Anda di halaman 1dari 36

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS
2.1. Gastritis
2.1.1. Definisi
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung. Menurut
Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis merupakan inflamasi dari
mukosa lambung klinis berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema
mukosa, kerapuhan bila trauma yang ringan saja sudah terjadi perdarahan (Hadi,
2002).
Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat sehingga telat makan,
stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung berlebih. Faktor lain yaitu
infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus), pengaruh obat-obatan, konsumsi
alkohol berlebih (Purnomo, 2009). Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel. Sedangkan, menurut Lindseth dalam Prince (2005), gastritis
adalah suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus, atau lokal. Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung
paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak
dan cepat atau makan makanan yang terlalu

6
Universitas Sumatera Utara

berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks
empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2006).
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan
pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas, distribusi anatomi, dan
kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis
dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa walaupun dilakukan
pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan.
Gastritis kronik merupakan kelanjutan dari gastritis akut (Suyono, 2006).
Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada saluran
pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati, lambung merasa
penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan dan sering
kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa menjadi akut,
berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari satu
bulan terus-menerus dan gstritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu:
mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi
makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika
memang diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan
atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).
Lambung sering disebut sebagai maag yang berfungsi untuk menampung
makanan. Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor stress dan makan yang
tidak teratur. Keadaan stress memang bikin makan tidak teratur. Orang masih
percaya bahwa penyakit maag disebabkan oleh stress. Keadaan stress

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan produksi cairan asam lambung meningkat sehingga tegang oleh


cairan asam lambung. Cairan asam lambung ini bisa mengikis dinding lambung
sehingga luka dan terasa perih bila terkena bahan asam. Bila luka lambung
semakin meluas, berisiko melukai pembuluh darah dan terjadi perdarahan yang
dimuntahkan sebagai muntah darah. Hati-hatilah jangan stress berkepanjangan,
tidak ada gunanya dan makanlah secara teratur. Makanan dari lambung akan
disalurkan ke usus untuk dicerna kemudian diserap dan masuk dalam aliran darah
menuju hati (Budiman, 2011).
Gangguan pencernaan diakibatkan oleh kebiasaan pola makan yang buruk dan
stress sehari-hari. Banyak kasus gangguan pencernaan tidak ditemukan
penyebabnya secara organik dengan adanya luka atau kerusakan pada organ.
Masalah pencernaan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang
membahayakan fungsi sistem pencernaan seperti stress, kebiasaan makan yang
kurang sehat, tidak teratur, diet yang salah, pengobatan yang menyebabkan iritasi,
infeksi kronis dan hadirnya bakteri dalam saluran pencernaan. Banyak gangguan
pencernaan yang dapat teratasi dengan mengubah gaya hidup dengan mengurangi
stress, berhenti merokok, berolahraga secara rutin dan menjalankan diet yang tepat
(Prita, 2010).
3.1.2 Klasifikasi Gastritis
A. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan
erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat iritan. Erosi tidak
mengenai lapisan otot lambung. Gastritis akut suatu penyakit

Universitas Sumatera Utara

yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna
(Suratum, 2010). Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus
merupakan penyakit yang ringan. Penyebab terberat dari gastritis akut adalah
makanan yang bersifat asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat
obstruksi pylorus (Brunner, 2006).
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk
penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut
gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada
mukosa lambung tersebut (Suyono, 2006).
a. Gastritis Akut Erosif
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan yang
terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di
klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit
penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui. Perjalanan
penyakit ini biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat
menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas.
Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami pendarahan sering
diagnosisnya tidak tercapai.

Universitas Sumatera Utara

10

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan khusus yang sering


dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja. Diagnosis
gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung (Suyono, 2006).
Penderita gastritis erosif yang disebabkan oleh bahan toksik atau korosif dengan
etiologi yang dilakukan pada bahan kimia dan bahan korosif antara lain HCL,
H2SO4, HNO3, Alkali, NaOH, KOH dan pemeriksaan klinis dapat ditemukan
antara lain mulut, lidah nampak edema, dyspagia dan nyeri epigastrium, juga
ditemukan tanda yaitu mual, muntah, hipersalivasi, hiperhidrosis dan diare sampai
dehidrasi. Penatalaksanaan secara umum perhatiakan tanda-tanda vital, respirasi,
turgor dan produksi urine serta tentukan jenis racun untuk mencari anekdote
(Misnadiarly, 2009).
b. Gastritis Akut Hemoragik
Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik. Pertama diperkirakan karena
minum alkohol atau obat lain yang menimbulkan iritasi pada mukosa gastrik
secara berlebihan (aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun pendarahan mungkin
cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan berhenti sendiri secara
spontan dan mortalitas cukup rendah. Kedua adalah stress gastritis yang dialami
pasien di Rumah Sakit, stress gastritis dialami pasien yang mengalami trauma
berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat lainnya (Suyono,
2006).
Erosi stress merupakan lesi hemoragik majemuk pada lambung proksimal yang
timbul dalam keadaan stress fisiologi parah dan tidak berkurang. Berbeda

Universitas Sumatera Utara

11

dengan ulserasi menahun yang biasa pada traktus gastrointestinalis atas, jarang
menembus profunda kedalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang
menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu dalam
20% kasus untuk membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan perdarahan
gastrointestinalis atas, yang bisa menyebabkan keparahan dan mengancam nyawa.
B. Gastritis Kronik
Gastritis Kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung yang menahun.
Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma lambung
tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum diketahui. Penyakit gastritis
kronik menimpa kepada orang yang mempunyai penyakit gastritis yang tidak
disembuhkan. Awalnya sudah mempunyai penyakit gastritis dan tidak
disembuhkan, maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk
disembuhkan. Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria
dan daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik, yaitu limfosit
dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat ringan
pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian sub
epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai
kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan
dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal.

Universitas Sumatera Utara

12

Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe, yaitu:
tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibody terhadap sel parietal
yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukasa lambung, 95% pasien
dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik kronik.
Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus
atau korpus dan tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat helicobacter pylory
terdapat inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga
sering menyebabkan perdarahan dan erosi (Suratum, 2010).
Klasifikasi histologi yang sering digunakan pada gastritis kronik yaitu: 1. Gastritis
kronik superficial
Gastritis kronik superfisial suatu inflamasi yang kronis pada permukaan mukosa
lambung. Pada pemeriksaan hispatologis terlihat gambaran adanya penebalan
mukosa sehingga terjadi perubahan yang timbul yaitu infiltrasi limfosit dan sel
plasma dilamina propia juga ditemukan leukosit nukleir polimorf dilamina profia.
Gastritis kronik superfisialis ini merupakan permulaan terjadinya gastritis kronik.
Seseorang diketahui menderita gastritis superficial setelah diketahui melalui PA
antara lain: hiperemia, eksudasi, edema, penebalan mukosa, sel-sel limfosit,
eosinofil dan sel plasma. Pemeriksaan klinis tidak jelas tetapi pasien mengalami
mual, muntah, pain-foof-pain dan nafsu makan berkurang. Pasien gastritis
superficial disarankan untuk istirahat total, mengkonsumsi makanan lunak dan
simptomatis (Misnadiarly, 2009).

Universitas Sumatera Utara

13

Gastritis kronik atrofik.


Gastritik kronik atrofik yaitu sel-sel radang kronik yang menyebar lebih dalam
disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata. Gastritis
atrofik dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis. Seseorang
menderita atropi gastritis setelah menjalani PA dan diketahui, antara lain: mukosa
tipis, muskularis atropi, kelanjar-kelenjar menurun dan adanya sel-sel limfosit.
Pemeriksaan klinis, penderita mengalami epigastrik diskomfort, dyspepsia,
lambung rasanya penuh, nafsu makan menurun, mual, muntah, anemia peniciosa,
defisiensi Fe dan pellagra. Pengobatan yang harus dijalani adalah istirahat total,
mengkonsumsi makan lunak dan mengkonsumsi vitamin B12, Fe, dan liver
ekstrak (Misnadiarly, 2009).
Menurut Misnadiarly (2009) gastritis diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk
yaitu:
Gastritis gastropati dengan keluhan umum nyeri pada ulu hati, mual, muntah dan
diare. Penyebabnya obat-obatan seperti aspirin, alkohol, trauma pada lambung
seperti pengobatan dengan laser, kelainan pembuluh darah pada lambung dan luka
akibat operasi.
Gastritis spesifik yaitu nyeri pada ulu hati, mual dan muntah. Penyebabnya karena
infeksi bakteri, virus, jamur, parasit, nematoda dan adanya penyakit pada saluran
pencernaan. Bila disebabkan oleh toksin biasanya disertai dengan diare, nyeri
perut, badan menjadi panas, menggigil, dan kejang otot.

Universitas Sumatera Utara

14

Gastritis kronis. Keluhan pada gastritis kronis pada umumnya tidak spesifik
berupa perasaan tidak enak pada ulu hati yang disertai mual, muntah dan perasaan
penuh dihati. Penyebabnya antara lain: infeksi C.Pylori, gastropati reaktif,
autoimun, adanya tumor pada lambung dan faktor stress.
Tanda dan Gejala Gastritis
a. Tanda dan gejala Gastritis Akut
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit gastritis adalah
keluhan nyeri, mulas, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah, kembung,
sering platus, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut, rasa panas seperti
terbakar dan sering sendawa ( Puspadewi, 2012)
b. Tanda dan Gejala Gastritis Kronis 1. Gastritis sel plasma
Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium
Mausea sampai muntah empedu
Dyspepsia
Anorreksia
Berat badan menurun
Keluhan yang berhubungan dengan anemia
Penyebab Gastritis:
a. Makan tidak teratur atau terlambat makan. Biasanya menunggu lapar dulu, baru
makan dan saat makan langsung makan terlalu banyak (Puspadewi, 2009).

Universitas Sumatera Utara

15

Bisa juga disebabkan oleh bakteri bernama Helicobacter pylori. Bakteri tersebut
hidup di bawah lapisan selaput lendir dinding bagian dalam lamung. Fungsi
lapisan lendir sendiri adalah untuk melinudngi kerusakan dinding lambung akibat
produksi asam lambung. Infeksi yangt diakibatkan bakteri Helicobacter
menyebabkan peradangan pada dinding lambung yang disebut gastritis (Aziz,
2011).
Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu, orang yang
merokok lebih sensitive terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga akan
meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan dan meningkatkan
resiko kanker lambung (Yuliarti, 2009).
Stress. Hal ini dimungkinkan karena karena system persarafan di otak
berhubungan dengan lambung, sehingga jika seseorang mengalami stress, bisa
muncul kelainan dalam lambungnya. Stress bisa menyebabkan terjadi perubahan
hormonal di dalam tubuh. Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung
yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini
membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung. Lama-kelamaan hali ini dapat
menimbulkan luka di dinding lambung (Sari, 2008).
Efek samping obat-obatan tertentu. Konsumsi obat penghilangan rasa nyeri,
seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin, ibuproven
(Advil, Motrin dll), juga naproxen (aleve), yang terlalu sering dapat menyebabkan
penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis (Aziz, 2011).

Universitas Sumatera Utara

16

Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Minum minuman yang


mengandung alkohol dan cafein seperti kopi. Hal itu dapat meningkatkan produksi
asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan
kemampuan fungsi dinding lambung (Suratum, 2010).
Alkohol, mengkonsumsi olkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan mengikis
permukaan lambung (Suratum, 2010).
Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) menyebabkan
kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan pendarahan.
Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan
syaraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCl lambung.
Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan lemak. Cairan ini
diproduksi di hati dan dialirkan ke kantong empedu. Ketika keluar dari kantong
empedu akan dialirkan ke usus kecil (duodenum). Secara normal, cincin pylorus
(pada bagian bawah lambung) akan mencegah aliran asam empedu ke dalam
lambung setelah dilepaskan ke duodenum. Namun, apabila cincin tersebut rusak
dan tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau dikeluarkan karena
pembedahan maka asam empedu akan mengalir ke lambung sehingga
mengakibatkan peradangan dan gastritis kronis (Suratum,
2010).
Serangan terhadap lambung. Sel yang dihasilkan oleh tubuh dapat menyerang
lambung. Kejadian ini dinamakan autoimun gastritis. Kejadian ini memang jarang
terjadi, tetapi bisa terjadi. Autoimun gastritis sering terjadi pada orang yang
terserang penyakit Hashimotos disease, Addisons disease dan diabetes

Universitas Sumatera Utara

17

tipe I. Autoimun gastritis juga berkaitan defisiensi B12 yang dapat membahayakan
tubuh (Aziz, 2011).
Patofisiologi Gastritis
0bat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi
lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka
terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di
mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin
merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan
peningkatan pemeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel
ke ekstrasel dan meyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh
karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya.
Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus
menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan
mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung. Faktor
intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau hilang
sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus halus. Sementara
vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah
merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratum, 2010).

Universitas Sumatera Utara

18

2.1.5 Pencegahan dan Penanganan Gastritis


Penyembuhan penyakit gastiritis harus dilakukan dengan memperhatikan diet
makanan yang sesuai. Diet pada penyakit gastritis bertujuan untuk memberikan
makanan dengan jumlah gizi yang cukup, tidak merangsang, dan dapat
mengurangi laju pengeluaran getah lambung, serta menetralkan kelebihan asam
lambung. Secara umum ada pedoman yang harus diperhatikan yaitu :
Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00 Wib. Aturlah tiga
kali makan makanan lengkap dan tiga kali makan makanan ringan.
Makan dengan tenang jangan terburu-buru. Kunyah makanan hingga hancur
menjadi butiran lembut untuk meringankan kerja lambung.
Makan secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi jangan makan berlebihan
sehingga perut terasa sangat kenyang.
Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara direbus,
disemur atau ditim. Sebaiknya hindari makanan yang digoreng karena biasanya
menjadi keras dan sulit untuk dicerna.
Jangan makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin karena akan
menimbulkan rangsangan termis. Pilih makanan yang hangat (sesuai temperatur
tubuh).
Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan menggunakan bumbu yang
merangsang misalnya cabe, merica dan cuka.
Jangan minum minuman beralkohol atau minuman keras, kopi atau teh kental.
Hindari rokok

Universitas Sumatera Utara

19

Hindari konsumsi obat yang dapat menimbulkan iritasi lambung, misalnya aspirin,
vitamin C dan sebagaianya.
Hindari makanan yang berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi
lambung (coklat, keju dan lain-lain).
Kelola stres psikologi seefisien mungki (Misnadiarly, 2009).
2.1.6 Diet Penyakit Gastritis/Penyakit Lambung
Diet penyakit gastritis adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya
yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam
lambung yang berlebihan. Syarat-syarat diet penyakit gastritis adalah:
Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.
Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.
Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara
bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis,
mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya tahan terima perorangan).
Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan
minum susu terlalu banyak.

Universitas Sumatera Utara

20

Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.


Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi
istirahat pada lambung.
Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu dilakukan penyesuaian,
frekuensi makan dan minum susu yang sering pada pasien tertentu dapat merangsang
pengeluaran asam lambung secara berlebihan. Perilaku makan tertentu dapat menimbulkan
gastritis misalnya porsi makan terlalu besar, makan terlalu cepat atau berbaring/tidur segera
setelah makan (Almatsier, 2010).
2.1.7 Jenis Makanan yang Boleh dan Tidak boleh diberikan kepada
Penderita Gastritis (Almatsier,2010).
No
Jenis Bahan Makanan
Boleh diberikan
Tidak Boleh Diberikan

1.
Sumber hidrat arang (nasi
Beras, kentang, mie,bihun,
Beras ketan, bulgur, jagung
atau penggantinya).
makaroni, roti, biskuit dan
cantel,singkong, kentang

tepung- tepungan.
goreng, cake, dodol.

2.
Sumber protein hewani.
Ikan, hati, daging sapi,
Daging, ikan, ayam (yang

telur ayam, susu.


diawetkan/dikalengkan

digoreng,dikeringkan

atau didendeng), telur ceplok

atau goreng.

3.
Sumber Protein Nabati.
Tahu, tempe, kacang
Tahu, tempae, kacang merah,

hijau direbus atau


kacang tanah yang digoreng atau

dihaluskan.
panggang.

4.
Lemak.
Margarine, minyak (tidak
Lemak hewan, santan kental.

untuk menggoreng dan

Universitas Sumatera Utara

21

santan encer).

5.
Sayuran.
Sayuran yang tidak bnyk
Sayuran yang banyak

serat dan tidak


mengandung serat dan

menimbulkan gas.
menimbulkan gas,

sayuran mentah.

6.
Buah-bauhan.
Pepaya, pisang rebus,
Buah yang banyak mengandung

sawo, jeruk garut, sari


serat, dan menimbulakn gas mis;

buah.
jambu, nenas, durian, nangka dan

buah yang dikeringkan.

7.
Bumbu-bumbu.
Gula, garam, vitsin,
Cabai, merica, cuka, dan bumbu

kunyit, kunci, serasi,


bumbu yang merangsang.

salam, lengkuas, jahe dan

bawang

Pola Makan
Pengertian Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah atau jenis makanan
dengan maksud tertentu. (Depkes RI ,2009). Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat
diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.
Sedangkan yang dimaksud pola makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau
usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis bahan makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.
Pola

Universitas Sumatera Utara

22

makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan


kebiasaan makan setiap harinya (Anonym, 2009).
Pola makan yang baik selalu mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu
terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan seimbang. Tidak
diragukan, terdapat enam unsur gizi yang harus dipenuhi yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat, lemak dan protein
merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral
merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran metabolisme tubuh.
Kebutuhan zat gizi tubuh hanya dapat terpenuhi dengan pola makan yang
bervariasi dan beragam, sebab tidak ada satupun bahan makanan yang
mengandung makro dan mikronutrien yang lengakap maka semakin beragam,
semakin bervariasi dan semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh maka
semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk mewujudkan kesehatan yang optimal
(Prita, 2010).
Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan
yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. (Baliwati,
2004). Sedangkan menurut Santosa dan Anne, (2004) mengatakan bahwa pola
makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang dimakan oleh setiap orang dan merupakan ciri
khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
Pendapat pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa pola
makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang
dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan

Universitas Sumatera Utara

23

setiap hari yang meliputi jenis makanan dan frekwensi makan yang berdasarkan pada
beberapa faktor yaitu :
1. Budaya
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi. Demikian pula
letak geografis mempengaruhi makanan yang di inginkannya. Sebagai contoh nasi
untuk orang-orang asia dan orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, carry untuk
orang India merupakan makanan pokok, selain makanan-makanan lain yang mulai
ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat sepanjang pesisir
Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika bagian selatan lebih banyak menyukai
goreng-gorengan.
2. Agama/kepercayaan
Agama/ kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai
contoh, agama Islam dan Yahudi Ortodoks mengharamkan daging babi, agama Roma
Khatolik melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran agama (Protestan)
melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol.
3. Status sosial ekonomi
Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh status
social dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menengah kebawah atau orang
miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang
mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang
mahal harganya. Kelompok social juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan,
misalnya kerang dan seafood disukai oleh beberapa kelompok

