Pengawasan Pangan Berlabel Halal
Pengawasan Pangan Berlabel Halal
Resiko
Kesehatan
Konsumen
TUJUAN
PANGAN IMPOR
MASYARAKAT
KONSUMEN
INSTITUSI PENGAWAS
PANGAN
PELAKU USAHA
INDUSTRI PANGAN
LABORATORIUM
PENGUJIAN PANGAN
Materi presentasi
Dasar Hukum
Pangan halal
Pangan halal menurut Codex
Pengawasan pangan halal
sebelum beredar
Pengawasan pangan halal
setelah beredar
Prosedur Sertifikasi dan
Labelisasi Halal
Peraturan Perundangundangan
1. Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan.
2. Undang-Undang RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan.
4. Peraturan Pemerintah No. 28 th 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan.
5. SK Menkes RI No. 82/Menkes/SK/I/1996 tentang Pencantuman
Tulisan Halal pada Label Makanan dan Perubahannya No.
924/Menkes/SK/I/1996
6. SK. Badan POM No. HK.00.05.23.0131 tahun 2003 tentang
Pencantuman asal bahan tertentu kandungan alkohol dan
batas kedaluarsa pada penandaan/label obat, obat
tradisional, suplemen pangan & pangan
7. Piagam Kerjasama antara Departemen Kesehatan,
Departemen Agama dan MUI tanggal 21 Juni 1996
PP No. 69,
Tentang Label dan Iklan Pangan
1999
Pasal 10 ayat (1) :
Setiap orang yg memproduksiatau memasukkan pangan yg dikemas ke
dlm wilayah Indonesia utk diperdagangkan yg menyatakan bhw pangan tsb
halal bagi umat manusia, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan
tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label
PP No. 69,
Tentang Label dan Iklan Pangan
1999
Pasal 11, ayat (1) :
Untuk mendukung kebenaran pernyataan Halal sebagaimana dimaksud pasal
10 ayat (1), setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang
dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib
memeriksakan terlebih dahulu pangan tersebut kepada lembaga pemeriksa
yang telah diakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Penjelasan :Pencantuman tulisan halal pada dasarnya bersifat sukarela.
PP No. 28,
Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
2004
Pasal 2
Setiap orang yg
bertanggung jawab dalam
proses produksi pangan
wajib memenuhi
persyaratan sanitasi
Pasal 3
Pemenuhan persyaratan sanitasi
dilakukan dengan menerapkan
Cara Produksi Pangan yang
Baik (CPPB)
Pasal 6
Pedoman CPPB adalah cara produksi yang
memperhatikan aspek keamanan pangan
SK 82/MENKES/SK/I/96
Tentang Pencantuman Tulisan Halal pada Label Makanan
dan Perubahannya No. 924/Menkes/SK/I/1996
1. Produsen/Importir yang akan mengajukan permohonan pencantuman
tulisan halal wajib diperiksa oleh petugas tim gabungan dari MUI,
Dirjen POM
2. Sertifikat halal dikeluarkan oleh MUI berdasarkan hasil komisi fatwa
3. Surat persetujuan pencantuman tulisan halal diberikan oleh Direktorat
Jendral ( BPOM) berdasarkan sertifikat halal dikeluarkan oleh MUI.
SK 82/MENKES/SK/I/96
Tentang Pencantuman Tulisan Halal pada Label Makanan
dan Perubahannya No. 924/Menkes/SK/I/1996
Pasal 2 :
Pada label makanan dapat dicantumkan tulisan Halal sebagaimana
dimaksud pasal 1 ayat (3)
SK 82/MENKES/SK/I/96
Tentang Pencantuman Tulisan Halal pada Label Makanan
dan Perubahannya No. 924/Menkes/SK/I/1996
Pasal 13 :
Ayat 1 :
Untuk permohonan yang mendapat persetujuan diberikan surat
persetujuan pencantuman tulisan Halal oleh Direktur Jenderal
Ayat 2 :
Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku
selama 2 (dua) tahun
Pangan halal
Pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung
unsur atau bahan yang haram atau dilarang
untuk dikonsumsi umat Islam serta diproses
sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam
dengan cara-cara yang baik (Toyyib)
(SK Ka BPOM No. HK 00.05.52.4321
tentang Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan)
PRODUK PANGAN
HALAL
DAN
THAYIB
VOLUNTARY
Jika akan mencantumkan
logo halal pada label
kemasan Sertifikat Halal
harus diperoleh setelah
dilakukan audit dan
pembahasan dalam
Komisi Fatwa MUI.
Logo halal hanya dapat
dicantumkan pada label
kemasan setelah produsen
memenuhi pernyataan CPPB
dan memperoleh persetujuan
dari Badan POM.
MANDATORY
Jika suatu produk pangan secara jelas
mengandung babi, maka pernyataan
mengandung babi harus dicantumkan
pada label kemasan.
Mengandung Babi
VOLUNTARY
PRODUK PANGAN
YANG
BERLABEL HALAL
MANDATORY
VERSUS
Pangan Halal
Menurut Codex
Codex
(FAO dan WHO)
Cakupan :
1. Jenis pangan yang tidak halal
2. Pemotongan hewan
3. Persiapan, pengolahan, pengemasan, distribusi
dan penyimpanan pangan
4. Pelabelan pangan
Pengawasan Pangan
Berlabel Halal
sebelum beredar
Pengawasan
kehalalan pangan
sesudah beredar
Sampling
Produk pangan
MD/ML
Sertifikat
Halal
Pengawasan Kehalalan
Pangan
Sebelum Beredar
PENILAIAN PRODUK
PANGAN
Pengawasan Kehalalan
Pangan
Setelah Beredar
MK
(Memenuhi Ketentuan)
TMK
Produk SP/PIRT
Pembinaan;
Balai POM berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan setempat.
Produk MD/ML
64 Sampel
(MD)
12 Sampel
(ML)
143 Sampel
(PIRT)
7 Sampel
(Tidak mempunyai
izin edar)
3.
Dasar Hukum :
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
PELAKSANAAN AUDIT
Waktu Audit disepakati bersama
Dalam keadaan berproduksi
Mempresentasikan proses produksi
Diizinkan untuk difoto
Menyiapkan dokumen pembelian/pemesanan
(Purchase Order (PO)/Delivery Order (DO))
bahan-bahan ( 2 bulan terakhir)
Ketua Tim Audit : BADAN POM
2.
3.
Badan POM,
Audit terhadap penerapan dan pemenuhan
CPPB
LPPOM MUI,
Audit terhadap kehalalan bahan yang
digunakan, proses produksi dan
penerapan sistem jaminan halal
Departemen Agama,
Bimbingan syariah kepada manajemen
perusahaan dan karyawan muslim
HASIL AUDIT
Memenuhi Syarat
a. Kehalalan Produk
(Sesuai hasil pemeriksaan dan Rapat Komisi
Lanjutan
.
Tidak Memenuhi Syarat
Perusahaan harus melengkapi dalam waktu
3 (tiga) bulan sejak dilakukan audit,
apabila belum bisa dipenuhi, maka akan
dilakukan audit ulang
BAHAYA BIOLOGIS
BAHAYA KIMIA
AMANKAN PANGAN
dan
BEBASKAN PRODUK
dari
BAHAN BERBAHAYA
BAHAYA FISIK
Terima Kasih
BEBAS BAHAYA