Anda di halaman 1dari 59

Kumpulan Kuliah THT

s
Anatomi
Kerangka laring terdiri dari :

Cartilago thyroidea
Cartilago cricoidea
Cartilagines arytaenoidea
Cartilagines corniculata (Santorini)
Cartilagines Cuneiforme (Wrisbergi)
Epiglotis

Kerangka cartilago ini dilengkapi dengan :

Membran hyothyreoidea, yang terbentang antara tepi atas cartilago

thyreoidea dan os hyoidea


Conus elasticus, terbentang dari tepi atas cartilago cricoidea sampai pada
ligamentum vocale.

Cavum laryngis dimulai dari aditus laryngis yang dibatasi di depan oleh tepi atas
epiglotis, di lateral oleh plica aryepiglottica dengan tuberculum cuneiforme dan di
belakang oleh tuberculum corniculatum dan incisura interarytaenoidea. Di kanan
kiri dari aditus laryngis terdapat sinus piriformis.
Vestibulum laryngis yang mulai dari aditus sampai plica ventricularis merupakan
bagian atas dari cavum laryngis. Bagian tengahnya disebut glotis, dimulai dari
plica ventricularis sampai tepi bebas plica vocalis. Sedangkan rima glottidis
adalah celah yang dibatasi oleh commissural anterior, kedua plicae vocalis dan
commissura posterior, yang dibagi menjadi pars intermembranacea (di antara
kedua plicae vocalis) dan pars intercartilaginea (di antara kedua cartilago
arytaenoidea). Bagian terbawah dari cavum laryngis adalah yang disebut
subglotis dan dimulai dari plica vocalis sampai cartilago trachealis yang pertama.
Mukosa laring merupakan lanjutan dari mukosa laringofaring dan meneruskan diri
menjadi mukosa dari trakea. Pada permukaan dorsal epiglotis dan pada plica
vocalis ia melekat erat dengan jaringan ikat longgar sehingga mudah sekali
membengkak dan inflamasi dan oedema.
Epithelium pada laringofaring berupa epitel berlapis gepeng, pada vestibulum
sampai dengan ventriculus epithel semu berlapis columnair bercilia, pada plica
vocalis epithel berlapis gepeng, sedang pada subglotis epithel columnair semu
berlapis bersilia.
1
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Glandula mukosa banyak terdapat kecuali pada plica vocalis dan bersifat tubuloalveolar.
Otot-otot laring terdiri dari :
o

Otot-otot extrinsik yang berasal dari luar laring melekat pada cartilago
thyroidea dan os hyoideum dan disebut juga strap-muscle :
o M. sternohyoideus
o M. sternothyroideus
o M. thyreohyoideus
Otot-otot intrinsik yang dibagi menurut fungsinya menjadi :
o Dilatator lumen (cavum laryngis)
Membuka aditus laryngis :
M. thyreoepiglotticus
Membuka rima glottidis (abductor):
M. cricoarytaenoideus posterior atau M. Posticus
o Constrictor cavum laryngis
Menutup aditus laryngis:
M. arytaenoideus transverses
M. arytaenoideus oblicuus
M. aryepiglotticus
Menutup rima glottidis (adductor) :
pars intermembranacea :
o M. thyreoarytaenoideus
o M. cricoarytaenoideus lateralis

Pars intercartilaginea :
o M. arytaenoideus transverses
o M. arytaenoideus oblicuus
o Mengatur tensi plica vocalis :
o Mengatur tensi plica vocalis :
Mengatur tensi plica vocalis:
o Menegangkan (tensor)
:
M. cricothyroideus
o Mengendurkan
:
M. vocalis
M. thyreoarytaenoideus

Persarafan laring :
N. laryngeus superior merupakan cabang dari N. X :

Ramus internus

sampai dengan subglotis


Ramus externus
: bersifat motoris untuk m. cricothyreoideus

: bersifat sensible dan sekretoris untuk mukosa laring

2
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


N. laryngeus inferior merupakan lanjutan dari n. recurrens N. X dan masuk ke
laring di belakang articulatio cricothyreoidea, bersifat motoris untuk inervasi
semua otot-otot intrinsik lainnya.
Vaskularisasi laring :

A. laryngea superior berasal dari a. thyreoidea superior cabang dari a.

carotis externa.
A. laryngea inferior berasal dari a. thyreoidea inferior cabang dari truncus

thyreocervicalis yang dipercabangkan oleh a. subclavia


V. laryngea superior bermuara di v. jugularis interna
V. laryngea inferior bermuara di v. anonyma sinistra

Aliran lymphe :
Dari daerah supraglottik lymphe dialirkan ke kelompok kelenjar leher profunda
superior, sedang dari daerah infraglottik lymphe dialirkan ke bagian bawah dari
kelompok kelenjar cervical profunda superior.
Fisiologi
Laring berfungsi :
1. Protective :
a. Pada waktu menelan dan muntah, aditus akan menutup
b. Kalau ada corpus alienum akan terjadi reflek batuk
2. Respiratory :
a. Secara pasif sebagai jalan napas. Di sini cartilago cricoidea sangat
penting sebagai kerangka untuk mempertahankan lumen terutama
pada trauma
b. Secara aktif mengatur lebar rima glotidis dalam pernapasan, waktu
inspirasi tenang rima terbuka sedikit. Waktu expirasi tenang rima
menyempit sedikit dan waktu inspirasi dalam rima akan membuka
lebar.

Ini adalah untuk mengatur pertukaran CO 2 dan O2 dan

dengan demikian mempengaruhi acid-base balance dalam darah


dan jaringan.
3. Circulatory :
a. Dengan perubahan tekanan di dalam tracheobronchial tree dan
parenkim paru-paru terjadilah efek pemompaan darah dalam
pembuluh-pembuluh darah di dinding alveoli.
4. Fixative :
Dengan menutup glotis pada akhir inspirasi terjadi fxasi dari thorax
sehingga thorax dapat berfungsi sebagai :
3
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT

Punctum fxum dari otot-otot lengan atas, misalnya pada waktu

mengangkat beban berat.


Punctum fxum otot-otot abdominal, misalnya untuk mengejan pada

waktu partus, defaecatio, mictio dan lain-lain.


5. Deglutitory :
Pada reflek menelan laring diangkat dan aditus laryngis menutup.
Pada bayi letak laring relatif masih tinggi seolah-olah seperti
cerobong sehingga ia bisa menyusu sambil bernapas.
6. Tussive :
Reflek batuk jika ada corpus alienum.
7. Expectorative :
Kedua macam fungsi ini sebetulnya juga bersifat protective dan
merupakan pertahanan lini kedua, yaitu pada
1. Corpus alienum yang berhasil melewati lini pertama (aditus dan
glotis)

akan

menyebabkan

reflek

batuk

yang

mengusahakan

keluarnya corpus alienum tersebut. JACKSON menyebut reflek batuk


ini sebagai the watchdog of the lung
2. Corpus alienum endogen seperti sekret dan sequestra dari bagian
perifer paru-paru dan bronkhioli digerakkan oleh silia dan baru
setelah sampai di cabang bronkhi yang lebih besar karena tekanan
pada dasar ventriculus laryngis.
8. Emotional : laring jelas berperan dalam :
a. Menangis
b. Rasa takut, terkejut (berteriak)
c. Mengantuk / menguap
9. Phonatory :
a. Bisanya dianggap sebagai satu-satunya fungsi utama, padahal
sebenarnya fungsi ini tidak vital.
b. Laring tidak menghasilkan kata-kata, tetapi hanya suara yang
dihasilkan dari getaran plica vocalis bagian depan.
Kata-kata ini dibentuk oleh apa yang disebut the molds of speech yaitu : faring,
palatum, lidah, gigi-gigi dan bibir. Kita semua mengenal ucapan kata-kata yang
tidak sempurna pada gangguan dari molds of speech ini, misalnya pada
paltoschizis, parese lidah, gigi yang ompong, labioschizis dan sebagainya.
Tinggi rendahnya suara bergantung dari :

Ketegangan plica vocalis : makin tegang makin tinggi nadanya, seperti

meniup terompet makin tegang bibir makin tinggi nada yang keluar.
Panjangnya kolom udara supraglotik, makin pendek makin tinggi suaranya

(ingat pada instrumen musik trombone).


Diameter kolom udara di atas plica vocalis, makin sempit makin tinggi
nadanya.
4

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT

Tekanan udara intratrakeal : makin tinggi tekanannya makin tinggi nada


suara.

Biduan dengan suara tinggi (soprano) waktu menyanyikan nada yang tinggi akan
menaikkan tekanan intratrakeal (peganglah Adams Apple waktu menyanyi,
makin tinggi suara, laring makin naik), dan menyempitkan diameter faring dan
ventriculus laryngis.
The molds of speech membentuk kata-kata dari suara yang dihasilkannya : S
adalah suara dari aliran udara di antara lidah dan palatum durum yang sempit ; F
suara udara antara incisivus atas dan bibir bawah ; P, T, K adalah suara udara
yang dilepaskan dengan tiba-tiba.
Suara menyanyi (singing voice) sebenarnya adalah pemanjangan suara huruf
hidup (vocal sounds) dengan tinggi nada yang dikontrol.
Suara pria dibedakan :

Bass
Baritone
Tenor

: frekuensi E 80 E 320
: antara bass dan tenor
: frekuensi C 128 B 480

Suara wanita :

Contralto
: E 160 E 640
Mezzo-soprano
: antara contralto dan soprano
Soprano
: C 256 C 1024

Bisanya seseorang mempunyai range 2 oktaf, tetapi dengan latihan vocal


dapat mencapai 3 oktaf. Frekuensi C 1024 disebut juga high C, sedangkan
suara setnggi C 2048 pernah dicapai.
Mutasi suara : pada adolescentio, anak laki-laki laringnya tumbuh dengan cepat
menjadi panjang dan lebar, karena itu suara menjadi besar dan kadang-kadang
diselingi seuara tinggi karena kontrol masih kurang sempurna. Pada anak
perempuan pertumbuhan laringnya secara lambat-laun hingga hampir tak ada
perubahan suara.
Suara konversasi (percakapan) pada pria berkisar sekitar C 128 ( C below middle
C ) sedangkan pada wanita sekitar C 256 ( middle C ).
Sifat suara (character of sound) : kita bisa mengenali suara seseorang karena
sifat-sifat yang sudah tertentu pada orang tua itu tentang :
5
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT

Molds of speechnya
Anatomi laringnya
Ruang-ruang resonansinya
Gerakan otot-ototnya

Suara orang tua (suara senile) : bisanya tinggi dan gemetar, karena :

Adanya fbrosis dan hyalinisasi plica vocalis hingga banyak mengandung

jaringan ikat padat dan kasar


Bertambahnya epithel berlapis gepeng
Kelemahan syaraf dan otot-otot laring

Suara bisik terjadi karena getaran udara melalui pars intercartilaginea dengan
getaran lemah dari plica vocalis, sehingga berbisik-bisik bukanlah vocal rest.
Ventriloquist (verter = perut, locotus = berbicara) sebenarnya berbicara (fonasi)
pada

waktu

inspirasi

sehingga

terjadi

resonansi

dalam

kolom

udara

tracheobronchial.
BEBERAPA GEJALA KELAINAN LARING
1. BATUK : ditimbulkan oleh iritasi mukosa laring
2. DYSPHONIA dan APHONIA
Adalah gejala yang penting karena dalam bentuknya yang kronis
merupakan gejala dini dari penyakit yang serius.
Dysphonia = suara yang kasar yang bernada lebih rendah dari pada
normal untuk seseorang. Setiap kelainan yang mengganggu bertemunya
kedua plica vocalis, ketegangannya dan bergetarnya dapat menyebabkan

dysphonia.
Misalnya :
Paralysis otot-otot intrinsic
Oedema karena :
Alergi
Trauma (laringkoskopi direk, trakeoskopi, bronkhoskopi, intubasi

nasotrakeal / endotrakeal, menelan zat-zat korosif, radiasi, dll)


Inflamasi karena merokok, minum alkohol, inhalasi udara padas dan

uap zat-zat yang merangsang


Infeksi : terjadi oedema dan sekret
Tumor
Sikatriks pada plica vocalis
Fiksasi dari articulatio cricoarytaenoideus
Dysphonia plicae ventricularis
Congenital
3. ODYNOPHONIA : rasa sakit waktu berbicara
4. STRIDOR : suara yang terjadi pada obstruksi aliran udara ke dalam atau
keluar

dari

lower

respiratory

tract.

Kalau

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

obstruksi

di

permulaan
6

Kumpulan Kuliah THT


tracheobronchial tree seperti di laring, suara terjadi pada inspirasi dan
disebut stridor inspiratoir. Stridor inspiratoir ini yang suaranya khas disebut
croup.
5. GAGGING (gangguan menelan, kesalak, choking)
Sering terjadi pada anak kecil (<2 tahun) yang belum bisa makan seperti
orang dewasa, misalnya makan kacang. Sebaiknya memberi kacang pada
anak kalau molar-susunya sudah tumbuh atau keluar sempurnanya itu
sekitar umur 2,5 tahun. Dapat terjadi pada setiap kelainan yang
mengganggu penutupan aditus laryngis, misalnya inkordinasi otot-otot
menelan, karena makan tergesa-gesa terutama yang sebelumnya minum
alkohol. Gagging ini kalau menyebabkan obstruksi laring total misalnya
oleh segumpal daging dapat menyebabkan kematian dalam waktu hanya 4
menit.
Korban tidak dapat bernafas dan tidak dapat berbicara dan menjadi
sianosis. Karena terjadi tiba-tiba dan sering terjadi di restoran seolah-olah
mendapat serangan jantung maka keadaan ini disebut juga caf
coronary.

Pertolongan

pertama

ialah

dengan

tindakan

yang

dikembangkan oleh HEIMLICH pada tahun 1974 dan disebut manuver dari
Heimlich. Tindakan ini berdasarkan kenyataan bahwa gagging ini selalu
terjadi pada waktu inspirasi, jadi dalam paru-paru terdapat udara yang
cukup banyak dan dapat digunakan untuk mendorong keluar corpus
alienum itu dari laring asal dikeluarkan dengan kuat dan tiba-tiba, yaitu

dengan menekan epigastrium kuat-kuat.


Kalau korban berdiri atau duduk : kita menempatkan diri dibelakangnya,
kedua

lengan

kita

merangkulnya

setinggi

pinggang.

Tangan

kiri

digenggamkan dan dipegang dengan tangan kanan kita. Dengan


genggaman

kedua

tangan

ini

kita

menekan

perut

penderita

di

epigastrium di atas pusar dan di bawah processus xyphoideus dengan


cepat dan kuat ke arah atas, kalau perlu beberapa kali sampai corpus
alienum

keluar,

bisanya

dengan

bunyi

seperti

membuka

botol

champagne.
Kalau korban terbaring : tidurkan ia terlentang, kita berjongkok di atas
pahanya dengan lutut kita di tanah. Dengan tangan kita bertumpu di atas
tangan lainnya, kita menekan dengan pangkal tangan pada epigastrium

korban dengan arah ke cranial.


Kalau anda sendirian dan mengalami gagging : coba apa saja yang dapat
memberikan tekanan yang kuat pada epigastrium, tekankan epigastrium
anda pada sudut atau tepi meja, atau dapat anda gunakan kepalan anda
sendiri.
7

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Manuver dari Heimlich ini mungkin menyebabkan fraktur dari tulang rusuk atau
trauma ringan pada viscera, teapi hal ini tidak ada artinya kalau jiwa seseorang
dapat diselamatkan.
6. DYSPNOE : tanda-tanda dyspnoe dapat dilihat :
a. Di muka
:
Nares melebar waktu inspirasi
Sianosis bibir
b. Di leher
:
Gerakan inspirasi yang kuat akan mengisap trakea dan
laring ke arah mediastinum
Otot-otot inspirasi tambahan yang ada di leher kelihatan
berkontraksi
c. Di dada
: tampak cekungan-cekungan pada inspirasi di :
Fossa suprasternalis
Daerah supraclavicularis dan infraclavicularis
Spatium intercostale
Epigastrium

Tingkatan penyumbatan laring dan menejemennya menurut JACKSON:


Stadium I

Tampak sedikit cekungan di fossa suprasternalis


Stridor
Anak masih tenang dan tak terlihat ketakutan
Tindakan :
Observasi sebaik-baiknya
Kalau pada laryngoskopi sudah tampak beslag di laring (laryngitis
diphterica), sebaiknya sudah disiapkan untuk trakeostomi.

Stadium II

Cekungan di fossa suprasternalis bertambah dalam


Tampak cekungan di epigastrium
Ada stridor
Anak tampak ketakutan
Tindakan : Trakeostomi

Stadium III

8
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT

Cekungan di fossa suprasternalis, sekitar clavicula (fossa supra dan

infraclavicularis)
Intercostale dan di epigastrium
Anak tampak gelisah sekali dan berusaha menghirup udara sekuat-kuatnya
Tindakan :
Trakeostomi sangat urgent
Kalau mungkin diintubasi dulu dengan bronkhoskopi atau polyvinylchloride

(PVC) tube, serta diberi O2


Tidak boleh diberikan sedatif dan sulfas atropine karena sangat berbahaya

dan dapat berakibat fatal.


Stadium IV

Cekungan-cekungan bertambah dalam


Anak ketakutan
Mulai sianosis

Tindakan :
Intubasi dan diberi O2
Kalau keadaan umum bertambah baik, dapat dilakukan tracheotomy

Trakeostomi dibedakan :

Emergency tracheotomy (necessary tracheotomy)


Orderly tracheotomy (elective tracheotomy)

Emergency tracheotomy bisa dihindari dengan intubasi endotracheal dulu, baru


kemudian dengan tenang bisa dikerjakan orderly tracheotomy.
Insisi kulit pada tracheotomy bisa dibuat vertikal (median) atau horizontal
(menurut lipatan kulit). Insisi median lebih memudahkan operator dalam mencari
trakea, tetapi memberi sikatriks di kulit yang cukup mencolok. Insisi horizontal
agak menyulitkan agak menyulitkan waktu mencari trakea, tetapi luka insisi bisa
sembuh lebih baik secara kosmetik. Insisi pada trakea dilakukan pada cartilago
trakealis III dan IV, tetapi lebih baik lagi jika tidak hanya berupa insisi tetapi
membuat lubang sebesar diameter kanul trakea. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa jika karena sesuatu kanul trakea tercabut, penderita masih
dapat bernapas melalui lubang tersebut.
Komplikasi trakesotomi :

Perdarahan
Infeksi luka
Pneumonia
9

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT

Emfsema kulit
Trauma oesophagus
Kesukaran pada dekanulasi (pencabutan kanul trakea) karena stenosis dari

trakea
Pneumothorak (pada anak-anak)

Perawatan penderita dengan trakeostomi


1. Yang ideal : penderita ditempatkan di dalam benda yang dialiri uap air dan
O2 untuk mencegah pengeringan lendir di dalam kanul dan trakea
2. Selalu diawasi karena penderita tak dapat berbicara, hingga tak dapat
memanggil kalau terjadi apa-apa
3. Lendir harus selalu diisap dari kanul
4. Tiap 2-3 jam kanul dalam harus dicopot dan dibersihkan, kemudian
dipasang lagi sesudah disterilkan
5. Sebaiknya setiap 24 jam kanul trakea diganti
6. Pemberian sulfas atropine merupakan kontraindikasi
Dekanulasi (pencabutan kanul) :
Dekanulasi dilakukan bertahap dengan menutup lubang kanul sedikit demi
sedikit sampai penderita bisa bernafas bebas pada penutupan total dari kanul,
baru kanul boleh diangkat. Luka trakeostomi sesudah dekanulasi tidak dijahit dan
dibiarkan menutupnya dengan kasa steril.
Pemeriksaan Laring, dibedakan :
1. Laryngoscopia directa
Dilakukan dengan alat yang disebut laryngoscope. Penderita berbaring dan
pemeriksaan dilakukan dengan anestesi local atau anestesi umum.
Tindakan ini tak perlu dikuasai oleh dokter umum dan hanya dilakukan
oleh :
Otolaryngologist
Pulmonologist
Anaesthesiologist dan anaesthetist
2. Laryngoscopia indirect
Dokter umum harus dapat melakukannya dan alat-alatnya pun cukup
sederhana dan murah :
Lampu kepala (headlamp) dari Hasselt
Cermin laring
Lampu spiritus (spiritus brander)
Sepotong kasa
Penderita duduk tegak dan tidak boleh bersandar. Dengan membuka mulutnya
dan menjulurkan lidahnya keluar, penderita bernafas melalui mulut. Lidah
10
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


penderita kita pegang dengan sepotong kasa dan cermin laring yang sudah
dipanaskan lebih dulu kita masukkan ke dalam faring menghadap ke bawah.
Dengan sinar dari lampu kepala yang dipantulkan cermin kita dapat melihat
laring. Harus diingat bahwa apa yang terlihat di bagian atas cermin adalah
bagian ventral laring dan yang terlihat di bagian kiri cermin adalah bagian kanan
laring.

11
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


PARALYSIS OTOT-OTOT LARING INTRINSIK
1. Unilateral midline paralysis
Disebut juga unilateral recurrent laryngeal nerve paralysis, merupakan
paralisis dari otot abductor (m. posticus) sepihak, dan paralisis yang paling
sering terjadi. Pada pria terjadi 2 kali lebih banyak daripada wanita.
Gangguan pada n. recurrent setelah di percabangkan oleh n. vagus ini 2
kali

lebih

sering

ditemukan

di

kiri

oleh

karena

N.

kiri

mempercabangkannya setinggi arcus aortae, jadi lebih panjang.


Etiologi :
Trauma pada operasi struma. Karena itu sebaiknya dilakukan
laryngoskopi indirekta sebelum dan sesudah strumektomi.
Trauma ini bisa berupa terpotong atau terikat. Kalau paralisis terjadi
beberapa hari post-strumektomi dapat karena oedema atau infeksi,
dan

kalau

lama sesudahnya

mungkin

karena

terjadi

fbrosis

sekitarnya.
Carcinoma dari gl. Thyroidea, hipofaring atau oesophagus
Carcinoma bronkhi dengan pembesaran kelenjar mediastinal. Kalau
sudah terjadi paralisis dari n. recurrens sinistra berarti sudah

inoperable
Pembesaran auricular sinistra karena stenosis mitralis
Penyakit jantung kongenital
Aneurisma arcus aortae
Bronchiectasia dan adenopathia
Neuritis karena virus, toxin (difteri), keracunan timah hitam,
avitaminosis B. 1

Gejala-gejala :

Respirasi tak terganggu


Suara serak, bisa hanya

kompensasi suara tidak serak lagi.


Plica vocalis yang paralise terletak di median atau paramedian

sementara

dan

bila

sudah

terjadi

karena pekerjaan adductor.


Terapi : tergantung dari causanya.

12
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


2. Unilateral incomplete paralysis
Terjadi jika semua otot laring sepihak lumpuh kecuali m. arytaenoideus,
karena otot ini innervasinya bilateral. Plica vocalis yang terkena terlihat
konkaf paraboloid dan kendor (flaccid) hingga terangkat oleh aliran udara
pada ekspirasi yang kuat.
Etiologi : harus dicari causa yang mungkin mengganggu n. laryngeus superior
dan

inferior

( gangguan-gangguan

pulmo,

aorta,

cor,

oesofagus,

gl.

Thyroidea, kelenjar paratrakeal, trauma, dan lain-lain).


Gejala : suara serak, tapi lama-kelamaan bisa baik lagi kalau terjadi
kompensasi.
3. Bilateral midline paralysis
Paralisis n. posticus kedua belah pihak
Etiologi :

Perifer : bisanya akibat dari strumektomi. Karena itu perlu kontrol


laryngoskopi pre-operatif apakah sudah ada unilateral midline paralysis
sebelumnya.

Central : multiple sclerosis dan tabes.

Gejala-gejala :

Suara cukup bagus atau sedikit serak.


Kalau terjadinya tiba-tiba, dapat terjadi

tracheotomy.
Kalau terjadi sedikit demi sedikit, hanya pada waktu exercise saja terjadi

asfksia

dan

memerlukan

stridor dan dyspnoe.


DD : fksasi dari articulatio cricoaryt. Dapat dibedakan pada laryngoskopi
directa dengan menggerak-gerakkan cartilago arytaenoidea.
Terapi :
Dengan trakeostomi kita dapat menunggu paralisis sembuh spontan dalam 12
bulan. Kalau sudah 1 tahun paralisis tidak sembuh, dapat dilakukan :

Submucous resection dari plica vocalis dan cart.arytaenoidea pada salah

satu pihak. Hasilnya : suara jelek.


condopexy :
13

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT

Operasi

King

transfksasi

cart.arytaenoidea

yaitu

melepaskan

cart.arytaenoid dari persendiannya dan mengikatnya ke lateral pada


tepi dorsal cart.thyroidea. Hasilnya : suara cukup baik kalau glotis tidak

lebih lebar dari 4 mm, suara lebih bagus tetapi nafas sesak.
Operasi Kelly : cart.aritaenoidea dieksisi melalui suatu window pada

cartilago thyroidea.
Operasi Woodman : sama dengan Kelly hanya dengan approach
subperichondrial dibelakang cart.thyroidea.

Tindakan operasi diatas tidak dikerjakan jika :

Jika

Sebelum batas waktu 1 tahun.


Kalau ada tumor ganas yang inoperable.
harus

memilih

antara

hidup

dengan

tracheotoma

seterusnya

atau

condopexy, penderita mengalami pilihan :

Tracheotoma : suara cukup baik dengan menutup tracheostoma selama

berbicara, tetapi tidak dapat berenang.


Cordopexy : suara tidak begitu baik (kemungkinan juga jelek) tetapi dapat
berenang.

4. Bilateral incomplete paralysis


Semua otot laring lumpuh kecuali m.arytaenoideus. Kedudukan plica vocalis di
tengah-tengah antara kedudukan pada respirasi dalan dan phonasi. Tidak sesak
nafas dan suara serak, sedang expektorasi kurang baik.
Etiologi : bisa sesudah strumektomi dan dapat sementara atau permanen. Dulu
syphilis merupakan salah satu sebab yang penting, sekarang sudah jarang sekali.
Kalau fungsi adductor kembali baik, dapat menjadi bilateral midline paralysis dan
menjadi sesak hingga perlu tracheotomy.
5. Complete paralysis
Suara sangat serak dan air waste (expektorasi jelek).
Etiologi : gangguan n.vagus kanan kiri diatas percabangan nervus laryngeus
superior.
Prognosis : jelek sukar sembuh.
Komplikasi : pneumonia.
14
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


6. Adductor paralysis
Paralisis otot-otot penutup glotis :

M.
M.
M.
M.

thyreonarytaenoideus (penutup pars intermembranacea)


cricoarytaenoideus lateralis (penutup pars intermembranacea)
arytaenoideus tranversus (penutup pars intercartilaginea).
arytaenoideus obliqus (penutup pars intercartilaginea)

Etiologi : gangguan nervus vagus supranuclearis dan bilateral.

Commotion cerebri / contusio cerebri.


Syphilis.
Komplikasi cerebral dari thypus abdominalis.

Ada 3 macam adductor paralysis :

Complete

intercartilaginea dari glotis tetap terbuka, suara dan ekspektorasi jelek.


