Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
https://ekliptika.wordpress.com/2014/06/02/letusan-besar-gunung-sangeang-api-nusa-tenggara-barat-30-mei-2014/
1/11
5/18/2015
Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
(https://ekliptika.files.wordpress.com/2014/06/sangeangapi_udara_sofyanefendi.jpg)
Gambar 1. Letusan Sangeang Api dalam menit-menit pertamanya
diabadikan dari udara. Citra ini diambil oleh Sofyan Efendi,
fotografer profesional yang kebetulan sedang menjadi penumpang
salah satu penerbangan komersial dari Denpasar (Bali) ke Labuhan
Bajo (Nusa Tenggara Barat). Letusan nampak bersumber dari
tengah-tengah pulau Sangeang, lokasi dimana kawah Doro Api yang
tersumbat kubah lava 1985 berada. Daratan di latar depan adalah
bagian timur pulau Sumbawa. Sumber: Eefendi, 2014 dalam
MailOnline, 2014.
Pada Jumat 30 Mei 2014 kemarin, bisul kecil ini pecah. Pukul 15:55
WITA, Gunung Sangeang Api mendadak menyemburkan jutaan
meter kubik debu vulkaniknya menuju ketinggian langit
membentuk kolom letusan berukuran besar. Semburan ini disertai
suara bergemuruh dan terjadi pada saat langit bersih oleh cuaca
yang cerah di bagian timur pulau Sumbawa, sehingga mengejutkan
semuanya meski di sisi lain pun menjadi panorama langka yang
memukau. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral RI mencatat tinggi kolom letusan mencapai setidaknya 3.000
meter dari paras air laut rata-rata (dpl). Namun analisis citra satelit
https://ekliptika.wordpress.com/2014/06/02/letusan-besar-gunung-sangeang-api-nusa-tenggara-barat-30-mei-2014/
2/11
5/18/2015
Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
(https://ekliptika.files.wordpress.com/2014/06/sangeangapi_laut_adammalec.jpg)
Gambar 2. Letusan Sangeang Api diabadikan dari laut oleh Adam
Malec. Nampak seluruh pulau Sangeang telah lenyap di balik
kepulan debu vulkanik, sementara kolom letusan membumbung
tinggi dan mulai membentuk diri mirip payung/jamur raksasa.
Bentuk ini merupakan ciri khas letusan-letusan besar dan yang
https://ekliptika.wordpress.com/2014/06/02/letusan-besar-gunung-sangeang-api-nusa-tenggara-barat-30-mei-2014/
3/11
5/18/2015
Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
4/11
5/18/2015
Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
(https://ekliptika.files.wordpress.com/2014/06/sangeangapi_lokasi.jpg)
Gambar 3. Sebagian busur kepulauan Sunda Kecil dalam citra satelit.
Busur kepulauan ini nampak diapit oleh dua sumber gempa
kuat/besar, masing-masing palung Sunda (zona subduksi) di sisi
selatan dan sesar sungkup Flores di sisi utara. Kotak merah berangka
1977 dan 1992 masing-masing menunjukkan sumber gempa besar
10 Agustus 1977 dan 12 Desember 1992 yang menghasilkan tsunami
merusak. Gunung Sangeang Api nampak hampir segaris lintang
yang sama dengan Gunung Tambora yang legendaris. Sumber:
Sudibyo, 2014 dengan peta dari Google Maps.
Secara geologis Gunung Sangeang Api berada di busur kepulauan
Sunda Kecil, yang mencakup Bali dan Kepulauan Nusa tenggara.
Busur kepulauan ini unik, sebab meski terbentuk sebagai hasil
pertemuan lempeng tektonik Sunda (Eurasia) dengan Australia,
namun interaksi kedua lempeng itu demikian rupa sehingga di
sepanjang sisi utaranya terbentuk patahan sungkup busur belakang
(back-arc thrust), masing-masing sesar Flores di sisi barat dan sesar
https://ekliptika.wordpress.com/2014/06/02/letusan-besar-gunung-sangeang-api-nusa-tenggara-barat-30-mei-2014/
5/11
5/18/2015
Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
Alor di sisi timur. Maka busur kepulauan ini dikepung oleh sumbersumber gempa tektonik besar baik di sepanjang sisi selatannya
(yakni di zona subduksi) maupun di sisi utaranya (sesar sungkup).
