Jurnal Jusniati Pertanian
Jurnal Jusniati Pertanian
) DI
LAHAN GAMBUT PADA BERBAGAI TINGKAT NAUNGAN
JUSNIATI
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa
ABSTRAK
Pengembangan tanaman kedelai sebagai tanaman sela atau tumpangsari di
lahan gambut merupakan alternatif untuk meningkatkan produksi kedelai. Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan varietas kedelai yang dapat tumbuh dan berproduksi
baik pada naungan di lahan gambut. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan faktorial. Faktor pertama adalah naungan (N), terdiri dari
tanpa naungan (N0), naungan1 lapis daun sawit = intensitas naungan rendah (N1),
naungan 2 lapis daun sawit = intensitas naungan sedang (N2) dan 3 lapis daun sawit =
intensitas naungan tinggi (N3). Faktor kedua adalah varietas (V), terdiri dari varietas
Lokal (V1), varietas Burangrang (V2) dan varietas Anjasmoro (V3) dengan 3
ulangan. Data yang diperoleh disidikragam dengan uji f dan apabila F hitung besar
dari F tabel dilanjutkan dengan Duncans Multiple Range Test (DMRT) 5%. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro memiliki respon yang baik
terhadap intensitas naungan tinggi dibandingkan dengan varietas Burangrang dan
Lokal.
Kata kunci : Naungan, Kedelai, Gambut
PENDAHULAN
Kedelai merupakan salah satu
peranan
bahan
penting
Produksi
menunjukkan
sebagai
kedelai
perkembangan
yang
yang
laju
permintaan
konsumen
dan
luas
panen
adalah
622.254
ha,
sehingga
untuk
mencukupinya
produksi
kedelai
ekstensifikasi.
dihadapkan
(Noor, 2001).
Tanah
gambut
Usaha
ekstensifikasi
pada
semakin
merupakan
yang
lain
mengingat
luas
arealnya
cukup
tersedia
dapat
untuk
mendukung
dilakukan
dengan
Tanaman
kedelai
termasuk
mengakibatkan
penurunan
jumlah
matahari
penuh
karena
kedelai
protein.
tanaman
yang
jika
terkena
cahaya
penuh.
tumbuh
baik
matahari
Tanaman
kedelai
yang
yang
tinggi
optimal
di
atau
lahan
bawah
penulis
telah
melakukan
yang
rendah
varietas
Berbagai
intensitas
cahayanya
yang
relatife
berproduksi
Tingkat
Naungan
yang
kedelai
lahan gambut.
yang
dapat
tumbuh
dan
telah
Aia
2013.
Bangih
ini
Kecamatan
Sungai
varietas
meteran,
Lokal,
Anjasmoro,
dan
pisau,
sprayer,
parang,
Varietas
Lokal
(V1),
Varietas
Burangrang
(V2),
dan
Varietas
Lengkap
pertama
berbeda
DMRT 5 %.
(RAL).
Faktor
3:
nyata
dilanjutkan
dengan
Pelaksanaan
percobaan
meliputi
atau
perlakuan,
penanaman,
sawit
Pengolahan
meliputi
gulma,
Pemupukan
seminggu
dalam plot.
pembersihan
tanah
lahan
dari
dilakukan
diletakkan
memanjang
dari
telah terlihat
penjarangan,
rontok,
pengendalian
Panen
penyiangan,
hama
dilakukan
dan
setelah
dan
polong
berwarna
kuning
penyakit.
polong
berwarna
kecoklatan.
Pemanenan
dilakukan
dengan
cara
menyabit
berbunga,
jumlah
polong/tanaman,
kedelai
varietas
menunjukkan
bahwa
kedelai
secara
tunggal
tinggi
tanaman
mengalami
pertumbuhan
perkembangan
yang
lebih
dan
baik.
bahwa
yang
naungannya
kekurangan
cahaya
tinggi
dapat
tanaman
mengakibatkan
perbedaan
tinggi
tanaman,
ini
disebabkan
oleh
rendahnya
intensitas
yang
(etiolasi)
cahaya
menyebabkan
pada
ini
disebabkan
bentuk
aktivitas
(2005)
oleh
mempengaruhi
karena
pertumbuhan
akar,
menunjukkan
gejala
intensitas
mempengaruhi
tanaman
intensitas
cahaya
matahari
pertumbuhan
kedelai.
naungan
Hal
ini
tinggi
karena
mempengaruhi
menyatakan
tanaman
bahwa
akan
dapat
pengurangan
serta
tanaman
etiolasi
yaitu
antar
ruas
pada
batang)
akibat
nyata.
tanaman
menyatakan
tanaman
mengalami
lebih
banyak
untuk
puncak kanopi.
Tabel 2. Jumlah cabang primer pada berbagai tingkat naungan dan beberapa varietas
kedelai
Lokal
Burangrang
Anjasmoro
Naungan
Rata-Rata
Jumlah Cabang Primer
N0
6.67
7.75
8.33
7.58 A
N1
6.75
7.91
8.50
7.72 A
N2
6.08
7.33
7.91
7.11 B
N3
6.58
7.50
8.00
7.36 AB
Rata-Rata
6.52 c
7.62 b
8.18 a
KK = 2.71%
Angka sebaris diikuti huruf kecil sama dan angka sekolom diikuti huruf besar sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%
Banyaknya jumlah cabang primer pada
varietas
diduga
kedelai
(Adisarwanto, 2007).
Anjasmoro
(V3)
yang
tidak
bercabang
sangat nyata.
terutama
cahaya
pembentukan
bintil
naungan
akar
bintil
penting
akar. Yuwono
sedangkan
tinggi
bagi
akan
intensitas
menurunkan
menyebabkan
meningkat
fotosintesis
sehingga
semakin
translokasi
perlakuan
kedelai
naungan
secara
dan
varietas
interaksi
juga
Tabel 4. Jumlah bintil akar efektif pada berbagai tingkat naungan dan beberapa
varietas kedelai.
Lokal
Burangrang
Anjasmoro
Naungan
Jumlah Bintil Akar Efektif (Buah)
N0
4.08 Aa
10.42 Bb
25.50 Cc
N1
3.58 Aa
9.00 Bb
24.08 Cc
N2
5.42 Aa
10.08 Bb
21.58 Cc
N3
3.75 Aa
9.08 Bb
17.42 Dc
KK = 1.35%
Angka sebaris diikuti huruf kecil sama dan angka sekolom diikuti huruf besar sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
Setiap
varietas
memberikan
tinggi
fotosintesis
terutama
akan
menghambat
sehingga
proses
translokasi
pada
beberapa
menunjukkan
tingkat
naungan
pengaruh
nyata.
mengakibatkan
tertekannya
bobot
yang
brangkasan
kering
karena
menerima
intensitas
cahaya
mengakibatkan
intensitas
intensitas
naungan
tinggi
(N3)
batang
naungannya
tanaman
rendah,
disebabkan
oleh
kurang
penurunan
Selain
berpengaruh.
berat
xilem
bobot.
F. Umur Berbunga
(2009)
Selanjutnya
tanaman
timbunan
yang
pencahayaan
dkk.,
ditanam
penuh.
pada
Namun,
adalah
pati
berkurangnya
karena
tanaman
kecil.
Akibatnya,
simpanan
Umur
berbunga
berkaitan
tanaman
kedelai
lebih
besar
Anjasmoro
fase
(V3)
kecendrungan
memperlihatkan
tentu
akan
lebih
Hal
ini
pertumbuhan
pembungaan
disebabkan
sifat
genetis
G. Jumlah Polong/Tanaman
Jumlah polong/tanaman secara sidik
pengaruh
menunjukkan
tidak berpengaruh.
pengaruh
nyata.
Intensitas
tanpa
(N0)
tanaman
Rinne, 2002).
Banyaknya
naungan
polong
yang
tanpa
meningkatkan
naungan.
produksi
Hal
ini
tanaman
jumlah
cabang
yang
dihasilkan
jumlah
akibat
pada
dan
sehingga
polong/tanaman
awal
merupakan
pembentukannya
hasil
panen
terutama
secara tunggal
kedelai
Perbedaan
tidak berpengaruh.
varietas
kedelai
secara
secara
interaksi
tidak
Tabel 8. Bobot 1000 biji pada berbagai tingkat naungan dan beberapa varietas
kedelai.
Lokal
Burangrang
Anjasmoro
Naungan
Rata-rata
Bobot 1000 Biji (g)
N0
39.11
53.54
58.68
50.44
N1
35.82
50.26
53.53
46.54
N2
33.79
47.57
52.68
44.68
N3
31.25
44.95
51.08
42.43
Rata-Rata
34.99 c
49.08 b
53.99 a
KK = 1.82%
Angka sebaris diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
Perbedaan bobot 1000 biji
serta
kemampuan
tanaman
yang
ternaungi
disebabkan
kurangnya
intensitas
cahaya
oleh
yang
ke
organ
reproduksi
menjadi
I. Produksi/Plot
Hasil sidik ragam produksi/plot
nyata.
tingkat
beberapa
naungan
menunjukkan
Perbedaan
Pemberian
tunggal
pengaruh
nyata.
secara
produksi/plot.
kedelai
kedelai
dan
secara
varietas
varietas
naungan
secara
Tabel 9. Produksi/plot pada berbagai tingkat naungan dan beberapa varietas kedelai
Lokal
Burangrang
Anjasmoro
Naungan
Rata-rata
Produksi/plot (g)
N0
501.05
536.05
552.63
529.91 A
N1
484.84
515.42
537.89
512.72 A
N2
464.58
488.53
513.94
489.02 B
N3
418.53
473.05
483.37
458.32 C
Rata-Rata
467.25 c
503.26 b
521.96 a
KK = 22.30%
Angka sebaris diikuti huruf kecil sama dan angka sekolom diikuti angka besar sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%
Table 10. Produksi/hektar pada berbagai tingkat naungan dan beberapa varietas
kedelai
Lokal
Burangrang
Anjasmoro
Naungan
Rata-rata
Produksi/hektar (ton)
N0
2.23
2.38
2.46
2.36 A
N1
2.15
2.29
2.39
2.28 A
N2
2.06
2.17
2.28
2.17 B
N3
1.86
2.10
2.15
2.04 C
Rata-Rata
2.07 c
2.23 b
2.32 a
KK = 1.50%
Angka sebaris diikuti huruf kecil sama dan angka sekolom diikuti angka besar sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%
Tingginya intensitas naungan
dan
rendah
(Karamoy, 2009).
hasil
biji
lebih
Tingginya
produksi
oleh
fosintesis
terganggu
mengakibatkan
yang
masuk
mendukung
sehingga
ke
tanaman
pertumbuhan
mampu
dapat
tanaman
berbagai
jumlah
yang
komoditi
polong
sudah
isi
banyak
meningkatkan
sedangkan
dkk, 2003).
produktivitas
oleh
tanaman
kedelai
sehingga
proses
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
percobaan
dengan
varietas
Burangrang
dan
varietas
Lokal.
terbaik
dan
varietas
memberikan respon.
Anjasmoro
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. dan R. Wudianto.
2005. Meningkatkan Hasil Panen
Kedelai di
Lahan Sawah-KeringPasang Surut. Penebar Swadaya,
Bogor. 244 hal.
Adisarwanto, T. 2007. Kedelai. Cetakan
ke-3. Penebar Swadaya. Jakarta. 108
hal.
Budidaya
Kanisius.
Penerbit
Kanisius,
Hlm: 144-145.
Yogyakarta.