PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada
dasarnya
farmasi
merupakan
sistem
pengetahuan
yang
dalam
mendalami,
memperluas,
menghasilkan
dan
ini,
sebagai
seorang
farmasis
sangatlah
penting
2.
Mahasiswa
diharapkan
mampu
mengetahui
keuntungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Definisi Suppositoriaitoria
Suppositoriaitoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur,
berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh
(Anief, 1997). Suppositoriaitoria adalah sediaan padat yang digunakan
melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau
meleleh pada suhu tubuh. (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979).
Suppositoriaitoria adalah sediaan padat, melunak, melumer dan larut pada
suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan ke dalam rektum,
berbentuk sesuai dengan maksud penggunaannya, umumnya berbentuk
torpedo (Formularium Nasional, 1978).
Jadi, suppositoriaitoria dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan padat
yang berbentuk torpedo yang biasanya digunakan melalui rectum dan
dapat juga melalui lubang di area tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien
yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan cepat.
II.1.2 Macam-macam Suppositoriaitoria
a. Suppositoriaitoria untuk rectum (rektal)
Suppositoriaitoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari
tangan. Biasanya suppositoriaitoria rektum panjangnya 32 mm (1,5
inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk
suppositoriaitoria rektum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jarijari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang
digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang
menggunakan basis oleum cacao (Ansel, 2005).
b. Suppositoriaitoria untuk vagina (vaginal)
Suppositoriaitoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya
berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai kompendik resmi
beratnya 5 g, apabila basisnya oleum cacao
mengandung
gliserin.
Seperti
dinyatakan
sebelumnya,
a.
b.
c.
d.
b.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku (pembekuan
dapat berlangsung cepat dalam cetakan, kontraksibilitas baik,
mencegah pendinginan mendaak dalam cetakan).
5.
Interval yang rendah antara titik lebur mengalir denagn titik lebur
jernih (ini dikarenakan
2.
3.
Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya: gliseringelatin, PEG (polietien glikol).
b.
b.
c.
2. PEG (Polietilenglikol)
PEG merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot
molekul antara 300-6000. Dipasaran terdapat PEG 400 (carbowax
400). PEG 1000 (carbowax 1000), PEG 1500 (carbowax 1500), PEG
4000 (carbowax 4000), dan PEG 6000 (carbowax 6000). PEG di
bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di atas 1000 berbentuk padat
lunak seperti malam. Formula PEG yang dipakai sebagai berikut:
1.
Bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000
96% (75%).
2.
Bahan dasar berair: PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan
aqua+obat 20%. Titik lebur PEG antara 35-63C, tidak meleleh
pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh.
2.
3.
2.
melainkan
langsung
diserap
oleh
permukaan
mukosa
pembuatan
supositoria
menggunakan
cetakan,
volume
dan bobot jenis yang dapat diabaikan, misalnya ekstrak belladonea dan
garam alkaloid.
Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot minyak cokelat
yang mempunyai volume yang sama dengan 1g obat. Berikut adalah tabel
nilai tukar.
Nama Obat
Acidum boricum
0.65
Garam alkaloid
0.7
Bismuth subgallas
0.37
Ichtammolum
0.72
Tanninum
0.68
Aethylis aminobenzoas
0.68
Aminoplhylinum
0.86
Bismuth subnitras
0.20
Sulfonamidum
0.60
Zinci oxydum
0.25
Dalam praktik, nilai tukar beberapa obat adalah 0.7 kecuali untuk
garam Bismuth dan Zincy Oxydum. Untuk larutan nilai tukarnya dianggap
satu. Bila supositoria mengandung obat atau zat padat yang banyak,
pengisian pada cetakan berkurang dan jika dipenuhi dengan campuran
massa, akan diperoleh jumlah obat yang melebihi dosis. Oleh sebab itu,
untuk membuat supositoria yang sesuai dapat dilakukan dengan cara
menggunakan perhitungan nilai tukar.
II.1.8 Uji Bahan Aktif
1. Titik lebur
Titik lebur adalah suhu di mana zat yang kita uji pertama kali
melebur atau meleleh seluruhnya yang ditunjukan pada saat fase padat
cepat hilang. Dalam analisa farmasi titik lebur untuk menetapkan
karakteristik senyawa dan identifikasi adanya pengotor. Untuk uji titik
lebur di butuhkan alat pengukuran titik lebur yaitu, Melting Point
dibasahi lebih dahulu dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus
sapotanus (Soft Soap Liniment) agar sediaan tidak melekat pada cetakan.
Namun, spiritus sapotanus tidak boleh digunakan untuk supositoria yang
mengandung garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan
sebagai pengganti digunakan oleum recini dalam etanol. Khusus
supositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween bahan pelicin cetakan
tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga
mudah dilepas dari cetakan pada proses pendinginan.
Metode pembuatan supositoria dibagi menjadi 3 yaitu:
a.
Dengan tangan
Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoriaitoria yang telah
dicampur homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang
dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahanbahan aktif dengan menggunakan mortir dan stamper, sampai
diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian
massa digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan
panjang yang dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah
pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong dan salah satu
ujungnya diruncingkan.
b.
kemudian
bahan-bahan
aktif
diemulsikan
atau
b.
c.
Uji homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif
dapat tercampur rata dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak
dapat tercampur maka akan mempengaruhi proses absorbsi dalam
tubuh. Obat yang terlepas akan memberikan terapi yang berbeda.
Cara menguji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik
bagian suppo (atas-tengah-bawah atau kanan-tengah-kiri) masingmasing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati
dibawah mikroskop, cara selanjutnya dengan menguji kadarnya
dapat dilakukan dengan cara titrasi.
2.
Bentuk
Bentuk suppositoriaitoria juga perlu diperhatikan karena jika dari
bentuknya tidak seperti sediaan suppositoriaitoria pada umunya,
maka seseorang yang tidak tahu akan mengira bahwa sediaan
tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat mendukung
karena akan memberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa
tersebut adalah suppositoriaitoria. Selain itu, suppositoriaitoria
merupakan sediaan padat yang mempunyai bentuk torpedo.
3.
syarat
Keseragaman bobot
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap
sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat.
Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu
sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur. Caranya
dengan ditimbang saksama 10 suppositoriaitoria, satu persatu
kemudian dihitung berat rata-ratanya. Dari hasilpenetapan kadar,
yang diperoleh dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat
aktif dari masing-masing 10 suppositoriaitoria dengan anggapan zat
aktif terdistribusi homogen. Jika terdapat sediaan yang beratnya
melebihi rata-rata maka suppositoriaitoria tersebut tidak memenuhi
syarat dalam keseragaman bobot. Karena keseragaman bobot
dilakukan untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam
masing-masing
suppositoriaitoria
tersebut
sama
dan
dapat
Kerapuhan
Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras
yang menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat
digunakan uji elastisitas. Supositoria dipotong horizontal. Kemudian
ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar,
dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar,
kemudian diberi beban seberat 20 N (lebih kurang 2 kg) dengan cara
menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung.
7.
Volume Distribusi
Volume distribusi (Vd) merupakan parameter untuk untuk
menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar
plasma atau serum. Volume distribusi ini hanyalah perhitungan
volume sementara yang menggambarkan luasnya distribusi obat
dalam tubuh.
Tubuh dianggap sebagai 1 kompartemen yang terduru dari plasma
atau serum, dan Vd adalah jumlah obat dalam tubuh dibagi dengan
kadarnya dalam plasma atau serum.
II.2.
Rancangan Formula
Formula asli
Hidrokortison Suppositoria
Rancangan Formula
Tiap 3 gram suppositoria mengandung :
Hidrokortison 10 mg
-Tokoferol 0,05 %
Cera Flava
5%
Master formula
Nama produk
: Rekor Ruppo
PT. Medikal
Farma
II.3.
Rekor Suppo
Tanggal
Formula
Tanggal Produksi
Dibuat Oleh:
Disetujui
Kelompok II
Oleh:
Kode Bahan
Nama Bahan
Fungsi Bahan
Per Dosis
Per Batch
HDR
Hidrokortison
Anti Hemorhoid
10 Mg
60 Mg
ALP-T
Tokoferol
Anti Oksidan
1,5 Mg
9 Mg
CFL
Cera Flava
Penstabil
150 Mg
900 Mg
OLC
Oleum Cacao
Basis
2838,5 Mg
17,31 Mg
Alasan Penambahan
II.3.1. Alasan formulasi
Suppositoria merupakan sediaan padat yang digunakan melalui
rektal, vagina dan uretra. Suppositoria rektal umumnya digunakan
dengan basis melunak pada suhu tubuh. sedangkan, untuk suppositoria
vagina dibuat dengan basis yang larut atau terdisintegrasi dalam cairan
tubuh (Arsul, 96).
cacao
lebih
lama
digunakan
sebagai
basis
2. -Tokoferol
antioksidan ini digunakan untuk mencegah oksidasi bagian
sel yang penting atau untuk mencegah terbentuknya hasil
oksidasi yang khusus misalnya pengoksidasi minyak lemak
tak jenuh. Mekanisme kerjanya mencegah tidak terjadinya
gas dan minyak asam yang dimiliki (Lachman, 66).
Antioksidan ini inkompatibilitas dengan bahan pengawet
(Scoville, 513).
3. Cera Flava
Bahan-bahan seperti fenol dan kloralhidrat cenderung
menurunkan titik lebur dari Oleum cacao sewaktu bercampur
dengan bahan tersebut. Jika titik lebur sedemikian rupa maka
tidak mungkin lagi dijadikan suppositoria yang padat.
Dengan menggunakan Oleum cacao sebagai basis tunggal.
Maka, bahan penggerus seperti lilin asetil ester ( 20 %) atau
malam tawon ( 4 %) dapat dilebur dengan Oleum cacao
untuk mengurangi pengaruh pelunakan dari bahan yang
ditambahkan (Ansel, 583).
Obat-obat seperti minyak menguap, kresol, fenol dan
kloraldehid sangat menurunkan titik lebur minyak coklat,
untuk memperbaiki kondisi ini biasanya, digunakan malam
dan spermasetik (Lachman, 1170).
II.4.
Uraian Bahan
1. Hidrokortison (FI III, 290)
Nama resmi
: Hydrocortisonum
Nama lain
: Hidrokortison
RM / BM
: C21H30O5 / 362,46
Pemerian
berbau.
Kelarutan
Stabilitas
Penyimpanan
Khasiat
Konsentrasi
: 0,3 %
: Oleum cacao
Nama lain
: Lemak coklat
RM / BM
: C23H32O6 / 404,5
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Penyimpanan
Khasiat
Konsentrasi
: 99,7 %
: Tocopherum
Nama lain
RM / BM
: C29H50O2 / 430,7
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Penyimpanan
Khasiat
: Antioksidan.
Konsentrasi
: 0,05 %
: Cera flava
Nama lain
: Malam kuning
RM / BM
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Penyimpanan
Khasiat
Konsentrasi
BAB III
METODE KERJA
III.1. Alat
1.
Alu
2.
Batang pengaduk
3.
Cawan porselin
4.
Cetakan suppositoriaitoria
5.
Kaca arloji
6.
Lemari pendingin
7.
Lumpang
8.
Neraca analitik
9.
Sendok tanduk
10. Sudip
11. Waterbath
12. Tisu
III.2. Bahan
1.
Air
2.
Alkohol 70 %
3.
Cera flava
4.
Hidrokortison
5.
kertas perkamen
6.
Oleum cacao
7.
PEG 1000
8.
-Tokoferol
Hidrokortison
= 10 mg
Cera Flava
=5%
=
= 0,15 g
= 0,15 g x 6 = 0,9 g
Oleum Cacao
(Nilai tukar)
6 suppo @ 3 gram
10 mg zat aktif
Nilai tukar hidrokortison = 0,7
Zat aktif yang digunakan = 0,01 g x 6
= 0,06 g
Bobot suppo
= 10 %+ 3 g = 3,1 g
= 3,1 x 6
Nilai tukar
-
= 18,6 g
= 18,6 (0,042+0,9)
= 17,658 g
-Tokoferol
=
= 8,829 mg
X =
= 0,131 mL
2.
3.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dibuat suppositoriaitoria rektal yang berbobot 3
gram dengan zat aktif hidrokortison. Berdasarkan literatur, suppositoriaitoria
dengan penggunaan rektal biasanya digunakan untuk obat-obat yang berkhasiat
antihemeroid dan hidrokortison sendiri memiliki khasiat sebagai antihemeroid
atau sebagai obat wasir. Suppositoriaitoria ini dibuat menggunakan metode
pencetakan tuang, metode ini dipilih karena lebih efektif dan efisien digunakan
dalam pembuatan suppositoriaitoria skala lab. Sedangkan basis yang digunakan
yaitu oleum kakao. Oleum kakao merupakan trigliserida berwarna kekuninagan,
memiliki bau yang khas dan bersifat polimorf (mempunyai banyak bentuk krital).
Jika dipanaskan pada suhu sektiar 30C akan mulai mencair dan biasanya meleleh
sekitar 34-35C, sedangkan dibawah 30C berupa massa semi padat. Jika suhu
pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan
akan kehilangan semua inti kristal menstabil.
Keuntungan oleum cacao adalah dapat melebur pada suhu tubuh dan dapat
memadat pada suhu kamar. Sedangkan kerugian oleum cacao adalah tidak dapat
bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran), titik leburnya tidak
menentu, kadang naik dan kadang turun apabila ditambahkan dengan bahan
tertentu. Serta meleleh pada udara yang panas.
Pertama kali yang dilakukan dalam praktikum ini adalah penimbangan
bahan. Setelah semua bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan bahan. Bahanbahan yang digunakan dalam pembuatan suppositoriaitoria ini antara lain
hidrokortison sebagai zat aktif, oleum cacao sebagai basis, cera alba sebagai
bahan pestabil, dimana bahan-bahan seperti fenol dan kloralhidrat termasuk
hidrokortison cenderung dapat menurunkan titik lebur dari oleum cacao padda
saat pencampuran dengan bahan tersebut. Selain cera alba, bahan yang digunakan
adalah -tocopherol, penggunaan -tocopherol ini adalah sebagai antioksidan dari
oleum cacao karena oleum cacao sendiri mudah teroksidasi yang mengakibatkan
munculnya bau tengik yang kurang enak.
Untuk peleburan, oleum cacao dan cera alba tidak dilebur secara bersamaan
atau pada suhu yang sama. Hal ini disebabkan karena titik lebur dari kedua bahan
berbeda, cera alba dilebur terlebih dahulu pada suhu sekitar 62-64
terlebur suhu diturunkan menjadi 30-34
, Setelah
Hal ini dikarenakan oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk
kristalnya akibat pemanasan tinggi. Oleum kakao mudah tengik, sebaiknya
penyimpanan dalam wadah atau tempat yang sejuk, kering dan terlindung dari
cahaya. Selanjutnya suppositoriaitoria didinginkan dalam lemari es selama
jam. Hal ini bertujuan supaya suppositoriaitoria menjadi beku. Setelah 2 jam,
diperoleh suppositoriaitoria padat, kemudian suppositoria dikeluarkan dari
cetakan dan diuji keseragaman bobot.
Dari hasil praktikum tidak ada satu suppositoriaitoria yang memenuhi
syarat, salah satunya ketidakseragaman bobot. Hal ini disebabkan karena dalam
proses pencetakan, dilakukan secara manual. Proses penuangan bahan seharusnya
dilakukan pada saat suppo masih dalam keadaan cair dan pada suhu maksimal,
sehingga volume suppositoria dapat terkontrol. Sedangakan pada saat praktikum,
penuangan bahan
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pratikum yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pemilihan basis yang tepat untuk supositoria harus disesuaikan dengan
zat aktif dari supositoria itu sendiri, yang apabila zat aktif dari supositoria
sukar larut dalam air maka digunakan basis yang memiliki kelarutan
yang baik dalam air seperti PEG, sedangkan apabila supositoria
memiliki zat aktif yang larut dalam air digunakan basis yang
kelarutannya sedikit dalam air seperti oleum cacao.
2. Salah satu keunggulan sediaan supositoria adalah dapat menghindari
terjadinya iritasi pada lambung karena sediaan supositoria tidak melewati
organ pencernaan.
V.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum,
mengetahui bagaimana cara menggunakan alat yang baik dan benar, agar
dapat meminimalisir berbagai kesalahan yang mungkin saja terjadi pada saat
praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Formulasi Obat Topika Dengan Dasar Penyakit Kulit. Cetakan
Pertama.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta. UI
Press
Depkes RI. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Lachman, L.L. 1994. Teori dan praktek farmasi industri Edisi II. UI Press:
Jakarta.
Sulistia, G. 1995. Farmakologoi dan Terapi Edisi V. UI Press: Jakarta.
Sutono, T. 1990. Data Obat di Indonesia Edisi 7.
LAMPIRAN
1.
Skema Kerja
Hidrokortison
Cera Flava +
Oleum cacao
-
- Tocopherol
- dikeluarkan
isi dari
tempat kapsu
nya
- diukur se-
banyak 8
tetes
Ditambahkan Oleum
Caco dan dilebur sampai
Homogeny.
Rekor Suppo
2.
Foto-Foto
Alat dan bahan
Ketonazole
Cera Alba
Neraca analitik
Alpha tokoferol
Oleum cacao
Cara Kerja
Dimasukkan ke dalam
cetakan dan didinginkan
3. Etiket
REKOR SUPOSITORIA
Komposisi :
Tiap 3 gram supositoria mengandung :
Hidrokortison
10 mg
Zat tambahan
Q.s
Indikasi :
REKOR SUPO digunakan untuk meringankan gejala-gejala hemoroid internal dan
pruritis pada anus.
Kontraindikasi :
Pada penderita yang peka atau sensitif terhadap zat aktif tubercular, jamur dan virus
seperti herpes simpleks, paccini dan paricheria.
Efek samping :
Reaksi-reaksi sensitifitas seperti rasa panas saat penggunaan
Dosis :
Pagi dan malam (sebelum tidur)
Aturan pakai :
Buka bungkus REKOR SUPO dan masukkan 1 supositoria kedalam liang dubur pada
pagi hari dan pada waktu hendak tidur malam, untuk selama 3-6 jam per hari atau sampai
peradangan hilang. Tidak digunakan pada anak-anak.
Peringatan dan perhatian :
Hati-hati terhadap efek absorbsi sistemik dan kandungan steroid obat ini terutama pada
penggunaan pertama berlebihan atau jangka panjang, karena tidak dianjurkan pemakaian
lebih dari 7 hari. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil.
Penyimpanan :
Pada wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, pada suhu kamar.
No. Registrasi
DKL 14 006003 53 A2
No. Bacth
E4 006003
Diproduksi oleh :
PT. Medikal Farma
Gorontalo-Indonesia
4. Brosur
REKOR SUPOSITORIA
Komposisi :
Tiap 3 gram supositoria mengandung :
Hidrokortison
10 mg
Zat tambahan
Q.s
Indikasi :
REKOR SUPO digunakan untuk meringankan gejala-gejala hemoroid internal dan pruritis
pada anus.
Farmakologi:
Cara atau mekanisme kerja sesunggunhnya belum diketahui. Kortikosteroid secara teoritis
dapat mengurangi selmesenkim, sekresi dari histamin dan struktur fibrolasis dan hal ini pada
akhirnya akan meningkatkan resistensi terhadap fibrolastis.
Kontraindikasi :
Pada penderita yang peka atau sensitif terhadap zat aktif tubercular, jamur dan virus seperti
herpes simpleks, paccini dan paricheria.
Efek samping :
Reaksi-reaksi sensitifitas seperti rasa panas saat penggunaan.
Dosis :
Pagi dan malam (sebelum tidur).
Aturan pakai :
Buka bungkus REKOR SUPO dan masukkan 1 supositoria kedalam liang dubur pada pagi
hari dan pada waktu hendak tidur malam, untuk selama 3-6 jam per hari atau sampai
peradangan hilang. Tidak digunakan pada anak-anak.
Peringatan dan perhatian :
Hati-hati terhadap efek absorbsi sistemik dan kandungan steroid obat ini terutama pada
penggunaan pertama berlebihan atau jangka panjang, karena tidak dianjurkan pemakaian lebih
dari 7 hari. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil.
Penyimpanan :
Pada wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, pada suhu kamar.
No. Registrasi
DKL 14 006003 53 A2
No. Bacth
E4 006003
Diproduksi oleh :
PT. Medikal Farma
Gorontalo-Indonesia