KAPANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul
KAPANG. Dalam penulisan makalah pada mata pelajaran mikrobiologi dasar. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat.
Kami sadar bahwa dalam dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
hal itu dikarenakan kemampuan dan pengetahuan kami.Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.
Penuli
s
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara masalah pangan tidak akan jauh-jauh dari yang namanya kerusakan
makanan
seperti
pembusukan.
Pembusukan
ini
ada
banyak
hal
yang
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Kapang
2. Untuk mengetahui morfologi Kapang
3. Untuk mengetahui identifikasi Kapang
4. Untuk mengetahui sifat fisiologis Kapang
5. Untuk mengetahui klasifikasi Kapang
6. Untuk mengetahui proses reproduksi Kapang
7. Untuk mengetahui manfaat Kapang dalam bidang Industri Pangan
8. Untuk mengetahui Kerusakan Bahan Pangan yang disebabkan oleh Kapang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kapang
Kapang
(mould/filamentous
fungi)
merupakan
mikroorganisme
anggota
Kingdom Fungi yang membentuk hifa. Kapang merupakan jenis jamur multiseluler
yang bersifat aktif karena merupakan organisme saprofit dan mampu memecah
bahan-bahan organik kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Kapang (Mold)
adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada
substrat mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan
terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Ali, 2005). Kapang tersebut
mudah dijumpai pada bagian-bagian ruangan yang lembab, seperti langit-langit bekas
bocor, dinding yang dirembesi air, atau pada perabotan lembab yang jarang terkena
sinar matahari. Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora.
Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggotaanggota dari kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan
Basidiomycota. Kapang memiliki spesies sekitar 10.000 spesies. Habitat kapang
sangat beragam, namun pada umumnya kapang dapat tumbuh pada substrat yang
mengandung sumber karbon organik.
B. Morfologi Kapang
Menurut Fardiaz (1992), kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari
filamen yang bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa membentuk suatu
jalinan yang disebut miselium. Setiap hifa memiliki lebar 5-10 m (Pelczar dan Chan,
1986). Proses pembentukan miselium yaitu hifa tumbuh dari spora yang melakukan
germinasi membentuk suatu tuba germ, dimana tuba ini akan tumbuh terus
membentuk filamen yang panjang dan bercabang yang disebut hifa, kemudian
seterusnya akan membentuk suatu massa hifa yang disebut miselium. Pembentukan
miselium merupakan sifat yang membedakan grup-grup didalam fungi.
Hifa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hifa vegetatif atau hifa tumbuh
dan hifa fertile yang membentuk bagian reproduksi. Pada kebanyakan kapang hifa
fertil tumbuh di atas permukaan, tetapi pada beberapa kapang mungkin terendam.
Penyerapan nutrien terjadi pada permukaan miselium.
Menurut Fardiaz (1992), dan Waluyo (2004), kapang dapat dibedakan menjadi 2
kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa
bersekat atau septat. Septat akan membagi hifa menjadi bagian-bagian, dimana setiap
bagian tersebut memiliki inti (nukleus) satu atau lebih. Kapang yang tidak memiliki
septat maka inti sel tersebar di sepanjang hifa. Dinding penyekat pada kapang disebut
dengan septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas
bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya. Kapang yang bersekat antara lain
kelas Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Sedangkan kapang yang
tidak bersekat yaitu kelas Phycomycetes (Zygomycetes dan Oomycetes).
C. Sifat Fisiologis Kapang
1) Kebutuhan air
Pada umumnya kebanyakan kapang membutuhkan aw minimal untuk
pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri. Kadar air bahan
pangan kurang dari 14-15%, misalnya pada beras dan serealia, dapat menghambat
atau memperlambat pertumbuhan kebanyakan khamir.
2) Suhu pertumbuhan
Kebanyakan kapang bersifat mesofilik yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu
optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-300C tetapi
beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-370C atau lebih tinggi. Beberapa kapang
bersifat psikrotrofik dan beberapa bersifat termofilik.
3) Kebutuhan oksigen dan pH
Semua
kapang
bersifat
aerobik,
yaitu
membutuhkan
oksigen
untuk
oleh
Penicillium
chrysogenum,
dan
clavasin
yang
diproduksi
fungistatik,
yaitu
menghambat
pertumbuhan
kapang,
misalnya
asam
sorbat, propionat dan asetat, atau bersifat fungisidal yaitu membunuh kapang
(Fardiaz, 1992). Pertumbuhan kapang biasanya berjalan lambat bila dibandingkan
dengan pertumbuhan khamir dan bakteri.
D. Identifikasi Kapang
Identifikasi kapang biasanya dilakukan dengan melihat morfologi terutama
secara mikroskopik.
Sifat-sifat yang digunakan untuk identifikasi kapang adalah :
1. Hifa berseptat atau non septat
2. Miselium terang atau keruh
3. Miselium berwarna atau tidak berwarna
4. Memproduksi atau tidak memproduksi spora seksual dan jenis sporanya yaitu
oospora, zigospora atau askospora.
5. Jenis spora seksual : sporangiospora, konidia atau arhospora (oidia)
6. Ciri kepala pembawa spora :
a) Sporangium : ukuran, warna, bentuk dan lokasi
aseksual
adalah
sporangiospora)
seperti:
Mucor
mucedo,
Sporatrichum,
Botrytis,
Cephalosporium,
Trichoderma,
Scopulariopsis, Pullularia.
Famili
Dematiceae
Cladosporium,
Helminthosporium,
Alternaria,
Stempylium.
Famili Tuberculariaceae : Fusarium
Famili Cryptococcaceae (fungsi seperti khusus atau false yeast) : Candida
(khamir),Cryptococcus
perbedaan gamet besar dan kecil sehingga disebut mikrogamet (sel kelamin jantan)
dan makrogamet (sel kelamin betina).
Spora seksual yaitu:
1. Askospora, Spora bersel satu terbentuk di dalam kantung yang disebut
dengan askus. Biasanya terdapat 8 askospora di dalam setiap askus.
2. Basidiospora, Spora bersel satu terbentuk gada yang dinamakan basidium.
3. Zigospora, Spora besar dan berdinding tebal yang terbentuk apabila ujungujung dua hifa yang secara seksual serasi dinamakan gametangia.
4. Oospora, Spora terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut
oogonium. Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan di anteridium
menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium terdapat satu atau lebih oosfer.
G. Manfaat Kapang dalam bidang Industri Pangan
Kapang merupakan salah satu mikroorganisme yang merugikan, selain dapat
menyebabkan gangguan kesehatan juga dapat merusak bahan makanan seperti
pembusukan. Akan tetapi pada umumnya kapang yang tumbuh pada makanan yang
diolah dengan panas tidak menyebabkan penyakit pada manusia, bahkan digunakan
dalam pengolahan bahan makanan. Beberapa jenis kapang yang dapat dimanfaatkan
pembuatan bahan makanan antara lain:
1. Rhizopus
Rhizopus sering disebut kapang roti karena sering tumbuh dan menyebabkan
kerusakan pada roti. Selain itu kapang ini juga sering tumbuh pada sayuran dan buahbuahan. Spesies Rhizopus yang sering tumbuh pada roti adalah R. stolonifer dan
R.nigricans. selain merusak makanan, beberapa spesies Rhizopus juga digunakan
dalam pembuatan beberapa makanan fermentasi tradisional, misal R. oligosporus dan
R. oryzae yang digunakan dalam fermentasi berbagai macam tempe dan oncom
hitam.
Ciri-ciri spesifik Rhizopus adalah :
a) Hifa nonseptat
b) Mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua
c) Sporangiofora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid
tahap pertama dalam pembuatan kecap dan tauco. Konidia dalam grup ini berwarna
kuning sampai hijau, dan mungkin membentuk sklerotia.
Ciri-ciri spesifik Aspergillus adalah :
a) Hifa septat dan miselium bercabang, biasanya tidak berwarna, yang terdapat
dibawahpermukaan merupakan hifa vegetatif sedangkan yang muncul diatas
permukaan adalahhifa fertil.
b) Koloni kelompok
c) Konidiofora septat dan nonseptat, muncul dari foot cell (yaitu sel miselium
yangbengkak dan berdinding tebal)
d) Konidiofora membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa
sterigmata dimanatumbuh konidia
e) Sterigmata atau fialida biasanya sederhana berwarna atau tidak berwarna
f) Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam
g) Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37C atau lebih.
Lebih jelasnya untuk morfologi Aspergillus dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Spesies Aspergillus dan jamur lain yang ditemukan di Asia dalam makanan
fermentasi tradisional yang tidak disebutkan dalam daftar pertama 2002 IDF
inventaris karena mereka tidak umum digunakan dalam produk susu fermentasi.
Misalnya Aspergillus oryzae dan A. sojae digunakan dalam produksi miso dan kecap
fermentasi. Aspergillus oryzae dan A. niger juga digunakan untuk produksi sake dan
Jenis Kapang
Aspergillus
Penicillium
Rhizopus
Warna Spora
Hitam, hijau
Biru hijau
Hitam di atas,
Neurospora
berwarnaputih
merah-oranye
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kapang
merupakan
mikroorganisme
anggota
kingdom
fungi
yang
B. Saran
Setelah kita mengkaji tentang kapang, seharusnya dalam pengolahan pangan
dilihat beberapa faktor yang menyebabkan adanya pertumbuhan kapang yang
merugikan, untuk menghindari kerusakan pada pangan tersebut. Namun kita juga
harus bisa memanfaatkan kapang yang bisa memberikan manfaat untuk
meragamkan hasil pengolahan bahan.
Daftar Pustaka
Ali, A., 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid I. State University of Makassar Press.
Makassar.
Buckle K.A,dkk. 2009. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Fardiaz,s. 1989.Mikrobiologi Pangan. IPB: PAU Pangan dan Gizi. Bogor
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hadioetomo, R, S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
International Journal of Food Microbiology 154 (2012) 8797
Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan., 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I. Diterjemahkan
oleh Hadioetomo, dkk. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Suriawiria, U., 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang