Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang
Pendidikan adalah hal mutlak yang ada dalam kehidupan. Tanpa pendidikan
maka masyarakat dan individu akan terus terbelenggu dalam kebodohan dan kevakuman
sehingga sulit untuk berbuat sesuatu yang berguna demi meningkatkan kualitas diri.
Pendidikan bisa dilakukan oleh lembaga formal dan informal. Lembaga formal
penyelenggara pendidikan meliputi lembaga-lembaga pendidikan yang terdaftar. Lembaga
informal dimulai dari pendidikan orang tua dan lainnya diluar pendidikan formal. Pendidikan
formal akan sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian dan kualitas individu.
Seorang tenaga pendidik yang melatih dan mendidik individu harus benar-benar terlatih.
Dengan kata lain seorang pendidik harus profesional. Guru sebagai profesi menjadi tenaga
pendidik yang diharuskan memiliki kompetensi-kompetensi tertentu seperti kompetensi
paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial. Semua
kompetensi itu berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan keprofesionalan guru.
Mendidik bukanlah hal yang mudah terutama dilembaga formal. Perlu cara
khusus untuk menangani masing-masing perbedaan karakteristik setiap peserta didik. Oleh
karena itu., perlu dilakukan upaya untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan, karena
pendidikan disuatu negara akan menentukan kualiatas dari negara tersebut. Di Indonesia
sendiri banyak melakukan program Diklat bagi tenaga kependidikan untuk menunjang
keberhasilan dalam mendidik peserta didik. Dan hal mutlak yang harus dipikirkan adalah
bahwasanya tenaga pendidik harus mendapat perlindungan dan jaminan hukum dari
pemerintah yang pada teorinya sudah terdapat dalam UU tentang guru dan dosen, terlepas
dari realisasinya yang masih diragukan.
Sekarang ini profesi guru diperhatikan sekali oleh pemerintah karena kita sadar kalau
profesi gurulah yang dapat menentukan masa depan bangsa ini. Guru yang baik dan
berkualitas akan menghasilkan bangsa yang berkualitas juga begitu pun sebaliknya jika
gurunya tidak berkualitas maka bangsa ini akan semakin tertinggal oleh bangsa lain, ini
dikarenakan guru adalah pendidik untuk generasi muda kita yang akan melanjutkan
pembangunan bangsa ini di masa depan.
Sampai sekarang ini peran guru dalam pengajaran tidak bisa digantikan oleh apapun
termasuk mesin pengajaran seperti tape recorder, komputer dan berbagai alat pengajaran yang
diciptakan manusia. Karena alat tersebut tidak dapat menggantikan peranan guru yang
berhubungan dengan unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, kebiasaan

dan unsur-unsur lain yang ingin dicapai. Oleh karena itu sampai hari ini lembaga-lembaga
pendidikan guru masih terus menerima mahasiswa calon guru untuk di didik menjadi guru
yang betul-betul menyadari akan tugasnya sebagai seorang guru. Dalam hal gaji dan
tunjangan guru sekarang ini sudah lebih diperhatikan oleh pemerintah daripada pada zaman
orde baru dulu. Sehingga sekarang orang berlomba-lomba untuk menjadi guru.
Namun sekarang banyak oknum guru yang masih belum sadar akan tugas dan
tanggung jawabnya yang tentu saja membuat citra guru semakin rusak. Masih banyak kasus
guru dalam mengajar di kelas masih menggunakan kekerasan dalam mengajar, masih banyak
guru yang mengharuskan untuk membeli buku-buku pelajaran tertentu untuk dijadikan bahan
acuan, masih banyak guru dalam masuk kelas sering terlambat sehingga jam belajar siswa
menjadi berkurang dan masih banyak lagi kasus-kasus lain yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu. Guru yang seharusnya dituntut selalu berbuat baik di mata siswa malah banyak
melakukan pelanggaran, tentu saja ini akan menjadi contoh yang kurang baik bagi anak
didiknya.
Sebenarnya pada tahun 1973 tepatnya tanggal 21 s/d 25 November kongres XIII
PGRI telah membuat kesepakatan tentang kode etik guru. Dalam isi kode etik tersebut
memuat dua unsur pokok yaitu sebagai landasan moral dan sebagai pedoman tingkah laku.
Kode etik ini dibuat karena pekerjaan guru juga termasuk profesi seperti pekerjaan lainnya
seperti profesi dokter, jurnalis, dan lain-lain. Dalam UU Guru dan Dosen yakni UU RI No 14
Tahun 2005 dimasukkan juga sebuah dictum yang penting sebagai salah satu persyaratan
sebuah profesi, yaitu kode etik yang akan menjadi kerangka acuan etika dan moral dalam
menjalankan profesinya. Profesi sendiri berarti pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu
serta memiliki etika khusus untuk pekerjaan tersebut. Sehingga diharapkan dengan adanya
kode etik guru bisa membuat guru-guru sadar akan tugas dan tanggung jawabnya dalam
mencerdaskan anak bangsa.
Tapi dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak oknum guru yang melanggar isi
kode etik tersebut. Padahal pemerintah juga telah membuat pasal-pasal yang mengatur
tentang sanksi apabila melanggar kode etik guru tapi tetap saja tidak bisa membuat oknum
guru tersebut jera dalam melakukan pelanggaran. Maka lembaga-lembaga pendidikan
penghasil calon guru harus mengajarkan kode etik guru dalam salah satu mata kuliahnya.
Agar nantinya kode etik guru tersebut dapat diketahui sedini mungkin.
Sehingga dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang Kode Etik Guru lebih secara
mendetail agar nantinya kita bisa lebih mengenal apa itu kode etik guru.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami dapat merumuskan masalah sebagai
1.
2.
3.
4.
5.

berikut :
Apa yang melatarbelakangi pentingnya profesi kependidikan?
Bagaimana profesionalisasi guru?
Mengapa pentingnya perlindungan profesi bagi guru?
Apa pengertian dan tujuan kode etik?
Apa isi kode etik guru Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini antara

1.
2.
3.
4.
5.

lain :
Mengetahui latarbelakang pentingnya profesi kependidikan
Mengetahui bagaimana profesionalisasi guru
Mengetahui dan memaknai perlindungan profesi bagi guru
Mengetahui pengertian dan tujuan kode etik
Mengetahui apa isi kode etik guru Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Latar Belakang Pentingnya Profesi Kependidikan
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga,
maupun bangsa dan negara. Maju-mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju
mundurnya pendidikan bangsa itu. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka
pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.
Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga pendidikan sampai

pada usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan. Kemarnpuan guru sebagai tenaga
kependidikan, baik secara personal, sosial, maupun profesional, harus benar-benar dipikirkan
karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang
langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan.
Untuk itu, ilmu pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan merupakan ilmu
yang mempersiapkan tenaga ke pendidikan yang profesional, sebab kemampuan profesional
bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar merupakan syarat utama. Ilmu
pendidikan merupakan salah satu bidang pengajaran yang harus ditempuh para siswa
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam rangka mempersiapkan tenaga
guru dan tenaga ahli kependidikan lainnya yang profesional. Seorang guru memerlukan
pengetahuan tentang ilmu pendidikan secara general. Itu sebabnya dalam perkembangan
kurikulurn terakhir untuk IKIP/FKIP /STKIP, ilmu pendidikan merupakan suatu bidang
pengajaran yang pokok-pokoknya meliputi kurikulum, program pengajaran, metodologi
pengajaran, media pendidikan, pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi
pendidikan.
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini meningkat
dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru
yang profesional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya lembaga yang
menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan penuh, namun kondisi
ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan profesi guru,
organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga
guru sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi profesi berfungsi untuk
menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan profesionalitas para
anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi satu-satunya organisasi profesi guru di Indonesia,
kemudian berkembang pula organisasi guru sejenis.

2.2.Profesionalisasi Guru
Profesionalisme seorang guru secara garis besar ditentukan oleh tiga faktor, yakni: (1) faktor
internal dari guru itu sendiri, (2) kondisi lingkungan tempat kerja, dan (3) kebijakan
pemerintah. Oleh sebab itu profesionalisasi (upaya meningkatkan profesionalisme) guru agar
menjadi guru profesional harus dilakukan secara sinergis melalui tiga jalur dimaksud. Berikut
adalah penjelasan masing-masing faktor:
(1) Faktor internal guru

Faktor internal guru, yakni kemauan guru untuk menjadi seorang guru yang profesional
memegang peranan sangat penting. Faktor internal ini justru yang mempercepat proses
terwujudnya guru-guru yang profesional. Dengan kata lain, profesionalisasi guru profesional
tidak akan terwujud apabila tidak dimulai dari faktor internal ini. Jadi, upaya yang dilakukan
dalam profesionalisasi guru perlu diarahkan pada terbentuknya kesadaran pada diri setiap
guru agar mereka secara sukarela meningkatkan profesionalismenya sehingga menjadi guru
profesional.
(2) Kondisi lingkungan tempat kerja
Kondisi lingkungan tempat kerja juga sangat menentukan keberhasilan profesionalisasi guru
profesional. Sebab, meskipun sudah dilakukan profesionalisasi agar guru menjadi
profesional, namun apabila lingkungan tempat kerja tidak kondusifapalagi tidak
memberikan penghargaan kepada guru profesionalmaka upaya profesionalisasi tadi juga
akan menemui jalan buntu. Akibatnya, guru yang semula memiliki semangat juang yang
tinggi dalam mengemban profesinya menjadi tak berdaya dan acuh tak acuh dengan
profesinya itu. Hasilnya, guru tidak lagi menjadi profesional, apalagi berusaha untuk menjadi
profesional.
(3) Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam profesionalisasi guru profesional ini terutama terkait dengan
award and punishment. Award diberikan kepada para guru profesional (yang telah
menunjukkan kinerja dengan profesionalisme tinggi), sekaligus diberikan kepada mereka
yang selalu berusaha untuk meningkatkan keprofesionalannya. Punishment diberikan kepada
guru yang tidak bekerja secara profesional. Apabila kebijakan pemerintah ini dijalankan,
maka profesionalisasi guru profesional akan semakin mudah mencapai sasaran.

2.3.Perlindungan Profesi
Perlindungan hukum bagi guru merupakan bagian integral dari upaya untuk memenuhi
hak-hak guru, sesuai dengan amanat pasal 14 UU Guru dan Dosen, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.


Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
Memperoleh perlindungan dalam melalksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual
Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran untuk

memperlancar tugas keprofesionalan


e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana.

f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,


g.
h.
i.
j.

penghargaan dan atau sanksi kepada peserta didik


Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas
Memiliki kebebasan berserikat dolorn organisasi profesi
Memiliki kesempatan dalam berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan
Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik/kompetensi.

Jaminan Perlindungan Profesi Guru Menurut Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005


a. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan
pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.
b. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perlindungan hukum,
perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan
hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau
perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi, atau pihak lain.
d. Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan
terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan
pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat
menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
e. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko
lain.
Beberapa kenyataan yang dihadapi guru, sebagai bukti bahwa mereka belum
sepenuhnya memperoleh perlindungan profesi yang wajar:
a. Penugasan guru yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya
b. Pengangkatan guru, khususnya guru bukan PNS untuk sebagian besar belum didasari atas
perjanjian kerja atau kesepakatan kerjasama.
c. Pembinaan dan pengembangan profesi serta pembinaan dan pengembangan karir guru
yang belum sepenuhnya terjamin.
d. Adanya pembatasan dan penyumbatan atas aspirasi guru untuk memperjuangkan
kemajuan pendidikan secara akademik dan profesional.
e. Pembayaran gaji atau honorariurn guru yang tidak wajar.
f. Arogansi oknum pemerintahan, masyarakat, orang tua, dan siswa terhadap guru.
g. Mutasi guru secara tidak adil dan atau sermena-mena.

h. Pengenaan tindakan disiplin terhadap guru karena berbeda pandangan dengan kepala
sekolahnya.
i. Guru yang menjadi korban karena bertugas di wilayah konflik atau di tempat (sekolah)
yang rusak.
Berdasarkan permasalahan guru yang terjadi, Direktorat Profesi Pendidik bekerjasama
dengan LKBH-PGRI Pusat dan Cabang LKBH-PGRI melakukan beberapa upaya untuk
keperluan sosialisasi, konsultasi, advokasi, mediasi, dan/atau bantuan hukum kepada guru.
Dengan adanya Subsidi Perlindungan Hukum bagi Guru/Blockgrant untuk LKBH PGRI
diharapkan:
a. Bertindak aktif memberikan perlindungan hukum bagi guru, baik diminta maupun tidak
diminta.
b. Melaksanakan tugas perlindunqan hukum sesuai dengan akad kerjasama.
c. Menyebarluaskan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan
kewajiban guru.
d. Memberi nasihat kepada guru yang membutuhkan.
e. Bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan guru.
f. Membantu guru dalam memperjuangkan haknya termasuk menerima keluhan atau
pengaduan guru.
2.4. Kode Etik
2.4.1. Pegertian Kode Etik
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai
pedoman berperilaku.
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan
yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilainilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya.
Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada
masyarakat.
Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung, 1981
mengemukakan empat asas etis, yaitu : (1). Menghargai harkat dan martabat (2). Peduli dan
bertanggung jawab (3). Integritas dalam hubungan (4). Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus
sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan

mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan
monopoli profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi
kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364)
mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.
Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan,
tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi.
Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan Pola, Ketentuan, aturan karena
pada dasarnya suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan dengan
sanksi.

2.4.2. Tujuan Kode Etik


Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Menjunjung tinggi martabat profesi
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat,
agar mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karena
itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang bernagai bentuk tindak tanduk atau
kelakuan anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Kesejahteraan mencakup lahir (material) maupun batin (spiritual, emosional,
dan mental). Kode etik umumnya memuat larangan-larangan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dalam
menetapkan tariff-tarif minimum bagi honorarium anggota profesi dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga siapa saja yang mengadakan tariff di bawah minimum akan dianggap
tercela dan merugikan teman seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin kode etik
umumnya member petunjuk-petunjuk kepada anggotanya untuk melaksanakan
profesinya.
3. Pedoman berperilaku
Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak
pantas dan tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesame rekan
anggotaprofesi.
4. Untuk meningkatkan pengabdian anggota profesi

Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,


sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung
jawab pengabdianya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam
menjalankan tugasnya.
5. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat. Jabatan mengjar adalah
jabatan yang mempunyai nilai social yang tinggi, tidak perlu diragukan lagi. Guru yang baik
akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga negara
masa depan.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Semua profesi yang dikanal mampunyai organisasi professional yang kuat
untuk

dapat

beberapa
lain

hal,

dapat

Indonesia

taman

Sarjana

sajana

pendidikan.

belun
tidak

kriteria

dicapai.

Di

Indonesia

relah

Di

yang
sampai

secara

guru
itu,

pada
baik

agar

merupakan

kelompok-kelompok

tetapi

dirungkul

ke

ada

dalam

dalam

guru

atas,

mulai

dari

ada

pula

dan

seluruh

guru

nasional.,

dicarikan
pelajaran

pengakuan

hal
Guru

mewadahi

maupun
mata

Dalam

Persatuan

kelompok

Harus

guru

dan

ada

yang

telah

PGRI.

ini

lanjutan

daerah

anggotanya.

seluruh

(ISPI)

juga

tingkat

dengan

wadah

sekolah

Indonasia

samsing

baik

dihilangkan,

melindungi

memenuhi

Pendidikan

sungguh-sungguh

dan

telah

(PGRI)

sejenis,

terkait

bersama

guru

kanak-kanak

Ikatan
pelajaran

tujuan

jabatan

belum

Republik
guru

mewadahi

mata
namun

usaha

yang

sejenis

PGRI

itu

sehingga

merupakan jalinan yang amat rapi dari suatu profesi yang baik.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk
jabatan
terutama
oleh

guru

ini

sering

di

Negara

kita.

pihak

pemerintah,

tidak
Baku

atau

diciptakan
jabatan

pihak

tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.

lain

oleh

guru
yang

angota

masih

profesi

sangat

menggunakan

banyak
tenaga

sendiri,
diatur
guru

B.

penetapan

kode

etik

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat
para anggotanya, lazimnya dilakukan dalam suatu kongres organisasi profesi.Dengan
demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara perorangan, tetapi harus
dilakukan oleh organisasi, sehingga orang-orang yang tidak menjadi anggota profesi tidak
dapat dikenakan. Kode etik hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan
disiplin ditangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut
bergabung dalam profesi yang bersangkutan. Jika setiap orang yang menjalankan suatu
profesi secara otomatis bergabung dalam suatu organisasi, maka ada jaminan bahwa profesi
tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang
melakukan
C.

pelanggaran
sanksi

serius

tyerhadap

kode

pelanggaran

etik

dapat

dikenakan

kode

sanksi.
etik

Seringkali Negara mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya
merupakan kode etik suatu profesi tertentu dapat meningkat dan menjadi peraturan hukum
atau undang-undang. Dengan demikian maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral
dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi yang
sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun pidana. Sebagai contoh dalam hal ini
jika seorang anggota profesi bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesame anggota
profesinya, dan jika dianggap kecurangan itu serius, maka dituntut dipengadilan.
Pada umumnya karena kode merupakan landasan moral pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral. Barang siapa
melanggar kode etik, akan mendapat cela dari rekan-rekannya, sedfangkan sanksi yang
dianggap terberat adalah pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tersebut. Kesimpulan
Kode etik keprofesian pada hakikatnya merupakan suatu system peraturan atau perangkat
prinsip-prinsip keprilakuan yang telah diterima oleh kelompok orang-orang yang tergabung
dalam

himpunan

organisasi

keprofesian

tertentu.

Adapun maksud dan tujuan pokok diadakanya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas
pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya dan kepentingan semua pihak
terlindungi sebagaimana layaknya. Pihak penerima layanan keprofesian diharapkan dapat
terjamin haknya untuk memperoleh jasa pelayanan yang berkualitas sesuai dengan
kewajibanya untuk memberikan imbalanya, baik yang bersifat financial, maupun secara
sosial, moral, kultur dan lainya. Pihak pengemban tugas pelayan keprofesian juga diharapkan

terjamin martabat, wibawa, dan kredibilitas pribadi dan keprofesianya serta hak atas imbalan
yang

layak

sesuai

dengan

kewajiban

jasa

pelayananya.

Sedangkan profesi, pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa,
karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Profesional, merujuk
pada penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya dan menunjuk pada
orangnya.
Profesionalisasi, proses menjadikan seseorang sebagai professional melalui inservice,
training, dan atau preservice training. Profesionalisme, merujuk pada derajat penampilan
seseorang sebagai professional dan penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi, dan
juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar
yang tinggi dank ode etik profesinya. Etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis
yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan
pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
Kode etik guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma
profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam suatu system yang utuh.
Kode etik guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap
professional para anggota profesi keguruan. Tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah
untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggota, meningkatkan pengabdian profesi, dan meningkatkan mutu profesi, dan mutu
organisasi profesi. Penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara perorangan, tetapi harus
dilakukan oleh organisasi yang berwenang sesuai dengan profesinya
2.5. Kode Etik Guru
2.5.1. Pengertian Kode Etik Guru
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan
tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik
menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart
perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan
pengabdian kepada masyarakat.
Berikut beberapa pengertian kode etik :

Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Pasal 28


menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap,
tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan". Dalam Penjelasan Undang-undang
tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur
negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya
dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat di simpulkan,
bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam
melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari- hari.
Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode
Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI
dalam melaksanakan panggilan pengabdiaan bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari
pendapat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua
unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2) sebagai pedoman tingkah laku.
2.5.3 Hakikat Kode Etik Guru
Pada dasarnya guru adalah tenaga professional di bidang kependidikan yang memiliki
tugas mengajar, mendidik, dan membimbing anak didik agar menjadi manusia yang
berpribadi (pancasila).Dengan demikian, guru memiliki kedudukan yang sangat penting dan
tanggung jawab yang sangat besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program
pendidikan.Kalau boleh dikatakan sedikit secara ideal, baik atar buruknya suatu bangsa di
masa mendatang banyak terletak di tangan guru.
Sehubungan dengan itu guru sebagai tenaga professional memerlukan pedoman atau
kode etik guru agar terhidar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman
baginya untuk tetap professional (sesuai dengan tuntutan dan persyaratan profesi).Setiap guru
yang memegang keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu berpegang epada kode etik
guru. Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri.
Kode etik yang memedomani setiap tingkah laku guru senantiasa sangat diperlukan.
Karena dengan itu penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus bertambah
baik. Ia akan terus menerus memperhatikan dan mengembangkan profesi keguruannya. Kalau
kode etik yang merupakan pedoman atau pegangan itu tidak dihiraukan berarti akan
kehilangan pola umum sebagai guru. Jadi postur kepribadian guru akan dapat dilihat
bagaimana pemanfaatan dan pelaksanaan dari kode etik yang sudah disepakati bersama

tersebut. Dalam hubungan ini jabatan guru yang betul-betul professional selalu dituntut
adanya kejujuran professional. Sebab kalau tidak ia akan kehilangan pamornya sebagai guru
atau boleh dikatakan hidup diluar lingkup keguruan.
2.5.4 Tujuan Kode Etik Guru
Pada dasarnya tujuan merumuskankode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remes terhadap profesi akan
melarang. Oleh karenya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindaktanduk atauk kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap
dunia luar. Dari segin ini, kode etik juga sering kali disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (atau material)
maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para
anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan kesejahteraan para anggotanya.
Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium anggota profesi
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah
minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam hal
kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk
para anggotanya untuk melaksanakan profesinya.
Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi
dengan sesama rekan anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabian
profesi, sehingga bagi anggota profesi daapat dengan mudah megnetahui tugas dan tanggung
jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran
agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota
untuk secara aktif berpartispasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan
yang dirancang organisasi.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi menyusun
kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara
kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan
mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
2.5.5. Fungsi Kode Etik Guru
Pada dasarnya kode etik berfungsi sebagai, perlindungan dan pengembangan bagi
profesi itu, dan sebagai pelindung bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan suatu profesi.
Gibson and Mitchel (1995;449), sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota
suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta
pertanggungjawaban jika anggota profesi yang bertindak di luar kewajaaran.
Secara umum, fungsi kode etik guru adalah sebagai berikut:
-

Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga

terhindar dari penyimpangan profesi.


Agar guru bertanggungjawab atas profesinya.
Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
Agar guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.
Agar profesi ini membantu memecahkan masalah dan mengembangkan diri.
Agar profesi ini terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah.

1.
2.
3.
4.
5.

2.6. Isi Kode Etik Guru


Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII, yang
terdiri dari Sembilan item berikut:
Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
yang ber-Pancasila.
Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
anak didik masing-masing
Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

6. Guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan


mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru baik berdasarkan lingkungan
kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru
professional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan untuk menghasilkan nafkah hidup yang
membutuhkan pelatihan, penguasaan, dan pendidikan terhadap keahlian atau keterampilan
tertentu serta pekerjaan tersebut memiliki komitmen/janji yang harus dipenuhi.
Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya yang
ditunjukkan dengan adanya kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional disertai dengan
usahanya yang secara terus menerus mengembangkan kemampuan profesionalnya, untuk
mencapai mutu atau kualitas sebagai arah dan tujuan serta keahlian dibidangnya yang
menjadi sumber penghasilan.
Profesionalisasi adalah proses pendidikan atau pelatihan untuk menuju kepada perwujudan
dan peningkatan profesi

dalam mencapai suatu kriteria yang telah ditetapkan sehingga

membuat seseorang menjadi semakin profesional.


Seorang guru yang profesional dituntut untuk memiliki empat syarat kompetensi yaitu
kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial.
Beberapa syarat guru profesional yaitu harus memiliki komitmen tinggi, memiliki tanggung
jawab, mampu berpikir sistematis, mampu menguasai materi, serta mampu menjadi bagian
masyarakat profesional.
Tenaga pendidikan di Indonesia diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu tenaga struktural,
tenaga fungsionalis dan tenaga tekhnis yang didalamnya mencakup guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instructor, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya.
Profesionalisasi (upaya meningkatkan profesionalisme) guru agar menjadi guru profesional
harus dilakukan secara sinergis melalui tiga jalur yaitu dari faktor internal guru dengan
membentuk kesadaran pada diri sendiri untuk meningkatkan profesionalisme, dari kondisi
lingkungan tempat bekerja dengan meningkatkan dan melakukan sesuatu agar tempat bekerja
guru menjadi kondusif dan nyaman, kemudian dari kebijakan pemerintah yaitu dengan
pemberlakuan awards (penghargaan) dan punishment (hukuman).

Profesi guru tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan baik dari internal maupun
eksternal. Oleh karena itu, pemerintah membuat jaminan perlindungan hukum bagi guru yang
tertuang pada Pasal 39 UU tentang guru dan dosen Nomor 14 Tahun 2005, yaitu:
a.

Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan

pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.


b.

Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perlindungan hukum,

perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.


c.

Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan

hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau


perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi,
atau pihak lain.
d.

Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan

terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan
pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat
menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
e.

Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,


kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
3.2. Saran
Guru sebagai suatu profesi adalah suatu hal yang membanggakan. Sudah selayaknya
seorang guru mampu memprofesionalkan dirinya dengan mengikuti berbagai pendidikan dan
pelatihan agar semakin mampu memperluas wawasan dan pengetahuan yang semakin
mendalam. Dalam hal ini pemerintah harus mempersiapkan berbagai macam rencana dan
fasilitas untuk mendukung pelatihan dan pendidikan guru sehingga akan lebih mudah bagi
guru untuk meningkatkan kinerjanya.
Sebagai bagian integral dari masyarakat dan termasuk pelajar, sudah seyogianya kita
menghormati tenaga pendidik/guru. Menghargai setiap pengorbanan mereka dalam mendidik,
melatih, membimbing dan mengarahkan kita agar menjadi insan yang berguna bagi bangsa
dan negara.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Profesi Keguruan Djaman Satori. Dkk


http://desyapriyani.blogspot.com/2011/02/profesi-dan-profesionalisasi-guru.html
http://fikriauliafikri.wordpress.com/2011/04/12/konsep-profesionalisasi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi
http://ilmuwanmuda.wordpress.com/profesi-keguruan/
http://pakarcomputer.blogspot.com/2012/02/pengertian-profesi-menurut-para-pakar.html
http://rivaisriva.blogspot.com/2012/03/pengertian-profesi-profesionalisme-dan.html
http://wiwikyulihaningsih.wordpress.com/2011/04/13/konsep-dasar-profesionalisme/
http://www.gurusukses.com/profesionalisasi-guru-profesional
http://yunifitriyah.wordpress.com/2011/04/20/latar-belakang-pentingnya-profesikependidikan/

Anda mungkin juga menyukai