Pada Tahun 2011, ditetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah
Dengue di Kota Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan Pejabat Walikota
Pekanbaru setelah mendengar laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
dalam rapat koordinasi. Pada bulan Februari 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan
bulan Februari 2011 mencapai 450 kasus. Hal ini menunjukan peningkatan sebesar
kurang lebih dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya. IR (Incidence Rate) DBD
menurut WHO di Indonesia adalah sebesar < 50 per 100.000 penduduk dengan CFR
(Case Fatality Rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada kasus DBD disebabkan masih
kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap gejala DBD. Sering
kali pasien dating ke Puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat perdarahan
spontan dan syok. Pada stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang
cenderung untuk mengobati diri sendiri dengan cara membaluri badan dengan
bawang merah yang dicampur minyak goring terlenih dahulu kemudian membeli obat
penurun panas di warung atau toko obat. Masyarakat tidak mengerti kalau pada saat
mulai demam harus segera dibawa ke Puskesmas.
Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas melakukan penyelidikan
epidemiologi (PE) ke lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB.
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi tersebut, Puskesmas melakukan
tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi KLB.
Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan
infuse bagi pasien yang jumlahnya sangat banyak, sementara persediaan di
Puskesmas juga terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut Puskesmas melakukan
rujukan kesehatan masyarakat ke Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.
Program penanggulangan DBD yang berjalan seharusnya bukan hanya
dikerjakan oleh Puskesmas sendiri secara Lintas Program, tetapi juga dikerjakan
secara Lintas Sektoral demi untuk meningkatkan mutu pelayanan. Pada saat
bersamaan, terjadi ledakan kasus Campak di Puskesmas setempat. Ternyata cakupan
imunisasi campak dalam 3 tahun terakhir selalu berada dalam kisaran <50%.
Dalam pertemuan lintas sektoral, tokoh Agama juga terlibat dalam ikut urun
rembuk penyelesaian masalah kesehatan di masyarakat. Tokoh agama
menyampaikan, bahwa dalam pandangan islam menciptakan kemashlahatan insani
yang hakiki adalah merupakan salah satu tujuan syariat islam dan hokum menjaga
kesehatan dan berobat adalah wajib.
STEP I
Menentukan kata sulit (brainstorming)
1. KLB (Kejadian Luar Biasa)
Indonesia
mengklasifikasikan
peristiwa
merebaknya
suatu penyakit.
2. IR (Insinedence Rate)
4. PE (Penyelidikan Epidemiologi)
5. Lintas Program
beberapa
6. Lintas Sektoral
beberapa
Pertanyaan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
17.
18.Wajib hukumnya
19.Ikut membantu dalam mengedukasi masyarakat.
20.Meningkatkan kesehatan lingkungan,, baik lingkungan dalam rumah, maupun
lingkungan sekitar.
Hipotesis
Jenis Penyakit
Faktor lingkungan
Perilaku
Masyarakat
Sosial Ekonomi
Letak Geografis
Kasus
Penyaki
t
KL
B
Penanggulang
an
Edukas
i
Program
Pencegaha
n
Penyelidika
n
epidemiolo
gi
PUSKESM
AS
Lintas
program
Lintas
sektoral
Sistem
Perujukan
Dinas
Kesehatan
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan KLB (Kejadian Luar Biasa)
Definisi
Factor penyebab
Kriteria
2. Memahami dan menjelaskan Puskesmas
Definisi
Program
Fasilitas
Mutu dan pelayanan
System perujukan
Prosedur pelaksanaan dan mekanisme kerja
3. Memahami dan menjelaskan imunisasi
Pelaksanaan program imunisasi
Penjadwalan imunisasi (tabel)
Waktu dan cara pemberian imunisasi
4. Memahami dan menjelaskan sosial-budaya dan pengaruhnya dalam perilaku
Masyarakat untuk berobat.
Perbandingan pelayanan modern dan tradisional
5. Memahami dan menjelaskan Hukum menjaga kesehatan dan berobat dalam
islam serta bagaimana pandangan mengenai KLB dalam islam
STEP 2
MANDIRI
3. Analisis Lanjutan
Setelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi wabah, maka
selain tindak pemadaman wabah, perlu dilakukan pelacakan lanjut serta
analisis berkesinambungan yaitu :
Analisis data
Melakukan analisis data secara berkesinambungan sesuai tambahan
informasi yang didapatkan dan laporkan hasil intrepesi data tersebut.
Menegakkan hipotesis
Hasil analisis dari seluruh kegiatan dibuat keputusan yang bersifat hipotesis
tentang keadaan yang diperkirakan. Kesimpulan dari semua fakta
yangditemukan harus sesui dengan apa yang tercantum dalam hipotesis.
terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit
didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB
terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu
sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang
disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS
adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan
untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di
seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI).
Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat,
sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam
masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data
kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu
kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)
Pencegahan terjadinya wabah/KLB
a. Pencegahan tingkat pertama
Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin
dengan cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk
menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan
menghilangkan sumner penularan.
Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan
lingkungan biologis seperti pemberntasan serangga dan binatang
pengerat serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan
rumah tangga.
Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status
gizi,kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan
status psikologis.
b. Pencegahan tingkat kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita
atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa
tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah
meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera
mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.
c. Pencegahan tingkat ketiga
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau
kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau
mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi.
d. Strategi pencegahan penyakit
Dilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat,
perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan
X: angka kejadian
Y: populasi berisiko
K: konstanta (angka kelipatan dari 10)
Contoh:
PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan
pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang
ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000)
disebut Periode Prevalence Rate
Prevalence Rate (PR):
Jumlah penyakit lama + baru
--------------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang
berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
Attack Rate (AR):
Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
(basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan
pencegahan (public health service).
Fungsi puskesmas itu sendiri meliputi
1) Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Pusat pemberdayaan
2) masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan
3) Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis
maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
program
Program Pokok Puskesmas
1) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
2) KB (Keluarga Berencana)
3) Usaha Kesehatan Gizi
4) Kesehatan Lingkungan
5) Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
6) Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan
7) Penyuluhan kesehatan masyarakat
8) Kesehatan sekolah
9) Kesehatan olah raga
10) Perawatan Kesehatan
11) Masyarakat
12) Kesehatan kerja
13) Kesehatan Gigi dan Mulut
14) Kesehatan jiwa
15) Kesehatan mata
16) Laboratorium sederhana
17) Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK
18) Pembinaan pemgobatan tradisional
19) Kesehatan remaja
20) Dana sehat
Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal
diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam
hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan
kesehatan secara mandiri
Tugas Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten /
kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunankesehatan disuatu
wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu , dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang
(private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmasw
melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk
usaha pembangunan kesehatan.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan
pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu
dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan
disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib
yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan
pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan
puskesmas.
Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yakni:
Lingkungan sehat
Perilaku sehat
Misi Puskesmas
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan
yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan damapk negative terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat,
mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan sertameningkatkan efisiensi
pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan
kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan
peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari
yang bersangkutan.
Tata kerja puskesmas
1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor
kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat
kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal
pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas,
koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
dengan demikian secara teknis dan administratif, puskesmas bertanggungjawab
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan
serta
memberikan
bantuan
AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak orang
berkata begitu. Tapi sebenarnya holistik modern merupakan sebuah
sebutan terhadap satu sistem pelayanan terpadu dalam memenuhi
berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan dan perbaikan tingkat kesehatan
yang mungkin sudah rusak yang disebut sakit-sakitan. Layanan kesehatan
holistik modern dalam arti yang sangat dalam, meliputi berbagai
pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh,
konsultasi kesehatan secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan juga
kejiwaan), perawatan / pengobatan penyakit-penyakit secara menyeluruh
(juga fisik, emosional dan kejiwaan), pemberian nasehat dan anjurananjuran kesehatan secara menyeluruh (berlaku juga untuk kesehatan fisik,
emosional dan kejiwaan), kontrol ulang serta bimbingan / tuntunan selama
penyakit-penyakitnya belum sembuh atau selama masih dibutuhkan oleh
sipenderita. Itu dilakukan secara terpadu oleh satu tenaga praktisi yang
sudah dilatih untuk menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini,
tanpa harus ambil darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa
buka-buka pakaian sangat etis.
Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan berbagai
metode yang megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan benar, sebagai
satu pandangan lain nonmedis, yang merupakan terobosan baru dalam bidang
kesehatan yang sangat sederhana tapi sangat efektif, yaitu ilmu iridology yang
berasal atau ditemukan oleh seorang dokter medis di Eropa (yaitu satu ilmu
pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit malalui tanda-tanda yang terjadi
pada mata akibat adanya gangguan penyakit itu), Ilmu kinesiology yang berasal
atau ditemukan oleh seorang ahli saraf di Amerika (yaitu ilmu pengetahuan
bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organ-organ dan sistem tubuh melalui
kelemahan yang terjadi pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal
atau ditemukan oleh seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui
dan memperbaiki tingkat penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui
perobahan energy yang terjadi pada tubuh yang ditest dengan energy bungabungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara pendeteksian dan perawatan
yang lain, seperti heart lock, jump leading, universal energy,
podorachidian dan lain-lain.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia,
namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap
tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7%
penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan
obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara pengobatan.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara
pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun,
atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar
Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih
tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya
masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa
penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang
berasal dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10.Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional.
Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional,
yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan
sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif
merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan
yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan
kedoteran standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan
kedokteran moderen tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di
tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai traditional medicine atau
pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai traditional healding. Adapula
yang menyebutkanalternatif medicine. Ada juga yang menyebutkan dengan folk
medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59).
Dalam sehari-hari kita menyebutnya pengobatan dukun. Untuk memudahkan
penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif,
karena dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan
moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan
tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang
khas satu etnis (etno medicine).
Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan
pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh
pemerintah. Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang
berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer)
ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun penyembuhan tersebut
sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang dilakukan tabib
atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang
memadukan antara kekuata rasio dan batin.
Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaanbacaan. Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan
terapi tunggal dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya
pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantanganpantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar
penyembuhan dapat selesai dengan cepat.
Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita
pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang
unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut
menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.
6. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN CANGKUPAN MUTU
PELAYANAN KESEHATAN DAN IMUNISASI
Mutu pelayanan
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah (Azwar, 1996) adalah :
a. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat
berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat.
b. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat
diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate).
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat,
kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar.
c. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini
terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat
penting.
d. Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau
(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari
sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan
biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan
pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu
Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya
diulang sesuai petunjuk dokter.
Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri
yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan
penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Imunisasi Tipa
Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid
(tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama tiga-lima
tahun dan harus diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis:
imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali.
Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul.
Imunisasi Hepatitis A
Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang
lama, yaitu sekitar 1- 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda
dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan
jarak 6 - 12 bulan.
Booster/Ulangan
-Tuberkulosis
1 tahun-- pada bayi Hepatitis B
yang lahir dari ibu
dengan hep B.
18bulan-booster1
Dipteria, pertusis,
6tahun-booster 2
tetanus,dan polio
12tahun-booster3
-Campak
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
12-18bulan
12-18bulan
Booster/Ulangan
12 tahun
18 bulan
---
Imunisasi untuk
melawan
Measles,
meningitis, rubella
Hemophilus
influenza tipe B
Hepatitis A
Cacar air
Yang harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum imunisasi jika
bayi anda sedang sakit yang disertai panas; menderita kejang-kejang sebelumnya ;
atau menderita penyakit system saraf.
Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau
imunisasi harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja
berbeda dengan negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang
mengeluarkannya
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat
(Saifuddin dkk, 2001).
b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000)
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari
program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus
neonatorum (Depkes, 2004)
Jadwal Imunisasi TT ibu hamil
k. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2
kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT
ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat
sebagai TT ulang juga.
l. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru
mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan
kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.
m. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya,
cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
Cara pemberian dan dosis
a. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
b. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga
setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis.
Dosis ke empat
dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis
ke tiga dan ke
empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan
bahkan pada periode
trimester pertama.
c. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu dengan ketentuan :
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C
Tidak pernah terendam air.
Sterilitasnya terjaga
VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
d. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk
hari berikutnya.
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala
demam. (Depkes RI, 2005).
Vaksin TT (Tetanus Toxoid)
Deskripsi Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung
toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium
fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin
mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada
bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu
hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005).
Kemasan Vaksin
Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box vaksin
terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan.
Kontraindikasi Vaksin TT
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala berat (pingsan) karena dosis pertama
TT. (Depkes RI, 2005).
Sifat Vaksin
Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu
golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau suhu
pembekuan. (Depkes RI, 2005).
Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin
menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari
langsung.
7. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SISTEM RUJUKAN
KESEHATAN MASYARAKAT
Sistim perujukan
Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah
dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun
horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.
Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif,
pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan
berasal dari golongan ekonomi manapun agar daoat dicapai peningkatan derajat
kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada. (Depkes RI, 2006)
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan
rujukan eksternal.
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan
di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan
rujukan Kesehatan.
Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke
rumah sakit umum daerah.
Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas
(pos Unit Kesehatan Kerja).
Jenis rujukan
Secara konsepsional meliputi:
1. Rujukan Medik:
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain
Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap
Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan:
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat
preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:
Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar
biasa atau berjangkitnya penyakit menular
Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan
keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal
Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi
atas terjadinya bencana alam
Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah
kekurangan air bersih bagi masyarakat umum
Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.
Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan
a. Umum:
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu
pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara
berdaya guna dan beerhasil guna
b. Khusus:
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif
dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna
Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan
promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.
Jalur Rujukan berlangsung sebagai berikut:
a. Intern antar petugas Puskesmas
b. Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas
c. Antara masyarakat dengan Puskesmas
d. Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain
e. Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas kesehatan lainnya
f. Upaya kesehatan Rujukan
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
Prinsip pendidikan kesehatan masyarakat
b. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi
pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan
c. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada
orang lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat
mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
d. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar
individu keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah
lakunya sendiri.
e. Penddikan
kesehatan
dikatakan
berhasil
bila
sasaran
pendidikan
( individu),keluarga, kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.
Dimensi sasaran
Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat
tertentu
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
Dimensi tempat pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar
Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran
masyarakat atau pekerja
Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan
Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ;
Peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan
sebagainya
Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection)
missal : imunisasi
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early
diagnostic and promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan
sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan
Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan
kondisi cacat melalui latihan latihan tertentu
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
a. Metode pendidikan individual ( perorangan)
b.
c.
d.
e.
Konsep perilaku
Skinner ( 1938 ) seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku adalah
merupakan hasil hubungan antara perangsang ( stimulus) dan tanggapan ( respon) ia
membagi menjadi 2 yaitu ;
a. Respondent respons reflexive respons ialah yang ditimbulkan oleh rangsangan
tertentu .perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli, karena menimbulkan
respon respons yang relative tetap misalnya : makanan lezat menimbulkan
keluarnya air liur , cahaya yang kuat akan menimbulkan mata tertutup dll.
Respondent respons ini mencakup juga emosi respons atau emotional behavior.
Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakan organism yang
ersangkutan. Misalnya menangis karena sedih / sakit . muka merah sebaliknya hal
hal yang mengenakan pun dapat menimbulkan perilaku emosinal misalnya
tertawa, berjingkat jingkat karena senang.
b. Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan
berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini
disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsangan perangsangan
tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organism. Oleh karena itu
perangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku
tertentu yang telah dilakukan . Contoh : apabila memperoleh hadiah maka ia akan
menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut.
Dengan kata lain respons nya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
PERILAKU KESEHATAN
Yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit ,
system pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan
mencangkup 4 yaitu :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia
merespon baik pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan
sendirinya sesuai dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya :
Perilaku pencegahan penyakit ( health prevention behavior) respon utuk
melaakukan pencegahan penyakit misalnya tidur dengan kelambu untuk
mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasi
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional
maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara
pelayanan, petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan ,
persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatan
c. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi,
sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung
didalamnya
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah
respon seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan
manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri
dengan bersih , pembuangan air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat
dengan pembersihan sarang saranng nyamuk ( vector) dll.
KLASIFIKASI PERILAKU
a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan
memelihara , meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan
perorangan seperti sanitasi, memilih makanan dn kebersihan
b. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit
dan kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit
serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang
sakit untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping berpengaruh
terhadap kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap
kesehatan/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap orang lain terutama anak
anak yang belm mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatanya.
RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKIT
a. Bentuk pasif : respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap batin
dan pengetahuan.
b. Bentuk Aktif : yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung
misalnya pada kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas
untuk imunisasi
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dll
b. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas
peraturan peraturan
c. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh
masyarakat.
PERUBAHAN PERILAKU
a. Teori Stimulus dan Transformasi
b. Teori teori belajar social ( social searching )
Tingkah laku sama ( same behavior )
Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior 0
Tingkah laku salinan ( copying behavior )
f. Teori belajar social dari bandara dan walter
Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru
melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model
Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition )
dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya,
sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan
hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata
Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah
dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah
laku model.
9. MEMAHAMI HUKUM MENJAGA KESEHATAN DAN BEROBAT
DALAM ISLAM DAN KLB DALAM PANDANGAN ISLAM
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama,
jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut
berkaitan dengankesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat
kayadengan tuntunan kesehatan.
Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk
menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;
2. Afiat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat
afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan
"sehat". Afiat diartikan sehat dan kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain
diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari
sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan,
maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat
melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat
adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta
mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang
diharapkan dari penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya
ditemukan sabda Nabi
Muhammad Saw.:
Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.
Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui
batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya
terganggu.
Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan
fisik, dimulai dengan
meletakkan prinsip:
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk
Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya
pencegahan.
Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang
menjaga kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat AlBaqarah (2): 222:
Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada
orang yang membersihkan diri. Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan
kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang
diterima Nabi Muhammad Saw.
adalah: Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS AlMuddatstsir [74]: 4-5).
ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT
Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya
memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam
ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;
1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap
penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang
haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa
Dhaif al-Jami 2643)
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam:
: ( ) :
( ) :
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya,
kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi
bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam
Sunan Ibnu Majah 3436)
1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:
a.Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan
jiwa adalah wajib.
b.Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia
mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini
adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.
c.Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah
wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
d.Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk
penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih
banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri
dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia
wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.
2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab
Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri
dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular ,
maka berobat menjadi sunnah baginya.
3. Berobat menjadi mubah/ boleh
Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti
kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau
tidak berobat
4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi
a. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang
digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu
diduga kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.
b. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari
ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu
Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah
ini.
c. Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang
diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik
tidak berobat.
d.Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit,
dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan
sebab kesabarannya.
Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada
kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka
berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya
haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram
lainnya.
Memahami KLB dalam pandangan Islam
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahankesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30)
Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya
dengan dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia