Anda di halaman 1dari 45

KEJADIAN PENYAKIT DAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

Pada Tahun 2011, ditetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah
Dengue di Kota Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan Pejabat Walikota
Pekanbaru setelah mendengar laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
dalam rapat koordinasi. Pada bulan Februari 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan
bulan Februari 2011 mencapai 450 kasus. Hal ini menunjukan peningkatan sebesar
kurang lebih dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya. IR (Incidence Rate) DBD
menurut WHO di Indonesia adalah sebesar < 50 per 100.000 penduduk dengan CFR
(Case Fatality Rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada kasus DBD disebabkan masih
kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap gejala DBD. Sering
kali pasien dating ke Puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat perdarahan
spontan dan syok. Pada stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang
cenderung untuk mengobati diri sendiri dengan cara membaluri badan dengan
bawang merah yang dicampur minyak goring terlenih dahulu kemudian membeli obat
penurun panas di warung atau toko obat. Masyarakat tidak mengerti kalau pada saat
mulai demam harus segera dibawa ke Puskesmas.
Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas melakukan penyelidikan
epidemiologi (PE) ke lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB.
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi tersebut, Puskesmas melakukan
tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi KLB.
Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan
infuse bagi pasien yang jumlahnya sangat banyak, sementara persediaan di
Puskesmas juga terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut Puskesmas melakukan
rujukan kesehatan masyarakat ke Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.
Program penanggulangan DBD yang berjalan seharusnya bukan hanya
dikerjakan oleh Puskesmas sendiri secara Lintas Program, tetapi juga dikerjakan
secara Lintas Sektoral demi untuk meningkatkan mutu pelayanan. Pada saat
bersamaan, terjadi ledakan kasus Campak di Puskesmas setempat. Ternyata cakupan
imunisasi campak dalam 3 tahun terakhir selalu berada dalam kisaran <50%.
Dalam pertemuan lintas sektoral, tokoh Agama juga terlibat dalam ikut urun
rembuk penyelesaian masalah kesehatan di masyarakat. Tokoh agama
menyampaikan, bahwa dalam pandangan islam menciptakan kemashlahatan insani
yang hakiki adalah merupakan salah satu tujuan syariat islam dan hokum menjaga
kesehatan dan berobat adalah wajib.

STEP I
Menentukan kata sulit (brainstorming)
1. KLB (Kejadian Luar Biasa)
Indonesia

: Salah Satu status yang ditetapkan di


Untuk

mengklasifikasikan

peristiwa

merebaknya
suatu penyakit.
2. IR (Insinedence Rate)

: Kasus baru dalam periode tertentu


XK
Populasi beresiko di periode sakit yang
sama

3. CFR (Case Fatality Rate)

: Kematian pada penyakit tertentu


XK
Penderita penyakit tersebut

4. PE (Penyelidikan Epidemiologi)

5. Lintas Program
beberapa
6. Lintas Sektoral
beberapa

: Kegiatan pendidikan atau survey untuk


mendapatkan gambaran terhadap masalah
kesehatan atau penyakit secara lebih dan
menyeluruh.
: Penggabungan dan Penghubungan antara
Program dalam suatu instansi.
: Penggabungan dan Penghubungan antara
Program dalam suatu instansi yang berbeda.

Pertanyaan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kapan Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah KLB?


Faktor apa saja yang menyebabkan KLB?
Apa tindak lanjut setelah ditetapkannya KLB?
Bagaimana pencegahan peningkatan KLB?
Bagaimana edukasi yang baik untuk masyarakat dalam mencegah terjadinya
KLB?
Apa saja program Puskesmas?
Bagaimana prosedur penyelidikan epidemiologi?
Apa faktor yang menyebabkan masyarakat masih melakukan pengobatan
tradisional?
Mengapa masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional daripada modern?

10.Bagaimana cara mengatasi tradisi pengobatan tradisional pada masyarakat?


11.Bagaimana cakupan pelayanan kesehatan di daerah tersebut?
12.Bagaimana cara menanggulangi keterbatasan pelayanan pada kasus tersebut?
13.Bagaimana system perujukan dari puskesmas ke rumah sakit?
14.Bagaimana prosedur pelaksanaan rujukan puskesmas?
15.Bagaimana pelaksanaan program imunisasi?
16.Apa contoh program puskesmas lintas sektoral?
17.Bagaimana cara puskesmas menanggulangi langsung dua KLB?
18.Bagaimana hokum menjaga kesehatan dan berobat dalam Islam?
19.Apa peran tokoh agama dalam lintas sektoral?
20.Apa cara menyelesaikan masalah kesehatan dalam masyarakat?
Jawaban
1. Saat jumlah kasus meningkat dua kali atau lebih dari kasus sebelumnya.
Peningkatan kasus secara terus menerus dalam tiga kurun waktu.
2. Jenis penyakit, Faktor lingkungan, Perilaku masyarakat, Sosial-ekonomi, Letak
geografis.
3. Konfirmasi dengan mencari tahu itu wabah atau bukan, menghubungkan
dengan factor penyebab; waktu; dan jumlah yang terkena, menegakkan
hipotesis sementara dibantu dengan tokoh masyarakat dan agama setempat,
penyelidikan epidemiologi lebih detail, melakukan survey, menegakkan
hipotesa pasti, melaporkan ke dinas kesehatan setempat, mencari cara
penanggulangannya, membuat evaluasi laporan.
4. Penyuluhan imunisasi dan vaksin, penyuluhan 3M, edukasi untuk perilaku
masyarakat, kesehatan lingkungan.
5. Memahami sosial budayanya, mengajak krjasama tokoh masyarakat dan agama
setempat
6. Fogging, imunisasi
7. Survey daerah, pengumpulan data, pengolahan data, mengummpulkan hasil
data, melakukan penatalaksanaan, feedback.
8. Kurangnya pengetahuan, kuatnya mitos dan kepercayaan
9. Karena kebiasaan dan lebih murah
10.Edukasi masyarakat
11.Penyediaan fasilitas, tenaga kesehatan yang memadai.
12.Permohonan rujukan ke dinas kesehatan
13.Jalur Rujukan berlangsung sebagai berikut:
. Intern antar petugas Puskesmas
. Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas
. Antara masyarakat dengan Puskesmas
. Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain
. Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas kesehatan lainnya
14. Bila terjadinya peningkatan suatu wabah penyakit dan puskesmas tidak
sanggup untuk menampungnya.
15.(lihat di tabel imunisasi ter-update)
16.Melibatkan tokoh agama dan masyarakat setempat

17.
18.Wajib hukumnya
19.Ikut membantu dalam mengedukasi masyarakat.
20.Meningkatkan kesehatan lingkungan,, baik lingkungan dalam rumah, maupun
lingkungan sekitar.

Hipotesis
Jenis Penyakit
Faktor lingkungan
Perilaku
Masyarakat
Sosial Ekonomi
Letak Geografis

Kasus
Penyaki
t

KL
B

Penanggulang
an
Edukas
i
Program
Pencegaha
n
Penyelidika
n
epidemiolo
gi

PUSKESM
AS

Lintas
program

Lintas
sektoral

Sistem
Perujukan
Dinas
Kesehatan

SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan KLB (Kejadian Luar Biasa)
Definisi
Factor penyebab
Kriteria
2. Memahami dan menjelaskan Puskesmas
Definisi
Program
Fasilitas
Mutu dan pelayanan
System perujukan
Prosedur pelaksanaan dan mekanisme kerja
3. Memahami dan menjelaskan imunisasi
Pelaksanaan program imunisasi
Penjadwalan imunisasi (tabel)
Waktu dan cara pemberian imunisasi
4. Memahami dan menjelaskan sosial-budaya dan pengaruhnya dalam perilaku
Masyarakat untuk berobat.
Perbandingan pelayanan modern dan tradisional
5. Memahami dan menjelaskan Hukum menjaga kesehatan dan berobat dalam
islam serta bagaimana pandangan mengenai KLB dalam islam

STEP 2
MANDIRI

1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KLB (KEJADIAN LUAR BIASA)


Definisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan
daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar
Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam
epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sring kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi sering
kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984,
kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu.
Wabah:
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan,
mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai
daerah wabah
Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :
Wabah harus mencakup:
o Jumlah kasus yang besar.
o Daerah yang luas
o Waktu yang lebih lama.
o Dampak yang timbulkan lebih berat.
Kriteria KLB
KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka
untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui
Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja
KLB yaitu :
Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak
dikenal.

Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun


waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu,
bulan, tahun)
Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam
tahun sebelumnya.
Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari
tahun sebelumnya.
Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari
periode sebelumnya.
Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama
dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap peningkatan
kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu
atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya
daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
Klasifikasi KLB
a. Menurut Penyebab:
Entero toxin : misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio,
Kholera, Eschorichia, Shigella.
Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,
Clostridium perfringens.
Endotoxin : Infeksi, Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing, Toksin Biologis, Racun
jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan, Toksin
Kimia.
Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), cyanide, nitrit,
pestisida.
Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN.
b. Menurut Sumber KLB
Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan,
seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus,
Protozoa, Virus Hepatitis.
Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe
bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan
racun).

Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh :


Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan
ikan/plankton
Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok,
Streptokok.
Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam
kaleng.
c. Menurut Penyakit wabah
Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah:
Kholera, Pes, Demam kuning, Demam bolak-balik, Tifus bercak wabah, DBD,
Campak, Polio, DPT, Rabies, Malaria, Influensa, Hepatitis, Tipus perut,
Meningitis, Encephalitis, SARS, Anthrax
Pelacakan Kejadian Luar Biasa
1. Garis Besar Pelacakan Wabah/Kejadian Luar Biasa
Keberhasilan pelacakan wabah sangat ditentukan oleh berbagai kegiatan
khusus. Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di lapangan
atau tempat kejadian, yang disusul dengan analisis data yang teliti dengan
ketajaman pemikiran merupakan landasan dari suatu keberhasilan pelacakan.
2. Analisis Situasi Awal
Pada tahap awal pelacakan suatu situasi yang diperkirakan bersifat wabah atau
kejadian luar biasa, diperlukan tiga kegiatan awal, yaitu :
a. Penentuan / penegakan diagnosis
Untuk kepentingan diagnosis maka diperlukan penelitian/pengamatan klinis
dan pemeriksaan laboratorium. Harus diamati secara tuntas apakah laporan
awal yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (perhatikan
tingkat kebenarannya). Selain itu, harus pula ditetapkan kapan seseorang
dapat dinyatakan sebagai kasus. Dalam hal ini sangat tergantung pada
keadaan dan jenis masalah yang dihadapi.
b. Penentuan adanya wabah
Untuk menentukan apakah situasi yang dihadapi adalah wabah atau tidak,
maka perlu diusahakan melakukan perbandingan keadaan jumlah kasus
sebelumnya untuk melihat apakah terjadi kenaikan frekuensi yang istimewa
atau tidak.
c. Uraian keadaan wabah
Bila keadaan dinyatakan wabah harus dilakukan penguraian keadaan wabah
bedasarkan tiga unsur utama yaitu waktu, tempat dan orang.

Gambaran wabah berdasarkan waktu


Kurva Epidemi
Adalah gambar perjalanan suatu letusan, berupa histogram dari jumlah
kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama. Untuk membuatnya

dibutuhkan informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama. Misalnya,


tanggal timbulnya gejala pertama, jam timbulnya gejala pertama, untuk
masa inkubasi sangat pendek
Manfaat kurva epidemic
Mendapatkan Informasi tentang perjalanan wabah dan kemungkinan
kelanjutan
Bila penyakit dan masa inkubasi diketahui, dapat memperkirakan
kapan pemaparan terjadi dengan memusatkan penyelidikan pada
periode tersebut.
Kesimpulan pola kejadian -- apakah bersumber tunggal, ditularkan
dari orang ke orang, atau campuran keduanya
Perjalanan Wabah
kurve menanjak: jumlah kasus terus bertambah, wabah sedang
memuncak, akan ada kasus-kasus baru
Puncak kurve sudah dilalui: kasus yang terjadi semakin berkurang,
wabah akan segera berakhir.Mencari Periode pemaparan
Pada point source epidemic -- penyakit dan masa inkubasi diketahui,
kurve epidemic dapat digunakan untuk mencari periode pemaparan -penting menanyakan sumber letusan

