Disusun oleh:
Nando Sugawa
NIM: P05609096 3.34E
Dosen:
Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc
Ikan Konsumsi
Sumber
Protein
Olahan
Limbah Ikan
Alternative
ola
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang cukup dikenal di
Indonesia, serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ikan patin banyak dimanfaatkan
sebagai bahan baku dalam pembuatan
perikanan lainnya. Rasa dagingnya lezat dan gurih sehingga digemari oleh
masyarakat. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup
tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat, dan gurih. Ikan patin dinilai lebih aman
untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging
ternak Protein daging ikan patin cukup tinggi yaitu 16,58%. Daging ikan patin tebal
dan tidak banyak duri, dari berat ikan rendemennya dapat mencapai sekitar 40-50%.
(Anonim 2009).
Data produksi ikan patin pada tahun 2005 sebesar 32.575 ton, pada tahun
2006 sebesar 31.490 ton, pada tahun 2007 sebesar 36.260 ton, dan pada tahun
2008 sebesar 51.000 ton (Kompas 13 April 2008 diacu dalam Ferinaldy 2009).
Surimi merupakan salah satu jenis produk perikanan yang telah dikenal di
seluruh dunia. Surimi sangat potensial untuk dikembangkan. Pembuatan surimi
dapat menggunakan berbagai jenis ikan baik ikan air tawar maupun ikan air laut.
Salah satu keunggulan dari surimi adalah kemampuannya untuk diolah menjadi
berbagai macam variasi produk-produk lanjutannya dalam berbagai bentuk dan
ukuran (Okada 1992 diacu dalam Haetami 2008).
Ikan patin merupakan salah satu komoditi ikan air tawar yang memiliki potensi
besar untuk dikembangkan serta memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patin (Pangasius sp) ini mendapat perhatian dan diminati oleh
para pengusaha untuk membudidayakannya. Beberapa keunggulan ikan patin
seperti tempat pemeliharaan tidak memerlukan air yang mengalir dan hanya dalam
waktu pemeliharaan 6 bulan dapat mencapai panjang 35 40 cm (Rosman 2008).
patin yang
didapatkan
menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang tidak
menguap (Apriyantono et al. 1998 diacu dalam Damayanti 2007). Kadar abu yang
dihasilkan pada ikan patin sebesar 0,74%. Protein adalah sumber asam-asam amino
yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak
ataupun karbohidrat (Winarno 1997 diacu dalam Damayanti 2007). Semua protein
hewani merupakan protein komplit. Protein yang didapatkan dari hasil praktikum
sebesar 14,54%. Ikan patin adalah jenis ikan air tawar yang memiliki kadar lemak
yang cukup tinggi. Kadar lemak pada ikan patin sebesar 1,09%.
Rendemen merupakan bagian tubuh yang dapat dimanfaatkan Rendemen
juga merupakan suatu parameter yang paling penting untuk mengetahui nilai
ekonomis dan efektivitas suatu produk bahan atau bahan. Rendemen digunakan
untuk memperkirakan berapa bagian tubuh ikan yang dapat digunakan sebagai
bahan makanan (Hadiwiyoto 1993 diacu dalam Nurfianti 2007). Rendemen daging
ikan sangat bervariasi tergantung jenis ikan, bentuk tubuh dan umur (Suzuki 1981
diacu dalam Nurfianti 2007). Dari hasil praktikum didapat rendemen ikan patin
berupa daging merah dan daging putih. Rendemen daging merah ikan patin sebesar
29,20%, sedangkan rendemen daging putih ikan patin berdasarkan praktikum
kemarin sebesar 1,73%.
Nilai (%)
29,20
1,73
Faktor Kritis
Faktor Penyimpanan
Faktor penyimpanan untuk menjaga kesegaran ikan memang harus diperhatikan
secara seksama. Agar hasil protein yang disimpan terjaga kebersihan, dan
manfaatnya.
Karakteristik kesegaran bahan baku surimi SNI (01-2649-1992) diacu dalam
Haetami (2008) secara organoleptik sekurang-kurangnya sebagai berikut:
(a)
(b)
Aroma
(c)
Daging
(d)
Rasa
Bahan baku harus segera diolah agar mutu dapat dipertahankan, bahkan bahan
baku harus disimpan dengan es atau air dingin (0-5C), kondisi sanitasi dan higienis
(SNI 10-2694-1992 diacu dalam Haetami 2008).
Faktor Pengolahan
Pada pembuatan surimi terdapat proses pencucian, proses pencucian
pertama hingga pada pencucian yang kedua nilai yang didapat semakin menurun
yaitu pada proses pencucian pertama didapat sebesar 1002 gr, dan pada pencucian
kedua didapat sebesar 965. Hal ini disebabkan karena pada proses pencucian
bertujuan untuk memperluas permukaan daging sehingga protein yang larut dalam
garam mudah terekstrak keluar kemudian jaringan lunak lunak akan berubah
menjadi mikro molekul (Nurfianti 2007).
Sensori surimi yang dihasilkan dari ikan patin adalah berwarna kekuningan
sedangkan sensori surimi yang dihasilkan dari ikan nila adalah berwarna putih
dengan tekstur yang lebih halus. Perbedaan ini disebabkan karena kadar lemak
pada ikan patin lebih tinggi dibaningkan ikan nila.
Protein yang paling banyak larut dalam air ialah protein sarkoplasma. Jenis ini
banyak terdapat didalam sarkoplasma sel otot. Protein sarkoplasma dalam otot
jumlahnya mencapai 20-50% dari total protein (Nurfianti 2007). Jumlah protein yang
larut air sebesar 2,238%. Kontribusi protein ini terhadap keempukan daging sangat
minimal (Pomeranz 1991 diacu dalam Nurfianti 2007). Protein sarkoplasma tidak
berperan dalam pembentukan gel dan kemungkinan akan menghambatnya,
misalnya beberapa protease yang merusak miofibril (Hall dan Ahmad 1992 diacu
dalam Nurfianti 2007). Protein yang larut dalam larutan garam ialah protei miofibril.
Protein miofibril merupakan bagian terbesar dalam jaringan daging ikan. Jumlah
protein larut garam sebesar 5,557%. Protein ini terdiri dari miosin, aktin serta protein
regulasi yaitu gabungan dari aktin dan miosin yang terbentuk aktomiosin (Nurfianti
2007). Protein miofibril sangat berperan dalam pembentukan gel dan proses
koagulasi terutama dari fraksi aktomiosin (Suzuki 1981 diacu dalam Nurfianti 2007).
Ikan yang berdaging gelap memiliki stroma lebih banyak dibandingkan ikan
berdaging putih (Suzuki 1981 diacu dalam Haetami 2008). Stroma atau protein
jaringan ikat merupakan komponen penyusun dari kolagen dan elastin (Santoso et
al. 1997 diacu dalam Haetami 2008). Menurut Hall dan Ahmad (1992) diacu dalam
Haetami (2008), pada pengolahan surimi, protein stroma tidak dihilangkan karena
mudah dilarutkan oleh panas dan merupakan komponen netral pada produk akhir.
Kesimpulan
Surimi merupakan salah satu jenis produk perikanan yang telah dikenal di
seluruh dunia. Surimi sangat potensial untuk dikembangkan. Pembuatan surimi
dapat menggunakan berbagai jenis ikan baik ikan air tawar maupun ikan air laut.
Berdasarkan praktikum mengenai karakteristik ikan dan surimi dari ikan patin yang
meliputi ukuran, rendemen, dan karakteristik surimi yang dihasilkan didapat bahwa
data yang didapat pada parameter ukuran memiliki nilai yang lebih kecil
dibandingkan dengan literatur, sedangkan pada parameter rendemen didapat daging
merah sebesar 29,20%, dan daging putih sebesar 1,73%. Sedangkan untuk
rendemen daging sebesar 31,9332%, dan untuk rendemen surimi sebesar
16,2788%. Untuk parameter pada karakteristik surimi berdasarkan SNI (01-26491992) rupa dan warna : bersih, warna daging
: segar spesifik jenis, daging : elastis, padat dan kompak, dan rasa
: netral
agak manis. Pada morfometrik ikan patin untuk berat total didapat sebesar 346 cm,
panjang total sebesar 38,8 gr, panjang baku sebesar 34,6 cm, dan panjang cagak
sebesar 4,2 cm. Untuk rendemen diambil hasil dari literatur yaitu meliputi kadar air
sebesar 82,20%, kadar abu sebesar 0,74%, Protein sebesar 14,54%, lemak sebesar
1,09%, dan karbohidrat sebesar 1,43%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2008.
Aspek
produksi,
http://ikanmania.wordpress.com
budidaya
pembesaran
ikan
patin.
/2008/01/22/aspek-produksi-budidaya-
WWW.GOOGLE.COM