Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda merupakan hewan yang telah lama digunakan untuk
membantu manusia sejak ribuan tahun lalu. Hubungan kuda dengan
manusia dapat dilihat dari pemanfaatan kuda sebagai ternak yang
dipekerjakan bahkan sebagai sumber pangan manusia di awal peradaban.
Kuda sekarang merupakan hasil domestikasi sehingga peranannya lebih
beragam dalam kehidupan manusia.
Masyarakat Indonesia banyak memanfaatkan kuda untuk penarik
andong. Transportasi andong merupakan transportasi darat yang
tradisional namun masih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Penggunaan transportasi andong tidak lagi menjadi transportasi utama
tetapi digunakan untuk fasilitas wisata. Kawasan-kawasan wisata di
Yogyakarta masih banyak yang menawarkan wisata andong.
Seiring dengan fungsi kuda yang kian beragam maka perlu adanya
pemeliharaan yang intensif terhadap ternak kuda. Kuda merupakan ternak
yang
sensitif
sehingga
perlu
adanya
pemeliharaan
yang
baik.
Manfaat
Manfaat dari praktikum ternak kerja komoditas kuda andong yaitu
mampu mengetahui perawatan kuda andong yang baik dan mengetahui
manajemen pakan, pengendakian penyakit serta potensi usaha kuda
andong di Indonesia, terutama di Yogyakarta.
BAB II
KEGIATAN PRAKTIKUM
Profil Perusahaan
Pemilik andong yang diwawancarai adalah bapak Wisnu yang
berumur 28 tahun. Bapak Wisnu beralamat di Segoroyoso, Bantul,
Yogyakarta. Pekerjaan pokok bapak Wisnu adalah sebagai kusir andong
di Malioboro. Pendidikan terakhir bapak Wisnu adalah SMA. Lama usaha
andong adalah 10 tahun, dengan jumlah ternak yang dimiliki ada 3 ekor
kuda. Waktu pagi hari digunakan untuk merawat kuda-kuda yang
digunakan untuk andong, dan sore hari digunakan untuk menarik andong
di kawasan Malioboro.
Manajemen Pakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik andong, berikut ini
bahan pakan yang diberikan berserta jumlah pemberian, frekuensi, waktu
pemberian, asal dan harga bahan pakan.
Tabel 1. Bahan pakan yang digunakan
Bahan
pakan
Jumlah
pemberian
Frekuensi
pemberian
Metode
pemberian
Waktu
pemberian
Asal
bahan
pakan
Bantul
Harga
1. Hijauan
Rendeng
3 ikat/ekor
2 kali sehari
Pagi dan
sore
2. Konsentrat
Bekatul
6 kg/ekor
2 kali sehari
3. Pakan
Tambahan
Madu dan
Telur ayam
kampung
Madu:1
botol kecil
Telur:10
butir
Sebulan
sekali
Dicacah
dan
dicampur
konsentrat
Dicampur
hijauan dan
air
Dicampur
dan di
minumkan
Pagi dan
sore
Bantul
Pagi
Bantul
Rp
50.000/
sak
Rp
50.000
Rp
1000/ikat
kering
karena
kelembaban
tubuhnya
hilang.
Kegiatan
Input :
-
Biaya pakan :
Rendeng = 3 ikat x 2 kali x 30 hari x Rp 1.000 = Rp 180.000
Konsentrat = 6 kg x 2 kali x 30 hari x Rp 1.700 = Rp 612.000
Biaya pengobatan
= Rp 50.000
Total = Rp 742.000
Keuntungan :
Output Input = Rp 6.000.000 Rp 742.000 = Rp 5.258.000
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda merupakan hewan herbivore yang telah lama digunakan
untuk membantu manusia dalam suatu menjalankan suatu pekerjaan.
Hubungan kuda dengan manusia dapat dilihat dari pemanfaatan kuda
sebagai ternak yang dapat dipekerjakan untuk membantu dalam
pekerjaan manusia, baik untuk transportasi, membajak dan lain-lain. Kuda
sekarang merupakan hasil domestikasi sehingga peranannya lebih
beragam dalam kehidupan manusia.
Pengelompokan kuda kemudian menjadi berkembang pesat
berdasarkan berbagai hal seperti kemampuan dalam beraktivitas yaitu
cold blood, hot blood, dan warm blood. Pengelompokan terakhir adalah
berdasarkan breed, yaitu kuda yang telah dikawin silangkan dengan kuda
jenis lain dan dihasilkan kuda jenis baru yang berkualitas baik. Breed
yang terkenal antara lain Thoroughbred, Angloarab, dan Shire, dengan
semakin baiknya kualitas kuda, maka perkembangan dunia kuda juga
semakin maju.
Perkembangan dunia perkudaan ini ditandai dengan semakin
banyaknya
stable
khususnya
di
Indonesia.
Stable
ini
bertujuan
akan
menjadi
usaha
yang
sangat
menjanjikan
melihat
sensitif
sehingga
perlu
adanya
pemeliharaan
yang
baik.
Tujuan
Tujuan praktikum pemeliharaan kuda yaitu untuk mengetahui
pemeliharaan ternak kuda yang baik dan benar serta pelatihan yang
dilakukan terhadap ternak kuda yang disesuaikan dengan tujuan
pemeliharaannya.
Manfaat
Manfaat praktikum pemeliharaan ternak kuda adalah untuk
mengetahui bagaimana cara pemeliharaan kuda yang baik, permasalahan
yang ada dalam manajemen pemeliharaan ternak kuda dan mengetahui
solusinya agar manajemen pemeliharaan ternak kuda yang dilakukan
menjadi lebih baik.
BAB II
KEGIATAN PRAKTIKUM
Pemeliharaan
Manajemen Perkandangan
Alamat kandang. Alamat kandang kuda dapat diketahui dengan
cara
pengamatan
secara
langsung
terhadap
alamat
kandang.
dalam
penanganan
ternak,
menudahkan
dalam
tempat pakan yaitu 0,069 m 3 dan volume tempat minum 0,025 m 3. Model
atap kandang yaitu gable dengan bahan baku seng. Model dinding yaitu
setengah terbuka dengan bahan baku batako dan semen. Model alas
kandang yaitu lantai berbahan semen dengan litter serbuk gergaji.
Menurut Midwest (2009), kandang yang sesuai untuk satu ekor
kuda seberat 1000 ponds atau 2200 kg adalah kandang individu
berukuran 3,6 m x 3,6 m atau dengan luas sekitar 13 m 2. Tembok kandang
harus mempunyai ketinggian di atas 3 m. Kandang sebaiknya terbuat dari
bahan yang kuat tetapi tidak mencelakai dan mencederai kuda. Tempat
pakan dan tempat minum sebaiknya dipilih dengan kualitas yang baik dan
tahan lama karena kuda adalah hewan yang kuat dan tempat pakan dan
tempat minum yang berkualitas buruk akan mudah rusak. Tempat pakan
dan tempat minum sebaiknya dikaitkan di dinding kandang setinggi dada
kuda sehingga kuda merasa nyaman. Khusus tempat minum, lebih baik
digunakan automatic drinker agar ketersediaan air selalu terjaga.
Selain ukuran dan tempat pakan serta minum, alas kandang
menjadi aspek penting untuk kenyamanan kuda. Alas kandang harus
dikondisikan sebaik-baiknya agar kuda nyaman berada di dalam kandang.
Alas kandang sebaiknya dapat menyerap air dan amonia sehingga, tidak
keras untuk menghindari cedera pada kaki-kaki kuda, dan tidak butuh
perawatan yang sulit seperti harus diganti setiap hari (Midwest, 2009).
Kandang kuda di GMEC bermodel atap gable dengan bahan seng, hal ini
menyebabkan kandang menyebabkan suhu di dalam kandang lebih
panas. Menurut McBane (1991) atap pada kandang kuda lebih baik jika
jaraknya semakin tinggi, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang
baik.
Ketersediaan
udara
yang
baik
sangat
dibutuhkan
pada
menyusui, karena jika kuda betina tersebut kekurangan air dalam kondisi
menyusui maka air susu induk akan berkurang pula. Kandang juga harus
memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan adanya ketersediaan
listrik untuk lampu, kipas, dan lain sebagainya. Ketersediaan air di
kandang GMEC sudah cukup untuk kebutuhan kuda. Sumber air didapat
dari sumur yang dibuat di sebelah utara areal kandang kuda. Tempat
pembuangan
kotoran
juga
bisa
dikatakan
baik
dengan
tempat
pembuangan yang agak jauh dari kandang kuda. Ketersediaan listrik juga
sudah memenuhi kebutuhan untuk penerangan, pengaliran air, dan
sebagainya.
Fasilitas pendukung kandang. Fasilitas pendukung kandang
dapat diketahui dengan melakukan pengamatan fasilitas-fasilitas yang
tersedia di sekitar kandang untuk menunjang kelancaran manajemen
pemeliharaan. Berdasarkan pengamatan tersebut, maka data yang
didapatkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Fasilitas pendukung kandang
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Fasilitas Kandang
Tempat latihan
Tempat grooming
Ruang karyawan
Kamar mandi
Lahan hijauan
Gudang peralatan
Gudang pakan
Ruang diskusi
Sumur
Loading
Fungsi
Tempat latihan menunggang
Tempat grooming kuda
Tempat karyawan
Tempat mandi
Tempat penyedia hijauan
Tempat penyimpan alat
Tempat penyimpan pakan
Tempat diskusi
Sumber air
Tempat menurunkan atau menaikkan
kuda
Kandang kuda yang berada di GMEC memiliki fasilitas pendukung
kelancaran
manajemen
pemeliharaan.
Berdasarkan
pengamatan tersebut, maka data yang didapatkan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4. Peralatan pendukung kandang
No.
1
2
3
4
5
6
Peralatan Kandang
Fungsi
Ember
Tempat pakan dan minum
Selang
Saluran air
Tali
Mengendalikan kuda
Sekop
Mengambil feses
Troli
Mengangkut kotoran
Halter
Mengendalikan kuda
Peralatan dan perlengkapan pendukung yang dibutuhkan untuk
Nama
Sex
Umur
Bangsa
Ciri-ciri
Dona
Betina
5 th
KP
Blast, Nafas
Valley
Betina
4 th
G3
Star, Jargem
Joey
Jantan 2,5 th
KP
Star, Jargem
Raoul
Jantan 10 th
KP
Star, Black
Qolbun
Jantan 10 th
KPI
Star, Jragem
Rawit
Jantan
3 th
Kangean
Bopong
Menurut SNI (1996), KPI merupakan hasil persilangan antara kuda
kakinya
kuat
dan
ringan,
bentuk
mengarah
ke
kuda
Dahlan
waktu
pengangkutan
pengangkutan.
lebih
efektif
Hal
tersebut
dan
efisien
perlu
serta
diperhatikan
tidak
agar
mengganggu
pengangkutan
yaitu
alat
angkut,
volume
angkutan
dan
waktu
Berdasarkan
praktikum yang
Asal
Jl.
Palagan
2 hari
sekali
50.000/40
ikat
HMT
Fapet
2 hari
sekali
Gratis
Salatiga
1 bulan
sekali
Rumput
lapangan
Pellet
Extrapro
Jumlah
pemberian
24 ikat/hari
Secukupnya
230.000/25
kg
26 kg/
6ekor/hari
Frekuensi
pemberian
2 kali
sehari
2 kali
sehari
3 kali
sehari
sebagai
ternak
herbivora
merupakan
ternak
yang
brizantha, dan Australian grass. Selain diberikan hijauan, kuda juga dapat
diberi makanan penguat (konsentrat) non hijauan, tetapi kebanyakan
peternak di Indonesia memberikan konsetrat yang bukan merupakan
dalam arti sebenarnya seperti dedak halus, pollard, atau onggok. Pakan
yang diberikan di GMEC sudah cukup baik.
Metode pemberian. Berdasarkan praktikum yang dilakukan,
diketahui metode memberian pakan yang tersaji pada tabel 3 berikut ini,
Tabel 7. Metode pemberian pakan
Bahan pakan
Jam pemberian
Jumlah
Metode
Konsentrat
06.00
7 kg
Kering
11.00
6,5 kg
Kering
17.00
14 kg
Kering
Hijauan
13.00
12 kg
Dilayukan
19.00
12 kg
Dilayukan
Ketersediaan pakan yang baik akan menunjang kelangsungan
hidup dan pertumbuhan kuda sehingga pakan merupakan faktor penting
dalam peternakan kuda. Pakan utama kuda adalah rumput dengan
berbagai jenis rumput seperti Panicum maticum dan Brachiaria mutica.