Universitas Sumatera Utara

24

masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger


dan pizza.
4. Personal preference
Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan
seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanakkanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka ikan, begitu pula dengan anak lakilakinya. Ibu tidak suka makan kerang, begitu juga dengan anak perempuannya.
Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makan tergantung asosiasinya
terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang suka mengunjungi kakek dan neneknya
akan ikut menyukai acar karena mereka sering dihidanghkan acar. Lain lagi dengan
anak yang suka dimarahi bibinya, akan tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam
yang dimasak bibinya.
5. Rasa lapar, nafsu makan dan rasa kenyang
Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena
berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan merupakan
sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan. Sedangkan
rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah memenuhi keinginannya untuk
makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa
kenyang dilakukan oleh system sraf pusat, yaitu hipotalamus.
6. Kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan. Sariawan atau
gigi yang sakit sering kali membuat individu memilih makanan

Universitas Sumatera Utara

25

yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar
daripada makan. Pola makan yang dianjurkan adalah pola yang sumbangan
energinya 60-70% berasal dari karbohidrat , 15-20% dari protein dan 20-30% dari
lemak, disamping cukup akan vitamin, mineral dan serat. Pola makan tersebut
terbagi dalam 3 periode yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Peranan
sarapan tidak boleh diabaikan, karena makanan menentukan kerja tubuh dari pagi
hingga siang hari.
2.2.2 Tujuan Makan
Secara umum tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah memperoleh energi
yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak, mengatur
metabolisme tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit (Uripi, 2004). Tujuan utama dari makanan yang kita makan adalah untuk
menyediakan berbagai nutrisi bagi tubuh. Ada enam kelas utama nutrisi penting
yang ditemukan dalam makanan yaitu: karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Nutrisi ini melakukan tiga fungsi dasar yaitu: memberikan energi
untuk metabolisme tubuh, meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan, serta
membantu mengatur proses tubuh.
Fungsi makanan bagi tubuh yaitu : sebagai sumber energi (tenaga), sumber bahan
pembangun sel dan jaringan tubuh serta menggantikan sel-sel tubuh yang rusak
atau tua, dan pengatur proses yang terjadi di dalam tubuh serta sebagai pelindung
tubuh terhadap berbagai penyakit. Energi yang diperlukan aktivitas tubuh berasal
dari makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Zat yang

Universitas Sumatera Utara

26

berfungsi sebagai bahan pembangun tubuh adalah protein. Zat pengatur dan
pelindung tubuh terdiri dari mineral, vitamin dan air (Wenny, 2010).
2.2. 3 Jumlah/porsi makanan yang dikonsumsi
WHO, secara sederhana menggambarkan kebutuhan pangan yang dikonsumsi
sebagai sebuah piramida makanan. Bagian terbawah piramida makanan tersusun
atas bahan-bahan pangan sumber karbohidrat (roti, nasi, seral, pasta, jagung dan
lain-lain), yang dianjurkan untuk dikonsumsi sebanyak 6-11 porsi sehari. Bagian
tengah piramida terdiri atas 2-4 porsi buah-buahan, 3-5 porsi sayur- sayuran, 2-3
porsi daging, unggas, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Sedangkan bagian atas
piramida hanya terdiri atas sedikit lemak, minyak dan pemanis gula (Prita, 2010).
Sebagai pedoman secara umum setiap hari dianjurkan makan tiga kali sehari yang
terdiri dari 1 piring nasi atau penukarnya, 1 potong ikan atau penukarnya, 1
potong tempe atau penukarnya, 1 mangkok sayuran dan buah-buahan. Kita harus
menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dengan jumlah energy yang
dikeluarkan. Porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi setiap kali makan. Dalam mengkonsumsi makanan haruslah seimbang
dengan kebutuhan remaja atau dewasa yang disesuaikan dengan umur dan porsi
ini disesuaikan dengan piramide makanan yaitu karbohidrat 50-60%, lemak 2530% dan protein 15-20%. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar dari
energi yang dikeluarkan maka akan mengalami kelebihan berat badan. Jumlah
(porsi) standar yaitu:

Universitas Sumatera Utara

27

Makanan pokok
Makanan pokok berupa nasi, roti tawar dan mie, jumlah atau porsi makanan
pokok terdiri dari nasi 100 gram, roti tawar 50 gram, mie untuk ukuran besar 100
gram dan ukuran kecil 60 gram.
Lauk pauk
Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lau hewani, jumlah atau
porsinya: daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram (dua
potong), tahu 100 gram (dua potong).
Sayur
Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari dari tumbuh-tumbuhan,
jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran antara lain: sayur
100 gram.
Buah
Buah merupakan sumber vitamin terutama karoten, vitamin B1, vitamin B6,
vitamin C, dan sumber mineral, jumlah atau porsi buah ukuran buah 100 gram,
ukuran potongan 75 gram.
Makanan selingan atau kecil biasanya dihidangkan antara waktu makan pagi,
makan siang maupun sore hari. Porsi atau jumlah untuk makanan selingan tidak
terbatas jumlahnya (bisa sedikit atau banyak).
Minuman
Minuman mempunyai fungsi membantu proses metabolisme tubuh, tiap jenis
minuman berbeda-beda pada umumnya jumlah atau ukurannya untuk air putih
dalam sehari lima kali atau lebih per gelas (2 liter perhari), atau

Universitas Sumatera Utara

28

susu 1 gelas (200 gram). Jumlah (porsi) makanan tersebut di atas adalah sesuai
dengan anjuran makanan menurut Achmad (2004).
Menurut Anonym (2009) bahwa porsi yang tepat pada saat makan memainkan
peranan besar untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan.
Menghidangkan porsi untuk semua kelompok makanan yang menentukan jumlah
jenis tertentu nakanan yang harus dikonsumsi saat makan. Porsi yang tepat dan
baik makan yang baik adalah:
Karbohidrat
Setengah cangkir beras, kentang tumbuk atau pasta adalah setara dengan satu
porsi sekitar ukuran satu sendok es cream. Sebuah kentang kecil dipanggang,
wafel atau sepotong roti juga satu porsi. Satu porsi roti jagung atau roll adalah
seukuran sebatang sabun.
Sayuran dan buah-buahan
Satu porsi sayuran setara dengan secangkir sayuran yang dimasak atau cangkir
jus sayuran. Satu porsi buah setara dengan setengah cangkir berry, apel sedang,
atau setengah jeruk atau mangga. Sayuran dan buah harus seukuran kepalan
tangan.
Daging, susu dan kacang
Satu porsi daging sama dengan tiga ons, sekitar satu dada ayam atau pon daging
ukuran telapak tangan atau setumpuk kartu. Tiga ons ikan adalah ukuran buku cek.
Satu porsi susu sama dengan - 1 ons keju atau satu cangkir susu atau yoguart.
Satu cangkir kacang dimasak sama dengan ukuran kepalan atau bola tenis.

Universitas Sumatera Utara

29

Satu porsi makanan ringan sama dengan tiga atau empat crackers, segenggam
keripik atau pretzel, satu sendok es criem atau satu ons coklat. Satu porsi mentega
adalah seukuran perangko tetapi setebal jari. Satu porsi salad dressing sama
dengan dua sendok makan seukuran bola ping-pong.
2.4 Jenis makanan yang dikonsumsi
Jenis makanan yang kita konsumsi harus mengandung karbohidrat, protein, lamak
dan nutrient spesifik. Karbohidrat kompleks bisa kita penuhi dari gandum, beras,
terigu, buah dan sayuran. Pilih karbohidrat yang berserat tinggi dan kurangi
karbohidrat yang berasal dari gula, sirup dan makanan yang manis-manis.
Konsumsi makanan yang manis 3-5 sendok makan perhari.
Makanan terbagi atas 2 jenis yaitu makanan ringan/makanan selingan dan
makanan utama yang memenuhi kalori tubuh sehari-hari. Makanan ringan atau
makanan selingan atau snack yang terdiri dari makanan ringan kering, basah
maupun berkuah adalah makanan yang dikonsumsi untuk selingan di sela-sela
makanan utama. Makanan utama terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani
dan nabati, sayur, buah dan minuman. Di alam terdapat berbagai jenis bahan
pangan baik yang berasal dari tanaman maupun yang berasal dari hewan. Diantara
beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya akan satu jenis zat gizi dan
ada yang kekurangan zat gizi karena itu manusia memerlukan berbagai macam
bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat
dipenuhi dalam jumlah yang cukup (Prita, 2010)
Kebutuhan tubuh akan serat sebanyak lebih dari 25 gram perhari. Untuk
memenuhinya dianjurkan untuk mengkonsumsi buah dan sayur. Konsumsi protein

Universitas Sumatera Utara

30

harus lengkap antara protein nabati dan protein hewani. Sumber protein nabati
didapat dari kedelai, tempe dan tahu, sedangkan protein hewani berasal dari ikan,
daging (sapi, ayam, kambing, kerbau). Sumber vitamin dan mineral terdapat pada
vitamin A (hati, susu, wortel dan sayuran), vitamin D (ikan, susu dan kuning
telur), vitamin E (minyak, kacang-kacangan dan kedelai), vitamin K (brokoli,
bayam dan wortel), vitamin B (gandum, ikan, susu dan telur), serta kalsium (susu,
ikan dan kedelai). Jenis makanan yang dikonsumsi dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Makanan Utama
Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang berupa makan pagi,
makan siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan pokok, seperti nasi,
lauk pauk, sayur, buah, dan minum.Makanan pokok adalah makanan yang
dianggap memegang peranan penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya
makanan berfungsi sebagai sumber energi (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa
kenyang.
(Achmad, 2004).
Makanan Selingan
Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun yang dijual
di depan rumah atau di toko atau di supermarket. Makanan selingan menurut
bentuknya terdiri dari :
Makanan selingan bentuk kering seperti kripik pisang, kripik singkong, kacang
telor, pop corn dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

31

Makanan selingan berbentuk basah seperti lemper, semar, mendem, tahu isi,
pastel, pisang goreng dan sebagainya.
Makanan selingan berbentuk kuah seperti bakso, mie ayam, empek-empek, mie
ketupat dan sebagainya.
Fungsi makanan
Setiap makhluk hidup akan membutuhkan makanan untuk dapat tetap bertahan
hidup. Mengapa manusia memerlukan makanan? karena makanan diperlukan
tubuh manusia untuk pertumbuhan dan melakukan kegiatan sehingga tubuh tetap
sehat. Asupan gizi yang baik tidak akan terpenuhi tanpa makanan yang sehat.
Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung semua zat gizi. Zat gizi
tesebut di butuhkan tubuh untuk memperoleh energi. Selain itu, zat gizi digunakan
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sel-sel tubuh serta memelihara
kesehatan. Zat zat makanan yang diperlukan tubuh diantaranya karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan, air. Berikut ini merupakan fungsi umum dari
makanan yang kita makan setiap hari:
Untuk memberikan tenaga atau energi pada tubuh makhluk hidup sehingga dapat
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Sumber pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit
Sumber pembangun tubuh baik untuk pertumbuhan maupun perbaikan tubuh.
Sebagai sumber bahan pengganti sel-sel tua yang usang dimakan usia.

Universitas Sumatera Utara

32

Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan, misalnya


keseimbangan air, keseimbangan asam-basah dan keseimbangan mineral didalam
cairan tubuh.
Untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia dan untuk memperoleh
energi agar manusia dapat melakukan kegiatan fisiknya sehari-hari, maka tubuh
manusia harus dipenuhi kebutuhan zat-zat makanan atau zat-zat gizinya. zat-zat
makanan yang diperlukan itu dapat dikelompokkan menjadi 6 macam yaitu
karbohidrat, vitamin, lemak, protein, mineral dan air.
2.2.6 Frekwensi Makan
Menu sehari (frekuensi makan) adalah susunan hidangan yang disajikan dalam
sehari beberapa kali waktu makan. Frekuensi makan adalah jumlah waktu makan
dalam sehari meliputi makanan lengkap (full meat) dan makan selingan (snack).
Makanan lengkap biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan siang
dan makan malam), sedangkan makanan selingan biasa diberikan antara makan
pagi dan makan siang, antara makan siang dan makan malam atau setelah makan
malam. Frekuensi makan di suatu institusi berkisar anatara tiga hingga enam kali
sehari tergantung dari biaya tenaga kerja yang tersedian.
Frekwensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kwalitatif maupun
kwantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai ke usus halus. Lama makanan dalam
lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Umumnya lambung kosong antara 34 jam maka jadwal makan inipun menyesuaikan dengan kosongnya lambung
(Okviani, 2011).

Universitas Sumatera Utara

33

Frekuensi yang telah distandarkan oleh Depkes di mana anjuran makan satu hari
rata-rata remaja/dewasa secara umum orang Indonesia dengan energi 2550 kkl dan
protein 60 bagi laki-laki dan bagi perempuan 1900 dan proteinnya 50. (Depkes RI,
2009). Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit
gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda
pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga
timbul rasa nyeri . Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung
setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh
akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila
seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi
semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini
akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama,
produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding
mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut
dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke
kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar.
2.2.7 Jadwal makan
Jadwal makanan sama dengan manusia pada umumnya, yaitu pagi (jam 07.0008.00), selingan (jam 10.00) siang (jam 13.00-14.00), selingan (jam 17.00)
sore/malam (jam 19.00). Jadwal adalah teratur makan pagi, selingan pagi, makan
siang, selingan siang dan makan malam, makan ini sama dengan manusia pada

Universitas Sumatera Utara

34

umumnya, yaitu pagi, siang dan sore. Disini hanya ditekankan untuk
mengkonsumsi makanan yang tidak menyebabkan pengeluaran asam lambung
secara berlebih. Jadi jadwal makan harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah
sedikit tapi sering dan teratur daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak
teratur (Almatsier, 2010).
Direktorat Gizi Masyarakat Republik Indonesia mengeluarkan Pedoman Umum
Gizi seimbang sebagai berikut:
Makan aneka ragam makanan
Makan makanan untuk memenuhi kecukupan energy
Makan makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energy
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energy
Gunakan garam beryodium
Makan makanan sumber zat besi
Berikan ASI pada bayi
Biasakan makan pagi
Minum air bersih, aman yang cukup jumlahnya
Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
Hindari minum minuman beralkohol
Makan makanan yang aman bagi kesehatan
Beri label pada makanan yang dikemas.

Universitas Sumatera Utara

35

2.2.8 Cara Pengolahan Makanan


Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapat diolah dengan cara sebagai
berikut :
Merebus (boiling) adalah mematangkan makanan degan cara merebus suatu cairan
0
bisa berupa air saja atau air kaldu dalam panci sampai mencapai titik didih 100
C.
Memasang (braising) adalah cara memasak makanan dengan menggunakan
sedikit cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah dengan teknik ini adalah
daging.
Mengukus (steaming) adalah proses mematangkan makanan dalam uap air.
Bumbu-bumbuan (simmering) hampir sama dengan mengukus tapi
setelah dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu.
Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak rusak atau hilang,
maka makanan sebaiknya diolah dengan cara sebagai berikut:
Memasak lebih dekat dengan waktu makan.
Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat (pressure cooker).
Memasak bahan makanan dalam keadaan utuh lebih baik daripada memasak
potongan terutama sayuran yang umumnya mengandung vitamin B dan C yang
mudah larut dalam air.
Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tanpa dipotong-potong
terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara

36

Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu terlalu lama karena
kandungan zat gizinya akan lebih banyak yang hilang.
Membentuk Pola Makan yang Baik
Pola makan yang baik merupakan hasil dari sebuah rangkaian proses upaya untuk
membentuk pola makan yang baik hendaknya dilaksanakan secara dini.
Lingkungan sangat besar peranannya dalam membentuk pola makan seseorang.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk pola makan yang baik
yaitu :
Menyediakan makanan yang bervariasi.
Makan makanan sumber tepung-tepungan, lauk pauk, sayuran dan buah.
Kurangi makanan belemak.
Batasi makanan bergula.
Kurangi makanan yang banyak mengandung garam.
Makan teratur.
Memberikan pengetahuan gizi.
Menciptakan suasana yang menggembirakan saat makan.
Menananmkan norma-norma yang berkaitan dengan makanan.
Menanamkan adat sopan santun saat makan.
Pada kasus gastritis diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga
mengakibatkan peningkatan produksi asam lambung yang memicu terjadinya
nyeri epigastrium.

Universitas Sumatera Utara

37

2.3 Stres
Stres merupakan keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun
eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tak terkendali atau melebihi
kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis
maupun psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha penyesuaian diri
terhadap situasi tersebut (Al Banjary, 2009).
Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang
menyebabkan seseorang sakit, tidak saja datang dari satu macam pemicu tetapi
ada beberapa faktor pemicu stres yaitu :
Faktor intrinsik dalam pekerjaan seperti tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan,
dan faktor tugas mencakup kerja malam, beban kerja, resiko dan bahaya.
Faktor struktur dan iklim kelompok adalah terpusat pada ssejauh mana individu
dapat berperan serta pada support sosial. Kurangnya peran serta atau partisipasi
dalam pengambilan keputusan sehuubngan dengan suasana hati dan perilaku
negatif. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatkan
produktivitas dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik.
Faktor ciri-ciri individu sebagai faktor alainnya yang dapat memicu terjadinya
stres artinya stres ditentukan oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat
situasinya sebagai kondisi stres. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis dan bentuk
perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya,
mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus

Universitas Sumatera Utara

38

dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai,


pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (intelegensi,
pendidikan, pelatihan dan pembelajaran). Faktor-faktor dalam diri individu
berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang
merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah ini yang
menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap pembangkit stres potensil
(Davis dan Newstrom dalam Margiati, 1999).
Tahapan Stres
Seseorang yang stres akan mengalami beberapa tahapan stres,
sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres
yaitu:
Stres tahap pertama (paling ringan) yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.
Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah sesudah
makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidaknyaman (bowel discomfort),
jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal ini terjadi karena
cadangan makanan tidak memadai.
Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi yang tidak
teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan

Universitas Sumatera Utara

39

susah tidur lagi, bangun terlalu pagi, koordinasi tubuh terganggu dan terasa mau
jatuh pingsan.
Tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidakmampu bekerja
sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon
tidakadekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak
ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan
kecemasan.
Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatnya ras takut dan cemas, bingung dan
panik.
Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda
seperti jantung bedebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak
keluar keringat, lemah serta pingsan.
Davis dan Newstrom dalam Margiati (1999) bahwa stres kerja disebabkan oleh
tugas yang telalu banyak, terbatanya waktu, kurang mendapatkan tanggungjawab,
ambiguitas peran, perbedaan nilai, frustrasi,perubahan tipe pekerjaan dan
perubahan atau konflik peran. Tugas yang terlalu banyak memang tidak
selalumenjadi penyebab stres, namun akan menjadi sumber stres bila banyaknya
tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu
yang tersedia bagi individu. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali
memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, individu dikejar waktu
untuk menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan atasan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai