Anda di halaman 1dari 15

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9

UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

9
Pengkodean
Saluran
Pengkodean saluran atau lebih lengkapnya, pengkodean sinyal digital yang ditransmisikan (line coding), adalah pola pengkodean sinyal serial digital yang digunakan untuk
mempertahankan reliabilitas dan integritas data. Line code yang digunakan ditentukan
oleh penyedia layanan komunikasi data, (3)p323.
Bentuk kode biner 1s dan 0s seperti pada sinyal PCM, dapat direpresentasikan dalam
beberapa format sinyal serial digital yang disebut sebagai line-code. Beberapa format
yang banyak digunakan ditunjukkan pada Gbr-9 dari Modul-2. Terlihat pada beberapa
bentuk line-code tersebut terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu, format return-tozero (RZ) dan nonreturn-to-zero (NRZ). Dengan pengkodean RZ, bentuk gelombang
pulsa nampak kembali ke level zero untuk sebagian (biasanya setengah) interval bit-nya.
Bentuk gelombang line-code tersebut mempunyai peruntukan level gelombangnya secara spesifik yang menyatakan data biner. Sebagai contohnya adalah sebagai berikut.
Pensinyalan Unipolar. Menggunakan polaritas positif untuk menyatakan kode binernya, biner-1 dinyatakan oleh + A volt, dan biner-0 dinyatakan oleh level nol volt.
Jenis pengkodean ini dikenal sebagai on-off keying (OOK).
Pensinyalan Polar. Pernyataan biner-1s dan 0s, masing-masing dirupakan sebagai
polaritas positif dan polaritas negatif.
Pensinyalan Bipolar (Pseudoternary). Biner 1s dinyatakan dengan sepasang perubahan level positif dan nol atau level negatif dan nol. Sedang biner 0s dinyatakan
sebagai level nol. Terminologi pseudoternary diambil karena penggunaan tiga pernyataan level, positif, nol, dan negatif, untuk menyatakan pernyataan biner. Pensinyalan
bipolar ini disebut juga sebagai pensinyalan alternate mark inversion (AMI).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

Pensinyalan Manchester. Setiap biner 1s dinyatakan sebagai level posisif setengah-perioda-bit yang diikuti oleh level negatif setengah perioda sisanya. Sebaliknya,
untuk biner 0s dinyatakan sebagai level negatif setengah-perioda-bit yang diikuti oleh
level positif setengah perioda selebihnya. Jenis pensinyalan ini disebut juga sebagai
split-phase encoding.
Bentuk pengkodean yang ditunjukkan pada Gbr-9 Modul-2 tersebut yang digambarkan
kembali disini, Gbr-1, kadang-kadang disebut dengan nama lain, misalnya, polar NRZ
sebagai NRZ-L, dimana L merupakan singkatan Logical level yang berarti normal level
logika. Kemudian, bipolar RZ dinamai lain sebagai RZ-AMI, dimana AMI singkatan
dari alternate mark inversion. Dan Manchester NRZ disebut lain sebagai Bi--L, yang
ber-arti bi-phase with normal logic level.

Gbr-1

Sinyal format digital dalam


beberapa kode (line code).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

Setiap bentuk kode yang disebutkan pada Gbr-1 di atas, mempunyai keuntungan dan
kerugian yang tergantung pada penerapannya. Beberapa keuntungannya adalah sebagai
berikut :
Sinkronisasi sendiri (self synchronization). Kode ini mempunyai pewaktuan yang
cukup sehingga bit sinkronisasi dapat dirancang dengan mudah pada sistem kode
ini. Perioda biner 1s dan 0s yang panjang tidak menimbulkan masalah dalam
penyesuaian waktu detak.
Rendah probabilitas kemungkinan kesalahan bit (low probability of bit error).
Pada keadaan praktisnya, sistem penerima dirancang hanya dapat untuk melakukan perbaikan data dengan input data yang mempunyai kesalahan bit rendah.
Mempunyai bandwidth transmisi yang rendah.
Mempunyai kemampuan untuk deteksi error (error detection capability). Dengan
penambahan bit tambahan, sistem kode ini dapat mempunyai kemampuan deteksi
error.
9.1. Kode B8ZS dan HDB3
Kedua kode terakhir ini merupakan juga line-code yang biasanya diterapkan untuk
transmisi data jarak jauh berkecepatan tinggi, misalnya transmisi data antar sentral telepon yang menggunakan media transmisi serat optik. Transmisi ini sebelumnya dilakukan dengan menggunakan kabel multipair untuk sinyal dalam format analog, yang dikenal sebagai saluran junction.
Kedua kode tersebut mengikuti format kode AMI, yaitu menggunakan kombinasi tiga
level, positif, nol, dan negatif, untuk menyatakan kode binernya. Kedua kode ini mempunyai format bentuk seperti ditunjukkan pada Gbr-2, yang pada dasarnya mengeliminasi adanya serial biner 0s yang banyak yang dapat terjadi pada format AMI. Serial
biner 0s yang dimaksudkan adalah sampai mencapai 4 digit atau perioda 8 digit.
9.1-1. Kode B8ZS
Kode ini sudah banyak dioperasikan di Amerika Serikat. Serial panjang biner 0s
yang ada dalam kode AMI akan menyebabkan hilangnya sinkronisasi. Nama kode

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

B8ZS sendiri merupakan singkatan dari, Bipolar with 8 Zero be Switched. Aturan
yang digunakan untuk menentukan bentuk kode B8ZS adalah sebagai berikut :
Bila satu oktaf yang semua nol didahului dengan pulsa positif, maka
dihasilkan delapan bit penggantinya dengan kode, 000 + 0 +,
Bila satu oktaf yang semua nol didahului dengan pulsa negatif, maka
dihasilkan delapan bit penggantinya dengan kode, 000 + 0 +

Gbr-2

Sinyal format digital dalam


kode B8ZS dan HDB3.

Perubahan bentuk level nol tersebut dianggap sebagai bentuk penyimpangan dari
format AMI, yang bentuk pulsa ini dapat juga dihasilkan oleh penambahan sinyal
noise dari saluran selama ditransmisikan. Tetapi sisi receiver sistem kode ini
memang dapat menginterpretasikan sebagai deretan level nol sebanyak 8 digit.
9.1-2. Kode HDB3
Pengkodean sinyal digital ini banyak diterapkan di Eropa dan Jepang untuk transmisi jarak jauh seperti kode B8ZS. Singkatan nama kode ini sendiri adalah dari,
High Density Bipolar with 3 zero level. Penggantian kode format AMI dilakukan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

bila terdapat sederetan biner 0s sebanyak 4 digit. Bentuk penyimpangan tersebut


sedemikian sehingga totalnya akan menghasilkan nilai nol (perhatikan Gbr-2).
Aturan yang digunakan untuk memperoleh kode HDB3 dari kode AMI asal adalah
sebagai berikut, (2)p143 :
Perubahan terjadi untuk setiap deretan 4 bit 0s,
Bentuk perubahan tergantung atau mengikuti polaritas bit sebelum terjadi
deretan 4 bit 0s, yaitu positif atau negatif,
Bentuk perubahan juga tergantung pada jumlah bipolar pada perubahan terakhir (4 bit 0s terakhir), yaitu ganjil atau genap,
Pulsa terakhir perubahan selalu diikuti polaritas sebaliknya. Prinsip ini diterapkan agar menghasilkan level total nol.
Perubahan 4 bit 0s untuk kode HDB3 mempunyai skema seperti dituliskan pada
Tabel-1.
Tabel-1 Skema perubahan 4 bit 0 untuk kode HDB3
Polaritas pulsa yg mendahului

Urutan ganjil

Urutan genap

000

+ 00 +

000 +

00

9.2. Pengkodean Awal Data

Sebelum data dikirimkan melalui jalur jarak jauh dengan menggunakan salah satu
kode saluran (line-code) di atas, data dikodekan dalam salah satu kode biner seperti, Baudot, ASCII, EBCDIC, yang berbasis pada kombinasi n bit, sehingga diperoleh kombinasi sebanyak 2n. Kombinasi 2n tersebut akan mengakomodasi huruf yang berjumlah 10, huruf yang berjumlah 26, beberapa tanda baca, perintah
(command) dalam komputasi.
EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code) yang luas diguna-kan
pada sistem IBM. Menggunakan kombinasi 8 bit, sehingga jumlah kombinasi yang
dihasilkan sebanyak 256. Sementara kode ASCII menggunakan kombinasi 7 bit, sehing-

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

ga menghasilkan 128 kombinasi 7 bit data untuk semua karakter yang ada termasuk
command.
Sementara sinyal digital yang merupakan hasil digitalisasi sinyal audio maupun video,
dinyatakan oleh bentuk dasarnya, yaitu kode PCM yang mempunyai jumlah bit yang
bergantung pada bit/sample yang dipilih seperti diuraikan pada Modul-2.
9.2-1. ASCII
Singkatan dari American Standard Code for Information Interchange yang digunakan pertama kali dalam tahun 1963 dan disempumakan dalam tahun 1967. Adalah
merupakan sistem kode yang pertama kali diusulkan khusus untuk sistem komunikasi komputer, dan saat ini luas digunakan termasuk pada komputer jenis personal
computer. Kode selengkapnya ditunjukkan pada Tabel-2. Menggunakan jumlah bit
sebanyak tujuh untuk mengodekan setiap karakter, sehingga mempunyai 27 = 128
kemungkinan kombinasi. Pada setiap kombinasi tujuh bit tersebut ditambahkan satu
bit pariti yang dapat berfungsi untuk keperluan deteksi kesalahan bit pada data
ASCII tersebut. Dikenal dua sistem dalam hal ini, yaitu sistem pariti ganjil (odd
parity) dan pariti genap (even parity).
Bit pariti yang dimaksudkan di atas ditambahkan sebagai bit MSB-nya, sehingga untuk setiap karakter, dikirimkan lengkap delapan bit. Kondisi logika bit pariti ini tergantung pada sistem yang digunakan. Pada sistem pariti ganjil, kondisi logika bit
pariti sedemikian sehingga menyebabkan jumlah logika 1s pada delapan bit tersebut ganjil. Misalnya pada data huruf 'A' yang mempunyai pola 1000001, maka bit
pariti harus berlogika 1s . Tetapi sebaliknya pada sistem pariti genap, maka kondisi
logika bit pariti adalah 0s agar jumlah logika 1s pada delapan bit tersebut genap.
Pada prakteknya, penggunaan sistem bit pariti ini lebih diperluas sifatnya, yaitu
yang semula hanya untuk mendeteksi kesalahan bit dalam setiap karakter, kemudian
dikembangkan menjadi alat deteksi kesalahan bit dalam satu blok data yang terdiri
dari beberapa karakter. Kumpulan beberapa bit pariti untuk satu blok data tersebut
dinamakan karakter pendeteksi blok (BCC = block check character) yang kemudian
ditempatkan pada akhir blok deretan data serial.
9.2-2. Bit pariti (Parity check code)
Pariti adalah bit yang ditambahkan pada setiap kode karakter atau pada satu blok

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

data sedemikian sehingga memberi kemudahan untuk mendeteksi adanya error yang
terjadi pada data aslinya. Terdapat dua sistem pada kode pariti ini, yaitu sistem pariti
genap (even parity) dan pariti ganjil (odd parity). Disebut sistem pariti genap, bila
jumlah bit-1 dalam kode satu karakter (termasuk bit pariti), adalah genap. Untuk
sebaliknva, bila jumlah bit-1 tersebut adalah ganjil. Bit pariti ini sendiri dapat
berupa bit-1 atau bit-0 tergantung dari sistem yang dipilih tersebut.
Tabel-2 Kode ASCII

Bit pariti oleh ITU-T direkomendasikan peletakannya setelah MSB kode karakter,
atau bila kode ASCII yang digunakan, maka bit pariti adalah bit kedelapan. Satu
contoh misalnya, karakter 1010000 akan menjadi 01010000 bila digunakan sistem
pariti genap atau 11010000 bila digunakan sistem pariti ganjil.
Cara membangkitkan bit pariti dapat dilakukan dengan perangkat lunak maupun perangkat keras. Untuk perangkat keras digunakan gerbang EXOR yang secara seder-

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

hana ditunjukkan pada Gbr-3. Dengan metoda pendeteksian bit pariti pada setiap karakter ini terdapat kekurangan, yaitu bila error terjadi pada dua bit secara bersama.
Misalnya pada contoh data diatas, 1010000. Sistem yang digunakan adalah pariti genap, sehingga data itu bersama bit pariti adalah 01010000. Bila sekarang terjadi kesalahan pada bit kesatu dan bit ketiga secara bersama, sehingga data kemudian menjadi 01010101, maka jumlah bit-1 tetap genap, sehingga dengan demikian error
yang terjadi tidak dapat terdeteksi.

b it k e -0
1
2
3
4
5
6

Gbr-3

b it p a r iti g a n jil
b it p a r iti g e n a p

Rangkaian pembangkit bit pariti

Untuk mengatasi kekurangan pada sistem deteksi error bit pariti setiap karakter ini,
digunakan bit pariti blok-data, yang ditambahkan pada satu blok data. Bit pariti
blok-data ini terdiri dari beberapa bit, sehingga akhirnya bit pariti blok tersebut merupakan satu karak-ter sendiri yang disebut block check character (BCC),
perhatikan Gbr-4. Logika 1s dan 0s bit-bit BCC tetap mengikuti aturan sistem
pariti genap atau ganjil.
Nomor bit

Karakter

BCC

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

Gbr-4

Pembentukan karakter BCC dgn. pariti genap

Bila satu blok data ini dituliskan, maka posisi bit pariti karakter terletak dalam satu
kolom (bit-7) yang berfungsi untuk mendeteksi error secara horizontal yang disebut
sebagai longitudinal redundancy check (LRC). Sedang BCC terletak dalam satu baris terakhir yang berfungsi untuk mendeteksi kolom demi kolom blok data yang disebut sebagai vertical redundancy check (VRC). Untuk lebih memberikan gambaran
tentang pariti blok, berikut ini diberikan contoh. Misalnya dalam satu blok data
terdiri dari 7 karakter yang menggunakan kode ASCII, Gbr-4. Baris pada blok menunjukkan masing-masing karakter, se-dang kolom pada blok menunjukkan bit-bit
karakter, dimana bit ke-7 adalah bit pariti untuk masing-masing karakter. Sedang
pariti blok, BCC, ditunjukkan pada baris terakhir. Bit demi bit BCC berkondisi
logika 0s atau 1s sedemikian sehingga pada setiap kolom bersangkutan akan mempunyai bit-1 genap (bila sistem pariti genap). Demikian juga pada setiap baris, jumlah bit-1 akan genap oleh kondisi logika bit paritinya masing-masing.
Jadi dari Gbr-4 nampak, bahwa karakter BCC untuk setiap blok akan berbeda. Untuk mengetahui adanya error, maka setiap kolom dan setiap baris diperiksa dan kesalahan tunggal dapat ditentukan dengan melakukan interseksi pada kolom dan baris
yang mengandung kesalahan. Bila terdapat dua kesalahan pada sebuah karakter, bit
pariti karakter tidak dapat menunjukkan adanya kesalahan tersebut, tetapi oleh BCC
akan nampak, sehingga berarti adanya kesalahan itu tetap dapat terdeteksi. Dengan
cara yang sama, bila terdapat dua kesalahan pada nomor bit yang sama pada dua karakter yang berbeda, maka dengan BCC tidak dapat diketahui, tetapi oleh bit pariti
karakter dapat diketahui adanya error tersebut.
Karakter BCC pada deretan serial data, ditempatkan setelah setiap satu blok data
pesan, yaitu setelah karakter kendali ETB atau ETX seperti ditunjukkan pada Gbr-5.
Pembangkitan BCC tidak didasarkan pada semua karakter di dalam sebuah blok
data. Dari dua contoh struktur data pada Gbr-5, bahwa pembentukan BCC dilakukan
untuk blok setelah karakter SOH sampai sebelum ETB (termasuk STX) bila blok
data didahului karakter SOH. Tetapi bila struktur yang digunakan adalah seperti
Gbr-5(b), maka pembentukan BCC didasarkan pada blok setelah STX sampai sebelum ETX. Jadi setelah karakter ETB atau ETX, maka penerima mengetahui bahwa
karakter berikutnya adalah BCC.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

Pada saat serial data tersebut diterima, penerima telah membangkitkan sendiri BCC
berdasarkan blok data. Kemudian kedua BCC, dari sinyal data dan yang dibangkitkan sendiri, dibandingkan. Bila hasilnya tidak sama, maka dapat diketahui bahwa
telah terjadi error pada blok data tersebut dan sisi terima akan mengirim sinyal
NAK ke terminal pengirim untuk retransmission.

(a)

B
C
C

E
T
B

T ext

S
T
X

H eader

S
O
H

S
Y
N

S
Y
N

S
T
X

S
Y
N

S
Y
N

B a ta s m e n e n tu k a n B C C

(b)

B
C
C

E
T
X

T ext
B a ta s m e n e n tu k a n B C C

Gbr-5

Batas blok serial data untuk penentuan


bit-bit BCC.