Gambaran wabah berdasarkan tempat


Memberikan informasi tentang luasnya wialyah yang terserang
Menggambarkan pengelompokkan atau pola lain ke arah penyebab
Berupa: Spot map atau area map
Spot map: peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan
tempat para penderita tinggal, bekerja, atau kemungkinan terpapar
Area map: menunjukkan insidens atau distribusi kejadian pada
wilayah dengan kode/ arsiran
Mencantumkan angka serangan (rate) untuk masing-masing wilayah

Gambaran wabah berdasarkan orang


Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan penyakit, karena
mempengaruhi:
Daya tahan tubuh
Pengalaman kontak dengan penyakit
Lingkungan pergaulan yang memungkinkan kontak dengan sumber
penyakit
Jenis Kelamin; Ras/ suku; dsb.
Faktor-faktor ini digambarkan apabila diduga ada perbedaan risiko diantara
golongan-golongan dalam faktor tsb.Di negara-negara multirasial,
gambaran penderita berdasarkan ras sering ditampilkan. Adanya perbedaan
cara hidup, tingkat sosial ekonomi, kekebalan, dsb.
Berdasarkan pemaparan: Pekerjaan, Rekreasi, Penggunaan obat-obatan

3. Analisis Lanjutan
Setelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi wabah, maka
selain tindak pemadaman wabah, perlu dilakukan pelacakan lanjut serta
analisis berkesinambungan yaitu :

Usaha penemuan kasus tambahan


Ditelusuri kemungkinan adanya kasus yang tidak dikenal dan kasus yang
tidak dilaporkan. Dengan cara mengadakan pelacakan ke rumah sakit dan
ke dokter praktek umum setempat dan pelacakan yang itensif adanya
gejalaatau yang kontak dengan penderita.

Analisis data
Melakukan analisis data secara berkesinambungan sesuai tambahan
informasi yang didapatkan dan laporkan hasil intrepesi data tersebut.

Menegakkan hipotesis
Hasil analisis dari seluruh kegiatan dibuat keputusan yang bersifat hipotesis
tentang keadaan yang diperkirakan. Kesimpulan dari semua fakta
yangditemukan harus sesui dengan apa yang tercantum dalam hipotesis.

Tindak pemadaman wabah dan tindak lanjut


Tindakan diambil berdasarkan hasil analisis dan sesuai dengan keadaan
wabah yang terjadi. Setiap tindakan pemadaman wadah harus disertai
dengan berbagai tindak lanjut (follow up) sampai keadaan sudah normal
kembali. Biasanya kegiatan tindak lanjut dan pengamatan dilakukan
sekurang-kurangnya 2 kali masa tunas penyakit yang mewabah.
Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB),
yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB
secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang
dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung
sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status
kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru
dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya
SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data
untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes
Kota Surabaya, 2002).
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus
dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun
1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini,
dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini

terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit
didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB
terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu
sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang
disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS
adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan
untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di
seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI).
Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat,
sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam
masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data
kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu
kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)
Pencegahan terjadinya wabah/KLB
a. Pencegahan tingkat pertama
Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin
dengan cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk
menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan
menghilangkan sumner penularan.
Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan
lingkungan biologis seperti pemberntasan serangga dan binatang
pengerat serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan
rumah tangga.
Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status
gizi,kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan
status psikologis.
b. Pencegahan tingkat kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita
atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa
tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah
meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera
mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.
c. Pencegahan tingkat ketiga
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau
kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau
mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi.
d. Strategi pencegahan penyakit
Dilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat,
perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan

kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan


serta rehabilitasi lingkungan.
Faktor penyebab KLB
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah
Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan
yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini
dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat
kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan
herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi
tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.
Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd
immunity meningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa waktu
jumlah penduduk yang kebal menurun demikian pula dengan herd immunity-nya dan
wabah penyakit tersebut datang kembali, demikianlah seterusnya.
Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu
terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu
berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent
penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar
oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah
lama absen dalam populasi tersebut.
Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat
tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang
yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama
mahasiswa/tentara.
2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FREKUENSI MORBIDITAS,
DAN MOTALITAS
Pengukuran epidemiologi : UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI
Proporsi: Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian
dari penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam
populasi
Rumus:
Proporsi : x / (x+y) x k
Contoh:
Proporsi Mhs wanita =

