikal positif akan difokuskan ke detektor, sedang ion-ion yang lain
(radikal netral) akan dibelokkan ke dinding tabung. Ion dengan m/z lebih
besar akan mencapai detektor lebih dulu diikuti m/z yang lebih kecil.
Arus listrik yang diterima detektor akan diperkuat dan spektrum massa
dari sampel akan direkam (Tim Penyusun, 2007).
5. FARMAKOLOGI
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Secara rinci beberapa fungsi steroid adalah sebagai berikut :


Meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan
Menghambat penuaan daun (senescence)
Mengakibatkan lengkuk pada daun rumput-rumputan
Menghambat proses gugurnya daun
Menghambat pertumbuhan akar tumbuhan
Meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan
Menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan

h. Merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan


i. Merangsang diferensiasi xylem tumbuhan
6. KANDUNGAN KIMIA
Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas:
a. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan misalnya kolesterol.
b. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan misalnya sitosterol dan
stigmasterol.
c. Mycosterol, yaitu steroid yang berasal dari fungi misalnya ergosterol.
d. Marinesterol, yaitu steroid yang berasal dari organisme laut misalnya
spongesterol.
Berdasarkan jumlah atom karbonnya, steroid terbagi atas:
a. Steroid dengan jumlah atom karbon 27, misalnya zimasterol
b. Steroid dengan jumlah atom karbon 28, misalnya ergosterol
c. Steroida dengan jumlah atom karbon 29, misalnya stigmasterol

Anda mungkin juga menyukai