Anda di halaman 1dari 43

Muwashafat yang ingin dicapai

Tabiat Dakwah Islamiyah

Tabiat dakwah ini berkembang dan


menyebar ke berbagai pelosok alam
semesta. Karena misi dakwah ini adalah
menyebarkan rahmat bagi dunia untuk
seluruh umat manusia

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Al Anbiya: 107).

Dakwah adalah hak semua orang

Dengan begitu dakwah menjadi hak


semua orang agar mereka meraih hidayah
Allah SWT. Amatlah pantas semua
kalangan mendapatkan nikmat dakwah.
Atau paling tidak, semua manusia dapat
merasakan rahmatnya ajaran ini. Akan
tetapi kondisi semacam itu akan sangat
dipengaruhi oleh kualitas kepribadian
para penyeru dan aktivis dakwah.

Kewajiban seorang daI (aktivis dakwah)


Aktivis dakwah yang dapat memandu ajaran
ini agar berkembang dan tersebar luas ke
segenap pelosok bumi adalah mereka yang
mampu meningkatkan integritas dirinya.
Peningkatan diri kader dakwah selaras
dengan berkembangnya dakwah yang
menjadi tugas dan tanggung jawab mereka.
Pengembangan dan peningkatan integritas
diri bagi aktivis dakwah dikenal dengan
sebutan TARBIYAH DZATIYAH

Output dari tarbiyah dzatiyah


Kemampuan tarbiyah dzatiyah setiap kader akan
menjadikan mereka:
1.Mempunyai daya tahan terhadap berbagai ujian dan
cobaan dakwah
2.Tidak futur (malas-malasan) dalam dakwah
3.Tidak kendur semangat juangnya
4.Tidak jumud dalam pemikirannya,
5.Tidak bingung menjawab berbagai tuduhan miring
6.Bahkan mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang
menghadangnya.
Bahwa tidak akan menjadi kader yang keder lantaran
selalu bersikap menunggu intruksi atasan atau menurut
petunjuk murabbi.

Output dari tarbiyah dzatiyah

Dengan sikap itu kader dakwah


tidak sangat bergantung pada
bayanat pusat atau qararat
qiyadah. Melainkan ia mampu
mengembangkan dakwah
sebagaimana mestinya. Dan
dapat mengambil keputusan
yang tepat.

Output dari tarbiyah dzatiyah

1.Utusan-utusan Rasulullah SAW.


telah membuktikan dirinya
dalam mengembangkan dakwah
di berbagai tempat. Mereka
dapat bertahan sekalipun jauh
dari Rasulullah SAW. dan
komunitas muslim lainnya.

Output dari tarbiyah dzatiyah


2. Jafar bin Abi Thalib diantaranya. Dia dan sahabat
lainnya dapat tinggal di Habasyah dalam waktu yang
cukup lama. Sekalipun mereka sangat merindukan
berkumpul bersama dengan saudara muslim lainnya.
Mereka dapat mempertahankan dirinya dalam
keimanan dan ketaqwaan. Begitu kuatnya daya tahan
mereka hidup bersama dakwah jauh dari saudarasaudaranya yang lain dalam waktu yang cukup lama.
Hingga Rasulullah SAW. begitu bangga terhadap
mereka di saat mereka pulang ke Madinah. Beliau
menyatakan, Aku bingung apa yang membuat senang
diriku, apakah karena menangnya kita di Haibar
ataukah kembalinya kaum muslimin dari Habasyah.

Output dari tarbiyah dzatiyah


3. Mushab bin Umair sebagai duta Islam
pertama dapat mengembangkan dakwah
di Madinah dan berhasil membangun
masyarakat di sana. Mushab sebagai guru
pertama di Madinah dapat memperluas
jaringan dakwah dan kadernya. Sehingga
tempat itu menjadi basis komunitas umat
Islam di kemudian hari. Dan menjadi
mercusuar peradaban Islam.

Output dari tarbiyah dzatiyah


Begitulah kepribadian kader dakwah yang mumpuni dalam
mengemban amanah mulia. Mereka dapat menunaikan
tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Lantaran tarbiyah
dzatiyah yang ada pada diri mereka. Malah banyak tugastugas lain dapat diselesaikannya dengan nilai cumlaude.
Sebaliknya kader dakwah yang tidak mampu meningkatkan
integritas dirinya cenderung linglung. Bahkan mungkin
akan menimbulkan kegaduhan dalam kerja dakwah.
Sebagaimana ungkapan pujangga lama




Kader yang tidak punya kemampuan untuk
berbuat sesuatu sangat potensial membuat
kegaduhan dalam kerja dakwah.

Output dari tarbiyah dzatiyah


Allah SWT berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Al
Anfal: 27)

Urgensi Tarbiyah Dzatiyah

Kepribadian Aktifis Islam


Tidak dipungkiri bahwa Tarbiyah Dzatiyah menjadi
kepribadian aktivis Islam. Bahkan Rasulullah
SAW. menilai hal ini sebagai prasyarat untuk
para duta Islam dalam mengembangkan
dakwah. Karenanya hal ini menjadi point dalam
fit and profer-test bagi mereka yang akan
menjalani tugasnya. Sehingga seseorang yang
diutus ke suatu tempat, Nabi SAW.
mempertimbangkan kemampuannya dalam
pengembangan integritas dirinya.

Urgensi Tarbiyah Dzatiyah


Hal ini sebagaimana yang dipertanyakan Rasulullah SAW.
pada Muadz Bin Jabal saat akan diutus ke Yaman. Wahai
Muadz, bila kamu berada di tempat yang baru nanti, jika
menemukan suatu persoalan apa yang akan kamu
putuskan. Muadz menjawab, aku akan putuskan
berdasarkan kitab Allah. Rasulullah SAW. pun melanjutkan,
bila tidak kamu temukan pada kitab Allah, dengan apa kau
putuskan. Jawab Muadz, aku akan tetapkan berdasarkan
Sunnah Rasulullah. Nabi SAW. kemudian menanyakan
kembali, bila tidak juga kamu dapati di dalamnya, apa yang
akan kamu lakukan. Muadz menjawab, aku akan putuskan
dengan akal pikiranku (ijtihadku). Ternyata jawaban
Muadz sangat memuaskan hati Rasulullah SAW. Malah
beliau memandang bahwa kualitas Muadz sudah memadai
untuk mengemban tugas mulia tersebut.

Urgensi Tarbiyah Dzatiyah


Kapabilitas yang semacam itu diharapkan mampu
menyelesaikan setiap permasalahan yang selalu muncul di
lapangan dakwah. Sehingga ia tidak selalu menyerahkan
masalah itu pada qiyadah dakwah ataupun kader lainnya.
Dengan kemampuan itu kader dakwah tidak gamang
dalam mensikapi berbagai urusan yang terkait dengan
tanggung jawabnya. Karena tanpa sikap itu persoalan
dakwah akan bertambah pelik dan menambah beban
qiyadah. Telah sering kita dengar qiyadah dakwah
mengarahkan agar kader tidak selalu mengandalkan
jawaban dari pusat atau menunggu bayanatnya. Melainkan
mereka perlu mensikapi dengan cepat apa yang mesti
diambil sikapnya untuk menuntaskan suatu permasalahan.

Urgensi Tarbiyah Dzatiyah


Meski demikian kitapun perlu melihat koridornya agar
tidak terjebak dalam membebaskan diri untuk selalu
bersikap di luar kendali qiyadah. Karena ini pun akan
menimbulkan kekisruhan dalam struktural kendali
dakwah.
Seperti sikap Huzaifah ibnul Yaman sewaktu ditugaskan
Rasulullah SAW. masuk ke barisan musuh. Huzaifah
mendapati Abu Sufyan sedang memanaskan tubuhnya
karena udara dingin. Saat itu Huzaifah mampu untuk
membunuhnya, akan tetapi ia teringat pesan Rasulullah
SAW. bahwa tugasnya waktu itu adalah memperhatikan
kondisi musuh dan mengabarinya kepada Rasul.
Sehingga ia urung untuk membunuhnya walau
kesempatan itu ada di hadapannya..

Urgensi Tarbiyah Dzatiyah


Karena itu perlu menempatkan secara imbang
terhadap permasalahan ini. Peningkatan integritas
diri dan mematuhi rambu-rambu qiyadah. Yang lebih
berbahaya lagi bagi kader dakwah adalah bila tidak
memiliki keduanya.
Syaikh Hamid Asykariyah menegaskan, bahwa
mereka yang sudah tidak punyai kebaikan
(peningkatan integritas diri dan mematuhi ramburambu qiyadah). Mereka telah kehilangan kesadaran
terhadap kemuliaan dakwah dan kepunahan prilaku
taat pada qiyadah. Siapa yang telah kehilangan dua
hal ini, maka mereka tidak ada gunanya tetap berada
dalam barisan dakwah bersama kita.

Tujuan Tarbiyah Dzatiyah

1. Menyelesaikan Tuntutan Manhaj


Manhaj dakwah memberikan ruang yang banyak
untuk sarana tarbiyah agar dapat merealisasikannya
seoptimal mungkin. Baik melalui liqaat tarbawiyah,
daurah, seminar, mukhayyam ataupun tarbiyah
dzatiyah. Untuk mengaplikasikan manhaj dakwah
yang begitu banyak dan padat tidaklah memadai
dengan sarana tarbiyah regular. Karena
keterbatasan alokasi waktu maupun keterbatasan
Murabbi dalam menyelesaikan tuntutan manhaj.
Maka tarbiyah dzatiyah menjadi sarana untuk
menyelaraskan tuntutan manhaj tersebut.

Tujuan Tarbiyah Dzatiyah


Oleh karena itu perlulah dipahami dengan benar
pada setiap kader dakwah agar dapat melakukan
tarbiyah dzatiyah dalam dirinya. Hal ini akan
sangat membantu mengaplikasikan nilai-nilai
tarbawiyah secara maksimal. Dan dapat
mencapai arahan manhaj yang menjadi acuan
dakwah untuk mewujudkan kader yang siap
meringankan perjalanan dakwah ini. Bila masingmasing kader sibuk untuk merealisaikan manhaj
dalam dirinya sebagaimana tuntutan manhaj
maka semua kader akan aktif dengan berbagai
program dan kegiatannya.

Tujuan Tarbiyah Dzatiyah


Syaikh Abdul Halim Mahmud menyatakan bahwa
tarbiyah dzatiyah merupakan tuntutan manhaj
dakwah ini.
Baik dalam arahannya agar menjadi kader dakwah
yang sigap dan tanggap dalam menyambut tugas
dakwah.
Juga dalam muatannya yang tidak dapat diberikan
secara kolektif karena berbagai pertimbangan.
Namun dituntaskan secara personal dengan
peningkatan kemampuan tarbiyah dzatiyah.
Sehingga tampilah kader yang siap go publik dengan
Allah SWT di jalan dakwah ini.

Tujuan Urgensi Tarbiyah Dzatiyah


2. Peningkatan Potensi Diri
Peran serta kader terhadap dakwah
sangatlah dimarakkan agar mereka
dapat memberikan kontribusinya dan
menjadi bagian dari dakwah. Kader
yang dapat melakukan hal ini adalah
mereka yang memahami betul
potensi dirinya. Potensi yang dapat
bermanfaat bagi perjalanan dakwah.

