TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini
didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap
pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
(Anonim, 2013)
II-1
II-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1. Sejarah Distilasi
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi
yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus.
Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan
Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses
distilasi pada sekitar abad ke-4 Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli
kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan
alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi
semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman
Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal
dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar, ia juga telah
menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai
saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).
(Kartika dkk.2009)
II-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
b. Distilasi batch
Jika dilakukan satu kali proses, yakni bahan dimasukkan dalam peralatan, diproses
kemudian diambil hasilnya (distilat dan residu).
Aplikasi: Destilasi minyak atsiri pada skala laboratorium
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/tipe-distilasi/)
II-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
b. Distilasi Vakum
Untuk minyak berat bertitik didih tinggi yang jika dipanaskan lebih lanjut pada tekanan
atmosfir akan terjadi perengkahan dan dilakukan pada tekanan dbawah satu atmosfir
(vakum).
Aplikasi : Vacuum Unit
II-5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Suatu sistem destilasi yang digunakan untuk memisahkan campuran lebih dari 2 larutan
pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Alat dari destilasi sistem multi komponen dapat
dilihat pada gambar II.3.
Aplikasi:Proses Destilasi Minyak bumi menjadi LPG, Light/Heavy gas, Kerosene, dll
4. Berdasarkan system operasinya terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Single-stage Distillation
b. Suatu sistim distilasi yang terdiri dari satu tahap. Proses ini meliputi pemanas aliran
umpan dan kemudian dilakukan ekspansi pada tekanan yang lebih rendah pada sebuah
vessel. Alat dari Single-stage Distillation dapat dilihat pada gambar II.2.
Aplikasi: Destilasi skala laboratorium
c. Multi stage Distillation
Destilasi sekejap pada tekanan tetap yang disusun bertingkat.
Aplikasi: Destlasi etano air untuk mendapatkan kemurnian etanol 99 %
(http://www.authorstream.com/Presentation/nda_tn_only-372057-pengantar-teori-distilasientertainment-ppt-powerpoint/)
Selain pembagian macam destilasi, dalam referensi lain menyebutkan macam macam
destilasi, yaitu :
a. Distilasi Sederhana
Prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didih
yang jauh berbeda. Alat dari destilasi sederhana dapat dilihat pada gambar II.2.
Aplikasi: Destilasi etanol skala laboratorium
b. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat)
Prinsipnya sama dengan distilasi sederhana, hanya distilasi bertingkat ini memiliki
rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen
yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Alat dari destilasi fraksional dapat
dilihat pada gambar II.3.
Aplikasi: Destilasi Minyak Bumi
c. Distilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit di
pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan
azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Alat dari destilasi azeotrop
dapat dilihat pada gambar II.2.
Aplikasi:destilasi etanol-air
d. Distilasi Kering
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS SURABAYA
II-6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan cairnya.
Aplikasi: untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bata.
e. Destilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih
mencapai 200 C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan
suhu mendekati 100 C dalam tekanan atmosfer menggunakan uap atau air mendidih.
Aplikasi: Destilasi Minyak Atsiri
(http://ndarucs.blogspot.com/2010/02/distilasi.html)
II-7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Bahan bakar tidak berkelanjutan
Bahan bakar tidak berkelanjutan bersumber pada materi yang diambil dari alam dan
bersifat konsumtif. Sehingga hanya bisa sekali dipergunakan dan bisa habis
keberadaannya di alam. Misalnya bahan bakar berbasis karbon seperti produk-produk
olahan minyak bumi.
b. Bahan bakar berkelanjutan
Bahan bakar berkelanjutan bersumber pada materi yang masih bisa digunakan lagi dan
tidak akan habis keberadaannya di alam. Misalnya tenaga matahari.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar)
II-8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
dengan proses dari petroleum. Selain minyak mentah dari tumbuh-tumbuhan,produk lain
adalah ethanol.
(http://id.shvoong.com/exact-sciences/1975406-bahan-bakar-cair/)
roket.
dari
bahasa
Yunani keros (,
wax
).
Biasanya, kerosene didistilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan perawatan khusus,
dalam sebuah unit Merox atau, hidrotreater untuk mengurangi kadar belerangnya dan
pengaratannya.
Kerosene dapat juga diproduksi oleh hidrocracker, yang digunakan untuk
mengupgrade bagian dari minyak mentah yang akan bagus untuk bahan bakar minyak.
Penggunaanya sebagai bahan bakar untuk memasak terbatas di negara berkembang, di mana
dia
kurang
disuling
dan
mengandung
ketidakmurnian
dan
bahkan
"debris".
Bahan bakar mesin jet adalah kerosene yang mencapai spesifikasi yang diperketat, terutama
titik asap dan titik beku. Kegunaan lain dari kerosene biasa di gunakan untuk membasmi
serangga seperti semut dan mengusir kecoa. Kadang di gunakan juga sebagai campuran dalam
cairan pembasmi serangga seperti pada merk/ brand baygon.
II.2.2.2 Biosolar
Biosolar merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai
panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan
terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.
Keunggulan Biosolar :
1. Biodiesel tidak beracun.
2. Biodiesel adalah bahan bakar biodegradable.
3. Biodiesel lebih aman dipakai dibandingkan dengan diesel konvensional.
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS SURABAYA
II-9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4. Biodiesel dapat dengan mudah dicampur dengan diesel konvensional, dan dapat
digunakan di sebagian besar jenis kendaraan saat ini, bahkan dalam bentuk
biodiesel B100 murni.
5. Biodiesel dapat membantu mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar
fosil, dan meningkatkan keamanan dan kemandirian energi.
6. Biodiesel dapat diproduksi secara massal di banyak negara, contohnya USA yang
memiliki kapasitas untuk memproduksi lebih dari 50 juta galon biodiesel per
tahun.
7. Produksi dan penggunaan biodiesel melepaskan lebih sedikit emisi dibandingkan
dengan diesel konvensional, sekitar 78% lebih sedikit dibandingkan dengan diesel
konvensional.
8. Biodiesel memiliki sifat pelumas yang sangat baik, secara signifikan lebih baik
daripada bahan bakar diesel konvensional, sehingga dapat memperpanjang masa
pakai mesin.
9. Biodiesel memiliki delay pengapian lebih pendek dibandingkan dengan diesel
konvensional.
10. Biodiesel tidak memiliki kandungan sulfur, sehingga tidak memberikan kontribusi
terhadap pembentukan hujan asam.
Kelemahan BioSolar:
1. Biodiesel saat ini sebagian besar diproduksi dari jagung yang dapat menyebabkan
kekurangan pangan dan meningkatnya harga pangan. Hal ini bisa memicu
meningkatnya kelaparan di dunia.
2. Biodiesel 20 kali lebih rentan terhadap kontaminasi air dibandingkan dengan
diesel konvensional, hal ini bisa menyebabkan korosi, filter rusak, pitting di
piston, dll.
3. Biodiesel murni memiliki masalah signifikan terhadap suhu rendah.
4. Biodiesel secara signifikan lebih mahal dibandingkan dengan diesel konvensional.
5. Biodiesel memiliki kandungan energi yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
diesel konvensional, sekitar 11% lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar
diesel konvensional.
6. Biodiesel dapat melepaskan oksida nitrogen yang dapat mengarah pada
pembentukan kabut asap.
II.2.3 Destilasi Minyak Bumi (Petroleum)
Distilasi merupakan suatu proses dimana cairan-cairan yang saling terlarut dipisahkan
berdasarkan properti fisiknya, khususnya, relative volatilities. Cairan dapat dikatakan volatile
jika larutan tersebut siap menguap pada suhu yang relatif rendah. Pendidihan komponen
larutan yang lebih volatile mendorong proses distilasi. Ketika uap didinginkan, material yang
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS SURABAYA
II-10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
lebih mudah menguap mengembun dengan proporsi yang lebih besar, dibandingkan dengan
material yang kurang volatile. (http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski
%20Septiadevana%200606249_IE6.0/halaman_11.html)
Destilasi
minyak
mentah
dipanaskan
dalam
furnace
(tanur)
370C. Minyak
dipanaskan tersebut
kemudian
masuk
kedalam
kolom
fraksinasi
pada
flash
chamber
bagian
(biasanya
berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan
dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
(http://kimia.upi.edu/utama
/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana
%200606249_IE6.0/halaman_11.html)
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan
selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih
tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap dan naik ke bagian atas. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam
kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih
lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke
bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak
adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut
gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas). Fraksi
minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin,
lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20. Fraksi
minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain sebagai berikut :
1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50C
2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS SURABAYA
II-11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Trayek didih : 50 sampai 85C
3. Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105C
4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135C
5. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300C
6. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300C
(http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana
%200606249_IE6.0/halaman_11.html)
Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut yang
meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.
Secara umum teknologi proses kilang minyak bumi dikelompokkan menjadi 3 macam
proses, yaitu :
a. Primary Processing
Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam primary processing adalah unit-unit yang hanya
melibatkan peristiwa fisis, yaitu distilasi. Proses distilasi adalah proses pemisahan
komponen-komponen minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Primary
processing terdiri dari Crude Distillation Unit/CDU dan Vacuum Distillation Unit/VDU.
b. Secondary Processing
Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam secondary processing adalah unit-unit yang
melibatkan reaksi kimia. Secondary processing terdiri dari Hydrotreating process,
Catalytic Reforming/Platforming process, Hydrocracking process, Fluid Catalytic
Cracking/Residual Catalytic Cracking/Residual Fluid Catalytic Cracking/High Olefine
Fluid Catalytic Cracking, Hydrogen Production Unit/HPU, Delayed Coking Unit/DCU,
dan Visbraking.
c. Recovery Processing
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS SURABAYA
II-12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam recovery processing adalah unit-unit yang
bertujuan untuk memperoleh kembali minyak yang diproduksi atau chemical yang
digunakan di unit-unit primary dan secondary processing atau untuk mengolah limbah cair
atau gas sebelum dibuang ke laut atau udara luar/lingkungan sekitar. Recovery processing
terdiri dari Amine unit, Sour Water Stripping Unit, dan Sulphur Recovery Unit.
Dalam distilasi ini perlu dipahami beberapa hal yang berkaitan dengan proses distilasi
yaitu :
Initial Boiling point
Pembacaan termometer yang diamati pada saat tetes pertama jatuh.
End point
Pembacaan termometer tertinggi selama pengujian .
Dry point
Pembacaan termometer pada saat tetes terakhir cairan menguap dari bagian bawah labu.
Percent recovered
Volume kondensat daalam milimeter yang diamati dalam gelas ukur yang berhubungan
dengan percobaan termometer.
Percent recovery
Percent recovered maksimum setelah distilasi selesai.
Percent total recovery
Gabungan antara percent recovery dari residu dalam labu.
Percent residu
Percent total recovery dikurangi percent recovery atau volume residu dalam milimeter
yang diukur secara langsung.
Percent loss
100 percent recovery.
Percent evaporated
Jumlah percent recovery dan percent loss.
Averge boling point
Titik didih rata rata yang terdiri dari beberapa komponen yang dicari boling point masing
masing fraksi.
(ASTM D86-04b)
II-13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Komponen dasar dari unit distilasi adalah labu distilasi, kondensor dan pendinginan
yang terkait, logam perisai atau tempat untuk labu distilasi, sumber panas, alat pengukur
suhu, dan silinder penerima untuk mengumpulkan distilat. Selain itu untuk unit otomatis juga
dilengkapi dengan sistem untuk mengukur dan secara otomatis mencatat suhu.
11Distillation flask
2Bath cover
12Temperature sensor
4Bath overflow
5Bath drain
15Ground connection
6Condenser tube
16Electric heater
7Shield
8Viewing window
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS SURABAYA
of support platform
II-14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
9aVoltage regulator
9bVoltmeter or ammeter
19Receiver cylinder
9cPower switch
21Receiver cover
10Vent
Peralatan otomatis diproduksi pada tahun 1999 dan kemudian dilengkapi dengan
perangkat yang secara otomatis menutup kekuatan unit dan untuk menyemprotkan gas inert
atau uap ke dalam ruang di mana labu distilasi sudah terpasang. Sampel material yang
mengandung air tidak cocok untuk pengujian. Pengambilan sampel harus dilakukan sesuai
dengan Praktek D 4057 atau D 4177 dan seperti yang dijelaskan pada Tabel dibawah ini
Tabel II.2 Karakteristik pengambilan Sampel
Kalibrasi suhu sistem pengukuran harus dilakukan pada interval tidak lebih dari enam
bulan, dan setelah sistem telah diganti atau diperbaiki.
Prosedur percobaannya adalah yang pertama catat
Periksa suhu dari sampel. Tuangkan spesimen tepatnya ke tanda 100-mL pada silinder
penerima, dan mentransfer isi silinder penerima ke dalam labu distilasi dan memastikan
bahwa tidak ada cair mengalir ke dalam tabung uap.
Jika sampel tidak cairan pada suhu itu harus dipanaskan sampai suhu antara 9 dan 21
C di atas titik tuang nya (Test Metode D 97, D 5949, D 5950, atau D 5985) sebelum analisis.
Setiap material yang menguap selama transfer akan memberikan kontribusi untuk persent loss
sedangkan materi yang tertinggal di dalam silinder akan berkontribusi terhadap volume
pemulihan yang diamati pada saat IBP tersebut.
Untuk mengurangi kehilangan penguapan distilat, tutup silinder menerima dengan
sepotong blotting kertas, atau bahan sejenis yang telah dipotong agar sesuai tabung
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS SURABAYA
II-15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
kondensor.. Perhatikan waktu mulai. Amati dan catat IBP terdekat ke 0,5 C (1.0 F). Jika
deflektor penerima tidak digunakan, segera memindahkan silinder menerima sehingga ujung
kondensor menyentuh dinding dalamnya. Mengatur pemanasan sehingga seragam tingkat
rata-rata kondensasi dari 5 atau 10% pulih sampai 5 mL residu dalam labu adalah 4 sampai 5
mL per menit.
(ASTM D86-04b)
II.2 Aplikasi Industri