S2 2014 292117 Chapter1 PDF
S2 2014 292117 Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Warisan budaya merupakan sumber informasi yang membawa pesan masa
lalu untuk generasi masa kini dan masa yang akan datang. Warisan budaya antara
lain menginformasikan bentuk-bentuk tinggalan budaya yang berupa perangkatperangkat simbol / lambang. Menurut Ahimsa-Putra ( 2004, 23 - 27) ada empat
bentuk simbol / lambang yang dapat diidentifikasi dan dikategorikan sebagai
peninggalan budaya. Simbol / lambang peninggalan budaya yang dimaksud
adalah:
1. Pertama yaitu benda-benda fisik atau material culture yang mencakup
seluruh benda-benda hasil kreasi manusia, mulai dari benda-benda
dengan ukuran yang relatif kecil hingga benda-benda yang sangat
besar.
2. Kedua yaitu pola-pola perilaku yang merupakan representasi dari adatistiadat sebuah kebudayaan tertentu. Bentuk kedua meliputi hal-hal
keseharian, seperti pola makan, pola kerja, pola belajar, pola berdoa,
hingga pola-pola yang bersangkutan dengan aktivitas sebuah
komunitas.
3. Ketiga adalah sistem nilai atau pandangan hidup yang berupa falsafah
hidup atau kearifan lokal dari suatu masyarakat dalam memandang
atau memaknai lingkungan sekitarnya.
karena
ketidaktahuan
masyarakat
tentang
kebudayaan
para
Kusudianto, 1996: Industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun
swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi, dan pemasaran produk suatu layanan yang
memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian.
universal yang luar biasa dari sebuah situs sebagai syarat untuk dapat ditetapkan
sebagai warisan dunia. Kriteria-kriteria tersebut adalah:
1. Mewakili karya agung (masterpiece) dari kejeniusan kreativitas manusia,
2. Menunjukkan adanya pertukaran nilai-nilai kemanusiaan yang penting,
selama jangka waktu tertentu atau dalam wilayah tertentu, terkait dengan
perkembangan dunia arsitektur atau teknologi, kesenian yang monumental,
perencanaan kota atau desain lansekap,
3. Mengandung bukti atas keunikan atau setidaknya kehebatan atas sebuah
tradisi budaya atau sebuah peradaban yang masih hidup atau yang telah
punah,
4. Merupakan contoh yang luar biasa dari sebuah tipe bangunan, karya
arsitektural atau teknologi atau lansekap yang melukiskan tahapan penting
dari sejarah umat manusia,
5. Merupakan contoh yang luar biasa dari sebuah permukiman tradisional,
tata guna lahan, atau tata guna laut yang merupakan representasi dari
sebuah kebudayaan (atau beragam kebudayaan), atau interaksi manusia,
6. Mempunyai kaitan langsung atau nyata dengan kejadian atau tradisi yang
hidup, dengan ide, atau dengan kepercayaan, dengan karya artistik dan
sastra yang mempunyai signifikansi universal yang luar biasa,
7. Mengandung fenomena alam yang luar biasa hebat atau kawasan dengan
keindahan alam yang sangat menakjubkan dengan nilai estetika yang
tinggi,
menjadi
lebih
tertarik
untuk
berkunjung.
Ketertarikan
ini
pemanfaatan memang tidak mudah karena cara yang digunakan untuk kedua hal
tersebut sering tidak sejalan. Pada kegiatan pelestarian, konservator berpendapat
bahwa pelestarian merupakan hal yang paling penting, sedangkan wisatawan
berkeinginan untuk memanfaatkan situs sebagai objek untuk mendapatkan
pengalaman baik yang berkaitan dengan pengetahuan maupun rekreasi. Cara yang
paling tepat untuk menjembatani kedua hal tersebut adalah dengan menerapkan
Cultural Resource Management (CRM). CRM merupakan upaya pengelolaan
Sumber Daya Budaya dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan banyak
pihak yang masing-masing pihak seringkali bertentangan. Kinerja CRM
cenderung lebih menekankan pada upaya pencarian solusi terbaik dan terbijak
agar kepentingan berbagai pihak tersebut dapat terakomodasi secara adil
(Tanudirjo, 1998:15). Tahapan-tahapan yang dilaksanakan sebagai langkah
penerapan CRM adalah identifikasi masalah dan potensi, penyusunan model
solusi, dan yang terakhir pemantauan dan evaluasi (Tanudirjo, dkk, 2004:19).
Penerapan CRM pada sebuah warisan budaya seyogyanya dapat
memenuhi kepentingan semua pihak yang terkait antara lain pengunjung,
masyarakat sekitar, para pelestari dan pemerhati budaya baik pemerintah maupun
swasta, dan pengelola. Salah satu objek pembahasan dalam tulisan ini kaitannya
dengan penerapan tahapan CRM yang terakhir yaitu evaluasi manajemen yang
dilakukan di Kompleks Candi Prambanan2 sebagai Situs Warisan Dunia.
Kompleks Candi Prambanan telah terdaftar dalam World Heritage List
nomor 642 tahun 1991 dan dimanfaatkan sebagai objek wisata yang menarik
2
Kompleks Candi Prambanan dalam tulisan ini adalah kelompok candi yang terdiri dari Candi
Siwa, Candi Wisnu, Candi Brahma, serta candi apit dan candi perwara di sekitarnya.
perhatian banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Pemanfaatan
sebagai objek wisata dikelola oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan dan Ratu Boko (PT.TWCBPRB) yang merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara. Dalam hal pelestariannya wewenang dipegang oleh Balai
Pelestarian Cagar Budaya
mempunyai tugas pokok dan fungsi yang berbeda terhadap Kompleks Candi
Prambanan.
Menurut
Peraturan
Menteri
Kebudayaan
dan
Pariwisata
kepurbakalaan
yang
diperuntukkan
bagi
perlindungan
dan
Peta 1. Peta Zonasi Kompleks Candi Prambanan (Sumber: BP3 DIY, 2011)
Kompleks Candi Prambanan merupakan salah satu objek wisata warisan dunia
yang telah dikenal oleh masyarakat luas baik dari dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan prasasti Sivagrha yang berangka tahun 856 M, candi ini dibangun
oleh Rakai Pikatan dan dipersembahkan untuk Dewa Siwa. Kompleks Candi
Prambanan sebagai objek wisata warisan budaya dunia, melalui pengelolaannya
Kode Etik Pariwisata Dunia (Global Code of Ethics for Tourism) dibuat oleh PBB yang khusus
menangani kegiatan pariwisata dunia.
4
Taman Wisata Candi Prambanan dalam tulisan ini meliputi Kompleks Candi Prambanan dan area
di sekitarnya yang berisi fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan dalam hal fasilitas umum
pada zona 2 telah dibangun area parkir, toilet, ticket box, audio visual, kios
souvenir, foodcourt, pusat informasi, area bermain anak, bumi perkemahan,
Lapangan Garuda, Brahma, Siwa, Wisnu dan panggung pentas Ramayana.
10
11
berjalan-jalan sambil menikmati keindahan candi, dan masuk ke dalam candi. Ada
beberapa pengunjung yang berfoto sambil berdiri pada batu candi bagian samping.
Meskipun ada beberapa petugas keamanan yang berjaga di sekitar candi, mereka
tidak terlalu menghiraukan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh para
pengunjung. Tidak ada larangan bagi wisatawan yang datang berombongan untuk
menaiki dan memasuki candi secara bersama-sama. Pembatasan jumlah orang
yang diperbolehkan naik dan masuk ke candi seharusnya diterapkan.
Peraturan baru diterapkan oleh pihak pengelola objek wisata TWC
Prambanan mulai tanggal 17 Agustus 2012 adalah kewajiban bagi setiap
pengunjung untuk mengenakan kain batik yang dililitkan di pinggang ketika
mengunjungi kompleks candi. Menurut pengelola TWC Prambanan, peraturan
baru ini dimaksudkan agar pengunjung lebih menghayati kegiatan wisata pada
objek warisan budaya bangsa mengingat kain yang digunakan sebagai sarung
adalah kain bermotif batik yang telah diakui UNESCO sebagai motif asli hasil
kebudayaan Indonesia5. Pengunjung juga dapat mengikuti program wisata minat
khusus
Perawatan
Alasan pemakaian kain sarung bermotif batik yang dikemukaan oleh pihak PT.TWCBPRB
menurut penulis bukanlah merupakan hubungan sebab akibat. Memperkenalkan dan
mempopulerkan hasil kebudayaan lain yang dimiliki bangsa Indonesia (kain batik) selain candi
dapat menjadi alasan yang lebih tepat.
12
13
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Apakah fasilitas yang dimiliki oleh pengelola TWC Prambanan sudah
sepenuhnya mendukung pelestarian?
2. Apakah fasilitas kepariwisataan di TWC Prambanan sudah memenuhi
kebutuhan pengunjung dalam kegiatan wisata?
3. Bagaimana seharusnya manajemen pengunjung yang diterapkan di TWC
Prambanan untuk mendukung pelestarian?
C. Tujuan Penelitian
Manajemen pengunjung dalam suatu warisan budaya merupakan salah
satu cara untuk menjaga kelestarian warisan tersebut. Berbagai upaya dilakukan
untuk mengatur keberadaan pengunjung dalam kegiatan pariwisata budaya untuk
mengantisipasi kerusakan yang diakibatkannya. Dalam mengarahkan pengunjung,
pengelola harus mengetahui:
1. Dampak yang diakibatkan oleh kehadiran pengunjung terhadap cagar
budaya dan masyarakat setempat;
2. Langkah yang diambil untuk mempengaruhi dan mendorong pengunjung
agar melaksanakan perilaku yang bertanggungjawab selama kunjungan
mereka dan setelahnya;
3. Cara meningkatkan kode perilaku bertanggungjawab untuk pengunjung
pada warisan; dan
14
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Pengelola Kegiatan Pariwisata di TWC Prambanan
15
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang Kompleks Candi Prambanan sudah banyak dilakukan
baik yang bersifat arkeologis maupun kepariwisataan. Setyastuti (2005) dalam
tesisnya membahas tentang strategi pengelolaan untuk tujuan pariwisata berbasis
pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Pengelolaan yang dimaksud dalam
tesis ini terkait dengan kebijakan yang diterapkan dalam hubungannya dengan
16
17
dapat dijadikan dasar dan bahan pembelajaran bagi pengeloaan TWC Prambanan
pada masa yang akan datang.
F. Tinjauan Pustaka
Beberapa istilah dasar dan definisi yang akan disajikan antara lain warisan
budaya, wisata budaya dan wisatawan budaya dan manajemen pengunjung.
Warisan Budaya
1.
18
19
G. Landasan Teori
Bangunan candi merupakan salah satu peninggalan budaya yang bersifat
monumental yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi karena keunikan,
kelangkaan, keindahan, dan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Candi merupakan
salah satu peninggalan arkeologis yang dalam upaya pelestariannya berlaku
peraturan-peraturan khusus yang tidak dapat dilanggar termasuk dalam upaya
pemanfaatannya sebagai suatu objek wisata. Aktivitas yang bersifat edukatif dan
rekreatif di situs arkeologis tidak sama dengan yang ada pada objek wisata
lainnya. Aktivitas yang dilakukan di sekitar benda cagar budaya harus
memperhatikan unsur kelestarian dan pelestarian objek tersebut. UU No. 11
Tahun 2010 pasal 1 butir 22 mendefinisikan pelestarian sebagai upaya dinamis
untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara
melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Fielden dan Jokilehto
(1993) menyebut pelestarian adalah upaya untuk mempertahankan suatu benda
dari proses kerusakan dan kemusnahan, agar tetap terjaga kelestariannya baik
secara fisik (tangible) maupun nilai yang terkandung di dalamnya (intangible).
Dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan apresiasi masyarakat
terhadap warisan budaya, pemanfaatan Kompleks Candi Prambanan sebagai objek
wisata dalam satu segi merupakan peluang untuk menyampaikan berbagai
informasi, khususnya yang berkaitan dengan aspek ideologik. Sementara itu,
20
apresiasi antara lain diartikan sebagai kesadaran terhadap nilai-nilai budaya atau
penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu (Moeliono, 1999). Salah satu alat yang
dapat diterapkan untuk mewujudkan idealisme-idealisme di atas adalah dengan
manajemen pengunjung.
Manajemen pengunjung tidak dapat lepas dari keterkaitan harmonis antara
pengunjung, objek, dan pengelola (Davidson & Maitland, 1997). Dilihat dari
pentingnya konsep keterkaitan harmonis dalam pengelolaan aspek budaya
diperlukan beberapa kategorisasi terhadap upaya pemanfaatan dan konservasi
secara lebih seimbang. Yoeti (1996) mengemukakan dua cara yang dapat
digunakan untuk mengelola kunjungan wisatawan antara lain:
1. Cara Keras (Hard Measure), yaitu memaksa pengunjung untuk bertingkah
laku sesuai dengan keinginan pengelola objek wisata dengan cara sebagai
berikut:
a. Menutup sebagian atau seluruh area wisata untuk perbaikan dan
perawatan. Cara ini biasa diterapkan di objek wisata yang terdiri atas zonazona wisata. Zona adalah batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan
Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan (UU No. 11 Tahun
2010). Pengelola dapat menutup area yang dianggap sudah melebihi
kapasitas atau perlu perawatan.
b. Memperketat waktu kunjungan di objek wisata.
Cara ini diterapkan untuk objek wisata yang memiliki waktu kunjungan
untuk kegiatan pariwisata.
c. Memperkenalkan konsep parkir jemput (park and ride).
21
22
3)
23
Kegiatan Pariwisata
Kompleks Candi Prambanan
Pelestarian
Pemanfaatan
Manajemen Pengunjung
Analisis
Pendekatan
Dampak kegiatan Pariwisata
(disebabkan oleh Pengunjung)
Evaluasi Manajemen Pengunjung
I. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus, dan dalam pelaksanaannya
menggunakan metode deskriptif evaluatif dengan pendekatan kualitatif. Deskripsi
adalah penelitian yang bertujuan untuk mengungkap suatu masalah, keadaan, atau
peristiwa sebagaimana adanya, sehingga bersifat mengungkapkan fakta-fakta.
Sesuai dengan sifatnya yang evaluatif, maka penelitian ini diarahkan untuk tujuan
menilai keberhasilan manfaat, kegunaan, sumbangan, dan kelayakan sebagai suatu
kegiatan dari suatu unit (lembaga) tertentu. Hasil penelitian evaluatif dapat
menambah pengetahuan tentang kegiatan dan dapat mendorong penelitian dan
pengembangan lebih lanjut, serta membantu para pimpinan untuk menentukan
kebijakan (Sukmadinata, 2005).
24
3.
4.
5.
6.
piagam-piagam
25
sedangkan
pengambilan
sampel
untuk
wawancara
26
Beberapa pengunjung akan diberi kuesioner untuk menjaring data. Secara garis
besar, data yang akan diperoleh dari hasil isian kuesioner antara lain:
-
Apa saja yang ingin dinikmati dan diamati oleh pengunjung; dan
Jenis Pertanyaan
1.
Terkait pengalaman /
perilaku
2.
Terkait indra
3.
Terkait pendapat
4.
Terkait perasaan
5.
Terait pengetahuan
Informasi yang
Didapat
Contoh Pertanyaan
27
6.
Terkait demografi
pengunjung
Latar belakang
pengunjung
Prambanan
Usia, jenis kelamin,
asal, pekerjaan
c. Studi Pustaka
Studi pustaka ini digunakan untuk melengkapi data penelitian melalui referensi
buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian yang sudah ada. Studi
kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan
buku-buku referensi, media massa baik tulis maupun elektronik, jurnal, atau
karya tulis yang
relevan dengan permasalaha
28