Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

APAKAH KEDOKTERAN POPULASI ITU?


UNIT PEMBELAJARAN I
BLOK 23

PUTRI DWI PURWANTI


11/312396/KH/07024
Kelompok 13

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

Learning Objective:
1. Jelaskan tentang epidemiologi meliputi tujuan dan ruang lingkupnya?
2. Bagaimana menentukan besaran sampel dan cara sampling untuk tujuan yang
berbeda?
3. Sebutkan postulat koch dan postulat evans dalam kedokteran populasi?

Pembahasan:
1. Epidemiologi
Kedokteran populasi (epidemiologi) adalah ilmu yang mempelajari tentang
status kesehatan dalam suatu populasi. Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani epi
yang berarti pada, demos yang berarti masyarakat, dan logos yang berarti ilmu.
Dengan kata lain epidemiologi berdasar pada ilmu yang mempelajari tentang sesuatu
yang terjadi pada populasi (masyarakat). Jadi epidemiologi dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan faktor penentu dari kondisi kesehatan
dalam suatu populasi dan aplikasi dari ilmu ini adalah untuk mengontrol masalah
kesehatan (CDC, 2012).
a. Tujuan
Epidemiologi memberikan kontribusinya dengan mendeskripsikan distribusi
penyakit pada populasi, meneliti paparan faktor-faktor yang mempengaruhi atau
menyebabkan terjadinya perbedaan distribusi penyakit tersebut. Pengetahuan
tentang penyebab perbedaan distribusi penyakit selanjutnya digunakan untuk
memilih strategi intervensi yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan
penyakit pada populasi, dengan cara mengeliminasi, menghindari, atau mengubah
faktor penyebab tersebut (Murti, 2011).

2. Besaran Sampel dan Cara Sampling


a. Besaran Sampel
Sample merupakan bagian dari populasi yang digunakan untuk penelitian
dan memiliki karakteristik yang dapat mewakili karakteristik kelompok
(Heiman, 2011).

(1) Menentukan besaran sampling untuk kajian aras penyakit, ada dua
cara:
(a) Untuk variabel dikotomus
Rumus yang digunakan:
n = 4PQ/L2
n : besaran sampel
4 : satuan untuk konfidensi 95%
P : Prevalensi hewan sakit
Q : Prevalensi hewan sehat Q = 1 P
L : tingkat eror
(b) Untuk variabel kontinous
n = 4S2/L2
n : besaran sampel
4 : satuan untuk konfidensi 95%
S : Standar deviasi
L : tingkat eror
(2) Menentukan sampel deteksi penyakit
n = (1-(1-a)1/D)(N-(D-1)/2)
n : besaran sampel
N : jumlah populasi
D : jumlah hewan sakit
a : konfidensi
(3) Menentukan besaran sampel untuk menyidik penyebab penyakit
n = (Z(2PQ)1/2-Z(PeQe+PoQo)1/2)2/(Pe-Po)2
n = besaran sampel
Z = harga z galat tipe I (=1,96) (untuk galat tipe I 5%)
Z = harga z galat tipe I (=0,84) (untuk galat tipe II 20%)
Qe = 1-Pe
Po = perkiraan akibat untuk kelompok kedua
Qo = 1-Po
P = (Pe + Po)/2
Q=1P
(Budiharta dan Suardana, 2007)
b. Cara Sampling
Teknik pengambilan sampling dapat dibagi menjadi dua yaitu non random
sampling (non probabilitas) dan random sampling (probabilitas) (Heiman,
2011).
Non Random Sampling. Sampling non random atau sampling non
probabilitas dapat dibagi menjadi tiga metode, yaitu convenient sampling,
purposive sampling, dan sampling by judgment. Convenient sampling
adalah metode sampling dimana peneliti mengambil sample yang paling
memudahkan untuk peneliti tersebut. Purposive sampling merupakan
metode dimana peneliti mengambil sample dengan target suatu kelompok

tertentu. Sedangkan sampling by judgment adalah teknik sampling dimana


peneliti mengambil sample dari pengamatan secara subjektif dan menuru
peneliti itu merupakan sample yang reprresentatif. Kelemahan utama dari
teknik sampling non random atau non probabilitas ini adalah tidak
representative dan tidak semua individu dalam suatu populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sample (Pfeiffer, 2010).
Random Sampling. Dalam random atau probabilitas sampling semua
individu dalam suatu populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk
terpilih menjadi sample. (1) Random Sederhana. Metode ini memerlukan
kerangka sampling (sampling frame) populasi dan generator angka
rambang. Misalnya untuk memilih 50 sample secara random sederhana
dari populasi yang berjumlah 300, maka semua 300 individu tersebut harus
didata dan diberi nomor, setelah itu digunakan generator angka rambang
untuk menentukan nomor-nomr yang akan dipilih untuk menjadi sample.
(2) Sistematis. Metode ini merupakan modifikasi dari metode random
sederhana. Metode ini tidak membutuhkan kerangka sampling tetapi
dengan mengambil individu dengan interval tertentu. Interval ditentukan
dengan membagi besaran populasi (population size) dengan besaran
sample (sample size). Individu pertama dipilih dengan menggunakan
generator angka rambang. (3) Stratified (Strata). Dalam metode ini
populasi dibagi dalam beberapa strata berdasarkan faktor yang diketahui
dapat mempengaruhi hasilnya. Lalu diambil sample dari masing-masing
strata, bisa menggunakan random sederhana maupun sistematis. (4)
Cluster. Dalam metode ini sample yang diambil bukan berupa individu
melainkan dalam bentuk kelompok. Kelebihan dari metode ini adalah
hanya perlu kerangka sample untuk kelompok dan tidak perlu untuk
anggota kelompok tersesbut. (5) Tahapan Ganda. Metode ini merupakan
kelanjutan dari metode cluster. Metode ini menggunakan 2 tahapan dari
teknik cluster. Dimana pertama-tama individu dikelompokan menjadi
primary sampling unit (PSU) lalu dari PSU tersebut dipilih lagi indvidu
secara random untuk menjadi secondary sampling unit (SSU) (Stewart,
2002).
3. Postulat Koch dan Postulat Evans