Tujuan Tarbiyah Dzatiyah


Menajamkan potensi diri kader menjadi aktivitas
rutin. Seyogyanya semakin hari semakin tajam
potensi yang dimilikinya. Grafik potensinya selalu
naik seiring perjalanan waktu. Sebagaimana yang
dialami para pendahulu dakwah. Mereka senantiasa
berada dalam kondisi puncak setiap bergulirnya
waktu.
Imam Ibrahim Al Harby selalu mengomentari
sahabat-sahabatnya dengan ungkapan istimewa,
katanya, Aku sudah bergaul dengan fulan bin fulan
beberapa waktu, siang dan malam. Dan tidak aku
jumpai pada dirinya kecuali ia lebih baik dari
kemarin.

Tujuan Tarbiyah Dzatiyah


Layaknya aktivis dakwah dapat mengembangkan diri
agar potensi yang dimilikinya betul-betul dapat
didayagunakan seoptimal mungkin. Sehingga mereka
bisa berada di garis terdepan. Bahkan sepatutnya
dalam kondisi lebih baik dari hari-harinya yang telah
lewat. Kondisi yang prima dan selalu lebih baik dari
kemarin akan membuatnya istijabah fauriyah (dapat
memenuhi panggilan dakwah dengan cepat) yang
semakin komplek tuntutannya. Dengan potensi yang
demikian, kader dakwah dapat menempati lini yang
beragam dalam tugas mulia ini. Karenanya tarbiyah
dzatiyah adalah upaya untuk meningkatkan dan
menajamkan seluruh potensi kader dakwah yang
beragam.

Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


1. Ar Ruhiyah (Spiritual)
Sudah menjadi kebiasaan bagi para kader untuk
dapat meningkatkan ketahanan ruhiyahnya.
Sehingga ia tidak lemah dalam mengemban
tugas mulia. Ruhiyah yang kokoh menjadi
variable yang sangat menentukan. Bila perlu
setiap kader memiliki program personal dalam
menjaga ketahanan ruhiyah. Seperti
merutinkan diri untuk shalat berjamaah di
mesjid, shaum sunnah, qiyamullail, sedekah,
ziarah kubur ataupun aktivitas lainnya yang
berdampak pada kesehatan ruhaninya.

Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


Dengan upaya itu insya Allah maknawiyah
kader tidak ringkih dan kendur. Kondisi
maknawiyah yang rapuh akan berdampak
negatif bagi dirinya dalam menjalankan tugas
dakwah. Disamping itu, tampaknya para kader
perlu mencermati naik turunnya ruhaniyah diri
mereka sendiri. Bahkan sedapat mungkin
mempunyai patokan yang terukur agar dapat
dievaluasi dengan seksama baik melalui orang
terdekat (murabbi, pasangan, teman) ataupun
cukup diri sendiri.

Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


Ambillah pelajaran dari sikap para sahabat
dalam mentarbiyah ruhiyah mereka masingmasing. Ada yang selalu menjaga keadaan diri
agar selalu dalam keadaan berwudlu. Ada pula
yang senantiasa mengunjungi orang yang
sedang mengalami cobaan hidup. Ada juga
yang berziarah ke makam, dan upaya lainnya.
Camkanlah nasehat Umar ibnul Khathtab,
hitung-hitunglah dirimu sebelum kamu dihisab
Allah SWT. di hari Perhitungan (akhirat).

Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


2. Al Fikriyah (Pemikiran)
Pada dasarnya pemikiran manusia
senantiasa menuntut konsumsinya agar
tidak mengalami kejumudan berpikir. Untuk
memenuhi tuntutan tesebut tidaklah cukup
mengandalkan muatan pemikiran dari
majlis liqaat tarbiyah semata. Akan tetapi
dapat mencari berbagai sumber penggalian
berpikir. Bisa melalui penelaahan kitab,
menghadiri acara kajian ilmiah ataupun
kegiatan peningkatan wawasan lainnya.

Aspek-aspekTarbiyah Dzatiyah
Telah banyak paparan nash dari Al Quran ataupun
Hadits yang menyuruh untuk memberdayakan
kemampuan berpikir dengan melakukan
pengamatan dan pengkajian. Sehingga pemikiran
kader senantiasa dalam pencerahan bahkan ia
selalu dapat mencari solusi yang pas. Bila demikian
halnya pemikiran kader senantiasa berkembang dan
menjadi pintu gerbang kemajuan intelektual. Imam
Hasan Al Banna dalam Majmuatur Rasail
menegaskan tentang kewajiban kader dakwah yang
diantaranya adalah kewajiban membaca buku
beberapa jam dalam setiap hari serta memiliki
perpustakaan pribadi di rumahnya sekalipun kecil.

Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


3. Al Maliyah (Material)
Dakwah juga dipengaruhi oleh kekuatan
material. Tidak terkecuali para
pengembannya. Karena itu setiap kader
harus memiliki kemampuan
interpreneurshipnya agar tidak menjadi
beban orang lain. Imam Hasan Al Banna
menetapkan muwashafat kader yang
diantaranya adalah memiliki kemampuan
mencari penghidupan bagi dirinya (qadirun
alal kasabi).

Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


Para sahabat yang diridhai Allah SWT. telah
memberikan pelajaran pada kita semua bahwa
mereka tidak menjadi beban bagi saudara.
Kaum Muhajirin yang datang ke Madinah tidak
membawa apa-apa, namun mereka tidak
mengandalkan bantuan kaum Anshar. Kaum
Muhajirin mampu mengembangkan potensi
maaliyah dirinya. Mereka pun akhirnya dapat
hidup sebagaimana layaknya malah ada yang
lebih baik dari kehidupannya di Mekkah.

Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


4. Al Maydaniyah (Penguasaan Lapangan)
Penguasan lapangan juga hal sangat penting bagi
perkembangan dakwah ini. Seorang kader mesti
memahami medan yang dihadapinya dengan cepat.
Penguasan lapangan yang cepat dan tangkap dapat
memperoleh taktik dan strategi yang tepat untuk
dakwah ini. Pengenalannya yang bagus dapat
menentukan strategi apa yang cocok dan pas bagi
wilayah tersebut.
Maka ketika para sahabat berada di tempat yang baru
mereka mulai belajar untuk mengenal medan dan
lingkungannya. Sehingga pejalanan dakwah mereka
berkembang dengan pesat. Seperti dakwah di Madinah
oleh Mushab bin Umair dan sahabat lainnya.

Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


Dari sinilah setiap kader perlu
mengenal dengan betul wilayahnya.
Sehingga dapat terdeteksi dengan
cepat mana yang menjadi peluang
dakwah dan mana pula yang menjadi
hambatannya. Sehingga ia dapat
mensikapinya dari keadaan tersebut.
Bila menemui sumbatan ia cepat
mengantisipasinya.

Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


5. Al Harakiyah (Gerakan Dakwah)
Penguasaan harakiyah pun menjadi aspek
tarbiyah dzatiyah yang perlu diperhatikan
sehingga kader dakwah bisa mengikuti
lajunya gerakan dakwah. Ini bisa terjadi
apabila seorang kader dapat menyelami
geliat dakwah dan pergerakannya.
Pemahaman terhadap gerakan dakwah yang
tepat melahirkan sikap kader yang mengerti
benar tentang sikap apa yang harus
dilakukan untuk kepentingan dakwah.

Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


Sebagaimana yang dilakukan Huzaifah Ibnul Yaman
ketika masuk ke tengah barisan musuh. Saat
kondisi malam yang gelap dan mencekam seperti
itu, Abu Sufyan sangat khawatir pasukannya
diinfiltrasi. Sehingga ia mengumumkan agar
seluruh prajurit harus mengenal siapa yang ada di
kiri kanannya. Setelah selesai memberikan
komando itu Huzaifah lantas memegang tangan
orang yang ada di sisi kanan dan kirinya sambil
menanyakan siapa engkau. Tentu saja mereka
menjawab saya fulan bin fulan. Dengan
kesigapannya Huzaifah tidak ditanya orang.

Sasaran Tarbiyah Dzatiyah


1. Al Munawaratul Al Harakiyah
(Gerak Manuver Dakwah)
Sasaran tarbiyah dzatiyah ini adalah untuk
dapat mengembangkan gerak manuver
dakwah ke berbagai wilayah dan pelosok.
Sehingga banyak wilayah dan manusia lain
yang mendapatkan sentuhan dari dakwah
dan kadernya. Wilayah dakwah semakin
hari semakin meluas dan kader dakwahnya
semakin hari semakin bertambah tentu
juga peningkatan mutu kualitasnya.

Sasaran Tarbiyah Dzatiyah


Dalam kajian Fiqhus Sirah Syaikh Munir
Muhammad Ghadhban diungkapkan bahwa
Rasulullah SAW. setiap tahun selalu mendapatkan
informasi mengenai bertambahnya suku, kabilah
atau orang yang tersentuh dakwah Islam dan
menjadi pengikutnya yang setia. Ini tentu sangat
terkait dengan para penyebar dakwahnya. Mereka
adalah manusia-manusia yang selalu dalam
kondisi meningkat iman dan taqwanya serta
meningkat dalam merespon perintah dari Allah
dan Rasul-Nya. Dengan kata lain bahwa tarbiyah
dzatiyahnya sudah sangat mapan.

Sasaran Tarbiyah Dzatiyah


2. Al Matanah An Nafsiyah Ad Dakhiliyah
(Soliditas Personal)
Tarbiyah dzatiyah juga untuk meningkatkan
daya tahan kader. Kader yang tidak lemah
mentalnya, tidak jumud pikirannya, tidak
menjadi beban material kader lainnya, tidak
bingung dengan sekitarnya dan tidak pula
linglung atau ketinggalan jauh dari lajunya
dakwah ini. Kader yang tidak menjadi beban
bagi dakwah atau membuat bertambahnya
beban pemikiran para qiyadah.

Sasaran Tarbiyah Dzatiyah


Dengan begitu akan muncul kader-kader
yang tangguh dalam menunaikan amanah
dakwah. Kader yang prima staminanya
dalam menjalankan tugas. Sehingga
perjalanan ini semakin lancar dan mulus
untuk meniti jalan kemenangan dakwah.
Bila hal ini tercapai dakwah tidak
disibukan dengan urusan internal dan
konfliknya. Sebaliknya para kader akan
sibuk dengan maneuver dakwahnya.

Upaya Memulai Tarbiyah Dzatiyah


Pertama:
Buatlah fokus sasaran tarbiyah dzatiyah yang
akan dilaksanakan oleh masing-masing
individu. Misalnya, aspek ruhiyah seperti
apa yang diinginkan dengan gambaran dan
ukuran yang jelas seperti shalat lima waktu
berjamaah di mesjid, selalu membaca 1 juz
Al Quran dalam setiap hari. Demikian pula
aspek fikriyah ataupun aspek yang lainnya.
Sehingga semakin teranglah fokus yang
hendak dicapai.

Upaya Memulai Tarbiyah Dzatiyah


Kedua:
Memperhatikan sisi prioritas amal
yang hendak dilakukan. Aspek mana
saja yang akan dilakukan dengan
segera. Hal ini tentu melihat
pertimbangan kebutuhan saat ini.
Misalnya aspek ruhiyah yang
diprioritaskan maka buatlah program
yang jelas untuk segera dikerjakan.

Upaya Memulai Tarbiyah Dzatiyah


Ketiga:
Melaksanakan dari hal yang ringan dan mudah
dari program yang telah ditetapkan agar dapat
dilakukan secara berkesinambungan. Keempat,
agar dapat menjadi program kegiatan yang
jelas tekadkan untuk memulainya dari saat ini
dan berdoalah pada Allah SWT. agar
dimudahkan dalam menjalankan ikrarnya.
Kelima, untuk dapat bertahan terus
melakukannya upayakan untuk memberikan
sangsi bila melanggar ketentuan yang telah
diikrarkan.

Anda mungkin juga menyukai