Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

OBJEK MATERIAL ILMU PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

ANDRI YATMIKO RUSANDI (2223131113)


DIANA WIDYA I (2223131329)
HILDA INDAH SARI (2223130560)

3A
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

PEMBAHASAN
I.

PENDIDIKAN SEBAGAI SEBUAH SISTEM

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
1. Pendidikan secara umum merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan
dalam pendidikan.
2. Dalam kajian yuridis formal, makna pendidikan seperti tersurat dalam UU nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diungkapkan sebagai
berikut:"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1979) menjelaskan pula "pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai
unsur-unsur sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur,
Kurikulum dan peralatan atau fasilitas".
B. PENGERTIAN SISTEM
Banyak definisi yang digunakan untuk menjelaskan arti katasistem diataranya sebagai
berikut:
1. Sistem adalah suatu kebetulan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir,suatu
himpunan atau panduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu
kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh.
2. Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersamasama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
3. Sistem merupakan suatu himpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan dna berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Ciri-ciri umum dari sistem yaitu sebgai berikut:
1. Sistem merupakan suatu kesatuan yang berstruktur
2. Kesatuan terdiri dari sejumlah komponen yang saling berpengaruh.
3. Masing-masing komponen memiliki fungsi tertentu dan secara bersama-sama
melaksanakan fungsi struktur,yaitu mencapai tujuan sistem.
C. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat ditinjau dari dua hal:
1. sistem pendidikan secara mikro. Pendidikan secara mikro lebih menekankan pada
unsur pendidik dan peserta didik. Polanya lebih merupakan sebagai upaya
mencerdaskan peserta didik melalui proses interaksi dan komunikasi, yaitu ada
pesan (message) yang akan disampaikan dalam bentuk bahan belajar. Kemudian
fungsi pendidik lebih merupakan sebagai pengirim pesan (senders) melalui
kegiatan pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas.
2. sistem pendidikan secara makro. Dalam kajian makro, sistem pendidikan
menyangkut berbagai hal atau komponen yang lebih luas lagi, yaitu terdiri dari :

a. input (masukan) berupa sistem nilai dan pengetahuan, sumber daya manusia,
masukan instrumental berupa kurikulum, silabus dsb, masukan sarana
termasuk di dalamnya fasilitas dan sarana pendidikan yang harus disiapkan;
b. Proses yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
atau proses pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam
komponen proses ini termsuk di dalamnya telaah kegiatan belajar dengan
segala dinamika dan unsur yang mempengaruhinya, serta telaah kegiatan
pembelajaranyang dilakukan pendidikdalam kerangka memberikan
kemudahan kepada peserta didik untuk terjadinya proses pembelajaran;
3. Keluaran (output) yaitu hasil yang diperoleh pendidikan bukan hanya
terbentuknya pribadi lulusan/peserta didik yang memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sesuai dengan yang diharapkan dalam tujuan yang ingin dicapai.
Namun juga keluaran penddikan mencakup segala hal yang dihsilkan oleh
garapan pendidikan berupa : kemampuan peserta didik (human behavior), produk
jasa (services) dalam pendidikan seperti hasil penelitian, produk barang berupa
karya intelektual ataupun karya yang sifatnya fisik material.
D. KOMPONEN DAN HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN DALAM SISTEM
PENDIDIKAN
PH Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan sebagai berikut:
1. Tujuan dan Prioritas adalah fungsi mengarahkan kegiatan. Hal ini merupakan
informasi apa yang hendak dicapai oleh sisitem pendidikan dan urutan
pelaksanaanya
2. Peserta didik adalah fungsinya belajar diharapkan peserta didik mengalami proses
perubahan tingkah laku sesui dengan tujuan sistem pendidikan
3. Manajemen atau pengelolan adalah fungsinya mengkoordinasi, mengarahkan dan
menilai sistem pendidikan
4. Struktur dan jadwal waktu adalah mengatur pembagian waktu dan kegiatan
5. Isi dan bahan pengajaran adalah mengambarkan luas dan dalamnya bahan
pelajaran yang harus dikuasai peserta didik.
6. Guru dan pelaksanaan adalah menyediakan bahan pelajaran dan menyelengarakan
proses belajar untuk peserta didik
7. Alat bantu belajar adalah fungsi membuat proses pendidikan yang lebih menarik
dan berpariasi
8. Fasilitas adalah fungsinya untuk tempat terjadinya proses pembelajaran
9. Teknologi adalah fungsi memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses
pendidikan
10. Pengawasan mutu adalah fungsi membina peraturan dan standar pendidikan
11. Penelitian adalah fungsi memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan
12. Biaya adalah fungsinya memperlancar proses pendidkan

E.

HUBUNGAN SISTEM PENDIDIKAN DENGAN SISTEM LAIN

Dalam ruang lingkup yang besar terlihat system yang saling berhubungan dengan system
lain. Hal ini wajar, karena pada dasarnya setiap system itu hanya merupakan satu aspek dari
kehidupan. Sedangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya
memerlukan pembinaan dan pengembangan. Misalnya system ekonomi, system politik dan
system pendidikan, satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Antara system tersebut terdapat
hubungan fungsional yang bersifat saling menunjang.Berdasarkan itu pula maka system
pendidikan hanya dapat terbina dan berkembang dengan baik apabila strategi
pengembangannya mengindahkan pengembangan yang terjadi pada system-sistem yang lain.
System-sistem tersebut secara keseluruhan membentuk suprasistem.
Hubungan suprasistem, system, dan subsistem : Pendidikan Formal(PF), Non-Formal(PNF),
dan In-Formal(PIF)
F. KETERKAITAN ANTARA PENGAJARAN DAN PENDIDIKAN
Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Karena masing-masing saling mengisi. Perbedaan pengajaran dengan pendidikan :
Pengajaran (intruction)
1. Lebih menekankan pada penguasaan wawasan dan pengetahuan tentang bidang
atau program tertentu seperti pertanian,kesehatan.
2. Memakan wkatu relatif singkat.
3. Metode lebih bersifat rasional,teknis praktis.
Pendidikan (education)
1. Lebih menekankan pada pembentukan manusia(penanaman sikap,nilai-nilai)
2. Memakan waktu relatif panjang
3. Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi
Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran :
Tujuan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan adalah menghasilkan siswa yang
mengerti, memahami dan mampu mengimplementasikan dirinya di masa yang akan datang.
Hal ini dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan
melalui:
1. Bimbingan yaitu pemberian bantuan arahan motivasi nasihat dan penyuluhan agar
siswa mampu mengatasi, memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses
belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dan peserta didik
3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan
keterampilan tertentu.

II.

Konsep Pendidikan Seumur Hidup

1. Pengertian
Asas pendidikan seumur hidup merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu
yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia
Pembahasan tentang konsep pendidikan seumur hidup ini akan diuraikan dalam dua bagian yaitu
ditinjau dari dasar teoritis/ religios dan dasar yuriditisnya.
1.

Dasar Teoritis/ Religious

Konsep pendidikan seumur hidup ini pada mulanya dikemukakan oleh filosof dan pendidik Amerika
yang sangat terkenal yaitu John Dewey. Kemudian dipopulerkan oleh Paul Langrend melalui bukunya
: An Introduction to Life Long Education. Menurut John Dewey, pendidikan itu menyatu dengan hidup.
Oleh karena itu pendidikan terus berlangsung sepanjang hidup sehingga pendidikan itu tidak pernah
berakhir.
Konsep pendidikan yang tidak terbatas ini juga telah lama diajarkan oleh Islam, sebagaimana
dinyatakan dalam Hadits Nabi Muhammad Saw. yang berbunyi :

Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahad


2. Dasar Yuridis
Konsep pendidikan seumur hidup di Indonesia mulai dimasyarakatkan melalui kebijakan negara yaitu
melalui :
a. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 JO TAP. NO. IV/MPR/1978 tentang GBHN menetapkan
prinsip-prinsip pembangungan nasional, antara lain :
~ pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh rakyat Indonesia (Arah Pembangunan Jangka Panjang)
~ Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga (rumah tangga), sekolah dan
masyarakat. Karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah (Bab IV GBHN Bagian Pendidikan).
b. UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 4 sebagai berikut :
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

c. Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan
dalam Pasal 10 Ayat (1) yang berbunyi : penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur,
yaitu pendidikan luar sekolah dalam hal ini termasuk di dalamnya pendidikan keluarga, sebagaimana
dijelaskan pada ayat (4), yaitu : pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar
sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan agama, nilai budaya, nilai moral
dan keterampilan.
B. Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif
Dasar pemikiran yang menyatakan bahwa long life education adalah sangat penting. Dasar pemikiran
tersebut ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.

Tinjauan Ideologis

Pendidikan seumur hidup atau lifelong education akan memungkingkan seseorang mengembangkan
potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya, sebab pada dasarnya semua manusia dilahirkan
ke dunia mempunyai hak sama, khususnya untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan
pengetahuan dan keterampilannya (skill).
2. Tinjauan Ekonomis
Melalui pendidikan, merupakan cara paling efektif untuk keluar dari suatu lingkaran yang menyeret
kepada kebodohan dan kemelaratan. Pendidikan seumur hidup dalam konteks ini memungkingkan
seseorang untuk :
1.