Zona subduksi ini pernah meletupkan Gempa Sumba 10 Agustus
1977 (Mw 8,3). Ia memproduksi tsunami besar hingga setinggi 8
meter yang menerjang pesisir selatan pulau Sumba dan menewaskan
ratusan orang. Tsunami yang sama juga terdeteksi menjalar hingga
ke pesisir selatan pulau Jawa di sebelah barat dan pesisir utara
Australia dis ebelah selatan, meski tak menimbulkan kerusakan
maupun korban. Sementara sesar Flores bertanggung jawab antara
lain atas Gempa Flores 12 Desember 1992 (Ms 7,5 skala Richter) yang
juga memproduksi tsunami namun dengan ketinggian lebih besar,
yakni hingga 26 meter. Tsunami menerjang seluruh pesisir utara
pulau Flores dengan kota Maumere sebagai lokasi terparah. Tsunami
ini merenggut lebih dari 2.000 nyawa, menjadikannya sebagai
bencana tsunami paling mematikan di Indonesia sepanjang abad ke20.
Selain riuh dengan kegempaannya, posisi kepulauan Sunda Kecil
yang unik mungkin turut pula berkontribusi pada galaknya
gunung-gemunung berapi di sini, yang tecermin dari banyaknya
gunung-gemunung berkaldera/berkawah sangat besar sebagai jejak
letusan besar. Di pulau Bali, kaldera dapat dijumpai di Gunung Batur
(sebagai Danau Batur) dan di Gunung Buyan-Bratan (sebagai Danau
Buyan dan Danau Bratan). Di pulau Lombok terdapat kaldera
Rinjani yang terbentuk 8 abad silam dalam sebuah letusan dahsyat
yang kini ditabalkan sebagai letusan terdahsyat yang pernah
disaksikan umat manusia sepanjang sejarah yang tercatat.
Sementara di pulau Sumbawa terdapat Gunung Tambora, yang
kalderanya terbentuk dalam letusan dahsyat 1815 nan legendaris
dan menjadi letusan terdahsyat kedua yang pernah kita alami
sepanjang sejarah tercatat.
Gunung Sangeang api pun sejatinya gunung berapi yang tumbuh di
tengah kaldera tua di dasar laut, yang boleh kita namakan kaldera
Sangeang Api Tua. Kaldera tersebut terbentuk berpuluh hingga
beratus ribu tahun silam dalam sebuah letusan dahsyat yang
menggetarkan. Di kemudian hari di tengah kaldera tua ini terbentuk
sebuah gunung berapi anak. Pertumbuhan yang terus berlangsung
membuat sang anak lama-kelamaan kian membesar dan akhirnya
menyembul di permukaan laut melampaui garis pasang tertinggi,
menjadikannya sebuah pulau permanen sekaligus pulau vulkanis.
Kini gunung tersebut telah demikian besar sebagai Gunung
Sangeang Api sekaligus pulau Sangeang, yang menutupi area seluas
153 kilometer persegi dengan garis tengah 13 km. Ia memiliki dua
puncak, yakni Doro Sangeang/Doro Api (1.949 meter dpl) dan Doro
Mantoi (1.795 meter dpl). Kawah aktif masa kini terletak di puncak
Doro Api, tersumbat oleh kubah lava sisa letusan 1985.
https://ekliptika.wordpress.com/2014/06/02/letusan-besar-gunung-sangeang-api-nusa-tenggara-barat-30-mei-2014/
6/11
5/18/2015
Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
(https://ekliptika.files.wordpress.com/2014/06/sangeangapi_puncak_pratomo.jpg)
Gambar 4. Panorama titik-titik tertinggi pulau Sangeang yang
sekaligus adalah puncak-puncak Gunung Sangeang Api, diabadikan
dari daratan pulau Sumbawa. Kawah aktif masa kini terletak di
puncak Doro Api, yang terlihat mengepulkan asap dan berhias
leleran lava di sisi barat dayanya. Letusan besar Sangeang Api 2014
berpusat dari kawah ini dan kemungkinan menjebil kubah lava 1985
yang menutupi dasar kawah. Diabadikan oleh Heryadi Rahmat.
Sumber: Rahmat, 1998 dalam Pratomo, 2006.
Meski tak terkenal, sejatinya Gunung Sangeang Api tergolong rajin
meletus. Semenjak pertama kali tercatat pada tahun 1512, ia telah
meletus sedikitnya 17 kali hingga tahun 1989, atau rata-rata sekali
meletus setiap 28 tahun. Dari 17 letusan tersebut, 1 diantaranya
tergolong berukuran menengah dengan skala hingga 2 VEI (Volcanic
Explosivity Index) atau dengan muntahan magma maksimum 10
juta meter kubik. Namun 4 diantaranya tergolong besar, yakni
dengan skala hingga 3 VEI atau dengan muntahan magma di antara
10 hingga 100 juta meter kubik. Dari keempat letusan besar tersebut,
dua diantaranya terjadi di abad ke-20 masing-masing pada tahun
1953 dan 1985.
Seperti halnya pulau-pulau vulkanis di sekitarnya, misalnya pulau
Palue (https://ekliptika.wordpress.com/2013/08/14/letusan-rokatendasepotong-petaka-pasca-hari-raya/), kesuburan lahan pulau Sangeang
menjadikannya tempat hunian manusia khususnya di sisi selatan.
Namun letusan tahun 1985 yang berlanjut hingga 1988 memaksa
seluruh penduduk Sangeang dievakuasi secara permanen ke daratan
pulau Sumbawa. Sebab letusan besar tersebut menghamburkan lava,
awan panas, hujan batu dan lahar yang mengalir ke sisi barat daya
hingga mengubur lembah Sori Oi dan ke arah timur laut menimbuni
https://ekliptika.wordpress.com/2014/06/02/letusan-besar-gunung-sangeang-api-nusa-tenggara-barat-30-mei-2014/
7/11
5/18/2015
Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
lembah Sori Berano. Semenjak saat itu pulau Sangeang boleh dikata
tak berpenghuni. Namun penduduk masih rutin menyambanginya
di siang hari, terutama yang masih memiliki lahan pertanian di sana.
Letusan 2014
Gunung Sangeang Api tak pernah benar-benar tenang selama dua
tahun terakhir. Pada Oktober 2012 silam, status gunung ini
dinaikkan ke Siaga (Level III) seiring terjadinya peningkatan
kegempaan dan emisi gas-gas vulkaniknya. Namun kenaikan ini tak
kunjung diikuti dengan letusan. Hanya terdeteksi kepulan asap tipis
bertekanan lemah yang melayang setinggi hanya antara 5 sampai 15
meter dari kawah. Justru setelah berstatus Siaga (Level III), aktivitas
Sangeang Api cenderung menruun. Sehingga statusnya pun kembali
diturunkan ke Waspada (Level II) pada 21 Desember 2012. Kisah
serupa terulang kembali pada 21 April 2013 seiring peningkatan
kegempaannya. Namun status Siaga (Level III) pada Gunung
Sangeang Api pun hanya bertahan hingga 15 Juni 2013 tanpa
letusan apapun, sehingga kembali diturunkan ke Waspada (Level II).
