Anda di halaman 1dari 20

KONDUKTOMETRI II

I.
Tujuan Percobaan
Menentukan
ekivalen

titrasi

dengan

titrasi

konduktometri.
II.

Dasar Teori

Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian


banyak macam-macam titrasi. Di dalam titrasi konduktometri ini
tidak terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi yang lainya, yang
membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana cara untuk
mengetahui

titik

menggunakan

ekivalen

titrasi

dari

volumetri

larutan
yang

itu.

biasa

Kalau

kita

kita

praktikan

sebelumnya titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan


warna, zat itu akan mengalami peruban warna bila zat itu dalam
keadaan setimbang. Untuk mempermudah kita untuk melihat zat
itu sudah mencapai ekivalen maka digunakan indikator. Tetapi
banyak sekali para praktikan yang merasa kesulitan untuk
menentukan dengan tepat titik ekivalen dengan menggunkan
titrasi volumetric ini. Titrasi kondukto metri ini lebih mudah jika
dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada kelemahan
tetapi juga ada kelebihanya. Titik ekivalen dapat kita ketahui dari
daya hantar dari larutan yang kita ukur, jika daya hantar sudah
konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen. Titrasi ini juga
tidak perlu

menggunakan indikator, untuk lebih jelasnya akan

dijelaskan dalam bab selanjutnya.


Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa
lemah, karena penggunaan potensiograph / titro processor
dengan elektroda kaca menghasilkan titik akhir yang kurang
jelas. Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan dalam

cuplikan yang mengandung konsentrasi ion lain yang tinggi,


karena titik akhir menjadi kurang tajam. Titrasi kondukto metri
sangat

berguna

untuk

melakukan

titrasi

pengendapan.

Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya


digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada kurva
titrasi potensiometri titik akhir ditentukan dari bentuk grafik
dekat titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri jauh lebih
baik. Titrasi konduktometri masih member titik akhir yang jelas
untuk

asam

atau

basa

lemah

dalam

konsentrasi

encer,

sedangkan dengan potensi ometri titik akhir tidak jelas lagi.


Konduktometri

merupakan

sedangkan konduktansi

bukanlah

prosedur

prosedur

titrasi,

titrasi.

Metode

konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika


perbedaan
sesudah

antara

konduktansi

penambahan

cukup

reagen. Tetapan

besar
sel

sebelum

harus

dan

diketahui.

Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda


harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentras ilarutan
pada temperature tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan
hantarannya

tidak

berfungsi

secara

linear

lagi

dengan

konsentrasi.
Pengukuran

konduktivitas

dapat

juga

digunakan

untuk

menentukan titik akhir titrasi. Titrasi konduktometri dapat


dilakukan dengan dua cara dan tergantung pada frekuensi arus
yang digunakan, jika arus frekuensinya bertambah besar, maka
kapasitas dan induktif akan semakin besar.

Titrasi yang

dilakukan yaitu:
-

Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi


arus rendah (maksimum 300 Hz).

Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi


arus tinggi yang disebut titrasi frekuensi tinggi.

Titrasi Konduktometri Frekuensi Rendah


Penambahan suatu elektrolit lain pada keadaan yang tidak
ada perubahan volume yang begitu besar akan mempengaruhi
konduktivitas larutan karena akan terjadi reaksi ionik atau tidak.
Jika terjadi reaksi ionik akan terjadi perubahan konduktivitas
yang cukup besar sehingga dapat diamati reaksi yang terjadi,
seperti pada titrasi asam kuat dan basa kuat. Pada titrasi ini
terjadi penurunan konduktivitas karena terjadinya penggantian
ion yang mempunyai konduktivitas rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan, penentuan titik akhir
titrasi ditentukan berdasarkan konduktivitas dari reaksi kimia
yang terjadi. Hantaran diukur pada setiap penambahan sejumlah
pereaksi dan pengukuran titik akhir titrasi berdasarkan 2 alur
garis yang saling berpotongan, titik potong ini disebut titik
ekivalen.
Secara praktek, konsentrasi penitran 20 100 kali lebih
pekat dari larutan yang dititrasi, kelebihan titrasi ini, baik untuk
asam yang sangat lemah yang secara potensiometri tidak dapat
dilakukan dengan cara konduktometri dapat dilakukan, selain itu
secara konduktometri kontrol suhu tidak perlu dilakukan.
Titrasi Konduktometri Frekuensi Tinggi
Titrasi ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem reaksi
yang dibuat bagian atau dipasang sirkuit osilator berionisasi
pada frekuensi beberapa MHz. Keuntungan cara ini antara lain
elektroda ditempatkan diluar sel dan tidak langsung kontak
dengan zat lain, sedangkan kerugiannya respon tidak spesifik

karena tidak bergantung pada hantaran dan tetapan dielektrik


dari sistem, selain itu tidak dipengaruhi oleh sifat kimia dari
komponen komponen sistem.
Kelebihan titrasi konduktometri dibandingkan titrasi lainnya,
yaitu :
1.

Karena titrasi konduktometri lebih efisien dan lebeh


efeketif dalam pengguanaan zat, selain itu juga, kita
tidak perlu menggunakan indikator untuk mengethaui
titik ekivalen dari titrasi.
Karena titik ekivalen dapat diketahui dari daya hantar

2.

larutan yang terukur pada konduktometer , yaitu


dengan konstannya nilai daya hantar.
Karena didalam titrasi kondukto meteri ini yang

3.

berperan penting yaitu konsentrasi dari suatu larutan.


III.
Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat yang digunakan
Konduktometer 660
1
Elektroda emmension cell dengan konstanta cell 0,78
1
Magnetic stirrer
Hot plate
Gelas kimia 250 ml, 50 ml

1/1
Pipet ukur 5 ml
Pipet tetes
Labu ukur 50 ml
Kaca arloji
Corong
Spatula

1
Pengaduk
Bahan yang Digunakan

1
1

1
1
2
1
1

KCl 1 M
Larutan NaOH 0,1 N
Larutan HCl 0,1 N
IV.

Titrasi Konduktometri
1. Larutan NaOH 0,1 N dibuat sebanyak 50 ml.
2. Larutan HCl 0,1 N dibuat sebanyak 50 ml.
3. 10 ml larutan NaOH dipipet, dimasukkan ke dalam
gelas kimia 250 ml dan aquadest ditambahkan
hingga volume 200 ml (elektroda temggelam).
4. Larutan NaOH diletakkan diatas hot plate. Pemanas
tidak dihidupkan.
5. Larutan NaOH diaduk dengan magnetic stirrer.
6. Penambahan HCl 0,1 N sebanyak 1 ml sampai 20 ml
dilakukan (dengan kenaikan 1 ml), pada saat HCl
ditambahkan posisi tombol pada posisi kond dan
baca konduktivitas pada display setiap penambahan
HCl.
7. Grafik titrasi secara praktikum dan teoritis dibuat.
8. Setelah didapat kurva yang diinginkan, titik ekivalen

V.

dihitung secara praktikum dan secara teoritis.


Data Pengamatan
Tabel nilai konduktivitas secara praktikum
PenambahanHCl (ml)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Konduktivitas
(mS/cm)
0.1101
0.0976
0.0904
0.0851
0.0785
0.0725
0.0685
0.0664
0.0642
0.0641
0.0667
0.0805
0.0947
0.1137

14
15
16
17
18
19
20

0.1318
0.1570
0.1723
0.1940
0.2150
0.2310
0.2530

Tabel nilai konduktivitas secara teoritis


PenambahanHCl
(ml)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
PenambahanHCl
(ml)
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Konduktivitas
(mS/cm)
1,242
1,1178
0,96876
0,84456
0,72036
0,59616
0,47196
0,34776
0,22356
0,09936
0
0,17044
Konduktivitas
(mS/cm)
0,38349
0,59654
0,76698
0,98003
1,19308
1,34371
1,53396
1,74701
1,91745

Grafik Titrasi secara Praktikum dan Teori


- Praktikum

Grafik Titrasi secara Praktikum


0.3
0.25
0.2

konduktivitas (mS/cm)

0.15
0.1
0.05
0

10

15

20

25

Penambahan HCl (ml)

Teori

Grafik Titrasi secara Teoritis


2.5
2
1.5
konduktivitas (mS/cm)

1
0.5
0

10

15

20

25

Penambahan HCl (ml)

VI.

Data Perhitungan
Pengenceran larutan KCL 1 M menjadi 0,1 M

50 mL
V1 x M1 = V2X M2
V1 x 1M = 0,1 M x 50 mL
V1= 5 mL
Pembuatan larutan NaOH 0,1 N 100 mL
gr=N x V x BE
0,1

ek
gr
x 0,1 L x 40
l
ek

0,4 gr
Pembuatan larutan HCl 0,1 N 50 mL
V1 x M1 = V2X M2
V1 x 2M = 0,1 N x 50 mL
V1 = 2,5 mL
Nilai Konduktivitas NaOH dan HCl secara teoritis
molHCl = M x V

molNaOH = M x V

= 0,1 M x 1 ml = 0,1 mmol

= 0,1 M x 10

mL = 1 mL

MNaOH

Penambahan 0 ml HCl 0,1 N


1 mmol
= 200 ml = 0,005 M

L Na+ =

0 S. Cm2. Mol-1). Conc (mol/liter) /1000

(cm3/liter)
L Na+ =

c m2
x 0,005 M
mol
1000 c m3 /liter

50,1 S

L Na+ = 0,0002505 S.cm-1 = 0,2505 mS.cm-1


2
cm
198,3 S .
x 0,005 M
mol
L OH- =
c m3
1000
liter
L OH- = 0,0009915 S.cm-1 = 0,9915 mS.cm-1
L NaOH = 0,2505 mS.cm-1 + 0,9915 mS.cm-1
L NaOH = 1,242 mS.cm-1
Penambahan 1 ml HCl 0,1 N.
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 1 ml = 0,1 mmol
1 mmol0,1mmol
MNaOH
=
= 0,0045 M
201 ml

0 x M
cm3
1000
l

L Na+

50,1 S . cm2 /mol x 0,0045 M


3
cm
1000
l

L Na+

= 0,00022545 S.cm-1 = 0,22545 mS.cm-1


2
198,3 S . c m / mol x 0,0045 M
3
cm
=
1000
liter

L Na+

L OH-

L OH= 0,00089235 S.cm-1 = 0,89235 mS.cm-1


L NaOH = 0,22545 mS.cm-1 + 0,89235 mS.cm-1 =
1,1178 mS.cm-1
Penambahan 2 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 2 ml = 0,2 mmol
1 mmol0,2mmol
MNaOH
=
= 0,0039 M
202 ml
2

cm
x 0,0039 M
mol
c m3
1000
liter

50,1 S .
L Na+

L Na+

= 0,00019539 S.cm-1 = 0,19539 mS.cm-1


c m2
198,3 S .
x 0,0039 M
mol
3
=
cm
1000
liter

L OH-

L OH= 0,00077337 S.cm-1 = 0,77337 mS.cm-1


L NaOH = 0,19539 mS.cm-1 + 0,77337 mS.cm-1 =
0,96876 mS.cm-1
Penambahan 3 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 3 ml = 0,3 mmol
1 mmol0,3 mmol
MNaOH
=
= 0,0034 M
203 ml

c m2
x 0,0034 M
mol
c m2
1000
liter

50,1 S .
L Na+

L Na+

= 0,00017034 S.cm-1 = 0,17034 mS.cm-1


c m2
198,3 S .
x 0,0034 M
mol
=
c m3
1000
liter

L OH-

L OH= 0,00067422 S.cm-1 = 0,67422 mS.cm-1


L NaOH = 0,17034 mS.cm-1 + 0,67422 mS.cm-1 =
0,84456 mS.cm-1
Penambahan 4 ml HCl 0,1 N
molHCl
=MxV
= 0,1 M x 4ml = 0,4 mmol
1 mmol0,4 mmol
MNaOH
=
= 0,0029 M
204 ml
2

50,1 S . c m / mol x 0,0029 M


3
cm
1000
liter

L Na+

L Na+

= 0,00014529 S.cm-1 = 0,14529 mS.cm-1


c m2
198,3 S .
x 0,0029 M
mol
3
=
cm
1000
liter

L OH-

L OH= 0,00057507 S.cm-1 = 0,57507 mS.cm-1


L NaOH = 0,14529 mS.cm-1 + 0,57507 mS.cm-1 =
0,72036 mS.cm-1
Penambahan 5 ml HCl 0,1 N
MolHCl
= M xV
= 0,1 M x 5 ml = 0,5 mmol
1 mmol0,5 mmol
MNaOH
=
= 0,0024 M
205 ml

c m2
x 0,0024 M
mol
c m3
1000
liter

50,1 S .
L Na+

L Na+

= 0,00012024 S.cm-1 = 0,12024 mS.cm-1


c m2
198,3 S .
x 0,0024 M
mol
=
c m3
1000
liter

L OH-

L OH= 0,00047592 S.cm-1 = 0,47592 mS.cm-1


L NaOH = 0,12024 mS.cm-1 + 0,47592 mS.cm-1 =
0,59616 mS.cm-1

Penambahan 6 ml HCl 0,1 N


MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 6 ml = 0,6 mmol
1 mmol0,6 mmol
MNaOH
=
= 0,0019 M
206 ml
c m2
x 0,0019 M
mol
c m3
1000
liter

50,1 S .
L Na+

L Na+

= 0,00009519 S.cm-1 = 0,09519 mS.cm-1


2
cm
198,3 S .
x 0,0019 M
mol
=
c m3
1000
liter

L OH-

L OH= 0,00037677 S.cm-1 = 0,37677 mS.cm-1


L NaOH = 0,09519 mS.cm-1 + 0,37677 mS.cm-1 =
0,47196 mS.cm-1
Penambahan 7 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 7 ml = 0,7 mmol
1 mmol0,7 mmol
MNaOH
=
= 0,0014 M
207 ml

50,1 S

c m2
x 0,0014 M
mol
c m3
1000
liter

L Na+

L Na+

= 0,00007014 S.cm-1 = 0,07014 mS.cm-1


c m2
198,3 S
x 0,0014 M
mol
=
c m3
1000
liter

L OH-

L OH= 0,00027762 S.cm-1 = 0,27762 mS.cm-1


L NaOH = 0,07014 mS.cm-1 + 0,227762 mS.cm-1 =
0,34776 mS.cm-1
Penambahan 8 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 8 ml = 0,8 mmol
1 mmol0,8 mmol
MNaOH
=
= 0,0009 M
208 ml
c m2
x 0,0009 M
mol
c m3
1000
liter

50,1 S .
L Na+
L Na+
L OH-

= 0,00004509 S.cm-1 = 0,04509 mS.cm-1


c m2
198,3 S .
x 0,0009 M
mol
=
c m3
1000
liter

L OH= 0,00017847 S.cm-1 = 0,17847 mS.cm-1


L NaOH = 0,04509 mS.cm-1 + 0,17847 mS.cm-1 =
0,22356 mS.cm-1
Penambahan 9 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 9 ml = 0,9 mmol
1 mmol0,9 mmol
MNaOH
=
= 0,0004 M
209 ml

c m2
x 0,0004 M
mol
c m3
1000
liter

50,1 S .
L Na+

L Na+

= 0,00002004 S.cm-1 = 0,02004 mS.cm-1


c m2
198,3 S
x 0,0004 M
mol
=
c m3
1000
liter

L OH-

L OH= 0,00007932 S.cm-1 = 0,07932 mS.cm-1


L NaOH = 0,02004 mS.cm-1 + 0,07932 mS.cm-1 =
0,09936 mS.cm-1
Penambahan 10 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 10 ml = 1 mmol
1 mmol1 mmol
MNaOH
=
=0M
210 ml
c m2
x0 M
mol
c m3
1000
liter

50,1 S
L Na+

L Na+

= 0 mS.cm-1
c m2
198,3 S
x0 M
mol
=
= 0 mS.cm-1
c m3
1000
liter

L OH-

L NaOH = 0 mS.cm-1
Penambahan 11 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 11 ml = 1,1 mmol
1,1 mmol1 mmol
MHCl
=
= 0,0004 M
211 ml
c m2
x 0,0004 M
mol
c m3
1000
liter

349,8 S
L H+

L H+
L ClL ClL HCl

= 0,00013992 S.cm-1 = 0,13992 mS.cm-1


c m2
76,3 S
x 0,0004 M
mol
=
c m3
1000
liter
= 0,00003052 S.cm-1 = 0,03052 mS.cm-1
= 0,13992 mS.cm-1 + 0,03052 mS.cm-1 =

0,17044 mS.cm-1
Penambahan 12 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 12 ml = 1,2 mmol
1,2 mmol1 mmol
MHCL
=
= 0,0009 M
212ml
c m2
x 0,0009 M
mol
c m3
1000
liter

349,8 S
L H+

L H+

= 0,00031482 S.cm-1 = 0,31482 mS.cm-1


c m2
76,3 S
x 0,0009 M
mol
=
c m3
1000
liter

L ClL Cl L HCl

= 0,00006867 S.cm-1 = 0,06867 mS.cm-1


= 0,31482 mS.cm-1 + 0,06867 mS.cm-1 =

0,38349 mS.cm-1
Penambahan 13 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 13 ml = 1,3 mmol
1,3 mmol1mmol
MHCl
=
= 0,0014 M
213 ml
2

cm
x 0,0014 M
mol
c m3
1000
liter

349,8 S
L H+

L H+

= 0,00048972 S.cm-1 = 0,48972 mS.cm-1

76,3 S

c m2
x 0,0014 M
mol
c m3
1000
liter

L Cl-

L ClL HCl

= 0,00010682 S.cm-1 = 0,10682 mS.cm-1


= 0,48972 mS.cm-1 + 0,10682 mS.cm-1

Penambahan 14 ml HCl 0,1 N


MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 14 ml = 1,4 mmol
1,4 mmol1 mmol
MHCl
=
= 0,0018 M
214 ml
2

cm
349,8 S
x 0,0018 M
mol
3
cm
1000
liter

L H+

L H+

= 0,00062964 S.cm-1 = 0,62964 mS.cm-1


c m2
76,3 S
x 0,0018 M
mol
3
=
cm
1000
liter

L ClL ClL HCl

= 0,00013734 S.cm-1 = 0,13734 mS.cm-1


= 0,62964 mS.cm-1 + 0,13734 mS.cm-1 =

0,76698 mS.cm-1
Penambahan 15 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 15 ml = 1,5 mmol
1,5 mmol1mmol
MHCl
=
= 0,0023 M
215 ml
c m2
x 0,0023 M
mol
c m3
1000
liter

349,8 S
L H+

= 0,00080454 S.cm-1 = 0,80454 mS.cm-1

76,3 S

c m2
x 0,0023 M
mol
c m3
1000
liter

L Cl-

L ClL HCl

= 0,00017549 S.cm-1 = 0,17549 mS.cm-1


= 0,80454 mS.cm-1 + 0,17549 mS.cm-1 =

0,98003 mS.cm-1
Penambahan 16 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 16 ml = 1,6 mmol
1,6 mmol1 mmol
MHCl
=
= 0,0028 M
216 ml
c m2
x 0,0028 M
mol
3
cm
1000
liter

349,8 S
L H+

L ClL ClL HCl

= 0,00097944 S.cm-1 = 0,97944 mS.cm-1


c m2
76,3 S
x 0,0028 M
mol
=
c m3
1000
liter
= 0,00021364 S.cm-1 = 0,21364 mS.cm-1
= 0,97944 mS.cm-1 + 0,21364 mS.cm-1 =

1,19308 mS.cm-1
Penambahan 17 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 17 ml = 1,7 mmol
1,7 mmol1 mmol
MHCl
=
= 0,0032 M
217 ml

L H+

c m2
349,8 S
x 0,0032 M
mol
c m3
1000
liter

= 0,0011193 S.cm-1 = 1,1193 mS.cm-1

76,3 S

c m2
x 0,0032 M
mol
c m3
1000
liter

L Cl-

L ClL HCl

= 0,00022441 S.cm-1 = 0,22441 mS.cm-1


= 1,1193 mS.cm-1 + 0,22441 mS.cm-1 =

1,34371 mS.cm-1
Penambahan 18 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 18 ml = 1,8 mmol
1,8 mmol1mmol
MHCl
=
= 0,0036 M
218 ml
c m2
x 0,0036 M
mol
3
cm
1000
liter

349,8 S
L H+

L ClL ClL HCl

= 0,00125928 S.cm-1 = 1,25928 mS.cm-1


c m2
76,3 S
x 0,0036 M
mol
=
c m3
1000
liter
= 0,00027468 S.cm-1 = 0,27468 mS.cm-1
= 1,25928 mS.cm-1 + 0,27468 mS.cm-1 =

1,53396 mS.cm-1
Penambahan 19 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 19 ml = 1,9 mmol
1,9 mmol1mmol
MHCl
=
= 0,0041 M
219 ml

L H+

c m2
349,8 S
x 0,0041 M
mol
c m3
1000
liter

= 0,00143418 S.cm-1 = 1,43418 mS.cm-1

76,3 S

c m2
x 0,0041 M
mol
c m3
1000
liter

L Cl-

L ClL HCl

= 0,00031283 S.cm-1 = 0,31283 mS.cm-1


= 1,43418 mS.cm-1 + 0,31283 mS.cm-1 =

1,74701 mS.cm-1
Penambahan 20 ml HCl 0,1 N
MolHCl
=MxV
= 0,1 M x 20 ml = 2 mmol
2 mmol1mmol
MHCl
=
= 0,0045 M
220 ml
c m2
x 0,0045 M
mol
3
cm
1000
liter

349,8 S
L H+

L ClL ClL HCl

= 0,0015741 S.cm-1 = 1,5741 mS.cm-1


c m2
76,3 S
x 0,0045 M
mol
=
c m3
1000
liter
= 0,00034335 S.cm-1 = 0,34335 mS.cm-1
= 1,5741 mS.cm-1 + 0,34335 mS.cm-1 =

1,91745 mS.cm-1

VII.

Analisis Pengamatan

Pada percobaan kali ini, sebelum melakukan titrasi, kalibrasi


dilakukan dengan menggunakan larutan KCl 1 M untuk
mengetahui apakah konduktometer berfungsi dengan baik atau
tidak. Setelah melakukan kalibrasi barulah titrasi dilakukan. Zat
yang dititrasi dengan cara konduktometri adalah NaOH dan HCl.
Sebelum titrasi larutan NaOH dan HCl 0,1 N dibuat terlebih
dahulu. Setelah itu 10 ml larutan NaOH 0,1 N dicampurkan

dengan aquadest hingga volume larutan menjadi 200 ml dengan


menggunakan gelas kimia 250 ml. Saat penambahan HCl
setiap 1 ml, larutan diaduk dengan menggunakan magnetic
strirrer agar larutan menjadi homogen sehingga didapatkan nilai
konduktivitas yang stabil. Pada saat penambahan 0 ml 9 ml
nilai konduktivitas mengalami penurunan, sedangkan pada
penambahan 10 ml 20 ml nilai konduktivitas mengalami
kenaikan. Berdasarkan nilai konduktivitas yang didapatkan dan
dari grafik titrasi secara praktikum yang ada pada data
pengamatan, dapat dilihat bahwa titik ekivalen dari titrasi yang
dilakukan terjadi saat penambahan 9 ml HCl, walaupun nilai
konduktivitasnya tidak sama dengan 0. Sedangkan secara
teoritis, titik ekivalen terjadi saat penambahan 10 ml HCl. Hal ini
dapat terjadi karena pada saat praktikum ada zat pengotor yang
terdapat pada larutan NaOH dan HCl, serta pembuatan larutan
yang kurang teliti.
VIII. Kesimpulan
Titik ekivalen saat praktikum terjadi saat
penambahan 13 ml penambahan larutan HCl.
Titik ekivalen secara teori terjadi saat penambahan
10 ml larutan HCl.
Titik ekivalen secara praktikum dan teoritis berbeda
dikarenakan kurang teliti dalam membuat larutan
dan adanya zat pengotor dalam larutan.

DAFTAR PUSTAKA
- Astuti, Sutini Puji dan M. Firdaus Fajriansyah. 2015.
Penuntun Praktikum Instrument dan Pengukuran.
Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
-

http://nafaly.blogspot.com/2012/10/laporan-titrasikonduktometri.html
http://refika-andrea.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai