Elektrokimia I
Elektrokimia I
Dalam
tulisan
ini,
kita
akan
mempelajari
dasar-dasar
reaksi
redoks,
mempelajari
cara
menyetarakan reaksi redoks dengan metode perubahan bilangan oksidasi dan metode setengah
reaksi, serta mempelajari seluk-beluk tentang sel volta dan aplikasinya dalam kehidupan seharihari.
Reaksi Redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan elektron secara berurutan dari
satu spesies kimia ke spesies kimia lainnya, yang sesungguhnya terdiri atas dua reaksi yang
berbeda, yaitu oksidasi (kehilangan elektron) dan reduksi (memperoleh elektron). Reaksi
ini merupakan pasangan, sebab elektron yang hilang pada reaksi oksidasisama dengan elektron
yang diperoleh pada reaksi reduksi. Masing-masing reaksi (oksidasi dan reduksi) disebut reaksi
paruh (setengah reaksi), sebab diperlukan dua setengah reaksi ini untuk membentuk sebuah
reaksi dan reaksi keseluruhannya disebut reaksi redoks.
Ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk oksidasi, yaitu kehilangan elektron, memperoleh
oksigen, atau kehilangan hidrogen. Dalam pembahasan ini, kita menggunakan definisi kehilangan
elektron.
Sementara
definisi
lainnya
berguna
saat
menjelaskan
proses
fotosintesis
dan
pembakaran.
Oksidasi adalah reaksi dimana suatu senyawa kimia kehilangan elektron selama perubahan dari
reaktan menjadi produk. Sebagai contoh, ketika logam Kalium bereaksi dengan gas Klorin
membentuk garam Kalium Klorida (KCl), logam Kalium kehilangan satu elektron yang kemudian
akan digunakan oleh klorin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
K >
K + + e
Ketika Kalium kehilangan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa logam Kalium itu
telah teroksidasi menjadi kation Kalium.
Seperti halnya oksidasi, ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk menjelaskan reduksi,
yaitu memperoleh
elektron, kehilangan
oksigen,
atau memperoleh
dilihat sebagai proses memperoleh elektron. Sebagai contoh, pada proses penyepuhan perak pada
perabot rumah tangga, kation perak direduksi menjadi logam perak dengan cara memperoleh
elektron. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ag+ + e >
Ketika
Ag
mendapatkan
elektron,
para
kimiawan
mengatakan
bahwa
kation
perak
Baik oksidasi maupun reduksi tidak dapat terjadi sendiri, harus keduanya. Ketika elektron
tersebut hilang, sesuatu harus mendapatkannya.
logam seng dengan larutan tembaga (II) sulfat dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi
berikut :
Zn(s) + CuSO4(aq) > ZnSO4(aq) + Cu(s)
Zn(s) + Cu2+(aq) > Zn2+(aq) + Cu(s) (persamaan ion bersih)
Sebenarnya, reaksi keseluruhannya terdiri atas dua reaksi paruh :
Zn(s) >
Zn2+(aq) + 2e
kation
tembaga
(II)
tereduksi
karena
mendapatkan
elektron.
Spesies
yang
memberikan elektron disebut zat pereduksi (reduktor). Dalam hal ini, reduktornya adalah
logam seng. Dengan demikian,oksidator adalah spesies yang tereduksi dan reduktor adalah
spesies yang teroksidasi. Baik oksidator maupun reduktor berada di ruas kiri (reaktan)
persamaan redoks.
Elektrokimia adalah salah satu dari cabang ilmu kimia yang mengkaji tentang perubahan bentuk
energi listrik menjadi energi kimia dan sebaliknya. Proses elektrokimia melibatkan reaksi
redoks.
Proses
transfer
elektron
akan
menghasilkan
sejumlah
energi
listrik.
Aplikasielektrokimia dapat diterapkan dalam dua jenis sel, yaitu sel volta dansel elektrolisis.
Sebelum membahas kedua jenis sel tersebut, kita terlebih dahulu akan mempelajari metode
penyetaraan reaksi redoks.
Persamaan reaksi redoks biasanya sangat kompleks, sehingga metode penyeteraan reaksi kimia
biasa tidak dapat diterapkan dengan baik. Dengan demikian, para kimiawan mengembangkan dua
metode untuk menyetarakan persamaan redoks. Salah satu metode disebut metode perubahan
bilangan oksidasi (PBO), yang berdasarkan pada perubahan bilangan oksidasi yang terjadi
selama reaksi. Metode lain, disebut metode setengah reaksi (metode ion-elektron). Metode
ini melibatkan dua buah reaksi paruh, yang kemudian digabungkan menjadi reaksi redoks
keseluruhan.
Berikut ini penjelasan sekilas tentang metode setengah reaksi :persamaan redoks yang belum
setara diubah menjadi persamaan ion dan kemudian dipecah menjadi dua reaksi paruh, yaitu
reaksi oksidasi dan reaksi reduksi; setiap reaksi paruh ini disetarakan dengan terpisah dan
kemudian digabungkan untuk menghasilkan ion yang telah disetarakan; akhirnya, ion-ion
pengamat kembali dimasukkan ke persamaan ion yang telah disetarakan, mengubah reaksi
menjadi bentuk molekulnya.
Sebagai contoh, saya akan menjelaskan langkah-langkah untuk menyetarakan persamaan redoks
berikut :
Fe2+(aq) + Cr2O72-(aq) > Fe3+(aq) + Cr3+(aq)
1. Menuliskan persamaan reaksi keseluruhan
Fe2+ + Cr2O72- > Fe3+ + Cr3+
2. Membagi reaksi menjadi dua reaksi paruh
Fe2+ > Fe3+
Cr2O72- > Cr3+
3. Menyetarakan jenis atom dan jumlah atom dan muatan pada masing-masing setengah
reaksi; dalam suasana asam, tambahkan H2O untuk menyetarakan atom O dan H+ untuk
menyetarakan atom H
Fe2+ > Fe3+ + e
6 e + 14 H+ + Cr2O72- > 2 Cr3+ + 7 H2O
4. Menjumlahkan kedua setengah reaksi; elektron pada kedua sisi harus saling meniadakan;
jika oksidasi dan reduksi memiliki jumlah elektron yang berbeda, maka harus disamakan terlebih
dahulu
6 Fe2+ > 6 Fe3+ + 6 e (1)
6 e + 14 H+ + Cr2O72- > 2 Cr3+ + 7 H2O (2)
6 Fe2+ + 14 H+ + Cr2O72- > 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O [(1) + (2)]
5. Mengecek kembali dan yakin bahwa kedua ruas memiliki jenis atom dan jumlah atom yang
sama, serta memiliki muatan yang sama pada kedua ruas persamaan reaksi
Untuk reaksi yang berlangsung dalam suasana basa, tambahkan ion OH dalam jumlah yang sama
dengan ion H+ pada masing-masing ruas untuk menghilangkan ion H +. Persamaan reaksi tersebut
berubah menjadi sebagai berikut :
Cu2+
NO3 > NO
3. Menyetarakan semua atom, dengan pengecualian untuk oksigen dan hidrogen
Cu >
Cu2+
NO3 > NO
4. Menyetarakan atom oksigen dengan menambahkan H2O pada ruas yang kekurangan oksigen
Cu > Cu2+
NO3 > NO + 2 H2O
5. Menyetarakan atom hidrogen dengan menambahkan H+ pada ruas yang kekurangan hidrogen
Cu > Cu2+
4 H+ + NO3 > NO + 2 H2O
6. Menyetarakan muatan ion pada setiap ruas setengah reaksi dengan menambahkan elektron
Cu > Cu2+ + 2 e
3 e + 4 H+ + NO3 > NO + 2 H2O
7. Menyetarakan kehilangan elektron dengan perolehan elektron antara kedua setengah reaksi
3 Cu > 3 Cu2+ + 6 e
6 e + 8 H+ + 2 NO3 > 2 NO + 4 H2O
8. Menggabungkan kedua reaksi paruh tersebut dan menghilangkan spesi yang sama di kedua
sisi; elektron selalu harus dihilangkan (jumlah elektron di kedua sisi harus sama)
3 Cu
6 e + 8 H+ + 2 NO3 >
2 NO + 4 H2O .. (2)
+3 -2
+2 +4 -2
2. Menentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi serta besarnya perubahan
bilangan oksidasi
Mn mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +7 menjadi +2; besarnya perubahan bilangan
oksidasi () sebesar 5
C mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +4; besarnya perubahan bilangan
okisdasi () sebesar 1
3. Mengalikan perubahan bilangan oksidasi () dengan jumlah atom yang mengalami perubahan
bilangan oksidasi
Mn : = 5 x 1 = 5
C
:=1x2=2
4. Menyamakan jumlah atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi pada masing-masing
ruas
MnO4 + C2O42- > Mn2+ + 2 CO2
5. Menyamakan perubahan bilangan oksidasi (); bilangan pengali dijadikan sebagai koefisien
reaksi baru
Mn dikalikan 2 dan C dikalikan 5, sehingga kedua unsur sama, yaitu sebesar 10
2 MnO4 + 5 C2O42- > 2 Mn2+ + 10 CO2
6. Dalam tahap ini, reaksi hampir selesai disetarakan; selanjutnya atom O dapat disetarakan
dengan menambahkan H2O pada ruas yang kekurangan atom O; sementara untuk menyetarakan
atom H, gunakan H+
16 H+ + 2 MnO4 + 5 C2O42- > 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
7. Memeriksa kembali untuk meyakinkan bahwa semua atomnya telah setara, semua muatannya
telah setara, dan semua koefisiennya ada dalam bentuk bilangan bulat terkecil
Untuk reaksi yang berlangsung dalam suasana basa, tambahkan ion OH dalam jumlah yang sama
dengan ion H+ pada masing-masing ruas untuk menghilangkan ion H +. Persamaan reaksi tersebut
berubah menjadi sebagai berikut :
16 OH + 16 H+ + 2 MnO4 + 5 C2O42- > 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O + 16 OH
16 H2O + 2 MnO4 + 5 C2O42- > 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O + 16 OH
8 H2O + 2 MnO4 + 5 C2O42- > 2 Mn2+ + 10 CO2 + 16 OH
Selanjutnya, saya akan kembali memberikan sebuah contoh penyelesaian persamaan reaksi
redoks dengan metode PBO :
+4 -2 + 1
+5 -2
+1
+7 -2
+2 +5 -2
+1 -2
3. Menuliskan kembali semua unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi; ion pengamat
tidak disertakan
MnO + PbO2 > MnO4 + Pb2+
+2 -2
+4 -2
+7 -2
+2
4. Menentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi serta besarnya perubahan
bilangan oksidasi
Mn mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +2 menjadi +7; besarnya perubahan bilangan
oksidasi () sebesar 5
Pb mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +4 menjadi +2; besarnya perubahan bilangan
okisdasi () sebesar 2
5. Mengalikan perubahan bilangan oksidasi () dengan jumlah atom yang mengalami perubahan
bilangan oksidasi
Mn : = 5 x 1 = 5
Pb
:=2x1=2
6. Menyamakan jumlah atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi pada masing-masing
ruas
MnO + PbO2 > MnO4 + Pb2+
7. Menyamakan perubahan bilangan oksidasi (); bilangan pengali dijadikan sebagai koefisien
reaksi baru
Mn dikalikan 2 dan Pb dikalikan 5, sehingga kedua unsur sama, yaitu sebesar 10
ke
ion
Cu2+ yang
menerima
kedua
elektron
tersebut
(mereduksinya menjadi logam tembaga). Logam tembaga akan melapisi permukaan logam seng.
Seandainya
kedua reaksi
paruh tersebut
dapat
dipisahkan,
sehingga
ketika
logam
seng teroksidasi, elektron akan dilepaskan dan dialirkan melalui kawat penghantar untuk
mencapai ion Cu2+ (perpindahan elektron tidak langsung), kita akan mendapatkan sesuatu yang
bermanfaat. Selama reaksi kimia berlangsung, akan terjadi aliran elektron yang menghasilkan
energi listrik. Peralatan yang dapat mengubah energi kimia (reaksi redoks) menjadi arus
listrik (aliran elektron = energi listrik) dikenal dengan Sel Volta atau Sel Galvani.
Salah satu contoh sel volta yang sering digunakan para kimiawan adalahSel Daniell. Sel
volta ini menggunakan reaksi antara logam Zn dan ion Cu 2+ untuk menghasilkan listrik. Sel
Daniell diberi nama menurut penemunya, John Frederic Daniell, seorang kimiawan Inggris yang
menemukannya pada tahun 1836).
Pada Sel Daniell, sepotong logam seng dimasukkan ke dalam larutan seng (II) sulfat, ZnSO 4(aq),
pada satu wadah. Sementara, sepotong logam tembaga juga dimasukkan ke dalam larutan
tembaga
(II)
sulfat,
disebutelektroda yang
CuSO4(aq),
berfungsi
pada
sebagai
wadah
ujung
lainnya.
akhir
atau
Potongan
penampung
logam
tersebut
elektron.
Kawat
Daniell bekerja
atas
dasar
prinsip reaksi
redoks.
Logam
sengteroksidasi dan
membebaskan elektron yang mengalir melalui kawat menuju elektroda tembaga. Selanjutnya,
elektron tersebut digunakan oleh ion Cu2+ yang mengalami reduksi membentuk logam tembaga.
Ion Cu2+dari larutan tembaga (II) sulfat akan melapisi elektroda tembaga, sedangkan elektroda
seng semakin berkurang (habis). Kation-kation di dalam jembatan garam berpindah ke wadah
yang mengandung elektroda tembaga untuk menggantikan ion tembaga yang semakin habis.
Sebaliknya, anion-anion pada jembatan garam berpindah ke sisi elektroda seng, yang menjaga
agar larutan yang mengandung ion Zn2+tetap bermuatan listrik netral.
Elektroda seng disebut anoda, yaitu elektroda yang menjadi tempat terjadinya reaksi oksidasi.
Oleh karena anoda melepaskan elektron, maka anoda kaya akan elektron sehingga diberi
tanda negatif (kutub negatif). Sementara, elektroda tembaga disebut katoda, yaitu elektroda
yang
menjadi
tempat
terjadinya
reaksi reduksi.
Oleh
karena katodamenerima
elektron,
maka katoda kekurangan elektron sehingga diberi tanda positif (kutub positif).
Reaksi yang terjadi pada masing-masing elektroda (reaksi setengah sel) adalah sebagai
berikut :
Anoda (-)
Katoda (+) :
Reaksi Sel
Munculnya arus listrik (aliran elektron) yang terjadi dari anoda menujukatoda disebabkan
oleh perbedaan potensial elektrik antara kedua elektroda tersebut. Melalui percobaan, perbedaan
potensial elektrik antara katoda dan anoda dapat diukur dengan voltmeter dan hasilnya
berupapotensial standar sel (Esel). Semakin besar perbedaan potensial elektrik, semakin besar
pula arus listrik dan potensial standar sel yang dihasilkan.
Reaksi yang terjadi pada sel volta dapat dinyatakan
yaitu notasi sel. Sesuai dengan kesepakatan, reaksioksidasi dinyatakan di sisi kiri, sementara
reaksi reduksi dinyatakan di sisi kanan. Notasi sel untuk Sel Daniell adalah sebagai berikut :
konsentrasi
ion
Cu2+ dan
Zn2+ masing-masing
M,
terlihat
padavoltmeter bahwa
besarnya potensial standar sel (Esel) bagi Sel Daniell adalah 1,10 V pada suhu 25C. Oleh
karena reaksi selmerupakan hasil penjumlahan dari dua reaksi setengah sel, makapotensial
standar sel merupakan hasil penjumlahan dari dua potensial standar setengah sel. Pada Sel
Daniell, potensial standar selmerupakan hasil penjumlahan potensial elektroda Cu dan Zn.
Dengan mengetahui potensial standar dari masing-masing elektroda, kita dapat menentukan
besarnya potensial
standar
sel lain
yang
terbentuk.Potensial yang
digunakan
dalam
standar
reduksi masing-masing
elektroda
dapat
ditentukan
dengan
H2 (1 atm)
Ered = 0 V
SHE dapat digunakan untuk menentukan besarnya potensial standar reduksi (Ered) elektroda
lainnya.
red
Dengan demikian, kita dapat menyusun suatu daftar yang berisi urutan nilai E-
elektroda-elektroda, dari yang terkecil (paling negatif) hingga yang terbesar (paling positif).
sulit
mengalamireduksi dan
cenderung
mengalami oksidasi.
Oleh
sebab
itu,
kekuatanreduktor akan meningkat dari kanan ke kiri. Sebaliknya, logam-logam yang terletak di
sisi kanan H+ memiliki Ered bertanda positif.
(semakin
positif).
Hal
ini
berarti
Semakin
bahwa
ke
kanan,
logam-logam
tersebut
semakin
besar
mudah
mengalami reduksi dan sulit mengalami oksidasi. Oleh sebab itu, kekuatan oksidator akan
meningkat dari kiri ke kanan. Singkat kata, logam yang terletak disebelah kanan relatif terhadap
logam lainnya, akan mengalami reduksi. Sementara, logam yang terletak di sebelah kiri relatif
terhadap logam lainnya, akan mengalami oksidasi. Logam yang terletak disebelah kiri relatif
terhadap logam lainnya mampu mereduksi ion logam menjadi logam (mendesak ion dari
larutannya menjadi logam). Sebaliknya, logam yang terletak di sebelah kanan relatif terhadap
logam lainnya mampu mengoksidasilogam menjadi ion logam (melarutkan logam menjadi
ion dalam larutannya).
Sebagai contoh, kita ingin merangkai sebuah sel volta dengan menggunakan elektroda Fe dan Ni.
Berdasarkan susunan logam padaderet volta, logam Fe terletak di sebelah kiri relatif terhadap
logam Ni. Hal ini menandakan bahwa logam Ni lebih mudah tereduksi dibandingkan logam Fe.
Akibatnya, dalam sel volta, elektroda Ni berfungsi sebagaikatoda, sedangkan elektroda Fe
berfungsi sebagai anoda. Reaksi yang terjadi pada sel volta adalah sebagai berikut :
Katoda (+)
Anoda (-)
Reaksi Sel
Notasi Sel
Fe / Fe2+ // Ni2+ / Ni
Sesuai
dengan
[(1) + (2)]
kesepakatan, potensial
sel
(Esel) merupakan
kombinasi
dari Ered katoda dan Ered anoda, yang ditunjukkan melalui persamaan berikut :
Esel = E katoda E anoda
Potensial reduksi standar (Ered) masing-masing elektroda dapat dilihat pada Tabel Potensial
Standar Reduksi. Dari tabel, terlihat bahwa nilai Ered Fe adalah sebesar -0,44 V. Sementara
nilai Ered Ni adalah sebesar -0,25 V. Dengan demikian, nilai Esel Fe/Ni adalah sebagai berikut :
Esel = -0,25 (-0,44) = +0,19 V
Suatu reaksi redoks dapat berlangsung spontan apabila nilai Eselpositif. Reaksi tidak dapat
berlangsung spontan apabila nilai Eselnegatif. Reaksi yang dapat berlangsung spontan justru
adalah reaksi kebalikannya.
Apabila
larutan
tidak
dalam
keadaan
standar,
maka
hubungan
antarapotensial
sel
(Esel) dengan potensial sel standar (Esel) dapat dinyatakan dalam persamaan Nerst berikut
ini :
E sel = Esel (RT/nF) ln Q
Pada suhu 298 K (25C), persamaan Nerst berubah menjadi sebagai berikut :
E sel = Esel (0,0257/n) ln Q
E sel = Esel (0,0592/n) log Q
Anoda (-)
Zn
Reaksi Sel
Notasi Sel
E sel =
0 (0,0257/2) ln [(0,1] / [
1,0])
Potensial sel konsentrasi umumnya relatif kecil dan semakin berkurang selama proses reaksi
berlangsung. Reaksi akan terus berlangsung hingga kedua wadah mencapai keadaan konsentrasi
ion sama. Apabila konsentrasi ion kedua wadah telah sama, Esel = 0 dan aliran elektron terhenti.
Aplikasi pengetahuan sel volta dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh
aplikasi sel volta adalah penggunaan batu baterai. Baterai adalah sel galvani, atau gabungan
dari beberapa sel galvani , yang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik . Beberapa jenis
baterai yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
1. The Dry Cell Battery
Dikenal dengan istilah sel Leclanche atau batu baterai kering. Pada batu baterai kering, logam
seng berfungsi sebagai anoda. Katodanyaberupa batang grafit yang berada di tengah sel.
Terdapat satu lapis mangan dioksida dan karbon hitam mengelilingi batang grafit dan pasta kental
yang terbuat dari amonium klorida dan seng (II) klorida yang berfungsi sebagai elektrolit.
Potensial yang dihasilkan sekitar 1,5 volt.
Reaksi selnya adalah sebagai berikut :
Katoda (+)
Anoda (-)
Reaksi Sel
(1)
[(1) + (2)]
Pada batu baterai kering alkalin (baterai alkalin), amonium klorida yang bersifat asam pada sel
kering diganti dengan kalium hidroksida yang bersifat basa (alkalin). Dengan bahan kimia ini,
korosi pada bungkus logam seng dapat dikurangi.
2. The Mercury Battery
Sering digunakan pada dunia kedokteran dan industri elektronik. Sel merkuri mempunyai struktur
menyerupai sel kering. Dalam baterai ini,anodanya adalah logam seng (membentuk amalgama
dengan merkuri), sementara katodanya adalah baja (stainless steel cylinder). Elektrolit yang
digunakan dalam baterai ini adalah merkuri (II) Oksida, HgO. Potensial yang dihasilkan sebesar
1,35 volt.
Anoda (-)
Reaksi sel
(1)
. [(1) + (2)]
Anoda (-)
Reaksi sel
(1)
. [(1) + (2)]
Pada kondisi normal, masing-masing sel menghasilkan potensial sebesar 2 volt. Dengan demikian,
sebuah aki dapat menghasilkan potensial sebesar 12 volt. Ketika reaksi diatas terjadi, kedua
elektroda menjadi terlapisi oleh padatan plumbum (II) sulfat, PbSO 4, dan asam sulfatnya semakin
habis.
Semua sel galvani menghasilkan listrik sampai semua reaktannya habis, kemudian harus dibuang.
Hal ini terjadi pada sel kering dan sel merkuri. Namun, sel aki dapat diisi ulang ( rechargeable),
sebab reaksi redoksnya dapat dibalik untuk menghasilkan reaktan awalnya. Reaksi yang terjadi
saat pengisian aki merupakan kebalikan dari reaksi yang terjadi saat pemakaian aki.
4. The Lithium-Ion Battery
Digunakan pada peralatan elektronik, seperti komputer, kamera digital, dan telepon seluler. Baterai
ini memiliki massa yang ringan sehingga bersifat portable. Potensial yang dihasilkan cukup besar,
yaitu sekitar 3,4 volt. Anodanya adalah Li dalam grafit, sementara katodanya adalah oksida
logam transisi (seperti CoO2). Elektrolit yang digunakan adalah pelarut organik dan sejumlah
garam organik.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (+)
. (1)
Anoda
Reaksi sel
:
:
Li(s) >
. [(1) + (2)]
5. Fuel Cell
Dikenal pula dengan istilah sel bahan bakar. Sebuah sel bahan bakar hidrogen-oksigen yang
sederhana tersusun atas dua elektroda inert dan larutan elektrolit, seperti kalium hidroksida.
Gelembung gas hidrogen dan oksigen dialirkan pada masing-masing elektroda. Potensial yang
dihasilkan adalah sebesar 1,23 volt.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (+)
Anoda (-)
Reaksi sel
..
(1)
Korosi adalah persitiwa teroksidasinya besi membentuk karat besi (Fe 2O3.xH2O). Korosi besi
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya air, gas oksigen, dan asam. Karat besi dapat
mengurangi kekuatan besi. Oleh karena itu, korosi besi harus dicegah.
Korosi merupakan salah satu reaksi redoks yang tidak diharapkan. Reaksi yang terjadi selama
proses korosi adalah sebagai berikut :
Katoda (+)
Anoda (-)
Reaksi sel