Anda di halaman 1dari 6

LEARNING OBJECTIVE

1. Jelaskan perbedaan Kedokteran Populasi dan Epidemiologi!


2. Jelaskan besaran sampel, metode pengambilan sampel, dan kapan metode tersebut
digunakan!
3. Jelaskan pengertian Postulat Koch dan Postulat Evans!

1. Perbedaan Kedokteran Populasi dan Epidemiologi


Kedokteran populasi adalah apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambarangambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan
perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta
determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. Secara umum, ada empat
tujuan epidemiologi yaitu : Pertama menjelaskan status kesehatan masyarakat dengan cara
menghitung kejadian penyakit, frekuensi relatif berbagai masalah kesehatan di dalam
kelompok serta kencenderungan-kecenderungan tertentu. Kedua menjelaskan etiologi
penyakit/ masalah kesehatan, dengan menentukan berbagai faktor yang menyebabkan
penyakit dan menemukan mekanisme penyebarannya. Ketiga memprediksi jumlah kasuskasus penyakit yang terjadi dan distribusi status kesehatan didalam populasi dengan cara
mencegah terjadinya kasus baru dan memberantas kasus yang telah ada, memperpanjang
hidup atau memperbaiki status kesehatan si pengidap penyakit (Suyatno, 2009).
2. Sampel

Menurut Budiharta (2002), sampling adalah pengambilan data dari setengah jumlah
populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili sebagian besar
karakteristik populasi. Suatu sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang
seharusnya diukur.
Konsep dasar sampling ada 3 yaitu:
1. Persayaratan tujuan, mencakup parameter yang diestimasikan dan unit kepentingan
2. Populasi target, adalah populasi untuk ekstrapolasi hasil yang didapat
3. Populasi kajian, adalah populasi yang sampelnya diambil
Menurut Mustafa (2000), kevalidan suatu sampel harus memenuhi dua syarat utama, yaitu:
1. Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat kekeliruan dalam sampel. Semakin kecil tingkat
kekeliruan, maka suatu sampel dapat dikatakan semakin baik. Tolak ukur bias atau
kekeliruan dalam sampel adalah populasi.

2. Presisi, yaitu memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada sedekat mana
estimasi peneliti dengan karakteristik populasi. Makin kecil tingkat perbedaan diantara
rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka tinggi tingkat presisi sampel tersebut.
Besaran Sampel
Besarnya sampel yang dibutuhkan tergantung tujuan yang diteliti seperti untuk mengetahui
aras penyakit, deteksi penyakit, dan menyidik peyebab penyakit. Menurut Mustafa (2000)
ukuran sampel akan menjadi hal penting ketika kita mengambil penelitian kuantitatif.
Beberapa pertimbangan mengenai ukuran sampel yang harus diperhatikan adalah:
1. Tingkat kesalahan
2. Derajat keseragaman
3. Biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia.
Metode Sampling
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : sampling random
(probability sampling) dan sampling nonrandom (nonprobability sampling). Sampling
random yaitu pengambilan sampel secara acak yang dilakukan dengan cara undian, atau
tabel bilangan acak/ random atau dengan menggunakan kalkulator/ komputer. Sedangkan
sampling nonrandom atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan
sampel tidak secara acak.
1. Teknik Sampling Random
Teknik sampling random terdiri atas tiga jenis, yaitu sampling random sederhana
(Simple Random Sampling), sampling bertingkat (Stratified Sampling), dan sampling
kluster/area (Cluster Sampling)
Sampling Random Sederhana. Digunakan jika populasi bersifat homogen. Dikatakan
sederhana karena cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu.
Teknik Sampling Bertingkat. Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik
sampling berlapis, berjenjang, dan petala. Teknik ini digunakan apabila populasinya
heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat. Penentuan tingkat
berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya : menurut usia, pendidikan, golongan
pangkat, dan sebagainya. Teknik ini akan semakin baik jika dilengkapi dengan
penggunaan proporsional, sehingga setiap tingkat diwakili oleh jumlah yang sebanding.
Sampling bertingkat yang dilengkapi dengan proposional ini disebut proportional
stratified random sampling.
Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota sampel yang diambil lebih
representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan usaha pengenalan
terhadap karakteristik populasinya. Jika banyaknya ukuran dari masing-masing

tingkatan/kelompok tidak proporsional maka disebut dengan disproportional stratified


random sampling. Contoh Teknik sampling proporsional :
Misalnya populasi untuk A = 25, B = 60, C = 15. Jadi, jumlah anggota populasi = 100.
Sedangkan besar anggota sampel = 80 sehingga besar masing-masing sampel untuk A,
B, dan C dapat dihitung sebagai berikut :
untuk A : (25/100) x 80 = 20 orang,
untuk B : (60/100) x 80 = 48 orang, dan
untuk C : (15/100) x 80 = 12 orang.
Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.
Teknik Sampling Kluster. Teknik sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling
daerah, conditional sampling/restricted sampling/area sampling. Teknik ini digunakan
apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan
seterusnya. Pada peta daerah diberi petak-petak dan setiap petak diberi nomor. Nomornomor itu kemudian ditarik secara acak untuk dijadikan anggota sampelnya.
Pada penggunaan teknik sampling kluster, biasanya digunakan dua tahapan, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah, dan tahap kedua menentukan orang/orang atau
objek yang dijadikan penelitian pada daerah yang terpilih yang dilakukan secara
random.
Keuntungan menggunakan teknik ini ialah : (1) dapat mengambil populasi besar yang
tersebar diberbagai daerah, dan (2) pelaksanaannya lebih mudah dan murah
dibandingkan teknik lainnya. Sedangkan kelemahannya ialah (1) jumlah individu dalam
setiap pilihan tidak sama, karena itu teknik ini tidaklah sebaik teknik lainnya; (2) ada
kemungkinan penduduk satu daerah berpindah kedaerah lain tanpa sepengetahuan
peneliti, sehingga penduduk tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel
penelitian.
2. Teknik Sampling Nonrandom
Teknik sampling nonrandom terdiri atas lima macam yaitu: Teknik Sampling Sistematis
(Systematical Sampling), Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling), Teknik
Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling), Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling),
dan Teknik Bola Salju (Snowball Sampling)
Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling). Teknik ini sebenarnya dapat
termasuk kepada teknik random sampling sederhana yang digunakan secara ordinal.
Artinya anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu. Misalnya setiap kelipatan
10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor, pengambilan sampel hanya nomor
genap atau yang ganjil saja, dll. Keuntungan teknik ini ialah lebih cepat dan mudah.
Sedangkan kelemahannya adalah kadang-kadang kurang mewakili populasinya.
Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling). Teknik sampling kebetulan
dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap orang atau benda

yang kebetulan ada atau dijumpai dan dipandang orang yang dijumpai tsb. cocok
dijadikan sumber data. Misalnya kita ingin meneliti pendapat masyarakat tentang
kenaikan harga atau keluarga berencana, maka pertanyaan diajukan kepada mereka
yang kebetulan dijumpai dipasar atau ditempat-tempat lainnya. Keuntungan
menggunakan teknik ini ialah murah, cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya ialah
kurang representatif.
Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling). Teknik ini digunakan apabila
anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Sebagai
contoh : untuk meneliti tentang disiplin siswa maka yang dipilih adalah orang yang
aahli dalam kesiswaan seperti kepala sekolah, PKS urusan kesiswaan, ketua osos, yang
dijadikan anggota sampel. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat dan
mudah, serta relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan kerugiannya ialah tidak
representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi).
Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling). Teknik ini digunakan apabila anggota
sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri
tertentu. Sebagai contoh, Jemaah haji yang berangkat ke tanah suci sudah diberi jatah
(kuota) oleh Persatuan Haji Indonesia (PHI) bekerjasama dengan Pemerintah Arab
Saudi, yaitu sebanyak 250.000 orang haji dari populasi 250.000.000 jiwa penduduk
Indonesia. Artinya satu orang calon haji mewakili 1000 orang penduduk. (Riduan dan
Akdon, 2006 : 246-247).
Teknik Bola Salju (Snowball Sampling). Teknik penentuan sampel bola salju ini
digunakan apabila jumlah sampel yang diketahui hanya sedikit. Dari sampel yang
sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain dari yang dijadikan sampel
terdahulu, sehingga makin lama jumlah sampelnya makin banyak. Seperti bola salju
yang menggelinding makin lama bola salju tersebut makin besar.
Keuntungan dan Kerugian tenik sampling
Random : Proporsional Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota sampel yang
diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan usaha
pengenalan terhadap karakteristik populasinya. Jika banyaknya ukuran dari masingmasing tingkatan/kelompok tidak proporsional maka disebut dengan disproportional
stratified random sampling. Teknik Sampling Kluster Keuntungan menggunakan teknik
ini ialah : (1) dapat mengambil populasi besar yang tersebar diberbagai daerah, dan (2)
pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan teknik lainnya. Sedangkan
kelemahannya ialah (1) jumlah individu dalam setiap pilihan tidak sama, karena itu teknik

ini tidaklah sebaik teknik lainnya; (2) ada kemungkinan penduduk satu daerah berpindah
kedaerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk tersebut mungkin menjadi
anggota rangkap sampel penelitian
Non random Teknik penentuan sampel bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel
yang diketahui hanya sedikit. Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi
sampel lain dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah sampelnya
makin banyak. Seperti bola salju yang menggelinding makin lama bola salju tersebut
makin besar.
3. Postulat Koch
Kejadian penyakit selalu dihubungkan dengan agen penyebab (misalnya: bakteri, virus)
yang menimbulkan ketidakseimbangan dalam tubuh hewan. Postulat Koch menjelaskan
bahwa pada kejadian penyakit harus dapat diperoleh agen penyebab spesifik dan bila agen
tersebut diinfeksikan ke tubuh hewan sehat akan menimbulkan gejala dan lesi yang sama
dan sekaligus agen tersebut akan dapat ditemukan kembali (uji biologis). Hubungan agen
dan hospes ini lebih dilihat sebagai hubungan sebab akibat faktor tunggal. 4 dalil Postulat
Koch menjelaskan bahwa pada kejadian penyakit harus dapat diperoleh :
1.
2.
3.
4.

Organisme penyebab harus ada pada semua kasus penyakit


Harus tidak dijumpai pada penyakit lain atau hewan normal
Harus bisa diisolasi dan dimurnikan
Harus mampu menimbulkan penyakit yang sama jika dicobakan

Postulat Evans
Dikembangkan sebagai konsep penyebab yang menyatu untuk digunakan secara umum
mengetahui hubungan sebab akibat dalam bidang epidemiologi. Dalil ini menyatakan
penyebab penyakit berdasarkan kriteria berikut:
1. Proporsi hewan yang terserang penyakit harus lebih besar pada kelompok yang
terpapar dengan penyebab yang diduga dibandingkan dengan kelompok yang tidak
2.

terpapar.
Keterpaparan dengan penyebab diduga harus terlihat lebih umum pada kelompok

3.

yang dianggap sebagai kasus dengan kelompok yang tidak sakit.


Jumlah kasus baru harus lebih tinggi pada kelompok yang terpapar dengan penyebab
yang diduga dibandingkan dengan kelompokyang tidak terpapar, sebagaimana diamati
pada kajian prostektif.

4.

Secara temporal, penyakit harus mengikuti keterpaparan dengan penyebab yang

5.
6.

diduga.
Dapat diukur spektrum biologis terhadap respon inang.
Respon inang harus dapat diulang mengikuti keterpaparan dengan penyebab yang

7.
8.

diduga.
Penyakit yang muncul dapat segera dihasilkan secara eksperimen.
Pencegahan atau modifikasi respon inang harus dapat menurunkan

atau

menghilangkan keberadaan penyakit.


9. Penghilang penyebab yang diduga harus dapat menurunkan insiden penyakit.
10. Hubungan antara penyebab yang diduga dengan penyakit yang muncul harus dapat
dijelaskan secara biologis dan epidemiologi.
Hubungan agen dan hospes ini lebih dilihat sebagai hubungan sebab akibat faktor tunggal.
Pemahaman tersebut tidak dapat digunakan dalam menganalisis kejadian penyakit dalam
suatu populasi (epidemiologi). Kesehatan populasi ternak pasti akan melibatkan tiga hal
yaitu hospes/inang, agen penyakit, dan lingkungan dan pada kasus epidmiologi maka,
semua hubungan dan keterkaitan tersebut harus dapat dibuktikan secara biologis dan
epidemiologis. Pendekatan tersebut diformulasikan dalil - dalilnya secara rinci yang
dikenal sebagai postulat Evans. Faktor yang mempengaruhi kesehatan populasi
diklasifikasikan menjadi 3 hal yaitu faktor primer dan sekunder (Agen), faktor intrinsik
(dalam tubuh hopes) dan ekstrinsik (di luar tubuh hospes), dan interaksi antara hospes ,
agen dan lingkungan (Willyanto, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Budiharta, S. 2002. Kapita Selekta Epidemiologi Veteriner. Bagian Kesehatan Masyarakat
Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta. 56-65, 146-149.
Mustafa, H. 2000. Teknik Sampling. http://www.google.com/webhp?tab=ow. Online tanggal 8
April 2011, pukul 18.30 WIB
Suyatno. 2009. Konsep Epidemiologi. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
Willyanto, I. 2006. Konsep Dasar Epidemiologi Veteriner. Pendidikan dan Pelatihan
Epidemiologi dan Infolab. Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional VI,
Denpasar, Bali. 25-30 April 2006, 1-16

Anda mungkin juga menyukai