Anda di halaman 1dari 6

KORUPSI

(PERILAKU YANG TIDAK KONSTITUSIONAL)


(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaran)

Di susun oleh :
Aji Nurhuda
Eful Saefulah
Indra Soraya
Randy Wardan

Irvan
Sayidussalam
Irvan
Nurdiansyah
Irfan Ahmad F
Edi Suryadi

M. Ramdan

Meri

Yusfar Ilhaqul

Ilyas

Miman
Iwan

Wildan
Agung

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT


TEKNIK INFORMATIKA 2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena telah
memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan

Makalah Korupsi

(Perilaku Yang Tidak Konstitusional) sebagai salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Proses dan kesulitan selama pembuatan
makalah ini merupakan suatu pembelajaran bagi kami yang sangat berguna.
Tidak lupa pula kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Garut, Oktober 2014

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A
B
C

Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Pengertian Korupsi
Indonesia yang Terkooptasi Kekuatan Koruptif
Korupsi di Indonesia
Korupsi dan Konstitusi
Tindakan dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
Sikap Positif terhadap Konsitusi Negara dalam Pemberantasan Korupsi

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat sekarang ini semakin banyak masyarakat Indonesia yang
mengabaikan arti dari pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945
sebagai konstitusi. Bahkan bukan hanya mengabaikan, namun banyak juga
yang tidak mengetahui makna dari dasar negara dan konstitusi tersebut.
Korupsi yang terjadi di semua lini kehidupan masyarakat menumbuhkan
sikap dan pemikiran bahwa dalam pemberantasan korupsi di negara ini
membutuhkan langkah yang berada di luar konstitusi. Hal ini terbukti dengan
keadaan negara Indonesia yang telah terkooptasi oleh kekuatan koruptif
sehingga melahirkan sikap-sikap negatif masyarakat terhadap konstitusi.
Sekilas memang tidak ada korelasi penting antara korupsi dan konstitusi.
Akan tetapi, Refleksi atas maraknya perlawanan terhadap korupsi, dapat
dilihat dari perlawanan balik para koruptor melalui media judicial review.
Melalui putusan MK, kita dapat melihat bagaimana korupsi menjadi barang
haram dalam konstitusi. Korupsi telah menjadi kejahatan kemanusiaan,
dengan

menghapus

hak-hak

ekonomi

dan

sosial

rakyat.

Sedangkan

konstitusi berperan dalam menata sistem pemberantasan korupsi. Artinya,


korupsi adalah inkonstitusional, dan pemberantasan korupsi harus sejalan
dengan konstitusi.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan kami akan coba menjelaskan tentang salah satu
perilaku yang tidak konstitusional, yakni korupsi. Kasus yang coba kami
angkat

dalam

makalah

ini

adalah

kasus

Penyuapan

Mantan

Ketua

Makhkamah Konstitusi, Akil Mochtar.


C. Batasan Masalah
Agar penulisan makalah ini menjadi terarah, maka penulis makalah ini hanya
akan membahas : Garis besar kasus tersebut, pasal yang dilanggar, vonis
hukuman yang diberikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Garis Besar Kasus


Pada Rabu, 2 Oktober 2013, Akil ditangkap KPK di rumah dinasnya di Jakarta
terkait

dugaan

menerima

gugatan pemilukada Kabupaten

suap

dalam

Gunung

penanganan
Mas,Kalimantan

Tengah dan Kabupaten Lebak, Banten. Esok harinya, ia dan 5 orang lainnya
resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Kelima orang tersebut salah
satunya Chairun Nisa, anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, bupati Gunung
Mas Hambit
Wardana yang

Bintih,
juga

seorang
adik

pengusaha
kandung

bernama Tubagus

Chaeri

Gubernur Banten Ratu

Atut

Chosiyah sekaligus suami dari Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi
Diany.
Dari dua kasus ini Akil Mochtar menerima suap dari para tersangka lain,
yang tak lain adalah yang sebelumnya memiliki sengketa pilkada. Suap
tersebut diberikan guna untuk memuluskan proses penghakiman sehingga
yang menyuap dapat menang pada saat proses penghakiman oleh
Mahkamah Konstitusi.
B. Undang-undang yang dilanggar
Dalam kasus suap ini penyidik menyangkakan Pasal 12 huruf c atau Pasal 6
ayat 2 UU Nomor 31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor
20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke1 KUHP. Akil bahkan disangka melanggar Pasal 12 B terkait dengan
penerimaan lainnya.
C. Hukuman yang diberikan

Berdasarkan pengadilan tipikor, Akil Mochtar divonis hukuman seumur hidup.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Korupsi merupakan produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang
memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan mutlak.
Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi korup
yang berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang berkuasa
dan sangat dihormati. Mereka ini juga akan menduduki status sosial yang
tinggi dimatamasyarakat. Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak
mungkin keseluruhan korupsi dibatasi, tetapi memang harus ditekan
seminimum mungkin, agar beban korupsi organisasional maupun korupsi
sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu pembaharuan struktural,
barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan dorongan untuk
korupsi dengan adanya perubahan organisasi. Dalam pemberantasan korupsi
diperlukan sikap-sikap positif terhadap konstitusi.
Sikap-sikap positif yang dapat dilakukan terhadap konstitusi yaitu :
a.

Bersikap Terbuka

b.

Mampu mengatasi masalah

c.

Memiliki harapan Realistis

d.

Memiliki harapan Realistis

e.

Penghargaan terhadap karya bangsa sendiri

f.

Mau menerima dan memberi umpan balik

Anda mungkin juga menyukai