Meningkatkan produktifitasnya

2.

Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber daya dimilikinya

3.

Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan

4.

Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat, sehingga
pendidikan keluarga menjadi sangat penting dan besar artinya.
3. Tinjauan Sosiologis

Pada umumnya di negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyaknya para orang tua yang
kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, banyak
anak-anak mereka yang kurang mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah atau tidak bersekolah
sama sekali. Dengan demikian pendidikan seumur hidup kepada orang akan merupakan solusi dari
masalah tersebut.

1.

Tujuan Filosofis

Di negara demokrasi, menginginkan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak memilih dan memahami
fungsi pemerintah, DPR, MPR dan sebagainya.
1.

Tinjauan Teknologis

Di era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua orang, tak terkecuali para
pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya dituntut selalu memperbaharui pengetahuan dan
keterampilannya seperti apa yang terjadi di negara maju.
1.

Tinjauan Psikologis dan Paedagogis

Perkembangan IPTEK sangat pesat mempunyai dampak dan pengaruh besar terhadap berbagai konsep,
teknik dan metode pendidikan. Disamping itu, perkembangan tersebut juga makin luas, dalam dan
kompleks, yang menyebabkan ilmu pengetahuan tidak mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada anak
didik di sekolah.
Oleh karena itu, tugas pendidikan jalur sekolah yang utama sekarang ialah mengajarkan bagaimana cara
belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya,
memberikan skill kepada anak didik secara efektif agar dia mampu beradaptasi dalam masyarakat yang
cenderung berubah secara cepat. Berkenaan dengan itulah, perlu diciptakan suatu kondisi yang
merupakan aplikasi asas pendidikan seumur hidup atau lifelong education.
Demikian keadaan pendidikan seumur hidup yang dilihat dari berbagai aspek dan pandangan. Sebagai
pokok dalam pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu harus memiliki kesempatan yang
sistematik, terorganisisr untuk belajar disetiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Semua itu adalah
tujuan untuk menyembuhkan kemunduran pendidikan sebelumnya, untuk memperoleh skill yang baru,
untuk meningkatkan keahlian mereka dalam upaya pengertian tentang dunia yang mereka tempati,
untuk mengembangkan kepribadian dan tujuan-tujuan lainnya.
Konseptualisasi pendidikan seumur hidup yang merupakan alat untuk mengembangkan individuindividu akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
C. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Program-Program Pendidikan
Pendidikan baca tulis fungsional
Realisasi baca tulis fungsional memuat dua hal, yaitu :
1.

Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3 M) yang fungsional bagi anak


didik.

2.

Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut


kecakapan yang telah dimilikinya

3.

Pendidikan Vokasional. Pendidikan vokasional adalah program pendidikan di luar sekolah bagi
anak di luar batas usia.

4.

Pendidikan Profesional

D. Beberapa Kepentingan Pendidikan Seumur Hidup


Hal yang mendasari perlunya pendidikan seumur hidup :
1.

Pertimbangan ekonomi. Masih banyaknya masyarakat yang masih berada di bawah garis
kemiskinan.

2.

Keadilan. Tuntutan akan adanya persamaan dan kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan.

3.

Faktor peranan keluarga.

4.

Faktor perubahan peranan sosial

5.

Perubahan teknologi

6.

Faktor-faktor vocational

7.

Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa

8.

Kebutuhan anak-anak awal

E. Strategi Pendidikan Seumur Hidup


Adapun strategi dalam rangka pendidikan seumur hidup sebagaimana diinventarisirProf. Sulaiman
Joesoef, meliputi hal-hal berikut :
1.

Konsep-konsep Kunci Pendidikan Seumur Hidup


1.

Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri. Sebagaimana suatu konsep, maka
pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan
penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan.

2.

Konsep belajar seumur hidup. Dalam pendidikan seumur hidup berarti pelajar belajar
karena respons terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan
menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.

3.

Konsep Belajar Seumur Hidup. Belajar seumur hidup dimaksudkan adalah orangorang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur hidup, melihat belajar baru
sebagai cara yang logis untuk mengatasi peroblema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar
di seluruh tingkat usia, dan menerima tantangan dan perubahan seumur hiudp sebagai pemberi
kesempatan untuk belajar baru.

4.

Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup. Dalam konteks ini, kurikulum
didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup betul-betul telah menghasilkan pelajar
seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan belajar seumur hidup.

5.

Arah Pendidikan Seumur Hidup

a. Pendidikan seumur hidup kepada orang dewasa


Sebagai generasi penerus, para pemuda ataupun dewasa membutuhkan pendidikan seumur hidup dalam
rangka pemenuhan sifat Self Interest yang merupakan tuntunan hidup sepanjang masa. Diantaranya
adalah kebutuhan akan baca tulis bagi mereka pada umumnya dan latihan keterampilan bagi pekerja.
b. Pendidikan seumur hidup bagi anak
Pendidikan seumur hidup bagi anak, merupakan sisi lain yang perlu memperoleh perhatian dan
pemenuhan oleh karena anak akan menjadi tempat awal bagi orang dewasa artinya dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Pengetahuan dan kemampuan anak, memberi peluang besar bagi
pembangunan pada masa dewasa. Dan pada gilirannya masa dewasanya menanggung beban hidup
yang lebih ringan.akar pendidikan yang juga mantan Menteri pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud), Fuad Hassan berpendapat, pendidikan dalam arti luas merupakan ikhtiar yang ditempuh
melalui tiga pendekatan, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan. Ketiga aspek itu
berlangsung sepanjang perjalanan hidup manusia.Demikian Fuad Hassan saat menjadi pembicara kunci
pada seminar nasional Rekonstruksi dan Revitalisasi pendidikan Indonesia Menuju Masyarakat
Madani, di Widya Graha Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jln. Gatot Subroto Jakarta,
Kamis (2/9).Hadir dalam cara itu, pengamat pendidikan Arief Rachman dan Deputi Bidang Ilmu
Pengetahuan
Sosial
dan
Kemanusiaan
LIPI,
Dewi
Fortuna
Anwar.
Menurut Fuad, anggapan bahwa pembiasaan hanya efektif pada masa kanak-kanak jelas keliru karena
pada usia dewasa dan lanjut usia pun pembiasaan masih terjadi. Misalnya, melalui kegiatan hobi dalam
masa pensiun, kebiasaan makan yang berkenaan dengan pemeliharaan kesehatan, kebiasaan olah raga,
dan lainnya yang dibentuk pada masa tua.Halnya mengenai pembelajaran yang juga meliputi pelatihan,
dikatakan Fuad, itu merupakan pendekatan yang terutama mengemuka melalui jalur pendidikan formal.
Melalui jalur ini, sesuatu program pembelajaran jelas cakupannya dari awal hingga akhir. Pendekatan
ini lazim dilaksanakan melalui pendekatan klasikal dan kurikuler dalam sistem persekolahan,
jelasnya.Selanjutnya, yang sering dilupakan adalah pendidikan dalam arti luas yang meliputi juga

peneladanan, yaitu melalui terpaan citra yang memikat untuk ditiru perilakunya atau bahkan menjadi
model identifikasi diri bagi pengamatnya.
Dikemukakan Fuad, secara umum dapat dikatakan bahwa teladan dijadikan pedoman berperilaku. Di
sisi lain, perilaku yang diamati sebagai teladan juga bisa berpengaruh sebagai penentu pola dan
kecenderungan (patern and trend setter). Teladan pun ditemukan melalui sosok yang dianggap
memperagakan model peran (role model).Fuad juga menilai, peneladanan merupakan penjelmaan yang
bisa berdampak kuat dalam proses pendidikan, terutama bagi anak-anak dan remaja, serta kaum muda
um
umnya.Pada usia yang masih rentan untuk dibentuk oleh berbagai faktor eksternal ini, peneladanan
bisa memengaruhi arah perkembangan para remaja dan kaum muda menuju
kedewasaan, tuturnya.Di tempat sama, pengamat pendidikan yang lain, Arief Rachman
mengungkapkan hal senada. Potret pendidikan yang ada seolah-olah pendidikan itu ada di sekolah.
Padahal, lingkungan luar sangat berperan.Ia menilai, pendidikan memang persyaratan awal. Akan
tetapi, jangan direduksi di sekolah, tetapi juga di masyarakat, rumah tangga, dan media.
Berkaitan dengan lokakarya atau workshop yang berlangsung pada Jumat (3/9), Arief menyebutkan,
adanya sejumlah usulan. Antara lain, menyangkut visi masyarakat madani, memproses pendidikan di
masyarakat, serta apa yang disebut sukses pendidikan, misalnya apakah sebatas dilihat dari produk
memenuhi target, atau juga perlu pemahaman menyangkut moral, hak asasi manusia, dan gender

SUMBER
http://frizkiafrilia.blogspot.com/2013/01/makalah-pengantar-pendidikan-pendidikan.html
http://bhumisriwijaya.wordpress.com/2013/05/19/pendidikan-seumur-hidup/html

Anda mungkin juga menyukai