Anda di halaman 1dari 4

108

Anita Fira / Karakterisasi Nanofiber Fe3O4/PVA dengan Spektrometer

Karakterisasi Nanofiber Fe3O4/PVA dengan Spektrometer


Anita Fira1, Harsojo2,3
1

Program Studi S2, Jurusan Fisika,FMIPA, Universitas Gadjah Mada


Jurusan Fisika, FMIPA-Universitas Gadjah Mada
3
Group Riset Nanomaterials Universitas Gadjah Mada
Jl. Sekip Utara Bls, Yogyakarta 55281
anita.fhyera@gmail.com
2

Abstrak Telah dilakukan karakterisasi nano fiber polimer Polyvinyl Alcohol (PVA) yang dimuati dengan nanopartikel
Fe3O4. Fiber tersebut dibuat dari larutan campuran nanopartikel Fe3O4 dan PVA 10% dengan rasio berat 10%, 50%
dan 70% yang diumpankan ke elektrospining. Proses elektrospining dilakukan dengan jarak ujung jarum ke pengumpul
fiber 15cm yang dioperasikan pada tegangan DC 15kV. Ukuran fiber diukur dengan Scanning Electron Microscope
(SEM). Absorbansi fiber diukur dengan spectrometer pada daerah 300 nm sampai 700 nm. Hasil perolehan
menunjukkan adanya kaitan antara ukuran fiber yang dibuat dengan bentuk absorbansi yang diperoleh.
Kata kunci: Elektrospining, Fiber, Magnetite (Fe3O4), Polyvinyl alcohol (PVA)
Abstract Nanofiber polymer Polyvinyl Alcohol (PVA) loaded with Fe3O4 nanoparticles have been characterized. The
fiber is made from a solution of a mixture of Fe3O4 nanoparticles and PVA 10% with a weight ratio of 10%, 50% and
70% were fed to electrospining. Electrospining process is done with a needle tip to collector distance of 15cm fiber
operated at 15kV DC voltage. Fiber size was measured with a Scanning Electron Microscope (SEM) fiber. Absorbance
was measured with a spectrometer on the region of 300 nm to 700 nm. Acquisition results indicate a link between the size
of the fiber with absorbance.
Key words: Electrospinning, Fiber, Magnetite (Fe3O4), Polyvinyl alcohol (PVA)
I. PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi nano pada zaman sekarang
semakin cepat berkembang. Salah satu bidang
nanoteknologi yang sedang banyak dikembangkan adalah
pembuatan nanofiber. Nanofiber dari suatu bahan polimer
dibuat dan diteliti karena memiliki sifat dan karakteristik
seperti luas permukaannya yang tinggi serta ukuran pori
yang kecil. Nanofiber berpotensi untuk digunakan
sebagai media filtrasi, serat optik, sistem penghantaran
obat (drug delivery) dalam bidang farmasi, tissue
scaffolds dalam bidang medis, dan pakaian pelindung
(protective clothing).
Beberapa metode telah dikembangkan untuk fabrikasi
nanofiber, seperti template, self-assembly, pemisahan
fase, dan elektrospining. Diantara metode-metode
tersebut, elektrospining merupakan metode yang relatif
cepat, sederhana dan efektif untuk fabrikasi nanofiber.
Elektrospining dapat
menghasilkan nanofiber yang
kontinyu pada skala besar dan diameter fibernya dapat
disesuaikan dari nanometer sampai micrometer [1].
Teknik elektrospining merupakan salah satu metode
pembuatan fiber secara langsung dari larutan polimer
terutama dalam bentuk fiber nonwoven. Pembuatannya
tidak melalui proses penenunan (weaving) atau perajutan
(knitting) dengan ukuran diameter dalam puluhan sampai
ratusan nanometer. Komposisi kimia dari larutan uji yang
digunakan untuk elektrospining dapat disesuaikan dengan
jenis polimer yang dibuat baik dari material organik
maupun anorganik [2]. Dalam penelitian ini dibuat suatu
material nanofiber Fe3O4/PVA menggunakan metode
elektrospining dengan harapan mengahasilkan fiber

berukuran nanometer, halus, seragam (uniform), dan


kontinyu sehingga memiliki permukaan yang luas. Fiber
yang dihasilkan diharapkan dapat diteliti mengenai
morfologi fiber terkait hubungan antara ukuran diameter
fiber dengan konsentrasi larutan Fe3O4/PVA yang
digunakan serta sifat optik fiber.
II. LANDASAN TEORI
Elektrospining adalah metode dimana larutan polimer
diberi muatan oleh medan listrik. Pada dasarnya ada tiga
komponen utama terpenuhinya proses pembuatan
nanofiber melalui metode elektrospining, yaitu:
tersedianya tegangan tinggi, pipa kapiler dengan pipet
atau jarum dengan diameter yang kecil, dan layar
kolektor logam.
Untuk menghasilkan nanofiber yang seragam dengan
reproduktifitas tinggi, maka stabilitas cone jet yang
berhubungan dengan stabilitas arus tetap dalam proses
elektrospinning perlu dijaga. Fiber yang diperoleh dari
hasil elektrospining diharapkan tidak terdapat beads.
Pada proses elektrospining seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1, larutan polimer diletakkan dalam syringe
dan untuk jarak antara ujung jarum dan kolektor diatur
dengan tombol pengatur jarak kolektor. Polimer
dilewatkan melalui lubang spinneret dengan tegangan
arus searah (direct current / DC) dalam ukuran kilovolt.
Setelah dikenakan sumber tegangan, maka dari larutan
polimer yang bermuatan positif akan membentuk fiber
pada kolektor yang bermuatan negatif. Jarak antara ujung
jarum dan kolektor serta tegangan yang diberikan akan
mempengaruhi bentuk dan diameter fiber yang diperoleh.

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN : 0853-0823

Anita Fira / Karakterisasi Nanofiber Fe3O4/PVA dengan Spektrometer

109

Tabel 1. Parameter pembuatan larutan Fe3O4/PVA


No
1.
2.
3.

Gambar 1. Skema elektrospining, (a) sumber tegangan, (b)


kotak elektrospining, (c) syringe, (d) larutan
polimer, (e)needle, (f) jet fiber, (g) kolektor.

Ada beberapa parameter yang dapat mempengaruhi


transformasi dari larutan polimer menjadi nanofiber
melalui elektrospining. Parameter-parameter tersebut
mencakup (a)sifat-sifat larutan seperti viskositas,
elastisitas, konduktivitas dan tegangan permukaan,
(b)pengaturan
variabel-variabel
seperti
tekanan
hidrostatik dalam pipa kapiler, tegangan listrik pada
ujung kapiler dan gap (jarak antara ujung dan layar
kolektor), dan (c)parameter-parameter lingkungan seperti
temperatur larutan, kelembaban, dan kecepatan udara
dalam ruang elektrospining [3].
Pada penelitian ini, hanya dilakukan variasi konsentrasi
saja, sedangkan untuk jarak antara ujung jarum dan
kolektor serta tegangan yang diberikan dibuat tetap.
III. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN
A. Pembuatan Larutan PVA
Pada pembuatan nanofiber PVA, konsentrasi larutan
PVA yang digunakan adalah 10%. Larutan uji yang
digunakan adalah polimer PVA 0,8 g yang dilarutkan
dalam dionezed water 9,2 mL. Suhu hot plate 120 C,
kecepatan stirrer 700 rpm dan durasi pengadukan selama
2700 s. Konsentrasi PVA yang dilarutkan dalam dionized
water dihitung melalui persamaan (1).
% Berat
100%,
(1)
dengan X adalah berat zat terlarut dan Y adalah berat zat
pelarut.
B. Pembuatan Larutan Fe3O4/PVA
Pada pembuatan nanofiber Fe3O4/PVA, larutan uji yang
digunakan adalah larutan Fe3O4/PVA dengan variasi
konsentrasi 10%, 50% dan 70% dengan lama pengadukan
3600 s, suhu larutan dipakai sesuai dengan suhu ruangan,
yaitu 28 C. Variasi konsentrasi dilakukan dengan
perhitungan seperti pada persamaan (2).
% Berat zat A
100%,
(2)
dengan A adalah berat zat A dan B adalah berat zat B.
Beberapa parameter yang digunakan dalam pembuatan
larutan uji Fe3O4/PVA terdapat pada Tabel 1.

Nama
Sampel
FP1
FP5
FP7

Fe3O4 (g)

PVA (g)

0,1
0,5
0,7

1,0
1,0
1,0

Aquabidest
(mL)
9,0
9,0
9,0

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Uji Scanning Electron Microscopy (SEM)
Nanofiber
yang
dihasilkan
melalui
metode
elektrospining menggunakan jarum dengan needle
diameter kecil (0,55x25 mm). Karakterisasi fiber PVA
menggunakan SEM dilakukan pada larutan PVA dengan
konsentrasi larutan 10% (PA) serta fiber Fe3O4/PVA
dengan konsentrasi 10% (FP1), 50% (FP5) dan 70%
(FP7). Jarak antara ujung jarum dan kolektor 15 cm,
tegangan yang diberikan 15 kV, dan waktu yang
digunakan untuk menghasilkan fiber pada kolektor adalah
7200 s. Larutan PVA sebelum dielektrospining untuk
menghasilkan fiber didiamkan terlebih dahulu selama
kurang lebih satu hari untuk menghilangkan busa yang
ada pada larutan.
Gambar 2 merupakan hasil karakterisasi dari uji SEM
yang memperlihatkan morfologi fiber yang dihasilkan
melalui metode elektrospining beserta distribusi ukuran
dari diameter fiber. Diameter rata-rata dari sampel PA
adalah 2026 nm. Diameter rata-rata dari sampel FP1
adalah 2045 nm, FP5 adalah 2224 nm, dan FP7 adalah
2243 nm.
Diameter fiber untuk sampel FP1, FP5 dan FP7 lebih
besar dibandingkan dengan diameter sampel PA, karena
dengan adanya partikel Fe3O4 viskositas larutan akan
semakin bertambah. Begitu pula dengan diameter fiber
untuk sampel fiber Fe3O4/PVA meningkat dengan
bertambahnya
konsentrasi
Fe3O4,
karakteristik
konsentrasi larutan polimer berbanding lurus dengan
viskositas larutan, yang memiliki pengaruh terbesar pada
ukuran dan morfologi nanofiber in press [4]. Hal ini
dikarenakan dengan semakin bertambahnya partikel
Fe3O4, maka semakin bertambah pula viskositas dari
larutan uji yang akan dielektrospining. Ketika viskositas
bertambah, maka pelarut membutuhkan waktu lebih lama
untuk menguap ketika proses elektrospining sehingga
menyebabkan diameter fiber menjadi lebih besar.
Pada Gambar 2 terlihat bahwa terdapat perbedaan
morfologi fiber Fe3O4/PVA yang terbentuk dengan
menggunakan
metode
elektrospinning.
Dengan
konsentrasi yang berbeda-beda ternyata morfologi fiber
juga berbeda. Semakin tinggi konsentrasi larutan, terlihat
bahwa fiber yang dihasilkan semakin terlihat tidak
homogen. Terlihat adanya aglomerasi pada sampel FP7.
Besarnya partikel Fe3O4 yang teraglomerasi dalam
fiber PVA mempunyai kisaran lebar 0,4-0,6 m dan
panjang sekitar 0,5-2,0 m. Tidak meratanya partikel
Fe3O4 dapat dikarenakan mismatch densitas dan polaritas
antara Fe3O4 dengan polimer, seperti pada [5].

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN : 0853-0823

1110

Anita Fira / Karakterisasi Nanofiber


N
Fe3O4/PVA dengan Spektrometer

Gaambar 2. Morrfologi nanofibeer dengan SEM


M serta distribussi ukuran diameeter fiber pada tegangan
t
DC 15kV dan jarak ujung jarum
ke pengumpul
p
fiber 15cm dengann sampel fiber, (a). PA (PVA 10%) (b). FP11 (Fe3O4/PVA 10%) (c). FP5 (Fe3O4/PVA
50%
%) dan (d). FP7 (Fe3O4/PVA 700%).

B. Hasil
H
Uji Spektrometer Ulttra Violet -Vissible (UV-Vis)
H
Hasil
karakteerisasi spektrrofotometer UV-Vis padda
Gaambar 3 menuunjukkan nilaai absorbansi sampel larutaan
PV
VA 10% serrta fiber Fee3O4/PVA dengan
d
variasi
konnsentrasi 10%
%, 50% dan 70%. Pada fiber Fe3O4/PVA
A.
bessarnya absorrbansi sebandding dengan rasio masssa

/
jadi seemakin tinggi rasio massa Fe
F 3O4/PVA
Fe3O4/PVA,
maka semakin
s
tingggi pula nilai abbsorbansi sam
mpel. Hal ini
sudah sesuai denngan hukum
m Beer-Lam
mbert pada
persam
maan (3), yaituu :
,
(3)

Prosiiding Pertemuan
n Ilmiah XXVIIII HFI Jateng & DIY,
D
Yogyakarta, 26 April 20144
ISS
SN : 0853-0823

Anita Fira / Karakterisasi Nanofiber Fe3O4/PVA dengan Spektrometer

A adalah absorbansi, adalah absortivitas, b adalah


ketebalan sampel, dan c adalah konsentrasi sampel.
Persamaan (3) menunjukkan bahwa perubahan
konsentrasi akan mengubah absorbansi pada tiap panjang
gelombang dengan suatu faktor yang konstan. Besarnya
nilai absorbansi sebanding dengan nilai konsentrasi
sampel, jadi semakin tinggi konsentrasi sampel maka
semakin tinggi pula absorbansi dari sampel, begitu juga
sebaliknya.
Hasil uji Spektrometer UV Vis pada panjang
gelombang 300-400 untuk sampel fiber PA, FP1, FP5 dan
FP7 yang merupakan daerah sinar UV terlihat lebih
banyak puncak serapan dibandingkan dengan sampel
PVA 10% yang merupakan sampel dalam bentuk larutan.
Hal ini disebabkan oleh panjang gelombang yang
dikenakan pada sampel seukuran dengan ukuran diameter
fiber. Sedangkan pada panjang gelombang 400-700 nm
yang merupakan panjang gelombang untuk sinar visible
tidak terdapat puncak serapan.

111

V. KESIMPULAN
Hasil sintesis nanofiber larutan campuran nanopartikel
Fe3O4 dan PVA 10% dengan rasio berat 10%, 50% dan
70%. Jarak ujung jarum ke pengumpul fiber 15cm yang
dioperasikan pada tegangan DC 15kV. Ukuran fiber yang
diukur dengan SEM, dimana morfologi permukaan masih
terdapat aglomerasi partikel Fe3O4, namun seratnya sudah
kontinyu serta tidak ada beads. Absorbansi fiber diukur
dengan spektrometer pada daerah 300 nm sampai 700 nm
dan menunjukkan adanya kaitan antara ukuran fiber
yang dibuat dengan bentuk absorbansi yang diperoleh.
PUSTAKA
[1] J. Fang, X. Wang, and T. Lin, Functional Applications of
Electrospun Nanofibers, InTech, Nanofiber-Production,
Properties and Functional Applications, 2011, bab 14.
[2] Burger, S. B. Christian, Hsiao, B. Chu, Nanofibrous
Materials and Their Applications, Reviews in Advance,
2006, 36:333-368.
[3] Z. M. Huang, Y. Z. Zhang, M. Kotaki and S.
Ramakrishna, A review on polymer nanofibers by
electrospinning and their applications in nanocomposites,
Compos. Sci. Techno, vol. 63, 2003, pp. 222353.
[4] C. R. Lin, T. C. Tsai, M. Chung, S. Z. Lu, Synthesis and
Characterization of Magnetic Nanoparticles Embedded in
Polyvinyl Pyrrolidone Nanofiber Film by Electrospinning
Method, American Institute of Physics, Journal of Applied
Physics, vol. 07B509, 2009, pp. 105.
[5] P. Zhang, et al., Self-assembly Core-Shell Fe3O4 @SiO2
Nanoparticles from Electrospun Fibers. Elsevier,
Materials Research Bulletin, vol. 48, 2013, pp. 30583064.

Gambar 3. Hasil uji Spektrometer UV Vis sampel larutan


PVA 10% serta fiber PA (PVA 10%), FP1
(Fe3O4/PVA 10%), FP5 (Fe3O4/PVA 50%), dan
FP7 (Fe3O4/PVA 70%).

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN : 0853-0823

Anda mungkin juga menyukai