Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Warisan adalah harta peninggalan seseorang yang telah meninggal
kepada seseorang yang masih hidup yang berhak menerima harta
tersebut. Hukum waris adalah sekumpulan peraturan yang mengatur
hubungan hukum mengenai kekayaan setelah wafatnya seseorang.
Seseorang yang berhak menerima harta peninggalan di sebut ahli
waris. Dalam hal pembagian harta peninggalan, ahli waris telah
memiliki bagian-bagian tertentu. Seperti yang tercantum dalam Firman
Allah SWT sebagai berikut :
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
i.
ii.
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memaparkan hukum waris menurut
pandangan agama Islam.
Untuk menambah wawan pembaca mengenai hukumwaris
menurut pandangan agama Islam.
BAB II
HUKUM WARIS MENURUT ISLAM
1.
Pengertian waris
1. Waris, adalah orang yang termasuk ahli waris yang berhak menerima warisan.
2. Muwaris, adalah orang yang diwarisi harta bendanya (orang yang meninggal) baik
secara haqiqy maupun hukmy karena adanya penetapan pengadilan.
3. Al-Irsi, adalah harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris yang berhak
setelah diambil untuk pemeliharaan jenazah, melunasi hutang dan menunaikan wasiat.
4. Warasah, yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris.
5. Tirkah, yaitu seluruh harta peninggalan orang yang meninggal dunia sebelum diambil
untuk pemeliharaan jenazah, melunasi hutang, menunaikan wasiat.
3. Syarat waris
oleh para ulama, tiga syarat tersebut adalah:
1. Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara haqiqy Terdapat tiga syarat warisan
yang telah disepakati, hukmy (misalnya dianggap telah meninggal) maupun secara
taqdiri.
2. Adanya ahli waris yang hidup secara haqiqy pada waktu pewaris meninggal
dunia.
3. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti baik bagian masing-masing.
Wasiat. Kalau si mayat mempunyai wasiat yang
banyaknya tidak lebih dari sepertiga harta peninggalannya, wasiat itu
hendaklah dibayar dari jumlah harta peninggalannya sebelum dibagibagi.
Firman Allah SWT:
Yang artinya: Pembagian harta pusaka itu sesudah dipenuhi wasiat
yang ia (mayat) buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (AnNisa : 11)
Ahli-ahli waris
A.
a)
Anak laki-laki.
b)
Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah, asal
saja pertaliannya masih terus laki-laki.
c)
Bapak.
d)
Kakek dari bapak dan terus ke atas, asal saja pertaliannya
masih belum putus dari pihak bapak.
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
Suami.
B.
a)
Anak perempuan.
b)
Cucu perempuan dari anak laki-laki dan terus ke bawah,
asal saja pertaliannya dengan orang yang meninggal masih terus lakilaki.
c)
Ibu.
d)
Nenek (ibu dari ibu), terus ke atas dari pihak ibu sebelum
berselang laki-laki.
e)
f)
g)
h)
i)
Isteri.
Jika ahli waris yang tersebut di atas semuanya ada, maka yang
mendapat bagian dari mereka hanya lima saja, yaitu isteri, anak
perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, ibu dan saudara
perempuan kandung.
Catatan: Cucu perempuan dari anak perempuan tidak
termasuk ke dalam kelompok ahli waris yang tersebut di atas.
Selanjutnya, apabila semua ahli waris yang tersebut di atas
semuanya ada, baik laki-laki maupun perempuan, maka hanya lima
saja yang mendapat warisan, yaitu suami atau isteri, ibu, bapak, anak
laki-laki, anak perempuan.
7.Cara-cara pembagian harta warisan
Diantara mereka (para ahli waris) ada yang mendapat seperdua ,
seperempat , seperdelapan , sepertiga , dan seperenam . Kita lihat
bahwa bilangan tersebut adalah bilangan pecahan.
Cara pelaksanaan pambagiaannya demikian: jika seseorang
mendapat sepertiga bagian dan seorang lagi mendapat seperdua
bagian, maka pertama-tam kita harus mencari KPK (KELIPATAN
PERSEKUTUAN TERKECIL) dari bilangan itu.
