Catatan: Bagi yang tidak melakukan asistensi untuk setiap percobaan tidak dapat
mengumpulkan laporan akhir.
3 cm
3 cm
4 cm
Catatan
:
:
Tanggal
Bandar Lampung,
Asisten,
NPM.
TTD
2013
DAFTAR ISI
TATA TERTIB
DIAGRAM ALIR
PROSES PELAKSANAAN
FORMAT PENULISAN
LEMBAR ASISTENSI
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN 1
MULTIVIBRATOR DAN SCHMITT TRIGGER
RAHMAT HIDAYAT
0815031024
PERCOBAAN 1
MULTIVIBRATOR DAN SCHMITT TRIGGER
A.Tujuan
1. Mengukur frekuensi dan duty cycle dari timer 555
2. Untuk menunjukkan adanya hysteria (cacat sinyal) dari suatu penghasil
pulsa
3. Untuk menunjukkan bagaimana piranti penyulut schmitt dapat
dipergunakan untuk memperbaiki pulsa keluaran
4. Mengenali penyulut schmitt dari rumpun logika IC
5. Mengamati bentuk gelombang pada monostable multivibrator
B. Dasar Teori
Osilator merupakan salah satu dari rangkaian generatif, seperti ditunjukkan dalam
pengelompokan pada bagian berikut:
Rangkaian Regeneratif
Osilator sinusoidal
Bistable
Multivibrator
Monostabil
Astabil
A1
Penguat
Pembalik
CN1
A1
Rangkain
Kopling
CN2
Jika CN1 dan CN2 resistif, maka multivibratornya bersifat stabil. Jika CN 1 dan
CN2 merupakan kapasitor dalam hubungan seri, maka multivibratornya bersifat
monostabil. Dan jika CN1 dan CN2 kapsitif, maka multivibratornya bersifat
astabil.
1. Multivibrator Monostabil
Monostable Multivibrator disebut juga One-Shoot Multivibrator. Dalam gambar
ditunjukkan skema multivibrator monostabil. Jika dibandingkan dengan gambar
skema umum multivibrator, kapasitor seri C merupakan CN1. Gerbang logika
NOR1 dan MOR2 berturut-turut berfungsi sebagai A1 dan A2.
VDD
R
Vin
Vo1
Vo2
VX
NOR 1
NOR 2
Vin
Vo
V<V
Vo
VDD
VDD=V(1)
1
T<T1
Pulsa
Trigge
r
T1
Tegangan
Keluaran
NOR1
T1
Tegangan
Keluaran
NOR2
VDD lewat tahanan R. Bentuk tegangan pengisian menurut waktu kita lihat pada
rangkaian berikut:
+
+
-
Vo1 =
0
VX
VDD
VDD + VT = 3/2
VDD
VX(t)
VT =
V DD
2
VX(t) = VDD (1 e
t/RC
V T
T V
1 DD
=RC V DD
Dan
V DD
T1 = RC ln
V DDV
T1 = RC ln 2 = 0,693 RC
2. Multivibrator Astabil
Multivibrator Astabil dan diagram pulsanya digambarkan sebagai berikut:
VX
Vo1
Vo2
NOR 1
NOR 2
Vo2
Vo1
VD
VD
T1
2T1
t
t
T1
2T1
t
t
Gambar 1.7. Diagram Pulsa Vo1 dan Vo2 pada multivibrator astabil
Dalam multivibrator astabil ini juga berlaku V(0) = 0 dan V(1) = V DD dan VT VDD/
2. Pada saat trigger belum masuk (t = 0), V o1 mengalami transisi dari V(1) ke
V(0), sehingga Vo2 akan sama dengan V(1) = VDD. Demikian selanjutnya pada saat
T1, Vo1 = V(1), Vo2 turun menjadi V(0), dan seterusnya.
Pada gambar 1.7. ditunjukkan diagram pulsa dari VX dan VC. Pada saat VX = VT,
VC = VX Vo2, sehingga tegangan kapasitor persis sebelum t = 0, VC(0). Jika
tegangan NOR1 persis setelah t = 0, Vo1(0+) = 0, maka Vo2(0+) = VDD dan VX = VDD
+ VT.
Pada saat t = T1, tegangan VX = VT dan NOR1 off, sehingga keluarannya sama
dengan Vo1 = VDD. Gerbang NOR2 akibatnya mengalami transisi Vo2 turun ke
nol. Namun VC tetap dan VX turun sebesar VDD. Kemudian VC mengisi sampai
+VDD secara eksponensial, demikian pula VX. Pada saat t = T2, VX = VT,dan
proses berulang lagi. Besarnya waktu sama dengan:
T = 2T1 = 2RC ln 2 = 1,39 RC
Pada frekuensi osilasi Fo = 1/T dan
Fo = 1/T = 1/1,39 RC = 0,721/RC
VX
VC
VDD +
VT
VDD
VT =
VT
V DD
2
T1
T
2T1
t
t
T1
2T1
t
t
3. Bistable Multivibrator
Bistable multivibrator disebut juga sebagai dasar dari flip-flop. Multivibrator jenis
ini memiliki dua buah keadaan stabil. Pulsa triger pada input rangkaian akan
menyebabkan rangkaian diasumsikan pada salah satu kondisi stabil. Pulsa kedua
akan menyebabkan terjadinya pergeseran ke kondisi stabil lainnya. Bistable
multivibrator ini hanya akan berubah keadaan jika diberi pulsa triger sebagai
input. Output rangkaian multivibrator bistabil akan lompat ke satu kondisi (flip)
saat dipicu dan bergeser kembali ke kondisi lain (flop) jika dipicu dengan pulsa
triger berikutnya. Rangkaian kemudian menjadi stabil pada suatu kondisi dan
tidak akan berubah atau toggle sampai ada perintah dengan diberi pulsa triger.
Gambar 1.9 berikut adalah salah satu contoh rangkaian bistable multivibrator
dengan menggunakan IC 555.
dihubungkan ke ground, maka trigger akan berada pada posisi Low dan output
pada pin 3 berada pada kondisi Set atau pada level logika High. Jika saklar
dipindah ke pin 4 (reset), maka pin 4 ini akan terhubung ke ground dan memiliki
logika Low, sehingga akan mengubah kondisi output dari High ke Low.
Kondisi ini dapat berlangsung terus menerus, sehingga terlihat bistable
multivibrator memiliki 2 keadaan stabil, yaitu Low dan High.
C. Peralatan
1.
2.
3.
4.
5.
D. Prosedur Percobaan
Astable Multivibrator
1. Siapkan modul Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS) dan letakkan kit
sistem Latih Elektronika EFT-ETS-CA 1 pada tempatnya. Pastikan
keduanya belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam
keadaan mati.
2. Hubungkan ke sumber AC 220 V/ 50 Hz
3. Gunakan gambar berikut ini untuk membantu melaksanakan percobaan
C1
0.01
F
C2
0,01F
Monostable
1. Siapkan modul Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS) dan letakkan kit
sistem Latih Elektronika EFT-ETS-CA 1 pada tempatnya. Pastikan
keduanya belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam
keadaan mati.
2. Hubungkan ke sumber AC 220 V/ 50 Hz
3. Pergunakan gambar berikut ini untuk membantu pelaksanaan percobaan
R2, k
10
10
100
b. Dengan C1 = 22 F
fcalc
Dcalc
fmeas
Dmeas
R1, k
10
100
10
R2, k
100
10
10
fcalc
Dcalc
Tcalc
Tmeas
fmeas
Dmeas
2. Monostable Multivibrator
R1, k
10
100
10
C1, F
22
22
100
3. Bistable Multivibrator
Clock
1
1
Kondisi LED
TUGAS PENDAHULUAN
PERCOBAAN MULTIVIBRATOR
1. Jelaskan yang dimaksud dengan:
Astable Multivibrator
Monostable Multivibrator
Bistable Multivibrator
catatan: Schematicnya gak usah digambar, dijelaskan saja!
PERCOBAAN 2
OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)
RUDI HASUDUNGAN HUTABARAT
0815031026
PERCOBAAN 2
Operational Amplifier (Op-Amp)
A.
1.
2.
3.
4.
Tujuan Percobaan
Mampu menjelaskan jenis-jenis filter aktif
Mengetahui penggunaan Op-amp sebagai filter LPF
Mengetahui penggunaan Op-amp sebagai filter HPF
Mengetahui pengguaan Op-amp sebagai filter BPF
B. Teori Dasar
Penguat Operasional (Operational Amplifier Op Amp) adalah sebuah penguat
instan yang bisa langsung dipakai untuk benyak aplikasi penguatan. Sebuah Opamp biasanya berupa IC (Integrated Circuit). Pengemasan Op-amp dalam IC
bermacam-macam, ada yang berisi satu op-amp (contoh : 741), dua op-amp
(4558, LF356), empat op amp (contoh = LM324, TL084), dll.
Penguat
operasional
tersusun
dari
beberapa
rangkaian
penguat
yang
menggunakan transistor atau FET. Biasanya membuat penguat dari op-amp lebih
mudah dibandingkan membuat penguat dari transistor karena tidak memerlukan
perhitungan titik kerja, bias, dll.
Kelebihan penguat operasional (op-amp):
- Impedansi masukan yang tinggi sehingga tidak membebani penguat
sebelumnya.
Impedansi luaran yang rendah sehingga tetap stabil walau dibebani oleh
rangkaian selanjutnya.
Lebar pita (bandwidth) yang lebar sehingga dapat dipakai pada semua jalur
buffer agar diperoleh kestabilan titik nol pada output penguat akhir.
Penguat akhir, yaitu penguat yang merupakan bagian output dari op-amp.
Penguat akhir ini biasanya menggunakan konfigurasi push-pull kelas B atau
kelas AB.
1. Penggunaan Op-Amp
a. Penguat diffrensial
Penguat differensial adalah penggunaan op amp untuk mencari selisih antara dua
buah titik tegangan yang berbeda.
Penggunanan integrator juga sebagai tapis lulus bawah (Low Pass Filter)
d. Diffrensiator (High Pass Filter)
D. Prosedur Percobaan
1. Tapis LPF (Low Pass Filter)
- Siapkan modul Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS) dan letakkan kit
sistem Latih Elektronika EFT-ETS pada tempatnya. Pastikan keduanya
-
belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam keadaan mati.
Hubungkan ke Vin ke Funtion generator,
Buatlah rangkain seperti gambar berikut,
Frekuensi
20
40
60
80
90
100
Tegangan Vin
Tegangan Vout
belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam keadaan mati.
Hubungkan ke Vin ke Funtion generator,
Buatlah rangkain seperti gambar berikut,
Tegangan Vin
Tegangan Vout
belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam keadaan mati.
Hubungkan ke Vin ke Funtion generator,
Buatlah rangkain seperti gambar berikut,
Tegangan Vin
Tegangan Vout
TUGAS PENDAHULUAN
PERCOBAAN 3
ANALOG TO DIGITAL CONVERTER (ADC) DAN
PERCOBAAN 3
ANALOG TO DIGITAL CONVERTER (ADC) DAN
DIGITAL TO ANALOG CONVERTER (DAC)
A. Tujuan
1. Menjelaskan proses konversi 8 bit analog ke digital dengan IC ADC0804.
2. Mengamati pulsa proses konversi ADC menggunakan Osiloskop.
3. Menghitung laju perubahan ADC pada rangkaian percobaan.
4. Menjelaskan proses konversi 8 bit digital ke analog dengan IC
DAC0808.
B. Teori Dasar
1. Analog-to-Digital Converter (ADC)
Analog-to-Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang
untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi bentuk sinyal digital. IC ADC 0804
dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini
IC ADC 0804 mempunyai dua input analog, Vin(+) dan Vin(-), sehingga
dapat menerima input diferensial. Input analog sebenarnya (Vin) sama dengan
selisih antara tegangan-tegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin input yaitu
Vin = Vin(+) Vin(-). Apabila input analog berupa tegangan tunggal, tegangan ini
harus dihubungkan dengan Vin(+), sedangkan Vin(-) digroundkan. Untuk operasi
normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt sebagai tegangan referensi.
