Anda di halaman 1dari 3

Hingga saat ini, transportasi sungai masih dimanfaatkan dan diandalkan untuk

mengangkut komoditas pertanian, pertambangan dan angkutan masyarakat ke


pedalaman. Artinya Sungai Mahakam masih mempunyai peranan strategis di wilayah
Kalimantan Timur. Pada saat ini, DAS (Daerah Aliran Sungai) Mahakam mengalami
kerusakan lingkungan yang sangat parah. Maraknya pembukaan perkebunan kelapa
sawit dan tambang batubara mengakibatkan degradasi lingkungan di hulu Sungai
Mahakam dalam skala masif. Degradasi lingkungan menyebabkan erosi, sedimentasi,
penyusutan debit air dan pencemaran air sungai. Mudahnya pemberian izin
pembukaan lahan perkebunan sawit dan pertambangan batubara tanpa amdal dan
pengawasan yang ketat dari Pemerintah Daerah menyebabkan kerusakan lingkungan
semakin parah. Sungai sebagai indikator keseimbangan lingkungan semakin tercemar
dan dangkal.
Kegiatan perkebunan dan pertambangan menyebabkan debit air berkurang
karena terganggunya sumber air di hulu sungai. Selain berkurangnya debit air,
kegiatan perkebunan sawit dan tambang batubara juga menyebabkan pendangkalan
akibat sedimentasi. Berdasarkan analisis di atas Peta Kaltim skala 1.000.000, luas
perkebunan sawit yang berpengaruh langsung terhadap pengurangan debit air ke
Sungai Mahakam adalah 348.891Ha. Debit air yang berkurang ke hulu Sungai
Mahakam sebesar 523.341.000 liter per hari atau 21.806 m3/jam. Tingginya
pengurangan debit air yang masuk ke hulu Sungai Mahakam menimbulkan masalah
yang sangat serius terhadap keberlangsungan transportasi Sungai Mahakam.
Penyusutan debit air dalam skala masif tidak hanya mengancam keberlangsungan
transportasi sungai tetapi juga mengancam urat nadi kehidupan masyarakat yang
bermukim di DAS Mahakam.
Jumlah HPH di Kalimantan Timur sebanyak 77 perusahaan dengan luas HPH

5.498.045,10 ha, sedangkan luas Hutan Tanaman Industri (HTI) 1.372.791,40 ha yang
dikelola oleh 30 perusahaan HTI (BPS Kaltim, 2012).
Aktivitas perusahaan HPH menyebabkan pertambahan tanah kritis dalam skala masif.
Pertambahan tanah kritis juga menyebabkan penyusutan debit air. Luas tanah kritis
tidak dapat diukur secara akurat karena kompleksnya dasar perhitungannya.

Sedimentasi Sungai
Selain kerusakan lingkungan di hulu sungai, kebiasaan masyarakat membuang
sampah ke dalam sungai turut memicu pendangkalan sungai. Sampah banyak
berserakan di pinggir Sungai Mahakam yang dekat dengan Pasar Pagi di Kota
Samarinda. Volume sedimentasi tanah yang masuk ke hulu Sungai Mahakam adalah
4.477 kubik per tahun. Sedimentasi bukan hanya bersumber dari kegiatan tambang
batubara tetapi juga dari perkebunan kelapa sawit. Aliran air hujan di lahan
perkebunan kelapa sawit tidak dapat ditahan dan cenderung menimbulkan pengikisan
tanah dan menimbulkan erosi ke hulu Sungai Mahakam.
Dari perhitungan berkurangnya debit air dan bertambahnya sedimentasi ke
Sungai Mahakam menunjukkan betapa seriusnya kerusakan lingkungan sebagai
dampak maraknya pembukaan perkebunan kelapa sawit dan tambang batubara.
Akibat sedimentasi dalam skala masif, dasar Sungai Mahakam mengalami
pendangkalan sekitar 15 cm setiap tahun tetapi di sejumlah lokasi tingkat
pendangkalan diatas 15 cm. Dengan kata lain, Sungai Mahakam setiap tahun
menerima sedimentasi seberat 28 juta ton material. Pendangkalan ini akan
menyebabkan Kota Samarinda dapat tenggelam dalam kurun waktu 15 sampai 20
tahun mendatang.
Hasil pengukuran kedalaman Sungai Mahakam oleh peneliti Universitas

Mulawarman di dekat Jembatan Mahakam yang tak jauh dari lokasi Kompleks
Mahakam Square Samarinda menunjukkan bahwa kedalaman sungai paling tinggi 36
sampai 37 meter. Pengukuran dilakukan pada kondisi air pasang dan kemungkinan
akan lebih dangkal dalam kondisi air surut. Kedalaman tepi sungai yang terekam
hanya 14 meter.
Penebangan hutan besar-besaran memicu erosi dan sedimentasi dengan
volume lumpur sekitar 400 ton setiap tahun. Dampak pendangkalan dan pengurangan
debit air dapat menyebabkan intrusi air laut ke arah Sungai Mahakam. Intrusi air laut
akan mengancam flora dan fauna Sungai Mahakam dan stok air bersih untuk
penduduk Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Pengaruh intrusi air laut
cenderung mengarah ke bagian hulu yang mengindekasikan berkurangnya debit air
dan sedimentasi skala masif Sungai Mahakam.
Menjaga

kelestarian

Sungai

Mahakam

dapat

diupayakan

dengan

mengoptimalkan potensi Sungai Mahakam dan mengurangi degradasi lingkungan di


Daerah Aliran Sungai

Anda mungkin juga menyukai