Pakan rumput hanya cukup untuk digunakan bagi kelangsungan hidup
tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu tambahan konsentrat dan
vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan energi bagi kuda.
Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat sereal yang terdiri
dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi, dan
produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering, kacangkacangan (legume) seperti kedelai dan kacang (McBane, 1994).
Pakan kuda yang diberikan harus sesuai denga umur dan fungsi
kuda tersebut. Umur kuda dibagi menjadi empat koelompok, yaitu 1
sampai 6 bulan, 6 sampai 12 bulan, 12 sampai 24 bulan, dan diatas 24
bulan. Kuda yang berumur 1 sampai 6 bulat tidak disediakan pakan
khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan induknya. Induk
kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup
banyak baik untuk induk kuda maupun anaknya. Induk menyusui dan
induk bunting memerlukan pakan tiga kali lipat terutama untuk vitamin dan
mineral,
kacang-kacangan,
dan
bungkil
yang
dapat
membantu
secara
berkala.
Menurut
Soehardjono
(1990)
keadaan
limbah
yang
dilakukan
yaitu
pembersihan
limbah,
penyerap
bau
dengan
penambahan
kapur, zeolit,
dan
sebagainya.
Perawatan
Perawatan Kuda
Grooming. Grooming yaitu menyikat tubuh kuda dengan sikat
khusus
(body
brush)
dan
rosecomb.
Grooming
bertujuan
untuk
mane comb
(Sellnow, 2013)
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, alat-alat yang digunakan
untuk grooming meliputi sikat halus untuk membersihkan kotoran dan
debu, hoof pick untuk membersihkan kotoran pada kuku, sikat kasar untuk
membersihkan rambut dan ekor kuda. Alat yang digunakan sudah sesuai
literatur.
Pemandian kuda. Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat
diketahui bahwa
sering dimandikan. Hanya kuda yang terlihat kotor yang wajib untuk
dimandikan. Frekuensi mandi yang terlalu sering akan membuat kulit kuda
menjadi
kering
karena
kelembaban
tubuhnya
hilang.
Kegiatan
Peralatan Kandang
Fungsi
Rosecomb
Membersihkan rambut
Sikat brush
Membersihkan rambut
Sisir kawat
Menyisir rambut
Hoof pick
Membantu membersihkan kuku kuda
Halter
Membantu handling kuda
Tali
Membantu mengikat kuda
Lap
Memandikan ternak
Salah satu perawatan untuk kuda adalah grooming. Kegiatan ini
kecapaian
latihan.
Penyakit-penyakit
tersebut
mempunyai
kuda
dan
mencegah
masalah
yang
tidak
diinginkan.
Manajemen yang baik sangat diperlukan dalam hal ini, terdapat beberapa
hal veteriner yang spesifik dan perlu diperhatikan dalam perawatan kuda
meliputi pemberian obat cacing, vaksinasi, dan pemerikasaan gigi
(McBane, 1991). Pengobatan harus segera dilakukan apabila kuda sudah
mengalami
gejala
klinis
suatu
penyakit.
Berdasarkan
praktikum,
pengobatan yang biasanya dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9. Peralatan untuk perawatan kuda
Nama obat
B- complex
Penstrep
Biosolamine
Novaldon
Fungsi
Multivitamin
Obat abses
Penguat otot
Analgesik, antipyretic
Dosis
1 ml / 10 kg BB
1 ml / 10 kg BB
1 ml / 10 kg BB
Secukupnya
Gussanex
Lanti larva
Secukupnya
Flunixin
Obat kolik
1 ml / 45 kg BB
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa obat yang
sering digunakan adalah vitamin B-complex, multivitamin injection,
novaldon, biosolamine, gussanex, penstrep, dan flunixin. Menurut
Norbrook Laboratories (2014), multivitamin berfungsi sebagai perawatan
terhadap kuda yang kekurangan vitamin ataupun sedang dalam periode
penyembuhan. Dosis yang digunakan untuk satu ekor kuda adalah sekitar
20 sampai 30 ml dan dapat diulang selama 10 sampai 14 hari. Selain itu,
obat penstrep dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam
penyakit seperti enteritis, infeksi saluran pencernaan dan reproduksi dan
infeksi akibat bakteri dan virus. Dosis yang dapat digunakan adalah 1 ml
per 25 kg berat badan. Daunt (2002) menambahkan bahwa, obat-obat
yang bersifat analgesik dapat digunakan sebagai obat penyakit kolik pada
kuda karena obat tersebut bersifat painkiller. Pengobatan dan persediaan
obat di kandang Gadjah Mada Equestrian Centre sudah cukup lengkap
dan penggunaanya sudah sesuai.
Pelatihan
Pelatihan Rutin
Horse riding and training equestrian. Berdasarkan pengamatan
maka horse riding and training equestrian dilakukan pada kuda umur
mulai 2 tahun, dilakukan dengan melatih keseimbangan langkah dari kuda
dengan cara di lungeing kemudian kuda diperintah untuk coolingdown
sebagai tahap relaksasi, serta dilakukan pengenalan alat.
Latihan
Nama alat
Fungsi
Saddle
Untuk tempat duduk penunggang
Ambent
Mengencangkan saddle dengan kuda
Bridle
Mengendalikan kuda
Cambuk
Mengontrol kuda
Topi
Pelindung kepala
Saddle pad
Alas dari saddle
Bandage
Melindungi kaki kuda saat berjalan
Boot
Melindungi kaki kuda saat berjalan
Peralatan untuk latihan kuda yang ada di GMEC antara lain saddle
apabila kuda sudah agak jinak, setelah tahap perkenalan kuda terbiasa
dipasang perlengkapan tersebut. Tahap perkenalan alat tunggang
dilakukan agar kuda tidak terkejut dan tidak takut terhadap alat-alat
tunggang. Tahap pengenalan dilakukan secara hati-hati, karena kuda yang
berontak dapat membahayakan pelatih. Kuda tidak dipaksa ketika latihan
pengenalan, tetapi secara perlahan dan terus diulang sampai kuda tidak
takut. Pengenalan alat tunggang dilakukan dengan cara memegang satu
persatu
alat
diperhatikan,
tunggang
didekatkan
kepala
secara
dengan
tangan
perlahan-lahan,
kanan
kemudian
diciumkan
dan
Solusi
Solusi yang dapat diberikan pada permasalahan tersebut yaitu
sebaiknya atap kandang disesuaikan dengan kondisi lingkungan makro
peternakan tersebut, seperti bahan atap seng diganti dengan bahan
genteng. Limbah feses sebaiknya juga diolah menjadi produk yang lebih
berguna dan mempunyai harga jual seperti pupuk kompos yang
mempunyai nilai jual yang lebih ataupun dapat digunakan untuk memupuk
lahan hijauan milik kandang Gadjah Mada Equestrian Centre sendiri.
dari
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. The Horse. Available at http://www.thehorse.com/. Diakses
pada tanggal 10 Mei 2014.
Baliarti, e., Ngadiyono, N., Basuki, P., Panjono. 1999. Ilmu Manajeman
Ternak Potong. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Blakely. J. dan D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Dahlan, Achmad. 2007. Multivariat Craniometrics pada Kuda Peranakan
Thouroughbred dan Kuda Lokal (Kuda Sumba dan Priyangan).
Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Daunt, D.A. 2002. Alpha-2 Adrenergic Agonists as Analgesics in Horses.
Vet Clin North Am Equine Pract.
Fikar, S., dan Ruhyadi, D. 2012. Penggemukan Sapi 4 Bulan Panen.
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Gredley, E. 1999. Hoof Care. Available at http://www.acreageequines.
com/horsecare/horsecare3.htm. Diakses pada tanggal 18 Mei
2014.
Guay, K. A. 2002. Matua Bronegrass Hay for Mares in Gestation and
Lactation. J. anim sci. London.
Jacoebs, T.N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius. Yogyakarta.
Krystle. 2012. How to Train Horse. Available at http://www.wikihow.com/
Train-a-Horse. Diakses pada tanggal 19 Mei 2014.
Mansyur, Hidayat U., dan Deny, R. 2006. Eksplorasi Hijauan Pakan Kuda
dan Kandungan Nutrisinya. Fakultas Peternakan Universitas
Padjajaran. Bandung.
McBane, S. 1991. Horse Care and Riding. David&Carles plc. Hongkong.
Midwest. 2009. Horse Handbook Housing and Equipment. Pennsylvania
State University. Pennsylvania.
Ningtyas, S. Cipta. 2010. Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus
caballus) untuk Upacara Kenegaraan dan Sarana Kesenjataan di
Datasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI-AD Parompong.
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Rianto, E., dan Endang, P. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sellnow, Les. 2013. Grooming Your Horse: Deep Down Clean. Availeble at
http://www.thehorse.com/articles/10028/grooming-your-horse-deepdown-clean. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014.
Sinaga,
Sauland.
2009.
Available
at
http://blogs.unpad.ac.id/
SaulandSinaga/. Diakses pada tanggal 19 Mei 2014.
SNI. 1996. SNI 01-4226-1996 Kuda Pacu Indonesia. Dewan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
Soehardjono, O. 1996. Kuda. Yayasan Pamulang. Jakarta.
Widi, T.S.M. 2007. Beternak Domba. Cipta Aji Parama. Yogyakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai
sumber daging, alat transportasi dan kemudian berkembang menjadi
hewan yang digunakan sebagai hobi serta sarana olahraga. Salah satu
pemanfaatan kuda sebagai sarana olahraga yang berkembang di
Indonesia adalah kuda pacu. Berdasarkan hasil keputusan lokakarya di
dalam Munas III PORDASI tahun 1975, arah pembentukan kuda pacu
Indonesia dilakukan dengan menyilangkan kuda betina lokal dengan kuda
Thoroughbred yang bertujuan untuk melakukan grading up kuda lokal
Indonesia.
Tahun
1996
merupakan
puncak
keberhasilan
dari
tinggi
dalam
kecepatan
berlari.
Kuda
Thorougbred
menunjukkan
keunggulan
dari
individu
kuda
yang
akan
BAB II
KEGIATAN PRAKTIKUM
Pelaksanaan Pacuan Kuda
Nama acara. Nama acara pacuan kuda pada saat praktikum
adalah Pacuan Kuda Bupati Bantul Cup IV 2014.
Tempat pelaksanaan. Tempat pelaksanaan pacuan kuda pada
saat praktikum adalah Lapangan Pacuan Kuda Sultan Agung.
Waktu pelaksanaan. Pelaksanaan pacuan kuda pada tanggal 26
april sampai 27 april 2014.
Panitia penyelenggara. Panitia yang menyelenggarakan pacuan
kuda yaitu Kementrian Pemuda dan Olahraga Bantul yang bekerja sama
dengan PORDASI.
Maksud dan tujuan pelaksanaan. Pelaksanaan pacuan kuda
bertujuan untuk mendorong kegiatan olahraga berkuda dan menjalin
hubungan baik antar stable.
Gambaran umum pelaksanaan. Pelaksanaan pacuan kuda
dimaksudkan untuk membangkitkan olahraga berkuda baik lokal maupun
internasiona (khususnya kuda pacu).
Pelaku Pelaksana Pacuan Kuda Dan Tugasnya
Joki
Berdasarkan
hasil
praktikum
diketahui
bahwa
joki
adalah
dilatih dan menetapkan pola latihan yang tepat bagi kuda tersebut. Hal ini
akan mempengaruhi kondisi kuda pada saat di arena pacuan.
Teknis Penyelenggaraan Pacuan Kuda
Penimbangan joki
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa penimbangan joki
dilakukan untuk melihat kesesuaian berat badan joki berdasarkan kriteria
yang ada. Berat badan joki maksimal 50 kg. Menurut Dolok (2000), berat
badan joki yang ideal adalah 50 sampai 60 kilogram. Semakin ringan joki
maka akan semakin ringan beban bagi kudanya. Menurut Wilson (1991),
berat badan joki berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan kuda untuk
mencapai garis finish
Pos kuda
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa pos kuda merupakan
tempat pemasangan peralatan pacu pada kuda sebelum kuda memasuki
race.
Mounting yard
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa mounting yard
merupakan tempat pemanasan (warming up) bagi kuda dan tempat joki
menunggangi kuda sebelum masuk arena pacuan kuda. Menurut Iskandar
(2003), mounting yard adalah tempat pemanasan pacuan kuda yang
tujuannya adalah untuk pemanasan sebelum pacuan. Mounting yard
merupakan salah satu kegiatan melibatkan gerakan otot, sendi dan tulang
dalam intensitas yang cukup besar. Kegunaan atau manfaat dari latihan
itu sendiri adalah untuk memperkuat otot, tulang, jantung, paru-paru dan
sirkulasi darah. Tanpa dilakukannya yang memadai sebelum melakukan
latihan aktivitas yang dominan menggerakkan otot-otot, sendi dan tulang
dapat mengakibatkan cedera pada otot dan cedera sendi.
Starting gate
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa
starting gate
Penyerahan hadiah
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa penyerahan hadiah
diperuntukkan bagi peraih juara 1, 2 dan 3, hadiah yang diberikan berupa
piala dan foto bersama. Edi (1999), penyerahan hadiah dilakukan oleh
panitia penyelenggara perlombaan pacuan kuda kepada pemenang.
Penentuan pemenang dilakukan terhadap para peserta yang berhasil
memperoleh kemenangan pada urutan 1,2,3 pada perlombaan pacuan
kuda. Pemenang yang telah ditentukan kemudian diberikan hadiah dari
panitia lomba.
Syarat Kuda Peserta Pacuan
Berdasarkan hasil praktikum diketahui syarat-syarat kuda yang
dapat dijadikan peserta pacuan adalah menyerahkan sertifikat dan
memenuhi syarat pengukuran kuda pacu (sesuai kelas pacuan), harus
memiliki BRK, untuk kelas Derby kuda harus berumur minimal 3 tahun,
dan untuk kelas terbuka tidak ada batasan umur. Menurut Iskandar
(2003), setiap kuda pacu memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh badan
registrasi kuda (BRK). Sertifikat tersebut digunakan sebagai prasyarat
berpacu dalam kejuaraan nasional. Kuda pacu yang dilatih berumur ratarata tiga tahun, yang dibagi kedalam beberapa kelas sesuai dengan umur
masing-masing kuda yaitu, kelas pemula C/D (P C/D), kelas pemula A/B
(P A/B), kelas remaja (R), kelas derby (D), dan kelas empat tahun A/B.
Kelas tersebut dikelompokkan berdasarkan umur dan tinggi.
Kelompok pemula merupakan kuda yang baru berusia dua tahun,
sedangkan kuda derby dan remaja adalah kuda yang berumur tiga tahun
dimana syarat tinggi kuda yang ideal untuk kuda derby yaitu lebih tinggi
atau sama dengan 153 cm dan tinggi kuda remaja kurang dari 153 cm.
Hal tersebut berlaku pada A/B dan C/D. Terdapat juga kelas tambahan
atau ekstra (E) yang terdiri dari kuda dengan tinggi kurang dari 150 cm.
Tinggi rata-rata kuda kelas A/B yang terdiri dari kelas derby dan kuda
kelas pemula A/B masing-masing adalah 156,7 dan 159 cm. Kuda kelas
C/D yang terdiri dari kelas remaja dan kelas pemula C/D memiliki tinggi
rata-rata masing-masing 150,75 dan 152 cm. Kuda kelas ekstra dengan
tinggi rata-rata 147 cm. Kuda kelas empat tahun A/B dengan tinggi 156 cm
(Iskandar, 2003).
Pembagian kelas dalam pacuan kuda
Jenis pembagian kelas dalam pacuan kuda yang terdapat pada
saat praktikum acara pacuan kuda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 11. Pembagian kelas dalam pacuan kuda
No.
Kelas
Jarak (meter)
2000
Kelas terbuka
1300
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1400
1000
800
800
1600
1600
1800
1600
1100
1400
1000
1200
1000
Spesifikasi kuda
peserta
Tidak ada batasan
umur dan tinggi
Tidak ada batasan
umur dan tinggi
Minimal 3 tahun
Minimal 2 tahun
Minimal 2 tahun
Minimal 2 tahun
Minimal 2 tahun
Minimal 3 tahun
153 sampai 154,9 cm
148 sampai 152,9 cm
148 sampai 152,9 cm
143 sampai 147,9 cm
143 sampai 147,9 cm
139 sampai 142,9 cm
134 sampai 138,9 cm
pacuan
untuk
memperebutkan
bermacam-macam
piala,
5
1
10
6
8
7
Gambar 2. Layout lintasan pacuan kuda
Keterangan: 1, 2, 3
4
5
6
7
8
9
10
= winning box
= race
= mounting yard
= tempat dewan steward
= tribun penonton
= tempat persiapan kuda
= starting gate portable
= garis finish
BAB III
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
Permasalahan
Permasalahan yang ditemui pada saat praktikum pacuan kuda
yaitu penjagaan jalan masuk menuju bangku penonton yang kurang ketat
atau kurang steril karena terbukti banyaknya pedagang asongan yang
bebas keluar-masuk menjajakan dagangannya. Penjagaan lintasan
pacuan kuda juga kurang ketat karena masih banyak penonton yang
menerobos dengan bebas untuk menyeberang dari satu sisi arena pacuan
ke sisi arena pacuan lainnya. Kondisi bangku penonton tidak dibuat
permanen, dikhawatirkan dapat membahayakan bagi penonton karena
bangku tersebut sangatlah mudah untuk patah.
Solusi
Solusi untuk beberapa permasalahan yang ada pada saat
praktikum pacuan kuda yaitu lebih memperketat penjagaan pintu masuk
dan keluar bangku penonton, dan juga ada pemeriksaan barang bawaan
penonton agar dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Penjagaan
di sekitar lintasan pacuan kuda juga lebih diperketat supaya tidak ada
penonton yang bebas berlalu lalang menyeberangi satu sisi arena pacuan
ke sisi arena pacuan lainnya. Hal ini dikarenakan sangat berbahaya bagi
penonton, terlebih bila kuda yang dipacu sedang melintas. Kondisi bangku
penonton lebih diperbaiki supaya keselamatan dan kenyamanan penonton
terjamin.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Teknis pelaksanaan pacuan kuda pada acara Pacuan Kuda Bupati
Bantul Cup IV-2014 sudah cukup baik dan sudah sesuai standar
pelaksanaan pacuan kuda.
Saran
Saran yang dapat diberikan dari praktikum pacuan kuda tingkat
nasional Bupati Bantul Cup IV B 2014 adalah lintasan yang digunakan
dalam pacuan kuda sebaiknya menggunakan lintasan yang tidak dapat
memungkinkan dilewati oleh penonton agar tidak membahayakan bagi
penonton maupun peserta lomba pacuan kuda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Joki. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Joki. Accessed date
on 26 mei 2014 pukul 13.59 WIB.
Dolok, Joko. 2000. Pacuan Kuda. Available at http://lms.aau.ac.id/
library/ebook/R_2364_05_PB/files/res/downloads/download_0466.p
df. Accessed date on 26 mei 2014 pukul 14.41 WIB.
Edi. 1999.
Pacuan Kuda. Available at http://nagasundani.blogsom
e.com/2005/11/21/pacuan-kuda/. Accessed date on diakses pada
tanggal 21 Mei 2014.
Elva. 2011. Istilah pada Lomba Pacuan Kuda. Available at http://elvane
nda.wordpress.com/category/olahraga-pacuan-kuda/.
Accessed
date on 26 mei 2014 pukul 15.45 WIB.
Iskandar. 2003. Seni Budaya Daerah Sumbawa. Dinas pendidikan
kabupaten Sumbawa. Sumbawa
Islami, R.Z. 2007. Evaluasi Performa Kuda Pacu Indonesia dan Variasi
Sekuen DNA Mitokondria Kuda (Equus caballus). Tesis. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Piliner, S. 1993. Getting Horses Fit. Second Edition. Blackwell Science
Ltd, London.
Soehardjono, O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang, Jakarta.
Wilson. D. E. 1991. Genetics of Racing Performance in the American
Quarter Horse : Adjustments for Jockey Weight. In: Proc. 4th World
Congr. on Genetics Appl. to Anim. Prod. XVI. p 198. Edinburgh,
Scotland.