Dalam hal ini jangkauan input analog mulai dari 0 Volt sampai 5 Volt (skala
penuh), karena IC ini adalah SAC 8-bit, resolusinya akan sama dengan persamaan
berikut:
Resolusi=
2 1
5V
=19,6 mV
255
f=
0,91
RC
Untuk sinyal clock ini dapat juga digunakan sinyal eksternal yang
dihubungkan ke pin CLK IN. ADC 0804 memiliki 8 output digital sehingga dapat
langsung dihubungkan dengan saluran data mikrokomputer. Input Chip Select
(aktif LOW) digunakan untuk mengaktifkan ADC 0804. Jika berlogika HIGH,
ADC 0804 tidak aktif (disable) dan semua output berada dalam keadaan
impedansi tinggi. Input Write atau Start Convertion digunakan untuk memulai
proses konversi. Untuk itu harus diberi pulsa logika 0. Sedangkan output interrupt
atau end of convertion menyatakan akhir konversi. Pada saat dimulai konversi,
akan berubah ke logika 1. Di akhir konversi akan kembali ke logika 0.
tepat.
Dapat dengan mudah dipabrikasi dalam bentuk IC.
Akan halnya pada IC DAC 0808, pena 4 merupakan arus yang besarnya
tergantung pada nilai A7 sampai A0 dan arus referensi. Arus referensi biasanya
diatur 2 mA (V ref/R14).
Arus keluaran pada pena 4 dihubungkan ke rangkaian penguat pembalik yang
akan mempunyai tegangan keluaran sebesar:
V 0=I 0 R0
V ref
A A A A A A
A
A
R0 7 + 6 + 5 + 4 + 3 + 2 + 1 + 0
R14
2
4 8 16 32 64 128 256
( ) (
R0=5000 o hm
V 0=5 volt
Resolusi adalah 1 bagian dibagi dengan banyaknya tingkatan yang tersedia (bit),
atau dengan rumus dapat ditulis:
Resolusi:
1
n1
, DAC 8 bit didapat, resolusi=
2
1
1=1/255
28
Semakin besar digit suatu DAC resolusi semakin kecil, dan akan membuat
DAC semakin baik. Tegangan skala penuh ditentukan oleh nilai arus referensi dan
resistor umpan balik op-amp. Biasanya mempunyai nilai +5V, +10V, +15V
tergantung pada aplikasi yang diinginkan. Tetapi harus diingat bahwa tegangan
maksimum yang sebenarnya selalu 1 LSB lebih kecil dari tegangan keluaran skala
penuh.
C. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini sebagai berikut:
1. Modul dasar sistem latih elektronik (EFT-DTB-BS)
2. Kit sistem latih A/D dan D/A (EFT-DTX-6)
3. Multimeter digital
4. Kabel penghubung
D. Rangkaian Percobaan
1) Analog-to-Digital Converter (ADC)
E. Prosedur Percobaan
1. Analog-to-Digital Converter (ADC)
1) Siapkan modul dasar sistem latih elektronik (EFT-DTB-BS) dan kit sistem
latih A/D dan D/A (EFT-DTX-6) seperti pada gambar berikut.
DB7
DB6
DB5
OUTPUT
Digital
DB4
DB3
DB2
DB1
DB0
6
7,5
9
10,5
12
12) Tentukan laju konversi dari ADC dengan menggunakan osiloskop.
13) Non-aktifkan sumber, hubungkan osiloskop dari pin 3 ke ground
pada ADC.
14) Nyalakan sumber, tekan tombol mulai untuk memulai proses
konversi.
15) Ukurlah waktu periode dari satu kali konversi A/D melalui
osiloskop.
16) Hitung laju konversi dengan
f=
1
T .
4S
2S
1S
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
Output
Analog
Tegangan yang
terukur
Penguatan
Av=Vout/Vin
F. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan perbedaan antara ADC dengan DAC!
2. Dengan menggunakan Succesive Ramp ADC, dapatkan nilai 8 bit biner dari
tegangan input 7,28 V dan Vref=10V!
3. Hitung tegangan jika masukan digital 11111110!
PERCOBAAN 4
RANGKAIAN COUNTER UP & DOWN PADA FPGA
RUDY DARMAWAN
0915031072
PERCOBAAN 4
RANGKAIAN COUNTER UP & DOWN PADA FPGA
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
II.
DASAR TEORI
ARSITEKTUR FPGA
Masing-masing vendor FPGA mempunyai arsitektur sendiri, tetapi secara umum
adalah seperti pada gambar 2. Arsitekturnya terdiri dari Configurable Logic Block,
Configurable I/O Block, dan Programmable Interconnect.
Gambar 3. CLB
Configurable I/O Block sebagai interface antara external package pin dari device
dan internal user logic. Interconnect adalah jaringan terprogram bagi jalannya
sinyal antara input dan output pada elemen-elemen fungsional di dalam FPGA
seperti CLB, IOB, DCM, dan Block RAM.
FPGA MIKROKONTROLER
FPGA mengimplementasikan elemen-elemen logika terprogram, bekerja secara
parallel. Mikrokontroler bekerja berdasarkan arsitektur CPU, mengeksekusi
sekumpulan instruksi secara sekuensial
PROGRAMMABLE LOGIC - DESIGN FLOW SECARA UMUM
Design Entry, dapat dibuat dengan cara schematic atau HDL (Hardware
Description Language) seperti ABEL, VHDL, dan/atau Verilog.
entity ANDGATE
is port (
IN1 : in std_logic;
IN2 : in std_logic;
OUT1: out std_logic);
end entity ANDGATE;
ARSITEKTUR STANDAR DALAM VHDL
Ada 3 pendekatan berbeda dalam menuliskan arsitektur VHDL. Ketiga
pendekatan tersebut adalah dataflow, structural dan behavioral.
1. Behavioural
Didesain berdasarkan Algoritma
2. Dataflow (RTL)
Didesain berdasarkan alur register data. Fungsi dari rangkaian dijelaskan
dengan mendefinisikan aliran informasi dari satu register (input) ke
register lain (output).
3. Structural
Metode ini sama saja dengan representasi skematik, karena hubungan
tiap komponen diperlihatkan
Tidak seperti bahasa program pada umumnya, misalnya C atau Pascal, di mana
eksekusi untuk setiap statement dilakukan satu persatu dan dengan suatu aturan
tertentu. Di dalam architecture VHDL tidak terdapat aturan tertentu (kecuali
dalam statement process, yang eksekusinya dilakukan secara sekuensial) dalam
melakukan penetapan statement. Perintah eksekusi akan dilakukan jika terjadi
perubahan pada sinyal-sinyal dalam suatu statement
COUNTER
Pada Counter Asinkron, sumber clock hanya diletakkan pada input Clock di Flipflop terdepan (bagian Least Significant Bit / LSB), sedangkan input-input clock
Flip-flop yang lain mendapatkan catu dari output Flip-flop sebelumnya.
Konfigurasi ini didapatkan dari gambar timing diagram Counter 3-bit seperti
ditunjukkan pada gambar 5.1. Dengan konfigurasi ini, masing-masing flip-flop ditrigger tidak dalam waktu yang bersamaan. Model asinkron semacam ini dikenal
juga dengan nama Ripple Counter.
Berdasarkan bentuk timing diagram di atas, output dari flip-flop C menjadi clock
dari flip-flop B, sedangkan output dari flip-flop B menjadi clock dari flip-flop A.
Perubahan pada negatif edge di masing-masing clock flip-flop sebelumnya
menyebabkan flip-flop sesudahnya berganti kondisi (toggle), sehingga input-input
J dan K di masing-masing flip-flop diberi nilai 1 (sifat toggle dari JK flip-flop).
Bentuk dasar dari Counter Asinkron 3-bit ditunjukkan pada gambar 2.
III. PERALATAN
1. Satu set PC yang dilengkapi dengan software ISE WebPack versi 10.1 atau
lebih serta software ModelSim.
2. Development board XC3S500E
3. Power-supply +9V
4. Kabel data
1.
Package: FG320
Speed : -4
Top-Level Source Type: Hdl
4. Buat new source jenis VHDL Module dengan nama counter
7. Kemudian SAVE file dan periksa penulisan program VHDL dengan cara
melakukan klik ganda pada check syntax
Ulangi langkah ini sampai tidak ada kesalahan, apabila sudah tidak ada
error maka ikutilah langkah selanjutnya.
8. Kemudian synthesize modul dengan cara mengklik ganda pada
Synthesize-XST serta Implementasi Design dengan cara mengklik ganda
pada Implement Design.
9. Buat new source untuk simulasi modul VHDL hasil perancangan, berilah
nama file simul_CNT!
10. Berikanlah nilai logika pada parameter input (yang berwarna biru)
sebelum melakukan simulasi. Setelah itu lakukan simulasi dan gambarkan
hasil simulasi pada lembar laporan sementara, Jangan lupa simpan file
hasil simulasi.
12. Setelah itu lanjutkan dengan membuat konfigurasi untuk pin-pin tersebut.
PERCOBAAN 5
MIKROKONTROLER AVR
IBNU NADHIR
0915031012
I.
JUDUL PRAKTIKUM
MICROCONTROLLER AVR
II.
TUJUAN PRAKTIKUM
TEORI DASAR
Fitur ATmega8535
IV.
V.
oscillator)
AVCC merupakan pin masukan untuk tegangan ADC
AREF merupakan pin masukan tegangan referensi untuk ADC
PERALATAN
1. Seperangkat PC yang sudah terinstall software AVR studio 4 dan Proteus 7
Professional.
2. Sistem minimum microcontroller dan Downloader ASP.
3. Project board.
4. Lampu LED, push button dan resistor.
RANGKAIAN PERCOBAAN
A. LED
B. Counter
VI.
PROSEDUR PERCOBAAN
A. LED
1. Me-running software AVR Studio 4. Kemudian pilih New Project.
}
}
5. Memastikan program yang kita buat sudah success atau belum, tekan
CTRL+F7. Apabila sudah success maka program sudah siap dieksekusi,
ketika masih terdapat Error maka diperbaiki sampai program success.
6. Me-running software Proteus 7 Professional untuk membuat simulasi
dengan rangkaian schematicnya. Kemudian pilih NO pada pilihan View
Sample Design.
7. Inputkan component dari libraries yang kita butuhkan dengan cara klik
Pick From Libraries.
10. Masukkan program yang telah kita buat sebelumnya pada AVR Studio 4,
dengan cara double klik pada ATmega8535 lalu pilih Program File yang
akan kita inputkan pada gambar schematic. Setelah itu kita Play untuk
melihat hasil program yang telah kita buat.
B. COUNTER
1. Me-running software AVR Studio 4. Kemudian pilih New Project.
if(data>1)
{
PORTA |=1<<PA0;
}
if(data>3)
{
PORTA |=1<<PA1;
}
if(data>5)
{
PORTA |=1<<PA2;
}
if(data>7)
{
PORTA |=1<<PA3;
}
if(data>10)
{
PORTA |=1<<PA4;
}
if(data>13)
{
PORTA |=1<<PA5;
}
if(data>16)
{
PORTA |=1<<PA6;
}
if(data>19)
{
PORTA |=1<<PA7;
}
}
return(0);
}
5. Memastikan program yang kita buat sudah success atau belum, tekan
CTRL+F7. Apabila sudah success maka program sudah siap dieksekusi,
ketika masih terdapat Error maka diperbaiki sampai program success.
7. Inputkan component dari libraries yang kita butuhkan dengan cara klik
Pick From Libraries.
10. Masukkan program yang telah kita buat sebelumnya pada AVR Studio 4,
dengan cara double klik pada ATmega8535 lalu pilih Program File yang
akan kita inputkan pada gambar schematic. Setelah itu kita Play untuk
melihat hasil program yang telah kita buat.
DAFTAR PUSTAKA
Experiment Manual for Computer Fundamental, Labtech Int. Ltd.
Paul B.Zbar Joseph Shoop, Electricity Electronics Fundamentals A Text
Lab. Manual, Edisi 4, GLENCOE (MacMillan/McGraw Hill), Edisi Internasional
tahun 1993)
Charles A. Schuler. Modern Industrial Electronics, Edisi 3
Loveday, G. 1998. Intisari Elektronika. PT Elek Media Komputindo. Jakarta