KPK dari kedua bilangan itu adalah enam, yaitu satu bilangan
yang habis dibagi dengan tiga dan dua. Di dalam Ilmu Faraid, KPK itu
dinamakan Asal Masalah. Asal masalah dalam Faraid hanya tujuh
macam saja, yaitu:
1.
Masalah dua
2.
Masalah tiga
3.
Masalah empat
4.
Masalah enam
5.
Masalah delapan
6.
7.
= (karena tunggal)
Suami
Bapak
= ashabah
=4
Anak perempuan
= *4
=2
Suami
= *4
=1
Jumlah
=3
Sisa (4-3)
selaku ashabah)
= 1 (untuk bapak
Jumlah
= 4 (KPK)
Anak perempuan
1,000,000.00
= * Rp 2,000,000.00
= Rp
Suami
500,000.00
= * Rp 2,000,000.00
= Rp
Bapak
500,000.00
= * Rp 2,000,000.00
= Rp
Jumlah
= Rp 2,000,000.00
SOAL[2]
Seorang meninggal, ahli warisnya: dua orang ibu-bapak dan
seorang cucu perempuan. Harta warisan sebanyak Rp 60,000,000.00.
Berapa bagian masing-masing?
Cucu
anak)
Ibu
Bapak
= ashabah
=6
Cucu
= *6
=3
Ibu
= *6
=1
Jumlah
Sisa (6-4)
Jumlah
=4
= 2 (untuk bapak)
= 6 (KPK)
Cucu = * Rp 60,000,000.00
30,000,000.00
= Rp
Ibu = * Rp 60,000,000.00
10,000,000.00
= Rp
Bapak
= * Rp 60,000,000.00
20,000,000.00
Jumlah
= Rp
= Rp 60,000,000.00
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan penjelasan-penjelasan mengenai hukum waris di atas,
maka dapat di simpukan bahwa :
Waris adalah perpindahan hak kebendaan dari orang yang
meninggal dunia kepada ahli waris yang masih hidup.
Adapun pengertian hukum kewarisan menurut Kompilasi Hukum
Islam (KHI) adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak
pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa
yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya (Pasal 171 huruf
a KHI).
Ahli waris adalah orang-orang mendapatkan hak memperoleh
harta peninggalan orang yang telah meninggal yang masih
mempunyai hubungan darah.
Bagian-bagian yang di peroleh ahli waris telah di tetapkan dalam
Al-Quran, sehingga tidak ada kata tidak adil karena Al-Quran adalah
Firman Allah SWT. Yang di jamin kebenarannya.
Daftar pustaka
http://1st-iqomah.blogspot.com/2012/02/ilmu-faroidh-ilmu-yangpertama-kali.html
http://kobonksepuh.wordpress.com/2013/01/30/pentingnyamempelajari-ilmu-faraidh/
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas selesainya penyusunan
Makalah Agama Islam yang membahas tentang CARA PEMBAGIAN
WARISAN DALAM ISLAM. Penyusunan ini dimaksudkan sebagai bahan
pembelajaran bagi siswa-siswi XI Program Keagamaan yang beragama
Islam.
Makalah CARA PEMBAGIAN WARISAN DALAM ISLAM ini
membahas tentang warisan (harta peninggalan), ahli waris, ketentuan
bagian ahli waris dan pelaksanaan pembagiannya. Makalah ini disusun
berdasarkan kajian penulis dalam mempelajari buku-buku yang
berhubungan dengan CARA PEMBAGIAN WARISAN DALAM ISLAM.
Dengan hadirnya makalah ini diharapkan akan dapat membantu
proses pembelajaran Agama Islam tentang CARA PEMBAGIAN
WARISAN DALAM ISLAM.
Disadari sepenuhnya masih banyak terdapat kekurangan dalam
Makalah CARA PEMBAGIAN WARISAN DALAM ISLAM. Karenanya besar
SUKABUMI,18.05.2015
PENYUSUN