Profesi Pendidikan
Profesi Pendidikan
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Pendidikan adalah hal mutlak yang ada dalam kehidupan. Tanpa pendidikan
maka masyarakat dan individu akan terus terbelenggu dalam kebodohan dan kevakuman
sehingga sulit untuk berbuat sesuatu yang berguna demi meningkatkan kualitas diri.
Pendidikan bisa dilakukan oleh lembaga formal dan informal. Lembaga formal
penyelenggara pendidikan meliputi lembaga-lembaga pendidikan yang terdaftar. Lembaga
informal dimulai dari pendidikan orang tua dan lainnya diluar pendidikan formal. Pendidikan
formal akan sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian dan kualitas individu.
Seorang tenaga pendidik yang melatih dan mendidik individu harus benar-benar terlatih.
Dengan kata lain seorang pendidik harus profesional. Guru sebagai profesi menjadi tenaga
pendidik yang diharuskan memiliki kompetensi-kompetensi tertentu seperti kompetensi
paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial. Semua
kompetensi itu berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan keprofesionalan guru.
Mendidik bukanlah hal yang mudah terutama dilembaga formal. Perlu cara
khusus untuk menangani masing-masing perbedaan karakteristik setiap peserta didik. Oleh
karena itu., perlu dilakukan upaya untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan, karena
pendidikan disuatu negara akan menentukan kualiatas dari negara tersebut. Di Indonesia
sendiri banyak melakukan program Diklat bagi tenaga kependidikan untuk menunjang
keberhasilan dalam mendidik peserta didik. Dan hal mutlak yang harus dipikirkan adalah
bahwasanya tenaga pendidik harus mendapat perlindungan dan jaminan hukum dari
pemerintah yang pada teorinya sudah terdapat dalam UU tentang guru dan dosen, terlepas
dari realisasinya yang masih diragukan.
Sekarang ini profesi guru diperhatikan sekali oleh pemerintah karena kita sadar kalau
profesi gurulah yang dapat menentukan masa depan bangsa ini. Guru yang baik dan
berkualitas akan menghasilkan bangsa yang berkualitas juga begitu pun sebaliknya jika
gurunya tidak berkualitas maka bangsa ini akan semakin tertinggal oleh bangsa lain, ini
dikarenakan guru adalah pendidik untuk generasi muda kita yang akan melanjutkan
pembangunan bangsa ini di masa depan.
Sampai sekarang ini peran guru dalam pengajaran tidak bisa digantikan oleh apapun
termasuk mesin pengajaran seperti tape recorder, komputer dan berbagai alat pengajaran yang
diciptakan manusia. Karena alat tersebut tidak dapat menggantikan peranan guru yang
berhubungan dengan unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, kebiasaan
dan unsur-unsur lain yang ingin dicapai. Oleh karena itu sampai hari ini lembaga-lembaga
pendidikan guru masih terus menerima mahasiswa calon guru untuk di didik menjadi guru
yang betul-betul menyadari akan tugasnya sebagai seorang guru. Dalam hal gaji dan
tunjangan guru sekarang ini sudah lebih diperhatikan oleh pemerintah daripada pada zaman
orde baru dulu. Sehingga sekarang orang berlomba-lomba untuk menjadi guru.
Namun sekarang banyak oknum guru yang masih belum sadar akan tugas dan
tanggung jawabnya yang tentu saja membuat citra guru semakin rusak. Masih banyak kasus
guru dalam mengajar di kelas masih menggunakan kekerasan dalam mengajar, masih banyak
guru yang mengharuskan untuk membeli buku-buku pelajaran tertentu untuk dijadikan bahan
acuan, masih banyak guru dalam masuk kelas sering terlambat sehingga jam belajar siswa
menjadi berkurang dan masih banyak lagi kasus-kasus lain yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu. Guru yang seharusnya dituntut selalu berbuat baik di mata siswa malah banyak
melakukan pelanggaran, tentu saja ini akan menjadi contoh yang kurang baik bagi anak
didiknya.
Sebenarnya pada tahun 1973 tepatnya tanggal 21 s/d 25 November kongres XIII
PGRI telah membuat kesepakatan tentang kode etik guru. Dalam isi kode etik tersebut
memuat dua unsur pokok yaitu sebagai landasan moral dan sebagai pedoman tingkah laku.
Kode etik ini dibuat karena pekerjaan guru juga termasuk profesi seperti pekerjaan lainnya
seperti profesi dokter, jurnalis, dan lain-lain. Dalam UU Guru dan Dosen yakni UU RI No 14
Tahun 2005 dimasukkan juga sebuah dictum yang penting sebagai salah satu persyaratan
sebuah profesi, yaitu kode etik yang akan menjadi kerangka acuan etika dan moral dalam
menjalankan profesinya. Profesi sendiri berarti pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu
serta memiliki etika khusus untuk pekerjaan tersebut. Sehingga diharapkan dengan adanya
kode etik guru bisa membuat guru-guru sadar akan tugas dan tanggung jawabnya dalam
mencerdaskan anak bangsa.
Tapi dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak oknum guru yang melanggar isi
kode etik tersebut. Padahal pemerintah juga telah membuat pasal-pasal yang mengatur
tentang sanksi apabila melanggar kode etik guru tapi tetap saja tidak bisa membuat oknum
guru tersebut jera dalam melakukan pelanggaran. Maka lembaga-lembaga pendidikan
penghasil calon guru harus mengajarkan kode etik guru dalam salah satu mata kuliahnya.
Agar nantinya kode etik guru tersebut dapat diketahui sedini mungkin.
Sehingga dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang Kode Etik Guru lebih secara
mendetail agar nantinya kita bisa lebih mengenal apa itu kode etik guru.
berikut :
Apa yang melatarbelakangi pentingnya profesi kependidikan?
Bagaimana profesionalisasi guru?
Mengapa pentingnya perlindungan profesi bagi guru?
Apa pengertian dan tujuan kode etik?
Apa isi kode etik guru Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini antara
1.
2.
3.
4.
5.
lain :
Mengetahui latarbelakang pentingnya profesi kependidikan
Mengetahui bagaimana profesionalisasi guru
Mengetahui dan memaknai perlindungan profesi bagi guru
Mengetahui pengertian dan tujuan kode etik
Mengetahui apa isi kode etik guru Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Latar Belakang Pentingnya Profesi Kependidikan
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga,
maupun bangsa dan negara. Maju-mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju
mundurnya pendidikan bangsa itu. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka
pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.
Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga pendidikan sampai
pada usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan. Kemarnpuan guru sebagai tenaga
kependidikan, baik secara personal, sosial, maupun profesional, harus benar-benar dipikirkan
karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang
langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan.
Untuk itu, ilmu pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan merupakan ilmu
yang mempersiapkan tenaga ke pendidikan yang profesional, sebab kemampuan profesional
bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar merupakan syarat utama. Ilmu
pendidikan merupakan salah satu bidang pengajaran yang harus ditempuh para siswa
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam rangka mempersiapkan tenaga
guru dan tenaga ahli kependidikan lainnya yang profesional. Seorang guru memerlukan
pengetahuan tentang ilmu pendidikan secara general. Itu sebabnya dalam perkembangan
kurikulurn terakhir untuk IKIP/FKIP /STKIP, ilmu pendidikan merupakan suatu bidang
pengajaran yang pokok-pokoknya meliputi kurikulum, program pengajaran, metodologi
pengajaran, media pendidikan, pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi
pendidikan.
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini meningkat
dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru
yang profesional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya lembaga yang
menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan penuh, namun kondisi
ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan profesi guru,
organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga
guru sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi profesi berfungsi untuk
menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan profesionalitas para
anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi satu-satunya organisasi profesi guru di Indonesia,
kemudian berkembang pula organisasi guru sejenis.
2.2.Profesionalisasi Guru
Profesionalisme seorang guru secara garis besar ditentukan oleh tiga faktor, yakni: (1) faktor
internal dari guru itu sendiri, (2) kondisi lingkungan tempat kerja, dan (3) kebijakan
pemerintah. Oleh sebab itu profesionalisasi (upaya meningkatkan profesionalisme) guru agar
menjadi guru profesional harus dilakukan secara sinergis melalui tiga jalur dimaksud. Berikut
adalah penjelasan masing-masing faktor:
(1) Faktor internal guru
Faktor internal guru, yakni kemauan guru untuk menjadi seorang guru yang profesional
memegang peranan sangat penting. Faktor internal ini justru yang mempercepat proses
terwujudnya guru-guru yang profesional. Dengan kata lain, profesionalisasi guru profesional
tidak akan terwujud apabila tidak dimulai dari faktor internal ini. Jadi, upaya yang dilakukan
dalam profesionalisasi guru perlu diarahkan pada terbentuknya kesadaran pada diri setiap
guru agar mereka secara sukarela meningkatkan profesionalismenya sehingga menjadi guru
profesional.
(2) Kondisi lingkungan tempat kerja
Kondisi lingkungan tempat kerja juga sangat menentukan keberhasilan profesionalisasi guru
profesional. Sebab, meskipun sudah dilakukan profesionalisasi agar guru menjadi
profesional, namun apabila lingkungan tempat kerja tidak kondusifapalagi tidak
memberikan penghargaan kepada guru profesionalmaka upaya profesionalisasi tadi juga
akan menemui jalan buntu. Akibatnya, guru yang semula memiliki semangat juang yang
tinggi dalam mengemban profesinya menjadi tak berdaya dan acuh tak acuh dengan
profesinya itu. Hasilnya, guru tidak lagi menjadi profesional, apalagi berusaha untuk menjadi
profesional.
(3) Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam profesionalisasi guru profesional ini terutama terkait dengan
award and punishment. Award diberikan kepada para guru profesional (yang telah
menunjukkan kinerja dengan profesionalisme tinggi), sekaligus diberikan kepada mereka
yang selalu berusaha untuk meningkatkan keprofesionalannya. Punishment diberikan kepada
guru yang tidak bekerja secara profesional. Apabila kebijakan pemerintah ini dijalankan,
maka profesionalisasi guru profesional akan semakin mudah mencapai sasaran.
2.3.Perlindungan Profesi
Perlindungan hukum bagi guru merupakan bagian integral dari upaya untuk memenuhi
hak-hak guru, sesuai dengan amanat pasal 14 UU Guru dan Dosen, yaitu:
a.
b.
c.
d.
h. Pengenaan tindakan disiplin terhadap guru karena berbeda pandangan dengan kepala
sekolahnya.
i. Guru yang menjadi korban karena bertugas di wilayah konflik atau di tempat (sekolah)
yang rusak.
Berdasarkan permasalahan guru yang terjadi, Direktorat Profesi Pendidik bekerjasama
dengan LKBH-PGRI Pusat dan Cabang LKBH-PGRI melakukan beberapa upaya untuk
keperluan sosialisasi, konsultasi, advokasi, mediasi, dan/atau bantuan hukum kepada guru.
Dengan adanya Subsidi Perlindungan Hukum bagi Guru/Blockgrant untuk LKBH PGRI
diharapkan:
a. Bertindak aktif memberikan perlindungan hukum bagi guru, baik diminta maupun tidak
diminta.
b. Melaksanakan tugas perlindunqan hukum sesuai dengan akad kerjasama.
c. Menyebarluaskan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan
kewajiban guru.
d. Memberi nasihat kepada guru yang membutuhkan.
e. Bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan guru.
f. Membantu guru dalam memperjuangkan haknya termasuk menerima keluhan atau
pengaduan guru.
2.4. Kode Etik
2.4.1. Pegertian Kode Etik
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai
pedoman berperilaku.
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan
yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilainilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya.
Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada
masyarakat.
Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung, 1981
mengemukakan empat asas etis, yaitu : (1). Menghargai harkat dan martabat (2). Peduli dan
bertanggung jawab (3). Integritas dalam hubungan (4). Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus
sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan
mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan
monopoli profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi
kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364)
mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.
Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan,
tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi.
Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan Pola, Ketentuan, aturan karena
pada dasarnya suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan dengan
sanksi.
dapat
beberapa
lain
hal,
dapat
Indonesia
taman
Sarjana
sajana
pendidikan.
belun
tidak
kriteria
dicapai.
Di
Indonesia
relah
Di
yang
sampai
secara
guru
itu,
pada
baik
agar
merupakan
kelompok-kelompok
tetapi
dirungkul
ke
ada
dalam
dalam
guru
atas,
mulai
dari
ada
pula
dan
seluruh
guru
nasional.,
dicarikan
pelajaran
pengakuan
hal
Guru
mewadahi
maupun
mata
Dalam
Persatuan
kelompok
Harus
guru
dan
ada
yang
telah
PGRI.
ini
lanjutan
daerah
anggotanya.
seluruh
(ISPI)
juga
tingkat
dengan
wadah
sekolah
Indonasia
samsing
baik
dihilangkan,
melindungi
memenuhi
Pendidikan
sungguh-sungguh
dan
telah
(PGRI)
sejenis,
terkait
bersama
guru
kanak-kanak
Ikatan
pelajaran
tujuan
jabatan
belum
Republik
guru
mewadahi
mata
namun
usaha
yang
sejenis
PGRI
itu
sehingga
merupakan jalinan yang amat rapi dari suatu profesi yang baik.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk
jabatan
terutama
oleh
guru
ini
sering
di
Negara
kita.
pihak
pemerintah,
tidak
Baku
atau
diciptakan
jabatan
pihak
lain
oleh
guru
yang
angota
masih
profesi
sangat
menggunakan
banyak
tenaga
sendiri,
diatur
guru
B.
penetapan
kode
etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat
para anggotanya, lazimnya dilakukan dalam suatu kongres organisasi profesi.Dengan
demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara perorangan, tetapi harus
dilakukan oleh organisasi, sehingga orang-orang yang tidak menjadi anggota profesi tidak
dapat dikenakan. Kode etik hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan
disiplin ditangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut
bergabung dalam profesi yang bersangkutan. Jika setiap orang yang menjalankan suatu
profesi secara otomatis bergabung dalam suatu organisasi, maka ada jaminan bahwa profesi
tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang
melakukan
C.
pelanggaran
sanksi
serius
tyerhadap
kode
pelanggaran
etik
dapat
dikenakan
kode
sanksi.
etik
Seringkali Negara mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya
merupakan kode etik suatu profesi tertentu dapat meningkat dan menjadi peraturan hukum
atau undang-undang. Dengan demikian maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral
dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi yang
sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun pidana. Sebagai contoh dalam hal ini
jika seorang anggota profesi bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesame anggota
profesinya, dan jika dianggap kecurangan itu serius, maka dituntut dipengadilan.
Pada umumnya karena kode merupakan landasan moral pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral. Barang siapa
melanggar kode etik, akan mendapat cela dari rekan-rekannya, sedfangkan sanksi yang
dianggap terberat adalah pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tersebut. Kesimpulan
Kode etik keprofesian pada hakikatnya merupakan suatu system peraturan atau perangkat
prinsip-prinsip keprilakuan yang telah diterima oleh kelompok orang-orang yang tergabung
dalam
himpunan
organisasi
keprofesian
tertentu.
Adapun maksud dan tujuan pokok diadakanya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas
pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya dan kepentingan semua pihak
terlindungi sebagaimana layaknya. Pihak penerima layanan keprofesian diharapkan dapat
terjamin haknya untuk memperoleh jasa pelayanan yang berkualitas sesuai dengan
kewajibanya untuk memberikan imbalanya, baik yang bersifat financial, maupun secara
sosial, moral, kultur dan lainya. Pihak pengemban tugas pelayan keprofesian juga diharapkan
terjamin martabat, wibawa, dan kredibilitas pribadi dan keprofesianya serta hak atas imbalan
yang
layak
sesuai
dengan
kewajiban
jasa
pelayananya.
Sedangkan profesi, pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa,
karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Profesional, merujuk
pada penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya dan menunjuk pada
orangnya.
Profesionalisasi, proses menjadikan seseorang sebagai professional melalui inservice,
training, dan atau preservice training. Profesionalisme, merujuk pada derajat penampilan
seseorang sebagai professional dan penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi, dan
juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar
yang tinggi dank ode etik profesinya. Etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis
yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan
pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
Kode etik guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma
profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam suatu system yang utuh.
Kode etik guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap
professional para anggota profesi keguruan. Tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah
untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggota, meningkatkan pengabdian profesi, dan meningkatkan mutu profesi, dan mutu
organisasi profesi. Penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara perorangan, tetapi harus
dilakukan oleh organisasi yang berwenang sesuai dengan profesinya
2.5. Kode Etik Guru
2.5.1. Pengertian Kode Etik Guru
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan
tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik
menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart
perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan
pengabdian kepada masyarakat.
Berikut beberapa pengertian kode etik :
tersebut. Dalam hubungan ini jabatan guru yang betul-betul professional selalu dituntut
adanya kejujuran professional. Sebab kalau tidak ia akan kehilangan pamornya sebagai guru
atau boleh dikatakan hidup diluar lingkup keguruan.
2.5.4 Tujuan Kode Etik Guru
Pada dasarnya tujuan merumuskankode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remes terhadap profesi akan
melarang. Oleh karenya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindaktanduk atauk kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap
dunia luar. Dari segin ini, kode etik juga sering kali disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (atau material)
maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para
anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan kesejahteraan para anggotanya.
Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium anggota profesi
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah
minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam hal
kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk
para anggotanya untuk melaksanakan profesinya.
Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi
dengan sesama rekan anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabian
profesi, sehingga bagi anggota profesi daapat dengan mudah megnetahui tugas dan tanggung
jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran
agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota
untuk secara aktif berpartispasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan
yang dirancang organisasi.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi menyusun
kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara
kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan
mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
2.5.5. Fungsi Kode Etik Guru
Pada dasarnya kode etik berfungsi sebagai, perlindungan dan pengembangan bagi
profesi itu, dan sebagai pelindung bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan suatu profesi.
Gibson and Mitchel (1995;449), sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota
suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta
pertanggungjawaban jika anggota profesi yang bertindak di luar kewajaaran.
Secara umum, fungsi kode etik guru adalah sebagai berikut:
-
Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
1.
2.
3.
4.
5.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan untuk menghasilkan nafkah hidup yang
membutuhkan pelatihan, penguasaan, dan pendidikan terhadap keahlian atau keterampilan
tertentu serta pekerjaan tersebut memiliki komitmen/janji yang harus dipenuhi.
Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya yang
ditunjukkan dengan adanya kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional disertai dengan
usahanya yang secara terus menerus mengembangkan kemampuan profesionalnya, untuk
mencapai mutu atau kualitas sebagai arah dan tujuan serta keahlian dibidangnya yang
menjadi sumber penghasilan.
Profesionalisasi adalah proses pendidikan atau pelatihan untuk menuju kepada perwujudan
dan peningkatan profesi
Profesi guru tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan baik dari internal maupun
eksternal. Oleh karena itu, pemerintah membuat jaminan perlindungan hukum bagi guru yang
tertuang pada Pasal 39 UU tentang guru dan dosen Nomor 14 Tahun 2005, yaitu:
a.
terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan
pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat
menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
e.
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
DAFTAR PUSTAKA