Postulat Koch menjelaskan bahwa pada kejadian penyakit harus dapat


diperoleh agen penyebab spesifik dan bila agen tersebut diinfeksikan ke tubuh hewan
sehat akan menimbulkan gejala dan dan lesi yang sama dan sekaligus agen tersebut
akan dapat ditemukan kembali (uji biologis). Hubungan agen dan hospes ini lebih
dilihat sebagai hubungan sebab akibat faktor tunggal. Pemahaman tersebut tidak dapat
digunakan

dalam

menganalisis

kejadian

penyakit

dalam

suatu

populasi

(epidemiologi). Kesehatan populasi ternak pasti akan melibatkan tiga hal yaitu
hospes/inang, agen penyakit, dan lingkungan dan pada kasus epidemiologi maka
semua hubungan dan keterkaitan tersebut harus dapat dibuktikan secara biologis dan
epidemiologis. Pendekatan tersebut diformulasikan dalil-dalilnya secara rinci yang
dikenal sebagai postulat Evans (Widagdo, 2010).
Postulat Koch. Postulat Koch merupakan dasar untuk mengetahui etiologi
dari berbagai penyakit infeksi. Isi dari postulat ini adalah: (1) Mikroorganisme yang
sama harus ditemukan dalam setiap penyakit; (2) Mikroorganisme harus dapat
diisolasi dari hospes yang terinfeksi dan dapat ditumbuhkan dalam kultur murni; (3)
Mikroorganisme dari kultur murni harus dapat menimbulkan penyakit yang sama bila
diinokulasikan pada hewan lain; (4) Mikroorganisme harus dapat diisolasi kembali
dari hewan yang telah diinokulasi (Tortora et al., 2010).
Postulat Evans. Dalam kesehatan masyarakat, terutama untuk menentukan
hubungan sebab-akibat dalam epidemiologi ada beberapa kriteria yang dapat
digunakan. Kriteria tersebut terdapat dalam postulat Evans yang berisi: (1) Proporsi
penyakit pada individu yang terpapar oleh penyebab penyakit harus lebih tinggi dari
individu yang tidak terpapar; (2) Pemaparan dari penyebab penyakit ini lebih nyata
terlihat pada individu yang sakit daripada individu yang tidak sakit; (3) Jumlah kasus
baru harus lebih tinggi pada kelompok yang terpapar penyebab penyakit dari pada
yang tidak; (4) Penyakitharus mengikuti paparan dari penyebab penyakit;(5) Harus
ada spectrum biologis yang dapat diukur dari respon hospes; (6) Respon hospes harus
terlihat pada hospes lain yang terpapar penyebab penyakit yang sama; (7) Pada
percobaan infeksi ulang penyebab penyakit, penyakit harus terlihat lebih sering pada
hewan yang terpapar penyebab penyakit daripada yang tidak; (8) Pencegahan atau
modifikasi respon hospes harus mengurangi atau mengeliminasi kejadian penyakit;
(9) Eliminasi dari penyebab penyakit harus menurunkan frekuensi kejadian penyakit;

(10) Semua hubungan harus dapat dibuktikan secara biologis dan epidemilogis
(Pfeiffer, 2010).

Daftar Pustaka
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2012. Principles of Epidemiology in
Public Health Practice 3rd Edition. Centers for Disease Control and Prevention
(CDC). Atlanta.
Heiman, G. 2011. Basic Statistic for the Behavioral Sciences 6th Edition. Wadsworth Cengage
Learning. USA.
Murti, B. 2011. Pengantar Epidemiologi. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK,
Universitas Sebelas Maret.
Pfeiffer, D. 2010 Veterinary Epidemiology An Introduction. Willey-Blackwell. United
Kingdom.
Budiharta, S., dan Suardana, I.W. 2007. Buku Ajar Epidemiologi dan Ekonomi Veterniner.
Penerbit Universitas Udayana. Bali.
Stewart, A. 2002. Basic Statistic and Epidemiology A Practical Guide. Radcliffe Medical
Press. United Kingdom.
Tortora, G. Funke, B. Case, C. 2010. Microbiology: An Introduction 10th Edition. Benjamin
Cummings. San Fransisco.
Widagdo, W.S. 2011. Kontribusi Bidang Veteriner dalam Gerakan Satu Kesehatan
Menghadapi Dampak Pemanasan Global disampaikan dalam Seminar Nasional
Kesehatan dan Lingkungan, Badan Eksekutif Mahasiswa FKH UGM, Minggu 18
April 2010.

Anda mungkin juga menyukai