M. arytaenoideus tidak lumpuh sehingga cartilago arytaenoideus dapat

adductor

paralysis,

adduksi, pars intermembranaceus

pars

intermembranacea

dan

pars

glotiddis tetap terbuka dan suara

maupun ekspektorasi jelek.


Hanya m. arytaenoideus yang lumpuh, plica vocalis masih dpat adduksi
hanya pars intercartilaginea glotidis yang terbuka, suara bagus dan
ekspektorasi baik.

7. Thyroarytaenoid paralysis
Dapat terjadi unilateral maupun

bilateral, tetapi jarang. Pada inspirasi plica

vocalis terlihat normal dan pada phonasi hanya arytaenoid yang bergerak. Suara
lemah dan bernada rendah (low-pitched). Harus dibedakan terhadap :

Myasthenia laryngis.
Tbc laring
Tumor subglottic.

8. Cricothyroid paralysis
Sangat jarang terjadi, akibat paralisis nervus laryngeus sup, disertai anesthesia
dari laring. Plica vocalis yang terkena bergelombang (wavy) akibat kontraksi m.
thyreoarytaenoideus. Suara lemah, kasar, dan bernada rendah. Kalau bilateral
bisanya disertai batuk-batuk karena aspirasi akibat anesthesia laring.

15
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


INFLAMASI DAN INFEKSI DARI LARING
Laryngitis acuta
Merupakan bagian dari common cold atau coryza atau rhinitis acuta simplex.
Sering terdapat.
Etiologi :

Filterable virus
Dapat terjadi infeksi sekunder oleh :
Haemophilus influenza.
Pneumococcus.
Streptococcus haemolitikus.
Staphylococcus haemolitikus, dan lain-lain.

Predisposisi :

Avitaminosis
Sinusitis chronica.
Pada anak-anak : infeksi kronis dari jaringan lymphoid di fauces, faring dan

nasofaring.
Bernafas melalui mulut.

Gejala :

Mukosa laring oedematous dan hiperemis, begitu pula plica vocalis sehingga

suara serak.
Karena banyak batuk terjadi ekimosis.
Sekret sedikit tetapi kental.
Ada odynophonia.
Pada hari-hari pertama panas 38,5oC dan jika diberi anti piretikum panas
turun disertai banyak keringat untuk kemudian naik lagi dengan menggigil.

DD : diphtheria dan acute exanthemata.


Terapi :

Udara dengan temperatur 22oC dan kelembaban 50%.


Minum banyak air.
Antipyretika.
Antibiotic kalau ada infeksi sekunder.
Kortikosteroid atau preparat enzyme.
Silence (vocal rest).

Kontraindikasi : dilarang memberikan atropine dan opiate.

16
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Prognosis : merupakan self-limiting disease, bisanya sembuh dalam waktu kirakira 10 hari. Tetapi kalau dipaksakan untuk berbicara terus dapat lebih lama lagi.
EPIGLOTTITIS ACUTA
Penyakit

pada

anak-anak

ini

sering

dibicarakan

sebagai

bagian

dari

laryngotracheobronchitis acuta, tetapi ternyata terlalu banyak perbedaannya


sehingga perlu dianggap sebagai penyakit yang terpisah ( a separate disease
entity). Epiglotitis acuta lebih jarang dari laryngotracheobronchitis acuta tetapi
lebih berbahaya karena cepat sekali menyebabkan obstruksi laring.
Bisanya dimulai dengan rasa sakit di leher atau radang jalan nafas bagian atas.
Dysphagia

sebagai

salah

satu

gejala

utamanya

niasanya

terdapat

dini.

Perubahan suara atau tangis anak menyerupai adanya corpus alineum dalam
kerongkongan. Stridor inspiratoir cepat sekali timbul dan dapat berakhir sebagai
obstruksi yang fatal dalam waktu 3-4 jam saja. Karena itu diagnosa atau terapi
yang cepat sangat penting disini.
Disamping gambaran faringitis ringan terlihat pembengkakan epiglotis karena
oedem dan sangat hiperemis. Ini dapat dilihat dengan memakai tongue spatel.
Laringoskopi directa lebih berbahaya karena dapat mempercepat obstruksi total.
Etiologi : Haemophilus influenza B.
Terapi :
-

intubasi atau tracheotomy.

Ampicillin sebagai drug of choice.


Kortikosteroid
Oksigen dan udara lembab.
Antipiretikum.
Cairan intra vena karena bisanya dehidrasi akibat dysphagia dan
pyrexia.

LARYNGITIS DIPHTERICA
Diphtheria dibicarakan panjang lebar dalam Ilmu Kesehatan Anak. Sekarang
sudah jarang. Laryngitis diphterica dapat ada tanpa gejala-gejala di faring dan
cavum nasi.
Kalau terjadi sebagai penyebaran dari pharyngitis diphterica berarti terlambat
memberikan antitoxin waktu ada kelainan faring. Pada anak-anak sering terjadi
obstruksi karena oedem jaringan ikat longgar subglotik sebelum asphyxia karena
membran yang menutup glotis.
17
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Terapi :
-

diphtheria antitoksin secepat-cepatnya.

Intubasi atau tracheotomy.


Dan tindakan-tindakan lainnya ( lihat kuliah pediatric).

LARYNGOTRACHEOBRONCHITIS ACUTA (PSEUDOCROUP)


Terdapat pada anak-anak dibawah umur 3 tahun dan disebabkan oleh organisme
virulent yang tidak spesifk :
- Haemophilus influenza type b.
- Streptococcus haemolyticus.
- Streptococcus viridans
- pneumococcus.
- Staphylococcus haemolyticus.
Gejala-gejala :
Dimulai dengan rhinitis acuta simplex atau pharyngitis acuta, disusul dengan
suara serak, batuk (croupy cough) dan panas dapat enteng sampai sedang,
dengan nadi cepat dan toxaemia. Terdapat stridor inspiratopir, anak gelisah, dan
cyanosis yang terjadi tak mencolok (pale cyanosis). Ada 3 faktor yang
mempercepat terjadinya obstruksi laring :
- jaringan ikat subglotik yang longgar dengan lumen yang kecil.
- lender yang kental dan melekat.
- Daya ekspektorasi yang lemah.
Obstruksi disini subglotik, sedang pada epiglotis acuta adalah supraglotik.Pada
laryngoskopi terlihat mukosa hyperemis sedang plica vocalis tidak begitu
hyperemis, terdapat oedema subglotik. Sekret yang mula-mula serous dengan
cepat menjadi mucoid dan kental melekat terkumpul dalam trakea dan bronchi.
Kematian dapat karena obstruksi, atelectase, dan pneumoni.
Terapi :

Udara dengan kelembaban tinggi (lebih dari 90%) dan

temperatur yang komfortabel (200C).


-

Antibiotik.
Kortikosteroid.
Intake cairan yang cukup.
Hindari opiate dan atropine ( sulfas atropine).
18

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


-

Kalau sesak hebat dapat di tracheotomi terutama untuk pengsiapan

lendirnya.
Kalau ada obstruksi oleh sekret dapat diambil dengan bronchoscope.

Kalau terapi baik dapat sembuh dalam waktu 1 minggu, karena ini merupakan
selflimiting disease dapat sembuh spontan dalam 2 minggu, kecuali kalau ada
komplikasi dapat lebih panjang.
Sequelae :
-

Abscessus pulmonum.
Bronchiectasia.
Stenose laring atau bronchi.

Laryngitis acute terdapat juga pada penyakit-penyakit seperti :


1. Morbili : sekret serous, banyak, dapat menjadi purulent atau membraneus.
2. Scarlatina : karena streptococcus. Dapat terjadi oedema hingga
memerlukan tracheotomi. Dapat pula terjadi perichondritis, nekrose
cartilago dan abscess hingga mengakibatkan stenosis laryngis.
3. Pertussis : selalu disertai laryngitis acuta dan tracheitis. Terjadi perdarahan
submukosa dalam laring (ecchymosis).
4. Variola : gejala-gejala tertutup oleh gejala-gejala umum dan di kulit.
5. Typhus abdominalis : laryngitis timbul pada minggu ke 3 atau 4, dan dapat
terjadi perichondritis, nekrosis cartilago, abscess dan stenosis laryngis,
hingga perlu tracheotomi. Prophylaxis : kebersihan mulut harus di jaga.
6. Angina agranulocytotica : disamping nekrose tonsil dan faring dapat pula
terjadi nekrose dari laring atau hanya terjadi oedema saja.
7. Mononucleosis infectiosa : gejala-gejala laryngitis enteng.
8. Angina plaut-vincent : ini disebabkan oleh bacillus fusiformis dan apirillum
dari vinsent ditambah infeksi sekunder, bisanya ini lateral. Pada tonsil
dapat terjadi gejala-gejala laryngitis acuta.
9. Angina ludovici : absces spatium sublinguale yang disebabkan oleh
streptococci

yang

virulent

dan

menjalar

ke

laryng

lewat

jaringan

submukosa. Dapat terjadi oedema laring yang hebat padahal oedema


faring sedikit saja.
10.Erysipelas : penjalaran dari faring.
11.Influenza.
Terapi :
-

Mengatur temperatur (200- 220C ) dan kelembaban udara 50 0C atau

lebih jika sekret lebih kental.


Silence.
Pengobatan sistemik.
Kalau perlu trocheotomi.
Antiinflamasi.
19

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


ABSCESSUS LARYNGIS
Etiologi :
-

Streptococcus haemolyticus
Streptococcus viridans.
Bakteri pyogen lainnya.
Bisanya menyertai penyakit sistemik atau sesudah trauma dari laring.

Laryngoskopi :
-

Pembengkakan mukosa dan hyperemi.


Kadang-kadang terlihat ulcerasi.

Gejala :
-

Serak
Batuk yang produktif.
Kalau rupture, sputum banyak bercampur darah.

Diagnose :
-

Dengan palpasi.
Laryngoskopi.

Terapi :
-

Antibiotik.
Insisi tetapi tidak boleh mengerjakan eksplorasi.

Komplikasi :
-

Asphyxia
Mediastinitis.
Nekrose cartilago laring.

Laryngitis acuta karena trauma :


-

Berteriak-teriak.
Berbicara atau menyanyi berlebihan.
Batuk-batuk karena sebab lain.
Corpus alienum.
Laryngoskopi directa.
Endotrakeal nercose.
Asap/merokok.
Obat-obatan KJ.
Zat kimia : gas amoniak dan CO2

Symptom :
-serak
20
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


- odynophonia.
Diagnosa :
-

Mukosa laring hiperemis


Plica vokalis tidak begitu hyperemis / merah muda.
Haematoma.

Terapi :
-

Silence
Kalau ada hematoma harus di insisi supaya jangan terjadi organisasi.

Komplikasi :
-

Infeksi sekunder.

LARYNGITIS CHRONICA
Etiologi :
-

Infeksi yang berkali-kali berasal :


o Exogen
o Endogen : dari adenoiditis chronica, sinusitis chronica, Koch
pulmonum, bronchiectasia.
Trauma berkali-kali atau terus-menerus :
o Penggunaan suara berlebihan.
o Debu.
o Merokok.
o Bernafas melalui mulut (fltrasi dan kelembababn berkurang)
o Minum alcohol (vasodilatasi teru-menerus.)
o Avitaminosis.
o Malnutrisi.

Banyak terdapat pada penyakit-penyakit :


PA :

Diabetes mellitus.
Cirhhosis hepatis.
Decompensatio cordis.
Nephritis.

- hyperemi diffuse dengan infltrasi sel-sel bundar.


-

Kelainan fbrotic dalam mukosa / submukosa sehingga aktivitas kelenjar


dan lama-kelamaan atrofs.

Laryngoskopi :
-

Hyperemi diffuse.
21

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


-

Terdapat sekret kental pada plica vocalis atau terbentang diantaranya


sehingga selalu berdehem-dehem.

Gejala :
-

Serak, baik pagi maupun sore.


Rasa tak enak atau rasa bengkak.
Sakit.
Rasa gatal hingga batuk-batuk.
Berdehem terus.

Differential diagnosis :
-

Carcinoma laryngis.
Laryngitis tuberculosa.
Myasthenia laryngis.

Komplikasi :
-

Trachetis.
Fibrosis hingga terjadi tumor klinis benigne
Arthritis cricoarytaenoidea.
Myasthenia laryngis.
Haematoma.

Prophylaxis dan terapi : berlaku prinsip-prinsip dasar dalam penanggulangan


laryngitis acuta.
Bentuk-bentuk lain :
LARYNGITIS CHRONICA HYPERTHROPHICANS
-

Laryngitis chronica yang lama dan hebat.


Fibrosis dari laring
Gejala-gejala lebih hebat.
Prognosa jelek dalam hal fungsi.

LARYNGITIS CHRONICA SUBGLOTICA


-

Terdapat

hyperplasia

regio

subglotis

hingga

terjadi

stenosis

cicatricialis.
Terapi : bougienage atau pemasangan stent atau operasi ( plastic
reconstructive surgery).

PACHYDERMIA VERRUCOSA LARYNGIS


-

Penebalan mukosa laryngdi plika vokalis bagian posterior ( sepertiga


bagian) dan commissura posterior.
22

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


-

Jarang, terdapat pada alkoholisme kronik dan yang banyak berteriak-

teriak.
Penebalan seperti tumor, abu-abu dan dapat diangkat dalam lembaran-

lembaran, batas jelas, tidak ada ulserasi.


Sekret viskeus dan dapat terlihat seperti benang.

PA : epidermis menebal dengan perubahan-perubahan epidermoid, terlihat sel-sel


yang bervakuola .
Symptom :
-

Serak, suara nada rendah.


Odinophonia dan lekas capai kalau berbicara atau sesudah batuk-batuk

untuk mengeluarkan sekret.


Dyspnoe kalau penebalannya besar.

TBC laring
Ca laryngis
Granuloma

DD :

Terapi : operasi ( eksisi ) dengan forceps.


LARYNGITIS CHRONICA ATROPHICANS
-

Mula-mula sebagai laryngitis sicca sebagai lanjutan fbrosis dari

laryngitis chronica, lama-lama menjadi ozaena.


Kadang-kadang terdapat bersama-sama dengan rhinitis athropicans

dan tracheobronchitis atrophicans.


Karena fbrosis, kelenjar necrose dan mukosa kering, kasar, dan tidak

mengkilat.
Lama-kelamaan tinggal sekret mucous yang kental, melekat, dan

mongering menjadi krusta.


Kalau krusta lepas atau diangkat akan terjadi perdarahan.
Oleh pertumbuhan bakteri saprophyt terjadilah foctor.

DD : syphilis dari laryng.


Terapi : atur kelembaban udara dengan tinggal dipantai misalnya.
Prognosa : tak dapatsembuh dan suara akan serak terus.
CONTACT ULCER OF THE LARING
Etiologi :

23
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


-

Processus vocalis yang beradu tiap kali phonasi pada pemakaian suara

yang berlebihan.
Kalau terjadi necrose prosessus vocalis ulkus akan bertambah hebat

dan terjadi granuloma.


Inhalasi debu atau merokok akan menambah gejala.
Terdapat pada orang laki-laki, jarang pada wanita, dan tak pernah pada
anak-anak.

Symptom:
-

Serak.
Setelah berbicara bertambah serak.
Dysphagia.
Rasa seperti ada corpus alienum
Otalgia ringan.

Terapi :
- silence
- Granuloma di eksisi dan sama sekali tak boleh di caustic baik dengan
larutan nitras

argenti maupun electrocauter

PERICHONDRITIS dari LARING :


Merupakan inflamasi perichondrium dari cartilago laring. Sudah jarang sebagai
komplikasi dari penyakit penyakit sistemik seperti :
-

Diphtheria
Typhus abdominalis
Tuberculosis
Syphilis,

Bertambah banyak sebagai sebabnya ialah trauma , terutama dalam perang.


Dalam Negara-negara yang sudah maju terutama kecelakaan lalu lintas.
Etiologi : - bakteri pyogen (streptococcus haemolyticus) berupa infeksi primer
maupun sekunder
- infeksi sekunder bisanya pada penyakit infeksi akut
- trauma
-tracheostomi yang terlalu dekat dengan laring

24
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


LARYNGITIS TUBERCULOSA
Sudah jarang sebagai komplikasi tbc pulmonum karena pengobatannya yang
lebih baik.
Klinis dibedakan : - type chronis
- type akut milier
- type lupoid
Etiologi : mycobacterium tuberculosis, dan jika ada infeksi sekunder akan terjadi
banyak
destruksi.
Patologi : berupa nodulus yang dalam perkembangannya dapat menjadi
fbrotis, dapat pula menjadi caseus dan pecah hingga terjadi
ulkus. Melalui perichondritis dapat terjadi nekrosis cartilago. Ini
sering

terjadi

pada

cartilago

arythenoideus

hingga

terjadi

ankylosis artic, cricoarytaenoidea atau sequester.


Sesak nafas terjadi karena : - perubahan perubahan tuberculosis
-Oedema
-Fiksasi di median dari articulatio cricoarytaenoidea
-Cicatrisasi dengan retraksi
Laryngoskopi indirek :
Gambaran yang terlihat tergantung dari fase penyakit :
Tingkat I : kalau nodulus masih dibawah mukosa terlihat mukosa yang licin
dan anemis, kemerahan pada satu plika vokalis kadang-kadang
kasar dan ada erosi.
Kalau nodulus sudah dekat pada permukaan, terlihatlah benjolan
merah atau merah muda , putih, merah-kebiruan terutama di
daerah interarytaenoidea.
Tingkat II : terdapat oedema dari plica aryepiglottica dan epiglotitis hingga
terlihat turban-shaped epiglotis
Tingkat III : terlihat irreeguler, ada ulcerasi, nodulus, dan inflitrasi.

25
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Tingkat IV : mukosa terlihat pucat dengan oedema, ulcerasi , tuberculpma,
granuloma, epiglotis yang notched dan sempitnya glotis, Ini
adalah stadium perichondritis dan nekrose tulang rawan.
Symptom : I. Sebelum ada persangkaan tbc pulmonum : suara lemah serak
ringan timbul hanya kadang-kadang dan kemudian hilang hingga
dikira suatu cold saja. Ada batuk sedikit.
II.

serak terus menerus dengan batuk-batuk yang sedikit

produktif
III.

Batuk

keras

dengan

haemoptoe,

sesak

nafas

disertai

dysphagia/ odynophagia, odynophonia/aphonia. Terdapat pula


otalgia dan neuralgia n.laryngeus superior. Tetapi tanda-tanda ini
bisanya tertutup oleh gejala-gejala dari tbc pulmonum.
Diagnosa : biopsy dari nodulus atau tepi ulkus
DD : - laryngitis tuberculosa
- laryngitis luetica
- carcinoma laryngis

SYPHILIS dari LARING :


-

Disebabkan oleh spirochaeta pallida


Akhir-akhir ini meskipun syphilis bertambah kasusnya, stadium

akhir berkurang karena diagnose dan pengobatan yang baik


Pada waktu secondary dermal rash laring hyperemis dan disebut

laryngitis subacuta, terdapat bercak-bercak pada epiglotis.


Pada late syphilis terdapat gumma, ulcerasi, dan perichondritis

dan dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri pyogen.


Pada congenital syphilis bisa terdapat keadaan late syphilis pada
anak-anak.

LEPRA dari LARING :


-

Terdapat pada 10 % dari kasus lepra type tubercular dan kurang

pada tipe anesthetic.


Disebabkan oleh mycobacterium leprae

26
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


-

Port dentre adalah hidung : laesi primer bisanya di septum nasi

bagian depan bawah, terjadi karna digital inoculation


Terdapat di daerah tropis dan subtropics.
Ada 3 type : * tubercular, nodular, hypertrophic
*Neural, anaesthetic form
*Mixed type

-pada laring terdapat inflitrasi nodular, ulcerasi, cicatrisasi


-serak terjadi pada stadium lanjut karna plica vokalis lambat terkena
, begitu pula arytenoidea dan otot-otot laring.
-Terapi : DDS (diamino-diphenyl-sulphone)

SCLEROMA RESPIRATORIUM = RHINOSCLEROMA


Suatu penyakit infeksi chronic spesifk dari mukosa hidung, pharyx, laring, dan
trakea.
Banyak terdapat di Eropa Timur (Balkan), Rusia Selatan, Amerika Selatan, Asia, Di
Indonesia : di Bali.
Etiologi : Bacillus rhinoscleromatis ( FRISCH)
PA : kelainan terbatas di mukosa dan submukosa berupa inflitrat keras fbrotis
tetapi tak ada ulcerasi. Terdapat hyaline bodies (Russel), foam cells (Mikulicz),
bacillus Frisch yang gram negative.
Simptom :
- serak
- batuk dengan sekret foetor atau crusta
- dapat ada obstruksi dan sesak tetapi tak merasa sakit.
DD : harus dibedakan dengan syphilis.
Diagnosa : biopsi
Prognosa : tak dapat sembuh
Terapi :
27
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


-

Radiasi setelah dikerjakan traceostomi

Bisa dicoba dengan streptomycin.

Untuk mengurangi foetor : mencuci sekret atau medikasi dengan


KJ.

TUMOR BENIGNA LARING


Tumor laring yang benign tidak jarang, dan terdapat dalam perbandingan 2:3
dengan tumor maligna pada orang dewasa pria , sedang pada wanita ratio ini
berbalik 3: 2
Sebagian besar dari apa yang disebut tumor benigna dari plica vokalis adalah
non-neoplastik.
Simptom : tergantung dari :
- lokasinya
- besarnya.
Tumor kecil atau agak besar di daerah plica aryepiglottica bagian luar atau
sekitar

epiglotis

tidak

menyebabkan

gejala-gejala dan

ditemukan

secara

kebetulan.
Tumor besar yang mendesak otot-otot laring memberi rasa tidak enak
(discomfort) di tenggorokan terutama waktu menelan atau berbicara, atau
menyebabkan perubahan timbre dari suara.
Tumor kecil di commissural anterior atau tumor yang tak bertangkai (sessile) di
tepi plica vokalis memberi dysphonia yang mencolok , sedang tumor bertangkai
dari bagiian bawah atau atas plica vokalis , pada fonasi hanya memberi gejala
suara sedikit lemah (tiredness of the voice).
Rasa sakit jarang ada, begitu pula dysphagia. Batuk paroxysmal kadang-kadang
terdapat pada tumor bertangkai. Dypnoe dan stridor adalah tanda-tanda utama
tumpr benigna yang besar, terutama papilloma multiple pada anak-anak, dan
lebih jarang pada chondroma atau adenoma yang besar pada orang dewasa.
Diagnosa : biopsi

PAPILLOMA
28
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Suatu tumor epithelial dan berbentuk papillair, bisa simetris (tunggal) atau
multiple. Tipe solitaire (single) terdapar lebih banyak pada orang dewasa. Tipe
multiple lebih sering terdapat pada anak-anak.
Solitary papilloma
- Bisanya tumbuh dari tepi plica vokalis di dua pertiga bagian depan, bisa
pula dari plica ventrikularis atau daerah subglottik.
- Pada pria terdapat dua kali lebih banyak dari pada wanita
- Umur 30-50 tahun
- Pada tumor yang bertangkai sering tak kelihatan pada respirasi tenang
karena terdapat di subglotik, tetapi pada phonasi tumor akan terdesak ke atas
dan terletak di atas plica vokalis
- Ada tendensi recurrent , tetapi jarang menjadi maligna (hanya 3-4%).
DD : pachydermia laring : -ini terdapat di bagian belakang plica vokalis atau di
daerah

interarytenoidea, sedang papilloma jarang di bagian posterior.

Diagnosa : biopsi
Terap : eksisi
Multiple papillomas
Karena sifatnya yang :
- Multiple
- Ada tendensi untuk regresi spontan
-Menurut beberapa penulis ada response terhadap pengobatan dengan
tetrasiklin.
Maka analog dengan verruca diduga etiologinya adalah virus. Mungkin ada
hubungan dengan defsiensi asam amino dalam diet. Inclusion bodies pernah
ditemukan dalam juvenile papilloma ini. Biasanya terdapat pada umur 5-15
tahun,tetapi bisa pada bayi. Perbandingan pada pria/ wanita adalah sama.
Tendensi regresi terdapat pada pubertas. Sering sekali menyebabkan dyspnea
dan tracheotomy bisa diperlukan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Tendensi untuk rekuren bisa terdapat disemua bagian laring, faring dan trakea,
kadang-kadang tumbuh sampai di tracheotoma. Bisanya tak ada kecenderungan
29
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


menjadi maligna biarpun eksisi berulang-ulang. Pada yang di irradiasi ada
kemungkinan menjadi maligna kelak kalau sudah dewasa.
Terapi :
- Karena menyerupai verruca yaitu bisa hilang tiba-tiba sesudah tumbuh
berulang-ulang

selama

bertahun-tahun,

hendaknya

jangan

sampai terlalu banyak merusak mukosa pada tindakan operatif.


-

Metode utama ialah scalping dengan cup forceps yang tajam.


Diathermi
Tetracycline, hormone dan autovaccine pernah dicoba
Antimetabolite : methotrexate,alkylating agents,
Tracheotomy.

- Irradiasi jangan digunakan dengan alasan :

Tumor jarang yang radiosensitive


14% anak-anak yang
di irradiasi

mendapat

carcinoma

planocellulare kemudian
- Cryosurgery : sedang di evaluasi.
- Caustic :
- larutan AgNO3
- larutan podophyllin
- hormone : sesudah operasi dapat diberikan aplikasi local dengan
estrogen.
ADENOMA : jarang, bisanya cystic.
FIBROMA: jarang yang betul-betul neoplasma ; bisanya dipakai untuk menyebut
benjolan-benjolan akibat inflamasi atau trauma. Terdapat pada semua umur,
tetapi terutama antara 30-50 tahun. Bisanya terdapat di batas sepertiga depan
dan sepertiga bagian tengah dari plica vokalis, tetapi dapat dapat juga di lain
tempat. Umumnya berbentuk bundar, keras kenyal, licin dan sessile.
Terapi : ekstirpasi endoskopik.
MYXOMA : agak sering, kadang-kadang sebagai fbromyxoma. Gambaran PA :
jaringan ikat longgar dengan sel-sel stellat dalam suatu substansi mukoid yang
viskeus.
Tumor klinis (bukan neoplasma )

30
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT

Haematoma

haemangioma, kalau sudah ada organisasi dengan fbroangioma.


Polyp : akibat inflamasi.
Vocal nodules = singers nodules : pada batas 1/3 bagian depan dan

1/3 bagian tengah dari plica vokalis


*Lebih banyak pada penyanyi wanita dari pada pria, juga pada guru.
*Yang terganggu suara dengan frekuensi menengah.
Pseudocysta : merupakan retention cyste dari glandula

harus

seromucosinosa,

dibedakan

pada

permukaan

pada

permulaan

depan

epiglotis

dengan

plica

aryepiglottica dan plica ventrikularis .


Eversio dari ventriculus laryngis.
Laryngocele : sebagai lanjutan dari ventriculus laryngis menembus

membrane hyothyreoidea
Ectonic thyroid dan accessory thyroid : ada tendensi jadi ca.
Granuloma : pada contact ulcer, intubation granuloma.

CARCINOMA LARYNGIS
Merupakan 2% dari semua kasus keganasan.
Pada pria terdapat pada umur 60 80 tahun, wanita 50-70 tahun. Jarang terdapat
pada umur 30-40 tahun, dan kasus yang termuda adalah 10 tahun. Perbandingan
pada pria dan wanita ialan 9 : 1. Pada orang Asia terutama orang india ,
insidensinya 2 kali orang Barat.
Etiologi : - irritasi chronis
-

Inflammasi chronis
Merokok
Alkoholisme
Mengunyah tembakau
Keturunan

Klasifkasi :
Daerah :
Supraglottik

lokasi :
-

permukaan

posterior

epiglotis

(infrahyoid)
- Plica ventricularis
- ventriculus

31
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


- cart. Arytaenoidea
Glottik

- plica vokalis
- commisura anterior dan posterior

Subglottik

- dinding subglottik.

Marginal

- ujung epiglottica ( suprahyoid)


- plica aryepiglottica

Laringofaring (hypofaring)

- fossa pyriformis
- daerah postcricoid
- dinging belakang faring.

Untuk tiap macam tumor (ca supraglottik, ca glottik dan ca subglottik ) diadakan
staging menurut sistim TNM ( tak dibicarakan).
Carcinoma in situ : kelainan intraepithelial yang ganas tanpa penembusan
membrane basalis, Seperti keratosis, ca in situ ini bisa regresi dan hilang, tetapi
sebagian besar berubah ke invasive carcinoma.
Menurut BRODERS, Ca planocellulare dibagi menurut derajat differensiasi
sel-selnya :
Derajat 1 0-25% sel-sel tak ada differensiasi
Derajat 2

25-50% sels-sel tak ada differensiasi

Derajat 3 50-100% sel-sel tak ada berdifferensiasi


Pembagian lain yang lebih sederhana :
-

Poorly differentiated
Moderately differentiated.
Well differentiated

Glottic Carcinoma
Paling banyak dari tumor ganas laring pada orang dewasa, 50-85% , Ini suatu hal
yang menguntungkan, karena diagnose dapat lebih cepat, therapy lebih
sederhana dan prognosa jauh lebih baik dari pada tumor ganas bagian lain dari
laring.

32
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Bisanya pada tepi bebas atau permukaan atas dari sepertiga bagian tengah atas
sepertiga bagian depan dari plica vokalis, yaitu daerah dan fbrous yang padat.
Metastase ke kelenjar lymphe jarang sekali karena tak adanya pembuluhpembuluh lymphe yang dari 306 penderita carcinoma glotis menunjukkan
kelenjar lymphe yang membesar.
Tumor

Comissura

anterior

jarang,

tetapi

lebih

ganas,

sedangkan

tumor

commissura posterior hampir tak pernah terjadi.

Subglottic carcinoma
Sering merupakan perluasan dari plica vocalis ( 20% dari seri diatas), jarang yang
berasal do novo dari daerah subglottik.
Bisanya terdapat di separuh bagian depan, sering meluas melewati linea
mediana.
Sulit diketahui secara klinis,
Cepat menjalar prelaryngeal, paratrakeal dan kelenjar cervical profunda bagian
bawah, atau menembus membrane cricothyroidea dan mengilfltrasi glandula
thyroidea atau otot-otot leher depan.
Diagnosa dan terapi lebih sulit dan prognosa lebih jelek.

Supraglottic Carcinoma
Ventriculus dan plica ventricularis :
Tidak bisa sebagai asal suatu tumor ganas, bisanya merupakan
perluasan dari plica vocalis.
Bisanya diagnose terlambat karena tak adanya gejala-gejala dini dan
tersembunyinya tumor dalam ventriculus.
Infrahyoid epiglotis :
Merupa

kan bagian epiglotis yang sering terkena (12% dari tumor

laring).

33
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Diagnosa dini sukar, terutama kalau epiglotis melengkung ke dorsal hingga
tak terlihat pada laryngoskopi indirekta.
Terkenal ganas karena letaknya di linea mediana hingga penyebaran ke
kelenjar lymphe leher profunda bilateral dan perluasan ke spatium preepiglotticum.

Carcinoma dari marginal zone


Suprahyoid epiglotis :
Bagian epiglotis yang bebas ini lebih jarang lagi sebagai asal dari
tumor ganas, hanya sering sebagai perluasan dari sekitarnya.
Umumnya terlihat sebagai ulcus superfcial dengan erosi diujung.
Epiglotis dan gejala-gejalanya hanya minimal. Kadang- kadang di
temukan bentuk proliferative .
Karena pembuluh-pembuluh lymphe lebih sedikit, tumor di daerah
ini lebih baik prognosanya daripada tumor daerah infrahyoid karena
therapy bisa lebih baik.

KELAINAN CONGENITAL DARI LARING


Laryngomalacia ( chondromalacia congenitalis)
Kelainan yang disebut juga congenital dan laryngeal stridor ini mulai sejak lahir
atau segera sesudah lahir, dan bisanya menghilang sendiri pada sekitar umur 2
tahun. Terdapat dalam perbandingan pria dan wanita = 2:1. Stridor inspiratoir
terus-menerus atau intermitten, dan tergantung dari posisi penderita : kalau
terlentang lebih keras, kalau tengkurap hilang. Suara stridor seolah-olah ada
mucus sehingga bisa dikira dengan aspirasi dapat menolong. Pada setiap
inspirasi ada retraksi di suprasternal, intercostalis dan epigastrium. Stridor
inspiratoir ini paling hebat pada waktu menangis dan minimal pada wkatu tidur.

34
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Etiologi : epiglotis lembek dan melengkung ke dalam setiap kali inspirasi. Ada
juga faktor inkordinasi otot-otot pernafasan dan otot-otot pernafasan dan otototot laring karena perkembangan neurologis yang terlambat,
Diagnosa : dari anamnesis dan pemeriksaan endoskopis.
DD : kelinan congenital lain seperti laryngeal web atau cyste.
Terapi : tak ada. Bisanya stridor hilang sendiri antara 12-18 bulan, kadangkadang dapat sampai 2 tahun. Jarang diperlukan tracheotomy .

Laryngismus stridulus (spasmodic group)


Disebabkan kelainan metabolisme calcium, manisfestasi dari tetani yang
subklinis, bisanya terdapat antara umur 2-6 tahun dan ada faktor herediter.
Gambaran yang typis : anak terbangun dari tidur nyenyak dengan croupy cough
dan inspirasi berbunyi diikuti dyspnoe karena obstruksi inspiratoir. Anak duduk
memegang tepi tempat tidur , matanya membelalak ketakutan, dan ketakutan ini
justru menambah gejala-gejala. Cyanosis bisa timbul dan menghilang sedikit
demi sedikit dalam waktu 1-2 jam dan anak tertidur lagi karena lelah.
Dalam keadaan demikian pada laring terlihat vasodilatasi.
Terapi : tracheotomy bisanya tak diperlukan disini. Pemberian oksigen dan uap air
dapat memperpendek dan menghentikan serangan, begitu pula menggosok
badan dengan air dingin atau mandi air panas.
Menenangkan dan menghilangkan ketakutan penderita sangat menolong.
Prognosa : kesembuhan akan tercapai dengan pertumbuhan badan dan makanan
yang adekwat.

Congenital web dari laring


Terdapat membrane yang cukup tebal antara kedua plica vocalis pada -2/3
bagian depan, kadang-kadang pada seluruh pars membranacea dari plica vocalis,
kalau menutup total disebut atresia laryngis. Kadang-kadang plica ventricularis
yang saling melekat.

35
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Gejala : waktu lahir tangis bayi serak, lemah atau tak ada. Sesak atau tidak
tergantung dari luarnya perlekatan.
Terapi :
-

Dilatasi dengan bronchoskopi.


Eksisi dengan tracheotomy dan kemudian dipasang plat dari

tantalum di antara kedua plica vokalis.


Dilepaskan pada salah satu fhak dari plica vocalis dan dan
dibiarkan menggantung pada plica vocalis yang lain sampai
ephitelisasi terjadi pada bekas luka, baru dilepaskan dari plica

vocalis yang lain tadi.


Atresia laryngis harus lekas dikenal pada waktu bayi lahir dan
segera dilakukan tracheotomy.

Stenosis subglotis congenital


Merupakan penebalan conus elasticus. Kalau ada sedikit inflamasi saja sudah
sesak dan sering memerlukan tracheotomy pada bayi. Stenosis yang ringan
dapat hilang sendiri dengan tumbuhnya anak.
Terapi : dilatasi dengan bronchoscope sudah tracheotomy.
Cyste congenital laring
Ada 3 macam :
-

Cystic hygroma (lymphangioma)


Cyste dermoid, biasanya di plica aryepiglottica.
Cyste branchialis ( berasal dari sel-sel branchiogen dari sacculus
branchialis III), biasanya dalam plica ventricularis.

Gejala : sesak nafas tergantung dari besarnya dan lokasinya.


Terapi :
-

Aspirasi dan diathermi


Disseksi.

LARYNGOCELE
Umumnya terdapat pada orang dewasa pria, dan merupakan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan (occupational disorders ) yang terdapat pada
peniup gelas dan pemain musik instrument-tiup.
36
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Laryngocele ini dapat berupa tonjolan ke dalam di bawah plica ventricularis atau
plica aryepiglottica menyerupai cyste, atau menonjol keluar di leher di daerah
subhyoid setelah menembus membrane hyothyroidea.
Sering bilateral dan dapat dilihat atau diraba pada waktu batuk atau sedang
melakukan maneuver Valsava, dan hilang pada penekanan.
Mudah diperlihatkan pada x-foto laring pada waktu maneuver

Valsava. Harus

dibedakan terhadap cyste.


Gejala : gangguan suara atau sesak nafas dapat terjadi tergantung dari besarnya
atau lokasinya.
Terapi : hanya kalau ada keluhan atau ada infeksi sekunder dengan eksisi dari
laryngocele.

CORPUS ALIENUM DALAM TRACTUS RESPIRATORIUS DAN OESOPHAGUS


Etiologi : faktor-faktor penyebab dapat dibagi atas :
1.

Umur :
- 99% kasus biji kacang didalam bronchi terdapat pada anakanak.
-

2.
3.
4.
5.
6.

Benda

asing

dalam

bronchus

pada

orang

dibandingkan pada anak-anak adalah 1:10.


Gangguan mekanisme protektif : tidur, inkordinasi

dewasa
karena

alkoholisme, serangan epilepsy, pingsan, anesthesia.


Emosi, aktivitas, posture
Faktor-faktor dental dan medis
Sifat dari corpus alienum sendiri
Bila tidak hati-hati :
- Mengingat atau menaruh sesuatu dalam mulut
- Makan minum tergesa-gesa
- Membiarkan anak-anak makan sambil bermain-main
- Memberikan makanan berupa biji-bijian atau gula-gula pada
anak-anak yang belum keluar gigi molarnya.

Corpus alienum dalam tractus respiratorius


Benda asing disini dapat dibagi atas : I. endogen
II. exogen
I.

Benda asing endogen :


37

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Dapat berupa jendalan darah pada perdarahan paru-paru, agglutinasi eksudat,
membrane dan crusta pada infeksi akut dan sequester, bagian tumor atau
bagian-bagian nodus lymphaticus, pneumolith dan broncholith pada proses
II.

chronis.
Benda asing eksogen : dari luar.
Patologi : tergantung dari sifat, besar dan bentuknya, benda asing dapat
memberikan kelainan patologis bermacam-macam. Benda emas berkarat
tinggi tak mengalami oksidasi dan tak member irritasi chemis dan kalau licin
dan tak begitu besar hanya sedikit menyebabkan gejala-gejala. Besi dan baja
berkhasiat

bakteriostatis

dengan

ionisasi,

tetapi

dengan

oksidasi

permukaannya menjadi kasar dan tepinya tajam dan akan menyebabkan


trauma.

Bahan-bahan

tumbuh-tumbuhan

merangsang

mukosa

dan

menyebabkan reaksi diffuse dan hebat yang menyebabkan obstruksi. Biji


kacang tanah yang digoreng tak membengkak, tetapi biji kacang merah dan
jagung akan membengkak hebat dan member sumbatan yang ketat. Selain itu
bahan tumbuh tumbuhan dapat memberi reaksi allergies.
Penyumbatan bronchi oleh benda asing ini ada 4 macam :
1. Udara pernafasan masih dapat melewati corpus alienum baik waktu
inspirasi maupun ekspirasi
2. Obstruksi seperti katup (check valve obstruction) dimana inspirasi masih
bisa,

tetapi

tersumbat

waktu

ekspirasi.

Ini

akan

mengakibatkan

emphysema.
3. Check valve obstruction di mana pada permulaan inspirasi benda asing
terisap lebih dalam dan mencegah masuknya udara, tetapi waktu ekspirasi
terdorong keluar dan udara dapat keluar. Ini mengakibatkan stelectase
tanpa pneumothorax.
4. Obstruksi total (stop valve obstruction), dimana udara pernafasan tak
dapat

masuk

atau

keluar.

Ini

member

atelectase

tanpa

adanya

pneumothorax.
Gejala gejala ini dapat terjadi bersama-sama (pada corpus alienum multiple)
atau berturut turut (corpus alienum berpindah lokasi atau berubah posisi)
Jika atelektase berlangsung berminggu minggu, terjadilah infeksi karena
resistensi jaringan pulmo berkurang pada tidak adanya ventilasi dan drainage.
Pus terkumpul dan terjadilah keadaan yang disebut drowned lung, dimana lumen
cabang cabang bronchi dan bronchioli terisi pus. Abses dengan hancurnya
dinding dinding cabang bronchi ini dapat menjadi sesudah berminggu minggu
atau berbulan bulan.
38
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Pada bahan tumbuh tumbuhan terjadilah reaksi hebat dari mukosa sebagai
bronchitis vegetalis yang terjadi beberapa jam pada bayi dan setelah 1 atau 2
hari pada anak umur 2 tahun, dan terjadilah emphysema dan atelectase
obstructif. Pada kacang kacangan proses ini paling cepat terjadi dan jika tak
lekas ditolong penderita tak akan hidup lama.
Pada corpus alienum logam dapat terjadi granulasi dalam waktu 2 minggu
sampai 2 bulan dan benda asing ini akan tertanam dalam jaringan granulasi yang
berlebihan, dan ini kemudian menjadi jaringan pengikat yang menyebabkan
strictura pada sebelah proksimal dari benda asing tersebut dan lumen yang
sempit ini selalu mengeluarkan pus pada setiap kali batuk
Gejala gejala :
Gejala gejala permulaan adalah chocking, gagging, batuk batuk, nafas
berbunyi (wheezing) dan sering diikuti interval tanpa gejala.
Pada keadaan demikian, kemungkinan kemungkinannya : benda asing bisa
terdapat di :
-

Laring, trakea, bronchi


Cavum nasi, nasofaring, isthmus faucium, orofaring, hypofaring
Oesophagus, gaster, usus
Sudah keluar :
o melalui defekasi
o dibatukkan atau dimuntahkan keluar tanpa diketahui penderita

Gejala gejala permulaan ini bisa tidak diperhatikan atau dilupakan.


Cyanosis bisa terjadi dan asphyxia dapat mengakhiri hidup anak pada tingkat
permulaan ini. Nyeri atau perasaan tak enak tidak terdapat pada benda asing di
bronchi dan jarang di trakea, sedang pada oesophagus gejala itu ada pada waktu
menelan.
Benda asing di laring
Satu atau beberapa gejala dibawah ini dapat terjadi :
-

serak (dysphonia) sampai aphonia


croupy cough, bisanya disertai oedema subglottik
odyniphagia
hemoptysis
wheezing
dyspnoe atau apnoe
cyanosis
rasanya ada benda asing
39

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


dapat fatal karena tersekat di glotis waktu inspirasi atau waktu batuk
DD : - laryngitis diphterica atau laryngitis lainnya
-

benda asing trakea


aspirasi makanan karena benda asing di oesophagus (regurgitasi) atau
fstula oesophagotrakeal/oesophagobronchial trauma laring pada usaha
mengeluarkan benda asing secara digital atau karena lewatnya benda
asing yang sudah masuk ke dalam bronchus atau cabangnya.

Benda asing dalam trakea


Tanda tanda yang khas :
1. audible slap, dapat didengar waktu batuk dengan mulut terbuka
2. palpatory thud, getaran yang teraba di trakea pars cervicalis
3. astmatoid wheeze, bunyi waktu inspirasi dan ekspirasi yang dapat
didengar pada mulut yang terbuka
4. trakeal flutter, getaran yang teraba pada benda asing kecil seperti biji

5.
6.
7.
8.

kwaci
selain itu sering pula terdapat :
batuk
serak
dyspnoe
cyanosis

Benda asing dalam bronchus atau cabangnya


Gejala gejala permulaan sama seperti diatas.
Sesudah interval tanpa gejala atau segera sesudah egjala gejala permulaan
bisa terdapat sputum yang hemorragis, rasa logam atau bau khusus dari benda
asing itu.
Kalau ada obstruksi akan terdapat gejala emphysema dan atelectase dengan
akibat-akibatnya.
Ada dua macam emphysema :
-

obstructive, mengenai pulmo pada sisi yang terkena


compensatory, mengenai pulmo pada sisi yang sehat

dapat timbul panas karena toxaemia.


Kalau berlangsung lama, penderita akan menggigil, panas dengan berkeringat,
emaciatio, terjadi clubbed fingers, sputum yang foetor dan lain lain gejala dari
abscen dan bronchiectasia.
40
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Benda asing dapat berpindah tempat dan gejala gejala berubah ubah.
Pada pemeriksaan fsis didapatkan :
-

ekspansi pulmo terbatas


fremitus suara berkurang
bunyi percussi berubah
suara pernafasan di distal dari corpus alineum kurang jelas

DD :
-

emphysema
pneumonia
Koch pulmonum
Tumor ganas bronchus atau paru paru

Diagnosa :
-

Pemeriksaan radiologis mulai dari nasofaring sampai abdomen


Foto thorax pada akhir inspirasi dan akhir ekspirasi, dimana terlihat

mediastinum yang bergeser kea rah yang terkena


Bronchoskopi

Terapi :
-

Ekstraksi dengan laryngoskopi atau bronchoskopi


Tracheostomi kadang kadang dikerjakan : pada benda asing di laring atau
bronchus, reflek batuk hebat yang terjadi waktu manipulasi atau insisi dari
trakea, dapat mengeluarkan benda asing tersebut.

Prognosa :
-

Kalau tak diekstraksi bisa fatal


Hanya 2 4 % corpus alienum bronchus di batukkan keluar dan 99% bisa

dikeluarkan dengan endoskopi


98% dari penderita sembuh sesudah ekstraksi corpus alienum biarpun
sudah ada kelainan kelainan yang luas di pulmo. Ini berbeda dengan
proses pernanahan pulmo yang disebabkan oleh kausa lain.

Benda asing di oesophagus


Terdapat dalam perbandingan orang dewasa : anak = 2 : 1.
Benda asing berhenti di oesophagus karena :
-

Besarnya
Berujung tajam atau bergigi gigi dan tersangkut di lipatan mukosa
oesopaghus
41

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


-

Penyakit lain yang memberi penyempitan

Patologi :
Kelainan dinding oesophagus pada terdapatnya benda asing terjadi lambat dan
ringan, kecuali kalau trauma oleh benda asing tersebut hebat. Letak benda asing
akan disesuaikan oleh oesophagus hingga tak berbahaya, misalnya peniti yang
terbuka, ujungnya yang tajam akan menghadap keatas. Kalau sampai berbulan
bulan dapat terjadi ulserasi dan perforasi. Kalau perforasi lambat terjadilah
proses inflammasi dan pernanahan dan bisa terjadi fstel ke bronchus atau trakea
atau ke cavum pleurae dan terjadilah pneumothorax atau pyothorax.
Gejala gejala
-

Mula mula chocking dan ganging atau tanpa ini


Rasa subyektif adanya benda asing
Dysphagia, aphagia, odynophagia
Drooling
Nyeri substernal atau meluas ke punggung
Hematemesis
Febris
Pada seorang anak mungkin ada torticollis atau lebih menyukai sikap

tengkurap
Gejala gejala dari jalan nafas karena aspirasi minuman/makanan yang di
regurgitasi, karena terjadinya fstel ke trakea/bronchus, atau trauma laring

dalam usaha digital untuk mengeluarkan benda asing


Sering benda asing oesophagus ini disertai penyakit

penyakit

oesophagus lain terutama tumor ganas


Diagnosa :
-

Radiologis : foto oesophagus tanpa dengan zat contrast, dibuat foto AP,
lateral, oblique. Benda pipih seperti uang logam dalam oesophagus selalu
dalam posisi frontal dan di dalam laring atau trakea selalu sagital. Paling
sering benda asing di oesophagus ini terdapat dibawah penyempitan

cricopharyngeal karena disitu peristaltik lemah.


Oesophagoskopi

Terapi :
-

Ekstraksi dengan oesophagoskopi


Ekstraksi dengan gastroskopi pada corpus alineum di ventriculus untuk :
o Benda asing yang panjangnya lebih dari 5cm karena tak akan dapat
mewakili belokan dari duodenum
42

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


o
o

Yang dapat menyebabkan perforasi (peniti dan lain lain)


Yang tak dapat melewati pylorus

Prognosa : hampir semua benda asing eosophagus dapat diekstraksi peroral


dengan oesophagoskopi.

PHARYNGOLOGI
ANATOMI
Faring atau kerongkongan adalah daerah persilangan dari bagian atas saluran
pernafasan dan saluran pencernaan, yang masing masing melanjutkan diri
menjadi laring (tenggorok) dan oesophagus. Faring meliputi 3 bagian yang
disebut

nasofaring

(epifaring),

orofaring

(mesofaring)

dan

laryngofaring

(hypofaring). Nasofaring diliputi mukosa berepitel kolumnar berlapis dan hercilia,


sedangkan orofaring dan laryngofaring diliputi oleh mukosa yang berepitel pipih
berlapis.
Mukosa ini melapisi bagian dalam dari otot otot faring yang terdiri atas :
-

Konstriktor :
o m. constrictor pharyngis superior
o m. constrictor pharyngis medius
o m. constrictor pharyngis inferior
Elevator :
o m. stylopharyngeus
o m. palatopharyngeus

Nasofaring
Atap nasofaring adalah sesuai dengan dasar dari corpus ossis sphenoidalis yang
mengandung

sinus

sphenoidalis.

Batas depan dari nasofaring adalah koana yang merupakan muara dari kavum
nasi.
Dinding belakangnya sesuai dengan vertebra cervicalis I dan II.
Batas bawahnya dibentuk oleh palatum molle dan rongga nasofaring terpisah
dari orofaring pada waktu menelan oleh kontraksi dari otot otot palatum molle
(m. tensor veli palatine dan m. levator veli palatin) bersama dengan m.
conatrictor pharyngis superior.
43
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Sturktur anatomis yang penting dalam klinik :
Pada dinding lateral nasofaring dibelakang dari concha nasi inferior terdapat
muara dari tuba auditiva yang disebut ostium tubae yang dibatasi di dorsal dan
kranialnya oleh tonjolan yang disebabkan oleh m. levator veli palatine yang
melekat pada cartilage tubae auditiva dan disebut torus tubarius atau
Levatorwulst (bahasa jerman). Pada bayi muara tuba ini terletak setinggi dasar
cavum nasi hingga selalu dilewati sekret hidung yang mengalir ke nasfaring.
Karena itulah mudah terjadi infeksi telinga tengah melalui tuba ini pada bayi
yang pilek.
Di dorsal dari torus tubarius terdapat lekukan ke lateral dari rongga nasofaring
yang disebut fossa Rosenmulleri (recessus pharyngeus). Jaringan lymphoid
sekitar muara tuba dan di fossa Rosenmulleri ini bisa disebut tonsilla tubaria.
Sering terjadi pendangkalan fossa ini oleh pertumbuhan tumor ganas nasofaring.
Pada pertemuan antara atap dan dinding dorsal nasofaring terdapat adenoid
(tonsilla pharyngeal) yang terdiri atas jaringan lymphoid berbentuk lipatan
lipatan vertical.
Pada bagian atas dari dinding dorsal ini kadang kadang ada suatu cekungan
atau kantung yang disebut bursa pharyngea yang jika meradang menyebabkan
penyakit Thornwaldt (bursitis nasopharyngealis) dengan gejala utama postnasal
discharge.
Perlu diingat adanya foramen lacerum di sebelah lateral dari atas nasofaring ini
yang merupakan jalan masuk ke rongga intracranial dari tumor ganas nasofaring.
Orofaring
Batas kranial
: palatum molle
Batas kaudal: tepi atas epiglotis
Batas depan : isthmus faucium
Batas dorsal : dinding faring yang menutupi columna vertebralis cervicalis
Struktur anatomis yang penting dalam klinik :
Dinding dorsal faring penting karena seringnya mengalami peradangan. Padanya
dapat dilihat adanya granule ialah bercak bercak jaringan lymphoid yang
tersebar, dan lateral pharyngeal bands (lateral bands) yang merupakan lymphoid
berbentuk seperti pita sepanjang dan di dorsal arcus palatoopharyngeus dan
merupakan lanjutan dari tonsilla tubaria. Arcus anterior (arcus palatoglossus)
adalah lipatan mukosa yang berisi serabut serabut m. palatoglossis.
Arcus posterior (arcus palatopharyngeus) adalah lipatan mukosa yang berisi
serabut serabut m. palatopharyngeus.
Fossa tonsilaris adalah cekungan antara kedia arcus anterior dan arcus posterior
yang ditempati oleh tonsilla palatina.
Fossa supra tonsillaris merupakan sisa fossa tonsillaris pada bagian atas yang tak
terisi

oleh

tonsilla

palatina.

Pada

pembesaran

tonsilla

palatine,

fossa

supratonsillaris ini bisanya menghilang.


44
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Tonsilla palatina, yang dikenal sebagai tonsil atau amandel, terdiri atas jaringan
lymphoid yang tersusun sebagai follikel follikel dengan centrum germinativum
dan juga terdapat saluran saluran yang bercabang cabang berlapis epitel
yang bermuara sebagai krypte krypte pada permukaan tonsil. Tonsil ini
disebelah lateral dibatasi oleh m. constrictor paryngis superior dan dipisahkan
dengannya oleh jaringan ikat longgar yang bisanya disebut capsula, meskipun
kapsul ini tidak meliputi tonsil seluruhnya. Karena jarigan ikat longgar inilah tonsil
dapat dengan mudah diangkat pada tonsillektomi.
Laringofaring
Batas atas : suatu bidang datar setinggi tepi atas epiglotis.
Batas bawah: introitus oesophagei setinggi cartilage cricoidea atau vertebra
cervicalis VI.
Batas depan : aditus laryngis
Batas dorsal : dinding faring yang menutupi columna vertebralis cervicalis
Struktur penting dalam klinik :
- valleculae
: sepasang cekungan antara radix linguae dengan
epiglotis yang terdapat antara plica glosse epiglottica mediana dan plica
glosse epiglottica lateralis.
Disebut juga pill pockets karena pil dapat tersangkut disini pada orang
-

orang tertentu.
Fossa pyriformis

: cekungan di lateral dari plia aryepiglottia. Pada dasar

dari fossa pyriformis ini lewat ramus internus n. laryngei superioris yang
berisi serabut serabut sensibel untuk mukosa laring. Anestesi mukosa
laring dapat dicapai dengan member anestetikum local di sini.
FISIOLOGI
Fungsi faring sebagai bagian dari tractus respiratorius dan tractus digestivus
telah dibicarakan dalam ilmu faal.
Fungsi -fungsi lainnya yang akan dibicarakan sedikit di sini adalah fungsi fungsi
lainnya yang akan dibicarakan sedikit disini adalah fungsi sebagai bagian dari
sistem pertahanan tubuh dan sebagai bagian dari apa yang dinamakan the
mold of speech yaitu fungsi artikulasi (pengucapan fonem).
Jaringan lymphoid yang mengelilingi rongga faring terdiri atas :
- Adenoid (tonsilla pharyngeal)
- Tonsilla tubaria
- Lateral pharyngeal bands
- Tonsilla palatine
- Granulae
Dan sering disebut sebagai lingkaran waldeyer. Jaringan lymphoid ini terutama
adenoid umumnya berkembang hingga maksimal pada umur 6 tahun dan mulai
involusi waktu pubertas, sehingga pada umur 20 tahun umumnya adenoid sudah
tak ada lagi.
45
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Fungsinya adalah pembentukan lymphocyte, pembentukan antibodies terutama
flora (bakteri jamur) dalam faring dan sebagai interceptor untuk kuman kuman
pathogen yang masuk melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
Fungsi sebagai bagian dari tractus vocalis adalah mengubah suara dasar yang
terjadi dari getaran plica vocalis menjadi fonem fonem, yaitu satuan (unit)
suara yang terkecil yang masih dapat dibedakan satu dengan lainnya. Fungsi ini
dicapai dengan mengubah diameter rongga faring dan ketegangan dinding
faring. Fonem fonem yang di bentuk oleh faring misalnya : h, k, g, kh.
Gejala gejala yang mungkin timbul pada suatu kelainan faring :
1. Rasa nyeri atau sakit pada kerongkongan :
o Spontan, terus menerus
o Odynophagia, hanya timbul waktu menelan
o Odynophonia, hanya timbul waktu berbicara (pembentukan fonem)
2. Dysphagia, kesukaran menelan
3. Gatal / irritasi pada kerongkongan yang menyebabkan reflek batuk
4. Rasa adanya sesuatu dalam kerongkongan :
o Rasa lender yang melekat
o Rasa tersumbat, bengkak, penuh dan lain - lainnya
5. Dysarthri, sulit ketika berbicara
6. Regurgitasi
KELAINAN KELAINAN NASOFARING
Hypertrofi adenoid
Pembesaran adenoid ini sering terdapat pada anak anak dan bisanya di sertai
dengan radang kronik (adenoiditis chronica).
Pembesaran adenoid ini dapat di tentukan secara :
- Direkta
:
o Dengan melihat transoral langsung ke dalam nasofaring setelah
o

palatum molle di retraksi


Dengan rhinoskopi anterior, melihat gerakan ke atas palatum molle
waktu mengucapkan i yang terhambat oleh pembesaran adenoid,

hal ini disebut fenomena palatum molle negative.


Indirekta
o Dengan cermin dan lampu kepala melihat nasofaring dari arah
o

orofaring, dinamakan rhinoskopi posterior.


Dengan nasopharyngoscope, suatu alat seperty cystoscope yang
mempunyai sistem lensa dan prisma dan lampu diujungnya,

dimasukan lewat cavum nasi, seluruh nasofaring di lihat


Palpasi
: jari telunjuk yang dimasukkan ke nasofaring dapat

meraba adenoid yang membesar


X photo
: soft tissue photo dengan atau tanpa bahan contrast

Gejala gejala :
Ini terutama disebabkan oleh obstruction nasi karena besarnya adenoid. Kecuali
rhinolalia occlusa, akibat lainnya ialah pernafasan melalui mulut (mouth
breathing)

yang

jika

berlangsung

lama

menyebabkan

palatum

durum

lengkungnya menjadi tinggi dan sempit, arcus dentalis superior lebih sempit dan
46
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


memanjang dari pada arcus dentalis inferior hingga terjadi malocclusio dan
overbite

(gigi

insisive

atas

lebih

menonjol

ke

depan).

Muka

penderita

kelihatannya seperti anak yang bodoh, dan ini dikenal sebagai facies adenoid.
Mouthbreathing juga menyebabkan udara pernafasan tak disaring dan
kelembabannya kurang, hingga mudah terjadi infeksi saluran pernafasan bagian
bawah. Akibat lainnya ialah occlusion tubae dengan otitis media yang berulang
ulang.
Semua hal yang disebut diatas dpat dihindari dengan satu tindakan, yaitu
adenoidektomi.
Nasopharyngitis
Radang nasofaring umumnya bersama sama dengan radang orofaring atau
radang cavum nasi.
Sering sebagai permulaan dari suatu rhinitis acuta, laringitis atau tracheitis.
Infeksi kronik bisanya disertai hypertrof jaringan lymphoidnya. Predisposisi untuk
nasopharyngitis ini adalah merokok dan minum alcohol.
Tumor Nasofaring
Sudah dibicarakan dalam kuliah tentang hidung
KELAINAN KELAINAN OROFARING
Kelainan uvula
: sebagai oedema guincke atau sebagai oedema kollateral
karena abscessus karena abcessus peritonsilaris.
Uvuitis
: bisanya ada ulcus dengan hyperemi dan oedema uvula
sebagai akibat trauma atau bagian dari suatu aphthae atau stomatitis
Uvula elongata
: uvula terlalu panjang dan keluhan timbul kalau tergigit
berulang ulang, Terapi : dipotong
Uvula bifda : terbelahnya uvula

(congenital)

sebagai

bagian

dari

suatu

labiognathopalatoschisia atau berdiri sendiri. Keluhan berupa regurgitation waktu


minum tergantung dari luasnya pembelahan itu.
Peilloma
: kadang kadang timbul sebagai tonjolan di bagian samping uvula.
Pharyngitis acuta
Dapat terjadi karena irritasi (merokok), infeksi virus (coryza, influenza, morbilli,
rubella)

atau

bakteri

berupa

Streptococcus

haemolyticus,

Pneumococcus,

Haemophillus influenzae dan lain lain.


Gejala gejala : kalau ada, demam tidak begitu tinggi dengan dysphagia ringan
sampai berat, mukosa kerongkongan hyperemis dan oedema terutama pada
jaringan lymphoidnya. Dapat terjadi pembesaran lymphe regional. Kadang
kadang dapat terjadi otalgia karena reffered pain.
Terapi : symptomatis (antipyretika/analgetika) dan dimana perlu terapi kausal
(antibiotik)
PharyngitIs septica
Bisanya disebabkan oleh Streptococcus haemolyticus.
Gejala gejala timbul dengan cepat
: panas tinggi dengan menggigil, malaise,
cephalgia, dysphagia, odynophagia dan reffered otalgia.
47
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Dinding faring oedema dan hiperemis dengan eksudat berbentuk membrane
yang tak melekat. Penjalaran ke bawah dapat menyebabkan laryngitis dengan
oedema glotis dan bronchopneumonia. Pengobatan kausal dan symptomatic
secara parenteral dan disusul dengan per oral kalau sudah dapat menelan.
Tonsillitis acuta
Infeksi tonsilla palatine oleh streptococcus terutama type beta haemotlyticus.
Penderita panas tinggi dengan mendadak disertai menggigil, sakit kerongkongan
dan dysphagia, foetor ex ore, kadang kadang dengan reffered otalgia. Pada
pemeriksaan terlihat tonsil yang hyperemis dan oedemateus dengan eksudat
yang keluar dari muara krypte berupa bintik bintik putih kekuningan yang
terdiri atas sel sel epitel yang desquamasi, leukosit dan bakteri. Gambaran
demikian dulu disebut tonsillitis follicularis dan jika eksudat melebar dan saling
bertemu membentuk membrane, gambarannya disebut tonsillitis lacunaris.
Sebaiknya istilah istilah ini tidak dipakai lagi karena menunjukkan perbedaan
etiologi maupun perbedaan dalam pengobatannya.
Bisanya kelenjar lymphe regional tidak membesar, atau jika membesar tidak
sebesar pada tonsillitis chronic.
Differential diagnose
:
- Diphteri faring
- Angina Plaut Vincenti
- Agranulocytosis
- Leukemi akut
- Mononeukleosis infeksiosa
Terapi:
-

Kausal : antibiotik
simptomatik : antipiretika / analgetika
diet : cair atau halus

Komplikasi (sekarang sudah jarang berkat antibiotika) :


- lokal :
- abscessus peritonsillaris
- abscessus retropharyngealis
- otitis media akuta
- tonsillitis chronica
- sistemik :
- septicaemia
- endocarditis
- glomerulonephritis acuta
- polyarthritis rheumatica

Diphteria
48
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Dibicarakan dalam panjang lebar dalam kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Penyebab :
Corynebacterium diphteriae (bacillus Klebs-Loeffler). Umumnya terdapat pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun.
Berbahaya karena:
-

toksin

yang

dikeluarkan.

Mikroorganisme

ini

dapat

menyebabkan

myocarditis dan neuritis.


Pseudomembran yang terjadi pada glotis dapat menyebabkan asphyxia.
Diphteria pada faring harus dibedakan dengan tonsillitis acuta:
Tonsillitis acuta
1.

Panas

tinggi

mendadak

Diphteria
dengan

1. Panas tidak

terlalu tinggi dan naik

menggigil.

perlahan-lahan.

2. Penderita kelihatan sakit berat.

2. Penderita kelihatan sakit berat.

3.

3. biarpun kasus ringan selalu ada

Pembesaran

kelenjar

lymphe

regional kalaupun ada, tidak mencolok.

lymphadenitis

cervicalis

profunda

bagian atas dan mengakibatkan bullneck.


4. Membrana hanya pada tonsil, rapuh

4. Pseudomembran bisa di tonsil, arcus

dan mudah diangkat tanpa perdarahan.

anterior / posterior, palatum molle,


uvula, dinding dorsal faring; melekat
dan kalau diangkat sukar dan bisanya
berdarah.

5. Mikroorganisme spesifk tidak ada.

5.

Mikroorganisme

spesifk

Corynebacterium diphteriae .

Diagnosa :
-

gambaran klinik
pemeriksaan bakteriologis dari eksudat

Terapi :
-

isolasi penderita dan istirahat total


antibiotika : penicillin dosis besar
serum antitoksin diphtherial (ADS)
observasi pernafasan (selalu siap untuk tracheotomy).

49
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT

Angina Plaut-Vincenti
Penyebab :
Kombinasi bacillus fusiformis dan spirilum. Penyakit ini disebut juga trench mouth
karena terdapat pada prajurit-prajurit dalam Perang Dunia I. Predisposisi pada
caries gigi dan pyorrhoe alveolaris.
Gejala-gejala :
Biasanya hanya tonsil di satu pihak yang terkena, dengan ulserasi pada
permukaan yang tertutup pseudomembran putih kotor yang jika diangkat akan
timbul perdarahan. Ulserasi dengan pseudomembran ini dapat meluas ke arcus
anterior / posterior, palatum molle, uvula, dinding faring dan gusi. Terdapat foetor
ex ore dan demam yang sedang-sedang saja dengan pembesaran kelenjar
lymphe regional yang nyeri tekan. Sakit kerongkongan, salivasi dan sakit kepala
adalah manifasti yang umum.
Diagnosa:
Kepastian dari identifkasi kedua jenis mikroorganisme di atas pada pemeriksaan
bakteriologis dari pseudomembran.
Differential diagnose :
-

diphtheria
penyakit-penyakit darah : agranulocytosis, leukemi akut, fase akut dari
anemia pernisiosa.
Keganasan
Syphilis
Tuberculosis

Terapi :
-

antibiotika (penicillin)
obat kumur peroxide
gigi yang caries dicabut

Abscessus Peritonsillaris
Bisanya terdapat pada orang dewasa. Umumnya terjadi sebagai komplikasi dari
tonsillitis acuta dengan menjalarnya infeksi melalui kapsula dari tonsil sehingga
50
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


timbul infltrat (cellulitis) di sebelah medial dari m. constrictor pharyngis superior
yang kemudian menjadi abses. Sering kali terjadi unilateral.
Gejala-gejala:
Sakit kerongkongan dan odynophagia yang hebat disertai rasa tegang dengan
ptylismus (salivatio), mulut kotor dan foetor. Terdapat trismus karena kontraksi
m. pterygoideus internus oleh iritasi dari oedema kolateral. Berbicara jadi sulit
dan ini disebut dysarthrie. Penderita kelihatan menderita, demam dengan
chepalalgia dan otalgia.
Kalau trismus tidak menghalangi pemeriksaan, terlihatlah palatum molle yang
membengkak dan hyperemis dengan ovula yang oedemateus dan tersedak kea
rah kontralateral. Tonsilnya kadang-kadang malah tidak terlihat. Terdapat
pembengkakan kelenjar lymphe regional yang nyeri tekan.
Komplikasi :
Dapat terjadi oedema glotis yang bisa membahayakan. Kecuali itu mungkin pula
terjadi trombophlebitis vena-vena di leher dengan sepsis. Kalau abses pecah
spontan, dapat terjadi aspirasi pus dengan bahaya asphyxia atau pneumoni.
Terapi:
Kalau masih berupa infltrat (cellulitis) kadang-kadang masih dapat surut dengan
pengobatan antibiotik dosis tinggi. Kalau sudah terjadi abses maka insisi
dikerjakan tanpa anestesi dengan menusukkan scalpel ke arah dorsal pada
tempat pembengkakan yang paling menonjol dan lembek. Arah tusukan scalpel
tidak boleh ke lateral karena bahaya mengenai pembuluh-pembuluh darah leher
yang besar. Luka insisi ini dilebarkan dengan hemostat yang dibuka setelah
dimasukkan dalam rongga abses. Kalau fluktuasi tidak jelas maka insisi dilakukan
pada tempat perpotongan dari garis vertical yang melalui titik pertemuan arcus
anterior dengan lidah, dan garis horizontal yang melalui pangkal uvula. Pus yang
keluar

dihisap

dan

penderita

akan

segera

merasakan

berkurangnya

penderitaannya. Antibiotik diberikan secukupnya, dan penderita dianjurkan untuk


tonsilektomi karena kemungkinannya besar bahwa abses peritonsillaris ini akan
berulang. Tonsillektomi pada waktu drainase dari abses (tentu dengan anestesi
umum, dengan paying atibiotik yang cukup).

Abscessus Retropharyngealis
51
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Etiologi dan patogenesis:
Harus dibedakan :
1. Abses akibat proses akut
2. Abses akibat proses kronis
Ad 1. Sebagai akibat proses akut abses ini terdapat di depan dari fascia
prevertebralis, dan dibedakan 2 macam:
1) Pada anak-anak kecil, umumnya dibawah umur 2 tahun, abses terjadi dari
pernanahan

lymphoid

retropharyngeales

sebagai

komplikasi

suatu

pharyngitis akuta atau tonsillitis akuta yang hebat.


2) Pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar, lymphoinodi
retropharyngealis ini sudah menghilang, dan abses retropharyngealis yang
terjadi bisanya akibat trauma tusukan yang membawa mikroorganisme
pyogen masuk ke spatium retropharyngeum ( misalnya tertusuk duri ikan).
Gejala-gejala:
-

Pada anak kecil paras tinggi mengikuti suatu pharyngitis acuta atau
tonsillitis acuta, disusul oleh dysphagia dan odynophagia hebat dengan
stridor terutama jika letak abses rendah atau jika ada oedema kolateral

dari glotis.
Pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar gejala-gejala tersebut
dapat mengikuti suatu trauma penetrans.

Diagnosa :
Dinding dorsal faring terlihat menonjol dan hiperemis dengan fluktuasi. Foto
lateral dari leher menunjukkan pertambahan jarak antara rongga faring dengan
columna vertebralis dan mungkin juga permukaan cairan.
Terapi:
Drainase abses dilakukan tanpa anestesi umum karena bahaya aspirasi. Dengan
kepala lebih rendah insisi dilakukan pada dinding dorsal faring yang paling
menonjol dan pus segera dihisap atau penderita dengan cepat ditelungkupkan.
Antibiotik dosis tinggi harus diberikan.
Komplikasi:
-

aspirasi pus dengan akibat asfksia atau bronchopneumonia jika abses


pecah spontan
52

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


-

perdarahan yang jika berasal dari ramus pharyngeus a. carotis interna


dapat berakibat fatal, kecuali jika dilakukan ligasi a. carotis interna.

Ad. 2. Sebagai akibat dari proses kronis abses retropharyngealis ini terdapat di
dorsal dari fascia prevertebralis dan berasal dari caries corpus vertebrae
cervicalis akibat proses tuberculosis. Benjolan pada dinding dorsal faring ini
disertai rasa sakit dan disebut cold abscess. Pada foto lateral dari leher terlihat
adanya kerusakan pada corpora vertebrae cervicalis. Drainase dari cold absess
ini harus dari luar dengan insisi dileher di dorsal dari m. sternocleidomastoideus.
Diberikan juga tuberkulostatika.

Abscessus Parapharyngealis
Pada abses ini terjadi pernanahan dalam spatium parapharyngeum. Spatium
parapharyngeum ini terbagi menjadi 2 bagian (ventral dan dorsal) oleh processus
styloideus. Bagian dorsal ini ke bawah berhubungan mediastinum, hingga abses
parapharyngeal ini sangat membahayakan; ke atas mencapai basis cranii
(bahaya meningitis).
Etiologi dan patogenesis :
Kuman-kuman penyebabnya bisanya sama dengan yang ditemukan di tonsil dan
faring dan masuk kedalam spatium parapharyngeum karena trauma penetrans
(misalnya abses peritonsilaris atau komplikasi dari tonsilektomi karena laesio dari
m. constrictictor pharyngis superior), dapat pula secara lymphogen atau
hematogen dari proses infeksi gigi molar atau gusinya, sinusitis dan lain-lain.
Cellulitis mulai dalam ruangan bagian depan di ikuti pernanahan dan dapat
menyebabkan trombophlebitis v. jugularis interna yang bisa fatal.
Gejala-gejala:
Panas yang tinggi, sakit kepala, anorexia, odynophagia dan dysphagia disertai
trismus. Sesak nafas dapat terjadi karena desakan abses atau oedema glotis.
Diagnosa:
Pada pemeriksaan terlihat tonsil, arcus posterior dan dinding lateral faring
terdesak ke arah medioventral tanpa ada tanda-tanda infeksi dari tonsil seperti
53
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


pada abscess peritonsillaris. Untuk kepastian bisa dilakukan pungsi percobaan.
Pembengkakan di leher dapat terlihat di belakang angulus mandibula.
Terapi:
Insisi dilakukan pada dinding faring atau di bagian luar leher, tergantung dari
pembengkakan mana yang lebih menonjol. Kadang-kadang diperlakukan insisi di
luar maupun di dalam. Antibiotika harus diberikan dalam dosis tinggi.
Komplikasi:
-

oedema glotis
pecah spontan dan aspirasi
erosi pembuluh darah besar di leher dengan perdarahan

fatal
trombophlebitis v. jugularis interna dengan sepsis
mediastinitis (penjalaran ke bawah)
meningitis (penjalaran ke atas)

Angina Ludovici (Ludwigs Angina)


Ini adalah cellulitis dari dasar mulut atau spatium sublingualis yang terdapat di
sebelah atas dari m. mylohyoideus dan bisa meluas ke dalam spatium
submandibulare (= spatium submaxillaris) yang terdapat di sebelah bawah dari
m. mylohyoideus. Bisanya terjadi karena caries dari premolare dan molare, post
ekstraksi gigi-gigi tersebut atau trauma dari dasar mulut.
Gejala-gejala:
Panas tinggi, nyeri dibawah lidah, salivasi, gerakan lidah terbatas, karena nyeri
dan terdesak ke atas dan ke dorsal. Benjolan yang sangat keras teraba di bawah
dagu dan juga di leher jika sudah meluas melalui spatium submandibularis.
Dyspnoe bisa terjadi karena desakan lidah ke dorsal, desakan abscess dileher
atau oedema glotis.
Komplikasi :
Dapat meluas ke spatium parapharyngeum dengan akibat thrombophlebitis v.
jugularis interna dan mediastinitis.

Terapi :
54
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


-

insisi di dasar mulut


antibiotik dosis tinggi

Pharyngitis chronica
Suatu inflamasi kronis dari mukosa faring yang jika disertai pembesaran dari
jaringan

lymphoidnya

disebut

pharyngitis

chronica

hypertrophicans

atau

pharyngitis granularis.
Etiologi:
Sebabnya adalah iritasi kronis dari mukosa faring oleh:
-

merokok, alkoholisme
inhalasi udara panas ( bekerja dalam kamar mesin), debu
post nasal discharge karena kelainan-kelainan nasofaring,

cavum nasi dan sinus paranasalis


peradangan dalam cavum oris (caries gigi, pyorrhea
alveolaris dan lain-lain)

Gejala-gejala:
-

rasa
rasa
rasa
rasa

tidak enak di kerongkongan


gatal, kering
ada lendir yang kental
seperti ada benda asing

mukosa faring terlihat merah dan oedemateus


granulae dan lateral bands bisa terlihat hypertrophis.

DIagnosa:

Terapi:
-

menghilangkan kausa
jaringan lymphoid yang hypertrophis di kaustik dengan larutan AgNO 3

10%.
Obat kumur dan tablet umumnya hanya symtomatis mengurangi rasa

tidak enak di kerongkongan.


Usaha terapi umumnya mengecewakan karena sering kambuh kembali.
55

Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT

Pharyngitis Antropicans (Pharyngitis Sicca)


Bisanya bersama sama dengan rhinitis antropicans, malahan bisa ada
perluasan proses atrofs ke larynk dan trakea.
Gejala gejala:
Irritasi kerongkongan dengan rasa terbakar atau kering. Penderita selalu
berusaha mengeluarkan mokus yang kental melekat kadang kadang berupa
crusta sebagai akibat antrof kelenjar mukosa. Dinding faring terlihat kering tidak
mengkilat, dengan pembuluh pembuluh darah yang terlihat jelas.
Terapi : Hanya symptomatic

Pharyngitis tuberculosa
Kadang kadang masih di jumpai akibat penjalaran via sputu tuber culosia
pulmonum cavernosum.
Terdapat sebgai turbekel dan ulcera pada dinding faring, tonsilla, palatine dan
palatum molle. Ada pembesarab lymphe leher.
Udhynophagia dan dysphagia disertia ptyalismus melengkapi gejala-gejala pada
penederita yang bisanya sudah jelek keadaan umumnya : demam, chacexia,
dehydrasi.
Diagnosa dipastikan dengan pemerikasaan bakteriologis dari eksudat pada ulcera
dengan sokongan gambaran paru-paru dalam foto thorax.
Differential Diagnose :

-syphilis dari faring

- carcinoma
Teraphi

: Tuberkulostatika dengan pengobatan supportif lainnya.

Carcinoma
Carcinoma pada faring dapat timbul di tonsil, dinding lateral faring, valleculae,
sinus pyripormis.
56
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Gejala gejala permulaan tak jelas, bisanya penderita datang dengan tumor yang
sudah ada ulcerasi. Perderahan dan pembesaran kelenjar lymphe regional. Barus
lekas sembuh dicurigai kalo pembesaran unilateral dari tonsilla palatina.
Diagnosa : Biopsi dan pemeriksaan patalogi
Terapi : penyinaran

Tonsilitis Chronica
Ini adalah adalah kelanjutan dari tonsilittis acuta yang tidak sembuh. Pada anak
anak bisanya disertai adenoiditis chronic, penderita sering mengeluh sakit
kepala, badan merasa tidak enak dan anorexia. Demam yang nyata dan sakit
kerongkongan dan odynophagia hanya terdapat pada waktu exacerbasi akut.
Tonsil bisanya mebesar dan agak lebih merah dari pada mukosa normal. Kadang
kadang yang hiperemis hanya daerah arcus arterior. Permukaan tonsil berbenjol
- benjol dan kalo di tekan dari crypte keluar pus. Pada orang dewasa terkadang
terdapat tonsil yang kecil karena cicatrisasi dengan konsistensi padat, dan pada
penekanan keluar eksudat seropurelent dari muara crypte. Kelenjar lymphe
regional selalu membesar. Pada exacerbasi akut dari tonsilittis acuta recidivans
adalah pada pembesaran kelenjar lymphe regionalnya.
Terapi :
Keadaan akut diatasi dulu dengan antibiotic, baru sesudah reda dilakukan
tonsillectomy.
Tonsillektomi
Indikasi :
1. Tonsillitis acuta recidivans
2. Tonsillitis Chronica
3. Abcessus peritonsillaris
4. Diptheria Carrier
5. Hypertrophia

57
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


Tonsillectomi
Indikasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tonsillitis acute recidivans


Tonsillitis chronica
Abscessus peritonsillaris
Diphtheria Carrier
Hyperthrophia tonsillar dengan gangguan mekanis
Tumor benigna tonsil
Tumor maligna yang masih operable
Kontraindikasi :

keadaan umum yang jelek


kelainan darah dan pembuluh darah
epidemi poliomyelitis

Teknik Operasi
1. Tonsillektomi dengan guillotine
Dilakukan dengan anestesi umum. Prinsipnya adalah menjepit daerah hilus tonsil
yang tidak lain adalah jaringan ikat longgar atau kapsula dari tonsil dan
kemudian secara tumpul dengan jari telunjuk tonsil dilepaskan dari arcus anterior
dan posterior dan sepanjang kapsula.
2. Tonsillektomi dengan diseksi
Dilakukan dengan anestesi local atau anestesi umum. Inscisi dilakukan sepanjang
arcus anterior dan tonsil dilepaskan dari kapsula atau arcus posterior dan
akhirnya kutub bawah tonsil dilepas dengan memakai tonsil-snare (jerat tonsil).
Komplikasi:
1.
2.
3.
4.
5.

Perdarahan postoperative :
Abscess parapharyngealis
Sepsis
Otitis media
Aspirasi
bekuan
darah

dapat

mengakibatkan

atelectasis,

bronchopneumonia, abscess paru-paru.

Adenoidektomi
Indikasi:

58
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Kumpulan Kuliah THT


1. Adenoiditis

chronica

dengan

gejala-gejala

seperti

rhinitis,

postnasal

discharge, obstructio nasi.


2. Hypertrophi adenoid.
3. Occlusio tubae dengan serangan-serangan otalgia, conductive hearing loss,
otitis media purulenta acuta, otitis media serosa chronica.
Komplikasi :
-

Perdarahan, bisanya karena masih terdapat sisa jaringan adenoid. Diatasi dengan
mengambil sisa adenoid. Kalau perlu perdarahan dihentikan dengan tamponade

postnasal.
Otitis media
Teknik Operasi:
Dilakukan dengan anestesi umum. Alat yang dipakai adalah kuret adenoid dan
dikerjakan beberapa kali kuretase. Kontrol untuk mengetahui apakah ada sisa
adenoid dilakukan dengan palpasi. Perdarahan dihentikan dengan penekanan
luka dengan depper.

***

59
Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stef

Anda mungkin juga menyukai