9.2-3. Kode Hamming


Akibat gangguan selama transmisi yang tidak dapat dihindari secara sempurna adalah pengaruh noise atau karena kualitas saluran transmisinya, maka timbulnya kesalahan (error) pada deretan data serial selalu dapat mungkin terjadi, terutama pada
laju bit yang tinggi. Dalam hal ini dikenal istilah bit error rate (BER} yang didefinisikan sebagai, banyaknya kesalahan bit dalam sejumlah bit data. Satu nilai praktis
BER yang sudah dianggap cukup kurang baik adalah, kesalahan yang lebih besar
dari 1 dalam kelompok 105 bit, (1)p466. Kesalahan (error) tersebut harus dipastikan
kehadirannya yang kemudian dikoreksi. Jadi dalam hal penanganan error (error
handling), dilakukan lebih dulu proses deteksi yang terjadi di sisi penerima, yang
kemudian dikoreksi oleh sisi pengirim dengan mengirimkan kembali data tersebut
atas permintaan penerima. Dimungkinkan juga, bahwa proses koreksi dilakukan
sen-diri oleh sisi terima.
Cara yang digunakan untuk proses deteksi adalah dengan menggunakan jenis pengkodean tertentu untuk data. Pengkodean data sedemikian sehingga memberikan ke-

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

10

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

mudahan deteksi karena kode mempunyai aturan tertentu yang tetap. Beberapa cara
tersebut diantaranya adalah dengan penggunaan bit tambahan (redundant bit). Pariti
bit yang telah diuraikan di atas adalah salah satu metoda bit tambahan. Metoda yang
lain adalah pengkodean Hamming.
Kode Hamming ini menggunakan bit-bit pariti yang diletakkan atau disisipkan pada
posisi tertentu pada setiap blok data yang memungkinkan dilakukan pemeriksaan
kesalahan pada terminal penerima. Posisi bit-bit Hamming dinyatakan dengan aturan 2n dengan n adalah bilangan bulat positif, sehingga bit-bit tersebut berada pada
posisi 1, 2, 4, 8, dst. pada deretan data. Sebagai contoh misalnya data 1011. Setelah
penyisipan bit-bit Hamming, maka deretan data menjadi 101x1xx. Nilai x yang ada
dapat dipilih 1s atau 0s sedemikian sehingga dapat menentukan jumlah modulo-2
bit-1 pada deretan data tersebut menjadi genap. Misalnya pada contoh data tersebut
diatas yang dituliskan lagi sebagai berikut,
1 0 1 x 1 x x
bit ke-

7 6 5 4 3 2 1

Bit-Hamming pada posisi-1 akan memeriksa bit data pada posisi 3, 5, dan 7, sehingga bit-Hamming itu bernilai 1s. Bit-Hamming pada posisi-2 akan memeriksa bit
data pada posisi 3, 6, dan 7, sehingga bit tersebut bernilai 0s. Sedangkan bitHamming pada posisi-4 akan memeriksa bit data pada posisi 5, 6, dan 7, sehingga
bit tersebut akan bernilai 0s untuk mendapatkan jumlah genap. Keseluruhan deretan
data itu setelah bit-Hamming disisipkan akan menjadi,
P3
D D D

P2 P1
D

1 0 1 0 1 0 1
bit ke-

7 6 5 4 3 2 1

Bila deretan data tersebut berubah selama transmisi, sehingga misalnya bit data pada
posisi-5 berubah dari 1s menjadi 0s, maka dengan pemeriksaan oleh bit-bit Hamming dapat diketahui adanya error serta lokasinya. Dengan perubahan bit data seperti yang dimaksudkan, maka keseluruhan deretan data menjadi,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

11

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

1 0 0 0 1 0 1
bit ke-

7 6 5 4 3 2 1

Dengan bit-Hamming pada lokasi-1, jumlah modulo-2 bit-1 menjadi 1 (ganjil) yang
berarti salah. Dengan bit-Hamming pada lokasi-2, jumlah bit-1 menjadi 0 (genap)
yang berarti benar. Demikian juga dengan bit-Hamming pada lokasi-4, jumlah bit-1
ternyata 1 (ganjil) yang berarti salah. Tiga nilai hasil pemeriksaan itu adalah 101
yang dalam pernyataan biner adalah 5, yang mengatakan, bahwa kesalahan data terjadi pada lokasi-5 deretan data tersebut. Dengan demikian terminal penerima dapat
mengetaliui kesalahan itu dan mengoreksinya, yaitu dengan hanya mengubah sebaliknya bit data yang salah, tanpa meminta retransmisi data.
Sekarang, bagaimanakah penempatan bit-bit Hamming bila data yang dikirim adalah
11000101100100 ?
Dengan aturan penempatan 2n, maka posisi bit-Hamming adalah lokasi-1, 2, 4, 8,
dan 16, karena jumlah bit data tersebut dibawah 32. Deretan data yang telah dilengkapi posisi bit-Hamming menjadi, 110x0010110x010x0xx. Metoda tabel digunakan
untuk menentukan nilai bit-Hamming tersebut. Cara itu adalah,
1). Ditandai lokasi bit-1 deretan data (setelah dilengkapi bit-Hamming pada posisinya), yang kemudian dinyatakan dalam biner seperti ditunjukkan pada Tabela.
2). Dijumlahkan angka biner tersebut dengan aritmatika modulo-2. Hasilnya adalah nilai-nilai bit-Hamming yang dimaksudkan. Paling kiri adalah untuk lokasi
bit-Hamming terbesar, dan paling kanan adalah untuk lokasi bit-Hamming
terkecil.
Dengan

penyisipan

bit-Hamming

tersebut,

maka

deretan

data

menjadi

1100001011010100011. Bila data yang kemudian diterima tanpa kesalahan, maka


dengan mencatat semua bit-1 dan mentabulasikannya. Kemudian dilakukan penjumlahan secara aritmatika modulo-2, maka hasil penjumlahannya sama dengan nol, seperti ditunjukkan pada Tabel-b.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

12

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

Tabel-a
Lokasi bit 1s

Dalam pernyataan biner

19

18

13

11

10

Jumlah aritmatika modulo-2

Tabel-b
Lokasi bit 1s

Dalam pernyataan biner

19

18

13

11

10

Jumlah aritmatika modulo-2

Bila terjadi kesalahan bit tunggal, maka kesalahan tersebut dapat ditunjukkan dengan melihat hasil penjumlahan modulo-2 seperti dilakukan di atas. Misalnya kesalahan terjadi pada bit data lokasi-9, sehingga yang semula 0s menjadi 1s. Penjumlahan modulo-2 akan memberikan hasil seperti ditunjukkan pada Tabel-c, yaitu
angka biner 01001 yang merupakan lokasi bit salah, yaitu lokasi-9.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

13

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

Tabel-c
Lokasi bit 1s

Dalam pernyataan biner

19

18

13

11

10

Jumlah aritmatika modulo-2

============================================================

Contoh Soal :
1). Gambarkan kode AMI berikut ini ke dalam kode B8ZS dan HDB3
1

2). Terdapat satu blok data seperti berikut, yang menunjukkan data dengan kode
ASCII, (a) Gunakan tabel kode ASCII untuk menentukan pesan tsb, (b) Bila
digunakan pariti genap, tentukan bit pariti untuk setiap karakter, (c) Tentukan
BCC blok data itu, (d) Tentukan BCC yang dibangkitkan penerima bila terdapat
error pada (i) bit ke-4 karakter ke-10, (ii) bit ke-4 dan 5 pada karakter ke-10,
(iii) bit ke-4 dari karakter ke-10 dan 12.

Blok data

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

14

Jurusan Elektro-FTI-PKK-Modul 9
UNIVERSITAS MERCU BUANA

_____________________________________________________________________________________

Penyelesaian :
(a) Pesan yang ada adalah, QPR FOR
THE CUP
(b) Bit pariti yang diperlukan adalah,
11011111110111000 (bit ke-8 untuk
masing-masing data).
(c) BCC-nya adalah 00110110
(d) BCC yang dihasilkan adalah :
(i)

00100110

(ii)

00000110

(iii) 00110110

0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0

0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0

0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0

0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0

1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1

0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1

3). Tentukan bit-bit Hamming dan penempatannya pada bit stream data berikut ini,
a). 10110101100100 ?
b). 11110100110011 ?
c). 11100000011100 ?
___________________________________________________________________________________

Daftar Kepustakaan
1. Kennedy, George; Electronic Communication Systems, McGraw-Hill Co.,
Singapore, 1988.
2. Stallings, William; Komunikasi Data & Komputer, Penerbit Salemba Teknika,
Jakarta, 2001.
3. Wahana Komputer; Kamus Lengkap Jaringan Komputer, Penerbit Salemba
Infotek, Jakarta, 2004.
4. Wheland Couch II, Leon; Digital & Analog Communication Systems,
Macmillan Publishing Company, New York, 1993.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

HIDAYANTO DJAMAL

SISTEM KOMUNIKASI I

15

Anda mungkin juga menyukai