Snake Bite
Snake Bite
Kharis Ma`mun
Pembimbing: dr. Juliani, SpA
Pendahuluan
Kasus gigitan ular merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang sangat penting di berbagi negara, terutama di area
pedesaan
Kasus gigitan ular terbesar terjadi di Asia Selatan dan Afrika
Kurang lebih terjadi 25.000-30.000 kematian tiap tahunnya
akibat gigitan ular (WHO,2005)
98% gigitan terjadi di daerah ekstremitas.
Umumnya ular menggigit pada saat ia aktif, yaitu pada pagi
dan sore hari, apabila ia merasa terancam dan terganggu.
Permasalahan :
-
Luka gigitan
Infeksi pada luka
Reaksi alergi
PENDAHULUAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
kurangnya manajemen komplikasi,
transportasi, peralatan rumah sakit
dan pengetahuan masyarakat umum
mengenai pertolongan pertama
Pemberian dini anti venom polivalen
telah mengurangi angka kesakitan
dan kematian
McGain F, Limbo A, Williams D, Didei G, Winkel KD. Snake bite mortality at Port Moresby General Hospital, Papua
New Guinea 19922001. Med J Aust 2004;181:68791.).
3
Patofisiologi
Bisa Ular
zat atau substansi yang berfungsi
untuk melumpuhkan mangsa dan
sekaligus juga berperan pada sistem
pencernaan
arginin,
ester
hydrolase
trombogeni
k enzim
hialuronidas
e,
fosfolipase
metalloproteinase,
endogenas
e
Neurotoksin,
nefrotoksin,
hemotoksin,kardi
otoksin dan
sitotoksin
Disfungsi
organ
atau
destruksi.
Patofisiologi
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan pada lokasi gigitan
- Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan penunjang
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005
Jurkovich,Gregory J, Gentilello,Larry M. Envenomation and Enviromental Injuries in Greenfield's Surgery: Scientific
Principles and Practice.ed :Mulholland et all.4th edition. Lippincott Williams & Wilkins.chapter 33.2006
Gejala Klinis
Tanda gigitan taring (fang
marks),
Gejala lokal: edema, nyeri
tekan pada luka gigitan,
eritem, ptekie, ekimosis
(dalam 30 menit-24 jam)
Gejala sistemik: hipotensi,
kelemahan otot,
berkeringat, menggigil,
mual, hipersalivasi,
muntah, nyeri kepala dan
pandangan kabur.
Patofisiologi
Gigitan
ular
berbisa
Bisa ular
Merusak sel
endotel dan
eritrosit
Permeabiltas
meningkat
- Edema
perifer
- Edema paru
- Perdarahan
- hipotensi
Blok reseptor
Ach
- Ptosis
- Disfagia
- Paresis
- Kejang
- koma
Aktivasi faktor
V,IX,X
Mengubah
fibrinogen fibrin
- Aktivasi
kaskade
koagulasi
- Consumptive
coagulopathy
- Unstable clot
formation
DIC
Gigitan Ular
Jenis
Morfolo
gi gigi
Ankistrodon
rhodostoma
Trimeresurus
albolabris
Bungarusfasciatus
Ular kobra
Ular berbisa
1.
Bentuk kepala
Segiempat panjang
Segitiga
2.
Gigi taring
Gigi kecil
3.
Bekas gigitan
lengkungan bekas
gigitan
berbisa.
Penatalaksanaan
Langkah-langkah penatalaksanaan gigitan ular meliputi
(WHO,2005) :
1. Pertolongan pertama
2. Transportasi ke rumah sakit
3. Penilaian klinik dan resusitasi segera
4. Penilaian klinik lengkap dan diagnosis
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Observasi respon terhadap antivenom ( menentukan
apakah diperlukan penambahan dosis antivenom)
7. Terapi suportif
8. Penatalaksanaan pada bagian luka gigitan
9. Rehabilitasi
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005
20
1. Pertolongan pertama
Tujuan pertolongan pertama :
Mengurangi absorbsi bisa ular secara
sistemik
Menyelamatkan kehidupan dan
mencegah komplikasi sebelum paien
menerima pengobatan secara medis (
di rumah sakit atau klinik)
Merencanakan transportasi pasien ke
tempat dimana pasien dapat
memperoleh penatalaksanaan medis.
21
Pertolongan Pertama
Tenangkan pasien
metode pressure immobilisation
hindari berbagai tindakan
intervensi pada luka gigitan karena
akan meningkatkan infeksi,
meningkatkan absorbsi bisa ular
dan perdarahan lokal.
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005
23
2.Transportasi ke Rumah
Sakit
Bawa pasien ke rumah sakit (tempat
dimana pasien dapat mendapatkan
penatalaksanaan medis)
Imobilisasi, kurangi pergerakan
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005
24
3. Penatalaksanaan di
Rumah sakit
Primary survey
- Airway
- Breathing
- Circulation
- Disability
Secondary Survey
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005
25
4. Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap : anemia,
trombositopeni, leukositosis
Hemostasis : pemanjangan PT dan APTT
Fungsi hati : peningkatan transaminase,
bilirubin,
Fungsi Ginjal : peningkatan ureum dan
kreatinin
Urinalisis : hemoglobinuria
EKG : aritmia, bradikardi
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005
26
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005
Jurkovich,Gregory J, Gentilello,Larry M. Envenomation and Enviromental Injuries in Greenfield's Surgery: Scientific Principles and
Practice.ed :Mulholland et all.4th edition. Lippincott Williams & Wilkins.chapter 33.2006
Sjamsuhidajat R, De Jong Wim; Buku-Ajar Ilmu Bedah. Ed. 2Jakarta : EGC.2004
27
28
Derajat II:
15-20 ml
SABU
Derajat 0
dan I
tidak
diperluka
n SABU
Derajat III:
25-75 ml
SABU
Derajat IV:
berikan
penambah
an 30-40
vial SABU
GEJALA
Schwartz (Depkes,2001)
Derajat Venerasi
KLINIS
Luka
gigit
Nyeri
Udem/ Eritem
Tanda sistemik
+/-
<3cm/12>
+/-
II
+++
>12-25 cm/12
jam
+
Neurotoksik,
Mual, pusing, syok
III
++
+++
++
Syok, petekia,
ekimosis
IV
+++
+++
>ekstrimitas
++
Gangguan faal
ginjal,
Koma, perdarahan
6. Penatalaksanaan Suportif
Pengobatan suportif terdiri dari
infus NaCl, plasma atau darah dan
pemberian vasopresor untuk
menanggulangi syok
Kelumpuhan pernapasan intubasi
Sindrom kompartemen fasiotomi
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005
31
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005
32
TERIMA KASIH
33