Anda di halaman 1dari 22

PBL Langkah 3 Skenario 3 Semester 2 Blok Infeksi

Penyakit Tropik
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Plasmodium
LO.1.1. Definisi
Plasmodium merupakan parasit dalam bentuk sporozoa yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit malaria yang dibedakan berdasarkan jenis plasmodium yang menginfeksinya.
(Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat. Inge Sutanto, et all. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2008).
LO.1.2. Morfologi
a. Plasmodium vivax
Sediaan darah tipis, pembesaran 10x100.
1.
o
o
o

Stadium trofozoit muda.


Bentuk cincin (besarnya 1/3 eritrosit).
Eritrosit Membesar.
Titik Schuffner mulai tampak.

2. Stadium trofozoit tua.


o Bentuk ameboid (masih terdapat
vakuol).
o Eritrosit membesar.
o Titik Schuffner jelas.
3.
o
o
o

Stadium skizon muda.


Inti membelah (4-8).
Eritrosit membesar.
Titik Schuffner jelas.

4.
o
o
o
o

Stadium skizon matang.


Jumlah inti (12-24).
Pigmen kuning tengguli berkumpul.
Eritrosit membesar.
Titik Shuffner masih tampak di bagian
pinggir eritrosit.
Stadium makrogametosit (F)
Inti kecil padat, merah.
Pigmen di sekitar anda.
Protoplasma biru.
Eritrosit membesar.
Titik Schuffner masih tampak di
pinggir.

5.
o
o
o
o
o

PBL L3 S3 Blok Cairan Azizah F Andyra - 1102014055

Page 1

6.
o
o
o
o
o

Stadium mikrogametosit (M).


Inti besar, tidak padat, pucat.
Pigmen tersebar.
Protoplasma biru kemerahan pucat.
Eritrosit membesar.
Titik Schuffner masih tampak di
pinggir.

Sediaan darah tebal, pembesaran 10x100.


o Gambaran tidak uniform.
o Tampak berbagai stadium
- Trofozoit.
- Skizon, jumlah inti 12-24.
- Gametosit, bulat, inti satu, pigmen
tersebar.
- Zone merah disekitar parasit (sisa
titik-titik Schuffner).
b. Plasmodium falciparum
Sediaan darah tipis, perbesaran 10x100.
1) Stadium trofozoit muda (bentuk accole)
o Eritrosit tidak membesar.
o Parasit di tepi eritrosit, seperti melekat
pada eritrosit.

2) Stadium trofozoit muda (bentuk


cincin).
o Eritrosit tidak membesar.
o Titik Maurer.
o Cincin agak besar.
o Sitoplasma lebih tebal.
o Mengisi 1/3 dari eritrositnya.

3) Stadium trofozoit muda (infeksi


multiple).
o Eritrosit tidak membesar.
o Parasit : halus, bentuk cincin.
o Tampak lebih dari satu parasit dalam
sebuah eritrosit.
o Double dot chromatin (marginal : dua
butir kromatin bentuk pinggir pada
bentuk cincin).

4)
o
o
o

Stadium skizon muda.


Eritrosit tidak membesar.
Parasit, jumlah inti 2-6.
Pigmen sudah menggumpal, warnanya
hitam.
o Sudah tidak ada cincin, hanya intinya
saja.

5) Stadium skizon matang.


o Eritrosit tidak membesar.
o Parasit :
- Biasanya tidak mengisi seluruh
eritrosit (2/3 eritrosit).
- Jumlah inti 8-24 buah.
- Pigmen menggumpal, warna hitam.

6) Stadium makrogametosit (F).


o Eritrosit tidak membesar.
o Parasit :
- Bentuk pisang, agak lonjong.
- Plasma biru.
- Inti padat, kecil.
- Pigmen disekitar inti.
o Intinya warna merah, tampak sebagai
satu titik biru keunguan pigmen
yang menyebar di sitoplasmanya.

7) Stadium mikrogametosit (M).


o Eritrosit tidak membesar.
o Parasit :
- Bentuk sosis.
- Plasma pucat, merah muda.
- Inti tidak padat.
- Pigmen tersebar.

8) Infeksi campuran (mix infection)


P.vivax dengan P.falciparum.
o P.vivax stadium trofozoit.
o P.falciparum stadium gametosit.

Sediaan darah tebal, perbesaran 10x100.


1) Stadium trofozoit muda.
o Gambaran uniform (karena lebih
banyak trofozoit dibanding skizon).
o Bentuk cincin terbuka, koma, tanda
seru, sayap burung terbang.

2) Infeksi campuran (mix infection)


P.vivax dengan P.falciparum.
o P.vivax stadium trofozoit dengan zone
merah di sekitar parasit.
o P.falciparum stadium gametosit.

Sediaan tekan jaringan otak pulasan HE. Terdapat di dalam kapiler otak, pigmen malaria
berwarna tengguli.
c. Plasmodium ovale
1) Stadium trofozoit muda.

a) Berukuran 2 mikron (1/3


b)
c)
d)

2) Stadium skizon matang.

a)
b)
c)

eritrosit).
Memiliki titik schuffner (titik James).
Berbentuk bulat, kompak, granula
pigmen kasar (tidak sekasar P.malriae).
Eritrosit agak membesar, lonjong
(oval), pinggir eritrosit bergerigi di
salah satu ujungnya.
Berbentuk bulat.
Mempunyai inti kecil.
8-10 merozoit di tepi mengelilingi

3) Stadium makrogametosit (F)

a)
b)

4) Stadium mikrogametosit (M)

a)
b)
c)

d. Plasmodium malariae
1) Stadium trofozoit muda.

2) Stadium trofozoit tua.

3) Stadium skizon muda.


4) Stadium skizon matang.

5) Makrogametosit (F)
6) Mikrogametosit (M)

granula pigmen yang berkelompok


ditengah.
Bentuknya bulat.
Ada inti kecil, kompak dan sitoplasma
berwarna biru.
Mempunyai inti difus.
Sitoplasma berwarna pucat kemerahmerahan.
Berbentuk bulat.

a. Tidak terlalu berbeda dengan


Plasmodium vivax, meskipun
sitoplasmanya lebih tebal dan lebih
gelap pada pulasan Giemsanya.
b. Eritrosit tidak membesar.
c. Nampak titik-titik (titik Ziemann pada
eritosit).
a. Bila membulat, besarnya bisa setengah
dari eritrosit.
b. Adanya bentuk melintang (pta) di
sepanjang sel darah merah, cirikhas
Plasmodium malariae.
c. Jumlah butir pigmen yang besar, kasar
dan gelap.
a. Membagi intinya.
a. Terdapat rata-rata 8 buah merozoit.
b. Susunan merozoitnya teratur menyerupai
bunga daisy atau rosette.
c. Hampir mengisi seluruh sel eritrosit.
a. Mempunyai sitoplasma berwarna biru
tua, berinti kecil dan padat.
a. Sitoplasmanya berwarna biru pucat,
berinti difus dan lebih besar.
b. Pigmen tersebar pada sitoplasma.

LO.1.3. Klasifikasi
a) Plasmodium vivax
Plasmodium vivax merupakan penyebab penyakit malaria vivax atau malaria tersiana.
Distribusi geografiknya terdapat di daerah:

i.

Tropik: Asia Timur (Cina, daerah Mekong), Asia Selatan (Srilangka dan India),
Indonesia, Filipina, serta wilayah Pasifik (Papua Nugini, kepulauan Solomon dan
Vanuatu).
ii.
Subtropik: Korea Selatan, Cina, Mediterania Timur, Turki, Eropa (hanya beberapa daerah
di musim panas), Amerika Selatan dan Utara.
Hospes dari Plasmodium vivax terbagi menjadi dua macam, dan cara berkembangbiak
parasitnya pun berbeda di keduanya, yaitu:
Hospes definitive (Nyamuk Anopheles betina, parasit berkembangbiak secara seksual).
Hospes perantara (Manusia, parasit berkembangbiak secara aseksual).
b) Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum merupakan penyebab penyakit malaria falsiparum atau malaria
tropika atau juga malaria tersiana maligna. Distribusi geografiknya terdapat di daerah:
Tropik: Afrika, Asia Tenggara, Indonesia (tersebar di seluruh kepulauan).
Hospes dari Plasmodium vivax terbagi menjadi dua macam, dan cara berkembangbiak
parasitnya pun berbeda di keduanya, yaitu :
Hospes definitive (Nyamuk Anopheles betina, parasit berkembangbiak secara seksual).
Hospes perantara (Manusia, parasit berkembangbiak secara aseksual).
c) Plasmodium ovale
Plasmodium ovale merupakan penyebab penyakit malaria ovale. Ditribusi grafiknya terdapat
di daerah:
Tropik: Afrik Barat, Pasifik Barat, Indonesia (Pulai Owi sebelah Selatan Biak di Irian
Jayadan di Pulau Timor)
Hospes dari Plasmodium ovale terbagi menjadi dua macam, dan cara berkembangbiak
parasitnya pun berbeda di keduanya, yaitu:
Hospes definitive (nyamuk Anopheles betina, parasit berkembangbiak secara seksual).
Hospes perantara (manusia, parasit berkembangbiak secara aseksual).
d) Plasmodium malariae
Plasmodium malariae merupakan penyebab penyakit malaria malariae atau malaria kuartana,
karena serangan demam berulang pada tiap hari keempat. Ditribusi grafiknya terdapat di
daerah:
Tropik: Afrika (Barat dan Utara), Indonesia (Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (Timor
Leste), Sumatra Selatan), tetapi frekuensinya cenderung rendah.
Hospes dari Plasmodium malariae terbagi menjadi tiga macam, dan cara berkembangbiak
parasitnya pun berbeda di ketiganya, yaitu:
Hospes definitive (nyamuk Anopheles betina, parasit berkembangbiak secara seksual).
Hospes perantara (manusia, parasit berkembangbiak secara aseksual).
Hospes reservoir yang potensial (simpanse, hanya ada proses daur stadium praeritrosit
Plasmodium malariae).
LO.1.4. Siklus Hidup

a) Hospes Definitif
- Plasmodium vivax, terjadi secara seksual (sporogoni), berlangsung selama 16 hari
pada suhu 15-20 dan 8-9 hari pada suhu 27 .
-

Plasmodium malariae, terjadi secara seksual (sporogoni), berlangsung selama 26-28


hari.
Plasmodium falciparum, terjadi secara seksual (sporogoni), berlangsung selama 22
hari pada suhu 20 ; 15-17 hari pada suhu 25 dan 10-11 hari pada suhu
25-28 .

Plasmodium ovale, terjadi secara seksual (sporogoni), berlangsung selama 12-14


hari pada suhu 27 .

Siklus hidup hospes definitif dari Plasmodium rata-rata sama, hanya berbeda pada waktu
dan suhu yang akan mempro dalam berkembangbiak, yaitu:
1) Berkembangnya mikro & makrogametosit
2) Difertilisasi menjadi ookinet.
3) Kemudian menjadi ookista (berkembangnya seperti pelindung ookinet).
4) Akhirnya menjadi sporozoit, dan berpindah ke proboscis pada nyamuk Anopheles
betina.
b) Hospes Perantara

Siklus hidup dari hospes perantara pada semua jenis plasmodium rata-rata sama yang
membedakan hanya pada waktu dan suhu tertentu, terkecuali untuk Plasmodium malariae
dan Plasmodium falciparum yang berbeda.
Plasmodium malariae memiliki hospes reservoir sebagai tempat daur praeritrosit dan
hasil daur tersebut yang akan dihisap oleh nyamuk Anopheles betina dan akan
menggigit manusia kembali.
Sedangkan pada Plasmodium falciparum perkembangan aseksual pada sel parenkim
hati hanya menyangkut fase praeritrosit saja; tidak ada fase eksoeritrosit seperti pada
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sehingga tidak mempunyai hipnozoit
dalam sel hati.
Dengan siklus hidup sebagai berikut :
1) Nyamuk Anopheles betina membawa sporozoit pada probosisnya dan mengigit
manusia.
2) Sporozoit masuk ke dalam sel parenkim hati.
3) Terjadi proses praeritrosit dan eksoeritrosit primer.
4) Sporozoit menjadi skizon yang mengandung butiran-butiran merozoit, dan sebagian
menjadi hipnozoit di hati yang akan tersimpan bertahun-tahun.
5) Skizon pecah dan merozoit masuk ke peredaran darah di dalam tubuh.
6) Mereozoit merusak sel eritrosit (eritrosit membengkak)
7) Trofozoit muda (menjadi trofozoit matang dan kembali menjadi skizon dan skizon
kembali memutar pada point 5), dan (membentuk gametosit yang akan dihisap
kembali oleh nyamuk Anopheles betina).
LI.2. Memahami dan Menjelaskan Malaria
LO.2.1. Definisi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit plasmodium didalam eritrosit dan
biasanya disertai dengan gejala demam. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria
dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal
sebagai malaria berat.
LO.2.2. Etiologi
Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, dan mamalia.
Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan aseksual di
jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk anopheles betina.
Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatang (82 pada jenis
burung dan reptile dan 22 pada binatang primata).
Sementara itu terdapat empat plasmodium yang dapat menginfeksi manusia, yang sqering
dijumpai ialah plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tertiana tropika.
LO.2.3. Epidemiologi
Infeksi malaria tersbar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian
selatan) dan daerah oceania dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh
malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta per tahun.

P.falciparum dan P.malariae umumnya dijumpai pada semua negara dengan malaria; di Afrika,
Haiti dan Papua Nugini umumnya P.falciparum; P.vivax banyak di Amerika Latin.
LO.2.4. Patogenesis dan Patofisiologis
LO.2.5. Manifestasi Klinis
Manifetasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, dan tingginya transmisi infeksi
malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium, daerah asal infeksi, umur,
ada dugaan konstitusi genetic, keadaan kesehatan nutrisi, kemoprofilaksis dan pengoatan
sebelumnya.
Gejala umum malaria diaketahui sebagai Trias Malaria, yakni:
1.) Periode dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering membungkus diri
dengan selimut atau sarung. Badan bergetar, gigi-geligi salingternatuk, diiukuti dengan
meningkatnya temperatur
2.) Periode panas: penderitamuka merah, nadi cepat, dan suhu badan tetaptinggi beberapa
jam
3.) Periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperatur turun
Masa
inkubasi(hari)
Rata-rata
(min-max)

Tipe
panas
(jam)

Falciparum

12 (9-14)

Vivax

13 (12-17) 12
bulan
17 (16-18)
28 (18-40)

Plasmodium

Ovale
Malariae

Relaps

Rekrudensi

Manifestasi klinik

24,36,
48

48

48
72

V
V

X
V

Gejala
gastrointestinal;
hemolisis;
icterus
hemoglobinuria; syok; algid
malaria; gejala serebral;
edema paru; hipoglikemi;
gangguan
kehamilan;
kelainan retina
Anemia kronik; splenomegali
ruptur limpa
Sama dengan vivax
Rekrudensi
sampai
50
tahun;splenomegaly menetap;
rupture limpa jarang rupture;
sindroma nefrotik

Sumber: Ilmu Penyakit Dalam, 2014

LO.2.6. Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti dibuat dengan ditemuannya parasite malaria dalam
pemeriksaan mikroskopis laboratorium.

1. Gejala klinis
a. Anamnesis
Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih dari dua hari, menggigil,
dan berkeringat (sering disebut dengan trias malaria). Demam pada keempat jenis
malaria berbeda sesuai dengan proses skizogoninya. Demam karena P. falciparum
dapat terjadi setiap hari, pada P.vivax atau ovale demamnya berselang satu hari,
sedangkan demam pada P.malariae menyerang berselang dua hari.
Sumber penyakit harus ditelusuri, apakah pernah bepergian dan bermalam di daerah
endemik malaria dalam satu bulan terakhir; apakah pernah tinggal di daerah endemik;
apakah pernah menderita penyakit ini sebelumnya; dan apakah pernah meminum obat
malaria.
b. Pemeriksaan fisik
Pasien mengalami demam 37,5-40 derajat celcius, serta anemia yang dibuktikan
dengan konjungtiva palpebral yang pucat. Penderita sering disertai dengan adanya
pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali).
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menuju teknis pembuatannya
dibagi menjadi preparat darah tipis dan preparat darah tebal untuk menentukan ada
tidaknya parasite malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat jenis
plasmodium dan stadiumnya.
b. Tes diagnosis cepat (RDT, rapid diagnostic test)
Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan cara
imunokromatografi. Hasilnya cepat diperoleh namun lemah dalam hal spesifitas dan
sensitivitasnya.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi
pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa
juga dilakukan pemeriksaan kimia darah ( gula darah, SGOT, SGPT, tes fungsi ginjal),
serta pemeriksaan foto toraks, EKG, dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi.
LO.2.7. Komplikasi
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebut pernicious
manifestations. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebelumnya, dan sering terjadi pada
penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan.
1.) Malaria serebral
2.) Gagal ginjal akut (GGA)
3.) Kelainan hati (Malaria Biliosa)
4.) Hipoglikemia
5.) Blackwater fever (Malaria Haemoglobinuria)
6.) Malaria algid
7.) Kecenderungan perdarahan
8.) Edema paru
9.) Gastrointestinal

10.) Hyponatremia
LO.2.8. Tatalaksana
Untuk membunuh semua parasite malaria pada berbagai stadium ( di hati maupun di eritrosit),
dilakukan pengobatan secara radikal. Dengan pengobatan ini diharapkan terjadi kesembuhan
serta terputusnya rantai penularan. Mengingat sifatnya yang iritatif, semua obat antimalarial
sebaiknya tidak diberikan saat perut kosong. Penderita harus makan terlebih dulu sebelum
minum obat antimalaria
1. Pengobatan Malaria tanpa Komplikasi
a. Pengobatan malaria falciparum
Lini pertama artesunat+amodiakuin+primakuin
Pemberian artesunat dan amodiakuin bertujuanuntuk membunuh parasite stadium
aseksual, sedangkan primakuin untuk membunuh gametosit yang ada di dalam darah
Lini keduakina+doksisilijn atau tetrasiklin+primakuin
b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
Lini pertamaklorokuin+primakuin
Pemeriksaan klorokuin bertujuan untuk membunuh parasite stadium aseksual dan
seksual. Sedangkan pemberian primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoid di
sel hati dan parasite aseksual di eritrosit
2. Pengobatan Malaria Klinis
Pada fasilitas pelayanan kesehatan tanpa sarana diagnostic malaria, penderita dengan
gejala klinis malaria dapat diobati diagnostic malaria, penderita dengan gejala klinis
malaria dapat diobati sementara dengan regimen klorokuin dan primakuin
Bila pengobatan tidak efektif (gejala klinis tidak membaik bahkan memburuk)
penderita harus segera dirujuk untuk mendapat kepastian diagnosis dan mendapatkan
pengobatan yang adekuat
3. Pengobatan Malaria dengan Komplikasi
LO.2.9. Pencegahan
GEBRAK (Gerakan Berantas Kembali) Malaria
Definisi
Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
293/MENKES/SK/IV/2009, Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen
masyarakat untuk memberantas malaria secara intensif melalui kemitraan antara pemerintah,
dunia usaha, lembaga swadaya dan badan internasional serta penyandang dana.
Tujuan
Umum: menekan morbiditas dan mortalitas; mempertahankan daerah bebas malaria
Khusus: morbiditas <0,08/1000 penduduk (API); jumlah kecamatan dengan insidensi khusus
yang tinggi (high case incidence, HCI) <10, kelurahan HCI <100
Sasaran

Kebijaksanaan
1. Memperluas daerah bebas malaria
2. Menanggulangi focus
3. Meningkatkan aspek manajerial petugas
4. Meningkatkan kualitas surveilans
5. Memberantas vector
6. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas vektor.

Stratifikasi wilayah
1. Indikator statis
HCI (high class incidence), API >5
MCI (middle class incidence), API = 1-5
LCI (low class incidence), API <1
2. Indikator dinamis
a. Desa rawan:
Lingkungan yang cocok bagi vektor malaria seperti perbukitan dengan sawah
berteras dan mata air yang alirannya lambat hutan primer
Desa yang memiliki riwayat HCI
Mobilitas penduduk tinggi
Daerah terpencil
b. Desa fokus rendah:
Desa MCI/LCI dengan kasus indigenous bulanan konstan atau menurun
Desa HCI dengan kondisi lingkungan tidak kondusif terhadap penularan
c. Desa fokus tinggi:
Desa rawan yang mulai ada kasus indigenous atau
Desa rawan yang tiga bulan berturut-turut kasus indigenous nya konstan atau naik
dibandingkan bulan sebelumnya
d. Daerah bebas malaria: daerah yang tidak ada penularan malaria dalam 3 tahun
terakhir

Kegiatan
1. Desa rawan
- Menemukan dan mengobati penderita
- Melakukan surveilans rutin (ACD/PCD/PE)

- Melakukan mass fever survey (MFS) terutama konfirmasi


- Mengendalikan vector
- Memetakan lingkungan dan breeding place
- Melakukan surveilans migrasi (bila morbilitasnya tinggi)
- Melakukan survei entomologi
- Memberi penyuluhan kepada masyarakat
2. Low focus zone (LFZ)
- Melakukan semua tiandakan di deasa rawan
- Melakukan tes resistensi terhadap klorokuin dan insektisida
- Mengendalikan vector dengan antilarva BTI-H14
- Menebar ikan
- Menanam padi secara serentak
- Memperbaiki konstruksi pengairan
3. High focus zone (HFZ)
- Melakukan seua tindakan di LFZ
- Melakukan penyemprotan di rumah-rumah (bila memenuhi syarat)
Jenis kegiatan:
1. Active case detection (ACD)
- Sasarannya adalah semua penderita malaria klinis (HCI: 20% penduduk, MCI 10%
penduduk)
- Mengambil preparat darah tebal yang dilakukan oleh juru malaria desa (JMD)
- Waktu: HCI (2 minggu/1x), MCI (1 bulan/1x)
2. Passive case detection (PCD)
- Sasarannya adalah semua penderita malaria klinis dan penderita gagal obat yang
datang (HCI: 10% penduduk, MCI/LCI: 5% penduduk)
- Mengambil preparat darah tebal yang dilakukan oleh JMD
- Dilakukan setiap hari kerja
3. Mass fever survey (MFS)
- Sasarannya adalah semua penderita demam di daerah malaria klinis
- Mengambil preparat darah tebal yang dilakukan oleh JMD, diikuti mass fever
treatment (MFT) yang dibagi menjadi 2 yaitu MFS konfirmasi dan MFS husus
4. Surveilans parasite SMPI (sebelum musim penularan)
- Untuk menemukan dan mengobati penderita
- Dilakukan selama 4 hari dan diulang 10 hari kemudian
- Sasarannya adalah desa HCI/MCI
- Dilakukan 1-2 bulan sebelm dan sesudah musim penlaran (MP)
5. Surveilans migrasi
- Sasarannya adalah semua penduduk yang datang dari daerah endemic
- Preparat darah tebal diambil JMD, jika hasilnya (+) maka dilakukan pengobatan
radikal
6. Survei pentalaksanaan penderita
- Sasarannya adalah kabupaten/kota/puskesmas endemic
- Metode: dengan check list
- Dilakukan pada saat MP

Survei
1.) Survei kualitas penyemprotan
2.) Surveilans pola vector
3.) Surveilans vector sebelum musim penularan (SMPI)
4.) Survei ongitudinal entomologi
5.) Survei spot entomologi
6.) Surveilans status resistensi vector
7.) Uji coba status resistensi klorokuin
8.) Audit program malaria

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Vektor


LO.3.1. Morfologi
1. Telur
Anopheles sp berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya
konkaf dan diletakkan satu per satu di atas permukaan air serta memiliki sepasang
pelampung yang terletak di bagian lateral. Di tempat perindukan, larva Anopheles
mengapung sejajar dengan permukaan air dengan bagian badan yang khas yaitu spirakel pada
bagian posterior abdomen, batu palma pada bagian lateral abdomen, dan tergal plate pada
bagian tengah setelah dorsal abdomen.
2. Pupa
Pada stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang disebut respirator trumpet yang
berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi untuk mengambil O2 dari udara.
3. Stadium dewasa
Anophelini jantan dan betina memiliki palpi yang hampir sama dengan panjang probosisnya,
hanya pada nyamuk jantan palpi pada bagian apikal berbentuk gada yang disebut club form
sedangkan pada nyamuk betina ruas itu mengecil. Bagian posterior abdomen agak sedikit
lancip. Kosta dan vena 1 atau sayap pada bagian pinggir ditumbuhi sisiksisik yang
berkelompok sehingga membentuk belang-belang hitam putih
LO.3.2. Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Culicidae
Sub famili: Anophelini
Genus: Anopheles
Spesies: Anopheles sp

LO.3.3. Tempat Perindukan


Habitat nyamuk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu habitat air mengalir dan habitat air
menggenang. Habitat air mengalir, dapat berupa saluran air (parit atau selokan) yang mengalir
lambat, dan sungai yang alirannya deras maupun lambat. Pada saluran irigasi biasanya tumbuh
tanaman menjalar yang dapat menahan arus air. Jenis Anopheles sp. yang hidup dalam habitat
seperti ini antara lain: Anopheles palmatus, Anopheles barbumbrosus, Anopheles vagus,
Anopheles hunteri, Anopheles barbirostris, Anopheles sinensis, Anopheles nigerrimus,
Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus, dan Anopheles maculates. Sedangkan habitat air
menggenang dibagi dalam tiga kategori, yaitu: 1) Habitat air tanah, 2) Habitat air bawah
permukaan tanah, dan 3) habitat kontainer. Anopheles sp. hanya ditemukan pada habitat air tanah
dan habitat air bawah permukaan tanah, sedangkan pada kontainer belum didapatkan laporan.
1. Habitat Air Tanah
Habitat air tanah yang tergolong air tanah permanen antara lain danau, kolam, atau lagun
atau rawa-rawa. Beberapa spesies Anopheles yang hidup pada habitat seperti ini antara
lain Anopheles lesteri, Anopheles bancrofti, Anopheles stigmaticus, Anopheles kochi,
Anopheles tesselatus, Anopheles vagus, Anopheles aconitus, dan Anopheles japonicus.
Sedangkan habitat air tanah yang tergolong air tanah sementara antara lain comberan atau
kobakan, air kubangan serta jejak tapak kaki manusia atau hewan. Beberapa spesies yang
didapat adalah Anopheles barbirostris, Anopheles nigerrimus, dan Anopheles kochi.

2. Habitat Air Bawah


Permukaan Tanah Habitat yang dikategorikan sebagai air bawah permukaan tanah dapat
berupa sumur/perigi, bekas galian tambang, dan waduk. Beberapa spesies Anopheles
yang hidup di habitat ini antara lain An. vagus dan An. hunter

LO.3.4. Perilaku Hidup


Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva, kepompong, dan
dewasa yang berlangsung selama 7-14 hari. Tahapan ini dibagi ke dalam 2 (dua) perbedaan
habitatnya yaitu lingkungan air (aquatik) dan di daratan (terrestrial). Nyamuk dewasa muncul
dari lingkungan aquatik ke lingkungan terresterial setelah menyelesaikan daur hidupnya. Oleh
sebab itu, keberadaan air sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa
larva dan pupa. Nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur satu persatu di dalam
air atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles mempunyai alat pengapung dan untuk
menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2 sampai 3 hari, atau 2 sampai 3 minggu pada iklimiklim lebih dingin. Pertumbuhan larva dipengaruhi faktor suhu, nutrien, ada tidaknya binatang
predator yang berlangsung sekitar 7 sampai 20 hari bergantung pada suhu. Kepompong (pupa)
merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatik dan tidak memerlukan makanan. Pada
stadium ini terjadi proses pembentukan alatalat tubuh nyamuk seperti alat kelamin, sayap dan
kaki. Lama stadium pupa pada nyamuk jantan antara 1 sampai 2 jam lebih pendek dari pupa
nyamuk betina, karenanya nyamuk jantan akan muncul kira-kira satu hari lebih awal daripada
nyamuk betina yang berasal dari satu kelompok telur. Stadium pupa ini memakan waktu lebih
kurang 2 sampai dengan 4 hari.

Nyamuk betina merupakan nyamuk yang aktif menggigit karena memerlukan darah untuk
perkembangan telurnya. Pada saat nyamuk aktif mencari darah maka nyamuk akan terbang
berkeliling untuk mencari rangsangan dari hospes yang cocok. Beberapa faktor seperti
keberadaan hospes, tempat menggigit, frekwensi menggigit dan waktu menggigit merupakan hal
dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan perilaku nyamuk menghisap darah.
Berdasarkan obyek yang digigit (hospes), nyamuk dibedakan menjadi antrofilik, zoofilik, dan
indiscriminate biter. Nyamuk antrofilik adalah nyamuk yang lebih suka menghisap darah
manusia, dan dikategorikan zoofilik apabila nyamuk lebih suka menghisap darah hewan. Apabila
nyamuk menghisap darah tanpa kesukaan tertentu terhadap hospes disebut indiscriminate biter.
Nyamuk akan menghisap darah dari hospes lain yang tersedia apabila darah hospes yang disukai
tidak ada. Hal ini disebabkan adanya suhu dan kelembaban yang dapat menyebabkan nyamuk
berorientasi terhadap hospes tertentu dengan jarak yang cukup jauh dan adanya bau spesifik dari
hospes.
Selain berdasarkan objek yang digigit, berdasarkan tempat menggigitnya nyamuk juga dapat
dibedakan menjadi eksofagik dan endofagik. Nyamuk dikatakan eksofagik apabila nyamuk lebih
suka menggigit di luar rumah dan dikatakan endofagik apabila nyamuk lebih suka menggigit di
dalam rumah. Namun nyamuk yang bersifat eksofagik dapat bersifat endofagik apabila terdapat
hospes yang cocok di dalam rumah.
Frekuensi menggigit nyamuk dipengaruhi oleh siklus gonotropik dan waktu mengggigit.
Nyamuk dengan siklus gonotropik dua hari akan lebih efisien untuk menjadi vektor
dibandingkan dengan nyamuk yang mempunyai siklus gonotropik tiga hari. Nyamuk yang
menggigit beberapa kali untuk satu siklus gonotropik akan menjadi vektor yang lebih efisien dari
pada nyamuk yang hanya menggigit satu kali untuk satu siklus gonotropiknya. Siklus gonotropik
juga dipengaruhi oleh suhu dan tersedianya genangan air untuk tempat bertelur. Waktu menggigit
harus diperhatikan, seperti nyamuk Anopheles yang menggigit pada malam hari. Pada waktu
malam hari pada umumnya manusia sedang beristirahat atau sedang tidur, mungkin satu kali
menggigit sudah cukup untuk satu siklus gonotropik. Berdasarkan waktu menggigit, secara
umum nyamuk Anopheles aktif mencari darah pada waktu malam hari, mulai dari senja hingga
tengah malam tetapi ada pula yang mulai tengah malam hingga menjelang pagi.
LO.3.5. Cara Pemberantasan
LI.4. Memahami dan Menjelaskan Obat Anti Malaria
LO.4.1. Penggolongan
Berdasarkan kerjanya pada tahapan perkembangan plasmodium, antimalaria dibedakan atas:
Skizontosid darah
Untuk mengendalikan serangan klinik digunakan skizontosid darah yang bekerja terhadap
merozoit di eritrosit (fase eritrosit). Dengan demikian tidak terbentuk skizon baru dan tidak
terjadi penghancuran eritrosit yang menimbulkan gejala klinik. Contoh golongan obat ini
adalah klorokuin, kuinin, meflokuin, halofantrin, dan qinghaosu (artemisinin).
Antimalarial golongan antifolat dan antibiotik, juga merupakan skizontosid darah dalam
waktu yang lebih lama dari masa hidup parasit.
Pengobatan supresi ditujukan untuk menyingkirkan semua parasit dari tubuh pasien dengan
memberikan skizontosid darah dalam waktu yang lebih lama dari masa hidup parasite.

Skizontosid jaringan
Pada pencegahan kausal digunakan skizontosid jaringan yang bekerja pada skizon yang baru
memasuki jaringan hati. Dengan demikian tahap infeksi eritrosit dapat dicegah dan transmisi
lebih lanjut dihambat.
Pencegahan relaps juga menggunakan skizontosid jaringan. Senyawa ini bekerja pada bentuk
late P.vivax dan P.ovale, setelah bentuk primernya di jaringan hati dilepaskan kesirkulasi
skizontosid jaringan dimanfaatkan untuk profilaksis terminal atau penyembuhan radikal.
Pengobatan radikal dimaksudkan untuk memusnahkan parasite dalam fase eritrosit dan
ekseritrosit. Untuk ini digunakan kombinasi skizontosid darah dan jaringan.
Gametosid
Membunuh gametosit yang berada dalam eritrosit sehingga transmisinya ke nyamuk
dihambat. Klorokuin dan kina memperlihatkan efek gametosidal pada P.vivax, P.ovale,
P.malariae, sedangkan gametosit P.falciparum dapat dibunuh oleh primakuin.
Sporontosid
Menghambat perkembangan gametosit lebih lanjut di tubuh nyamuk yang menghisap darah
pasien, dengan demikian rantai penularan terputus. Kerja seperti ini terlihat dengan
primakuin dan kloroguanid. Obat antimalarial biasanya tidak dipakai secara klinis untuk
tujuan ini

Obat antimalaria:
1.) Klorokuin
(7-kloro-4-(4 dietilamino-1-metil-butil-amino) kuinolin ialah turunan 4-aminokuinolin. Pada
mamalia bentuk d-isomernya kurang toksik disbanding bentuk l-isomernya. Amodiakuin dan
hidroksiklorokuin merupakan turunan klorokuin yang sifatnya mirip klorokuin. Walaupun in
vitro dan in vivo amodiakuin lebih aktif terhadap P.falciparum yang mulai resisten terhadap
klorokuin, obat ini tidak digunakan rutin karena fek samping agranulositosis yang fatal dan
toksik pada hati
2.) Pirimetamin
Pirimitamin ialah turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak berasa, tidak larut
dalam air dan hanya sedikit larut dalam asam klorida. Nama kimia pirimetamin ialah 2,4diamino-5-p-klorofenil-6-etil-pirimidin
3.) Primakuin
Primakuin atau 8-(4-amino-1-metilbutilamino)-6-metakuinolin ialah turunan 8aminokuinolin. Garam difosfatnya yang tersedia di pasar larut dalam air dan relative stabil
sebagai larutan, sedikit mengalami dekomposisi bila terkena sinar atau udara.
4.) Kina dan Alkaloid Sinkona
Kina (kuinin) ialah alkaloid penting yang diperoleh dari kulit pohon sinkona. Kina
mengandung mengandung gugus kuinolin yang terikat pada cincin kuinuklidin melalui ikatan
alkahol sekunder, juga mengandung rantai samping metoksi dan vinil. Struktur kuinidin
sama dengan kina, kecuali konfigurasi sterik alcohol yang sekundernya,sedangkan sinkonidin
dan sinkonin tidak memiliki gugus metoksi.
LO.4.2. Farmakokinetik
1.) Klorokuin
Absorbsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat. Kaolin dan antacid
yang mengandung kalsium atau magnesium dapat menganggu absorbsi klorokuin. Sehingga,

obat ini sebaiknya jangan diberikan bersama-sama dengan klorokuin. Kadarpuncak dalam
plasma dicapai setelah 3-5 ja. Kira-kira 55% dari jumlah obat dalam plasma akan terikat pada
non-diffusable plasma constituent. Klorokuin lebih banyak diikat dijaringan di jaringan, pada
hewan coba ditemukan klorokuin dalam hati, limpa, ginjal, paru, dan jaringan bermelanin
sebanyak 200-700 kali kadarnya dalam plasma. Sebaliknya, otak dan medulla spinalis hanya
mengandung klorokuin 10-30 kali kadarnya dalam plasma.
Metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat sekali dan metabolitnya,
monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresikan melalui urin. Metabolit
utamanya, monodesetil klorokuin, juga mempunyai aktivitas antimalaria.
Dosis harian 300 mg menyebabkan kadar mantap kira-kira 125g/L, sedangkan dengan dosis
oral 0,5 gram tiap minggu dicapai kadar plasma antara 150-250 g/L dengan kadar lembah
antara 30-40 g/L. Jumlah ini berada dalam batas kadar terapi untuk P.falciparum yang
sensitive dan P.vivax, yaitu masing masing 30 dan 15 g/L.
2.) Pirimetamin
Penyerapan pirimetamin di saluran cerna berlangsung lambat tetapi lengkap. Setelah
pemberian 4-6 jam. Konsentrasi obat yang berefek supresi dapat menetap dalam darah
selama kira-kira 2 minggu. Obat ini ditimbun terutama diginjal, paru, hati, dan limpa,
kemudian diekskresi lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari. Metabolitnya diekskresi
melalui urin
3.) Primakuin
Setelah pemberian per oral, primakuin segera diabsorpsi, dan didistribusikan luas ke jaringan.
Primakuin tidak pernah diberikan parenteral karena dapat mencetuskan terjadinya hipotensi
yang nyata. Metabolismenya berlangsung cepat dan hanya sebagian kecil dari dosis yang
diberikan yang diekskresi ke urin dalam bentuk asal. Pada pemberian dosis tunggal,
konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam 3 jam, dan waktu paruh eliminasinya 6 jam.
Metabolisme oksidatif primakuin menghasilkan 3 macam metabolit; turunan karboksil
merupakan metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik,
sedangkan metabolit yang lain memiliki aktivitas hemolitik, yang lebih besar dari primakuin.
Ketiga metabolit ini juga memiliki aktivitas antimalarial yang lebih ringan dari primakuin.
4.) Kina dan Alkaloid Sinkona
Kina dan turunannya diserap baik terutama melalui usus halus bagian atas. Kadar puncaknya
dalam plasma dicapai dalam waktu 1-3jam setelah suatu dosis tunggal. Distribusinya luas,
terutama ke hati, tetapi kurang ke paru, ginjal, dan limpa; kina juga melalui sawar uri.
Sebagian besar alkaloid sinkona dimetabolisme dalam hati, sehingga hanya kira-kira 20%
yang diekskresi dalam bentuk utuh urin.karena perombakan dan ekskresi yang cepat, tidak
terjadi kumulasi dalam badan. Waktu paruh eliminasi kina pada orang sehat 11 jam, sedang
pada pasien malaria berat 18 jam.
LO.4.3. Farmakodinamik
1.) Klorokuin
Klorokuin hanya efektif terhadap parasite dalam fase eritrosit, sama sekali tidak efektif
terhadap parasit di jaringan. Selain itu, klorokuin juga efektif terhadap ketiga gamet
plasmodium tersebut, tetapi tidak terhadap P. falciparum. Untuk bentuk laten jaringan

klorokuin tidak bermanfaat. Gejala klinis dan parasitemia serangan akut malaria akan cepat
dikendalikan oleh klorokuin akan cepat dikendalikan oleh klorokuin. Demamnya akan hilang
dalam 24 jam dan sediaan apus darah umumnya negative dalam waktu 48-72 jam. Bila tidak
ada perbaikan sampai hari kedua, mungkin telah terjadi resistensi, khususnya pada
P.falciparum. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan pemberian kina atau skizontosid darah
lainnya.
Polimerase heme pplasmodia berperanan mendetoksifikasi heme ferriprotoporphyrin IX
menjadi bentuk hemozoin yang tidak toksik. Heme inimerupakan senyawa yang bersifat
membranolitik dan terbentukdari pemecahan hemoglobin di vakuol makanan parasite.
Peningkatan heme di dalam parasite menimbulkan lisis membran parasit. Resistensi terhadap
klorokuin kini banyak ditemuka pada P.falciparum.
2.) Pirimetamin
Pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reductase plasmodia pada kadar yang jauh lebih
rendah daripada yang diperlukan untuk menghambat enzim reduktase plasmodia pada kadar
yang jah lebih rendah daripada yang diperlukan untuk menghambat enzim yang sama pada
manusia. Enzim ini bekerja dalam rangkaian reaksi sintesis purin, sehingga
penghambatannya menyebabkan gagalnya pembelahan inti pada pertumbuhan skizon dalam
hati dan eritrosit. Kombinasi dengan sulfonamide memperlihatkan sinergisme karena
keduanya mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan. Resistensi terhadap
pirimetamin dapat terjadi akibat mutase gen-gen yang menghasilkan perubahan asam amino
sehingga mengakibatkan penurunan afinitas pirimetamin terhadap enzim dihidrofolat
reduktase plasmodia.
3.) Primakuin
Manfaat kliniknya yang utama adalah penyembuhan radikal malaria vivaks dan ovale.
Aktivitasnya lebih menonjol terhadap skizon jaringan dan gametosit. Aktivitas ini membantu
aktivitas antimalarial melalui pembentukan oksigen reaktif atau mempengaruhi transportasi
elektron parasit.
4.) Kina dan Alkaloid Sinkona
Kina terutama berefek skizontosid darah dan juga berefek gametositosid terhadap P.vivax dan
P.malariae, tetapi tidak untuk P.falciparum. Mekanisme kerja antimalarianya berkaitan
dengan gugus kuinolin yang dimilikinya, dan sebagian disebabkan karena kina merupakan
basa lemah, sehingga akan memiliki kepekatan yang tinggi didalam vakuola makanan
P.falciparum. Diperkirakan obat ini bekerja di dalam organel ini melalui penghambatan
aktivitas heme polymerase, sehingga terjadi penumpukan substrat yang bersifat sitotoksik
yaitu heme.
Heme adalah hasil sampingan dari penghancuran hemoglobin didalam vakuola makanan,
yang pada keadaan normal oleh enzim tersebut diubah menjadi pigmen malaria yang tidak
merusak.
LO.4.4. Efek Samping
1.) Klorokuin
Sakit kepala ringan, gangguan pencerrnaan, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal

2.) Pirimetamin
Anemia makrositik yang serupa dengan yang terjadi pada defisiensi asam folat. Gejala ini
akan hilang bila pengobatan dihentikann, atau dengan pemberian asam folinat (leukovorin)
3.) Primakuin
Anemia hemolitik akut pada pasien yang mengalami defisiensi enzim glukosa-6-fosfat
dehydrogenase
4.) Kina dan Alkaloid Sinkona
Tinitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare dan mual. Pada
keracunan yang lebih berat terlihat gangguan gastrointestinal, saraf, kardiovaskular, dan
kulit. Lebih lanjut lagi terjadi perangsangan SSP, seperti bingung, gelisah, dan delirium.
LO.4.5. Dosis
1.) Klorokuin
Untuk pengobatan malaria, dosis awalnya ialah 10mg/kgBB klorokuin basa, dilanjutkan
dengan dosis 5mg/kgBB klorokuin basa pada 6,12,24, dan 36 jam berikutnya sehingga
tercapai dosis total 30mg/kgBB dalam 2 hari.
Untuk malaria yang terinfeksi P.vivax atau P.ovale, 5mg/kgBB klorokuin basa diulanh
pemberiannya pada hari ke 7 dan hari ke 14. Untuk malaria berat, dimana pemberian oral
tidak memungkinkan, maka diberikan klorokuin HCl parenteral. Klorokuin HCl, tersedia
dalam bentuk larutan 50mg/mL yang setara dengan 40mg/mL klorokuin basa.
Obat ini diberikan secara IV dengan kecepatan tetap yang tidak melebihi 0,83mg/kgBB
klorokuin basa per jam atau dengan suntikan SK atau IM berulang dengan dosis tidak
melebihi 3,5mg/kgBB klorokuin basa sampai tercapai dosis total 25mg/kgBB klorokuin basa.
2.) Pirimetamin
3.) Primakuin
4.) Kina dan Alkaloid Sinkona
LO.4.6. Indikasi
1.) Klorokuin
2.) Pirimetamin
3.) Primakuin
4.) Kina dan Alkaloid Sinkona
Kina digunakan untuk terapi malaria P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
LO.4.7. Kontraindikasi
LO.4.8. Kemoprofilaksis
Bertujuan untuk mengurangi risiko malaria, sehingga bilaterinfeksi maka gejala klinisnya
tidak berat
Ditujukan bagi orang yang bepergian ke daerah endemic malaria dalam waktu yang tidak
terlalu lama

Kemoprofilaksis terhadap plasmodium falciparum adalah pemberian doksisilin setiap hari


dengan dosis 2mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Doksisilin tidak boleh
dikonsumsi oleh ibu hamil dan anak berusia <8 tahun
Kemoprofilaksis terhadap plasmodium vivax adalah pemberian klorokuin dengan dosis
5mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah
endemik sampai 4 minggu setelh kembali. Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin lebih
dari 3-6 bulan
DAFTAR PUSTAKA:
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,
Pemberantasannya. Jakarta:PT Glora Aksara Pratama
http://digilib.unila.ac.id/3813/14/BAB%20II.pdf
Staf Pengajar FKUI. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Parasitologi Kedokteran
Ilmu Penyakit Dalam

Pencegahan

&

Anda mungkin juga menyukai