Tengara letusan besar Gunung Sangeang Api mulai terlihat melalui
instrumen-instrumen seismik pada 30 Mei 2014 pagi. Sepanjang 2014
hingga pagi itu, kegempaan Gunung Sangeang Api memang
berfluktuasi baik dalam hal gempa hembusan (getaran yang diikuti
dengan semburan asap putih dari kawah), gempa vulkanik dalam
(getaran akibat migrasi magma segar dari perutbumi menuju
kantung magma dangkal di dasar gunung) dan gempa vulkanik
dangkal (getaran akibat migrasi fluida, entah magma maupun gas
vulkanik, dari kantung magma dangkal menuju kawah). Namun tak
ada lonjakan yang berarti. Tetapi situasi berubah dramatis pada
Jumat pagi tersebut, saat terdeteksi tremor menerus semenjak pukul
05:00 WITA. Tremor menerus lantas diikuti swarm (gempa vulkanik
yang berlangsung terus-menerus) mulai pukul 1:48 WITA. Baik
tremor maupun swarm menjadi indikasi bahwa Gunung Sangeang
Api mulai memasuki tahap yang lebih membahayakan. Dan
puncaknya pun pada pukul 15:55 WITA saat gunung berapi ini
benar-benar meletus besar. Sehingga statusnya pun ditingkatkan
menjadi Siaga (Level III) semenjak pukul 16:00 WITA.
https://ekliptika.wordpress.com/2014/06/02/letusan-besar-gunung-sangeang-api-nusa-tenggara-barat-30-mei-2014/
8/11
5/18/2015
Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
(https://ekliptika.files.wordpress.com/2014/06/sangeangapi_satelit.jpg)
Gambar 5. Letusan Sangeang Api dalam dua jam pertamanya,
diabadikan oleh satelit cuaca Himawari (MTSAT-2) milik Badan
Meteorologi Jepang dalam kanal inframerah. Pada pukul 17:00
WITA nampak titik putih mendekati sferis muncul di atas lokasi
Sangeang Api (panah kuning), sebagai pertanda puncak kolom
letusan sudah membumbung tinggi dan mulai melebar membentuk
awan payung/jamur raksasa. Sejam kemudian (pukul 18:00 WITA)
awan debu vulkanik yang sama telah melebar dan mulai bergeser ke
arah timur-tenggara. Sumber: JMA, 2014.
PVMBG mencatat tinggi kolom letusan Sangeang Api ini mencapai
sekitar 3.000 meter dpl. Sementara menurut VAAC Darwin, puncak
kolom letusan telah memasuki lapisan stratosfer karena mencapai
ketinggian antara 14.000 hingga 20.000 meter dpl. Letusan subplinian tersebut nampaknya menghancurkan kubah lava 1985 yang
menyumbat di dasar kawah. Namun seberapa besar lubang letusan
yang ditimbulkannya belum bisa ditentukan. Pun demikian
seberapa banyak material vulkanik yang disemburkannya. Yang
jelas hingga saat ini (Minggu 1 Juni 2014) letusan demi letusan di
Gunung Sangeang Api masih terus terjadi.
Akibat letusan, debu vulkanik pun memebdaki pulau Sumbawa
bagian timur dan pulau Sumba. Debu vulkanik bahkan terbawa
angin sampai sejauh 3.000 km ke arah tenggara, hingga mencapai
daratan Australia bagian utara. Sejauh ini 14 orang dikabarkan
hilang, sementara sekitar 3.000 orang lainnya dievakuasi dari
https://ekliptika.wordpress.com/2014/06/02/letusan-besar-gunung-sangeang-api-nusa-tenggara-barat-30-mei-2014/
9/11
5/18/2015
Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
anazkia berkata:
Media jarang sekali yang menuliskannya, linimasa pun sepi
memberitakannya. Semua hingar bingar dengan politiknya
masing-masing
Lantas bagaimana kabar para pengungsi? Bagaimana kehidupan
mereka sehari-harinya?
https://ekliptika.wordpress.com/2014/06/02/letusan-besar-gunung-sangeang-api-nusa-tenggara-barat-30-mei-2014/
10/11
5/18/2015
Letusan Besar Gunung Sangeang Api (Nusa Tenggara Barat), 30 Mei 2014 | Sudibyo & Semesta
https://ekliptika.wordpress.com/2014/06/02/letusan-besar-gunung-sangeang-api-nusa-tenggara-barat-30-mei-2014/
11/11