Jumlah Mahasiswa wanita


------------------------------------------ k
Jumlah Mahasiswa wanita + pria

Proporsi Mahasiswa berprestasi


Proporsi Mahasiswa hafal Al Quran
Ratio: Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung.
Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian
Rumus:
Ratio: (x/y) k

Ratio dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan


Ratio x : y = 1 : 2
Contoh:
jumlah pria
---------------------- k
jumlah wanita
Pria : Wanita = x : y
Dependency ratio =
Juml usia (0 - <14th) + (>65 th)
------------------------------------------- k
Jumlah usia (15 64 th)
Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa jumlah
masing2 mahasiswa?
Rate : Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang
mempunyai risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan
kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat
Rumus:
Rate: (x/y) k

X: angka kejadian
Y: populasi berisiko
K: konstanta (angka kelipatan dari 10)
Contoh:

Campak berisiko pada balita

Diare berisiko pada semua penduduk

Ca servik berisiko pada wanita

PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS


INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu
Incidence Rate (IR):
Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko

PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan
pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang
ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000)
disebut Periode Prevalence Rate
Prevalence Rate (PR):
Jumlah penyakit lama + baru
--------------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang
berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
Attack Rate (AR):
Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko

(dalam waktu wabah berlangsung)

PENGUKURAN MORTALITY RATE


CRUDE DEATH RATE
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu
tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Rumus: CDR (Crude Death Rate)

Jumlah semua kematian


--------------------------------- k
Jumlah semua penduduk
SPECIFIC DEATH RATE
SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu
tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Rumus: SDR (Specific Death Rate
Jumlah kematian penyakit x
----------------------------------- k
Jumlah semua penduduk
CASE FATALITY RATE
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk
menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut
CFR (Case Fatality Rate):
Jumlah kematian penyakit x
------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit x
MATERNAL MORTALITY RATE
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran
hidup
MMR (Maternal Mortality Rate):
Jumlah kematian Ibu
------------------------------ x 100.000
Jumlah kelahiran hidup
INFANT MORTALITY RATE
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur
<1tahun) per 1000 kelahiran hidup
IMR (Infant Mortality Rate):
Juml kematian bayi
----------------------------- x 1000
Juml kelahiran hidup

NEONATAL MORTALITY RATE


NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi
sampai umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup
NMR (Neonatal Mortality Rate):
Jumlah kematian neonatus
------------------------------------ x 1000
Jumlah kelahiran hidup
PERINATAL MORTALITY RATE
PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur
28 minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup
PMR (Perinatal Mortality Rate):
Jumlah kematian perinatal
---------------------------------- -x 1000
Jumlah kelahiran hidup
3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERAN MASYARAKAT DALAM
PENANGGULANGAN KLB
4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERAN PUSKESMAS DALAM
PENANGGULANGAN KLB
Definisi Puskesmas
Menurut Depkes 1991,Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang
berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan
pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak
mencakup aspek pembiayaan. (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)
Fungsi Puskesmas
Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat
menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang
meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus
dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar

(basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan
pencegahan (public health service).
Fungsi puskesmas itu sendiri meliputi
1) Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Pusat pemberdayaan
2) masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan
3) Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis
maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
program
Program Pokok Puskesmas
1) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
2) KB (Keluarga Berencana)
3) Usaha Kesehatan Gizi
4) Kesehatan Lingkungan
5) Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
6) Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan
7) Penyuluhan kesehatan masyarakat
8) Kesehatan sekolah
9) Kesehatan olah raga
10) Perawatan Kesehatan
11) Masyarakat
12) Kesehatan kerja
13) Kesehatan Gigi dan Mulut
14) Kesehatan jiwa
15) Kesehatan mata
16) Laboratorium sederhana
17) Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK
18) Pembinaan pemgobatan tradisional
19) Kesehatan remaja
20) Dana sehat
Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan

kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal
diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam
hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan
kesehatan secara mandiri
Tugas Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten /
kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunankesehatan disuatu
wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu , dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang
(private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmasw
melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk
usaha pembangunan kesehatan.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan
pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu
dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan
disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib
yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan
pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan
puskesmas.
Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yakni:

Lingkungan sehat

Perilaku sehat

Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta

Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Misi Puskesmas
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan
yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan damapk negative terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat,
mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan sertameningkatkan efisiensi
pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan
kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan
peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari
yang bersangkutan.
Tata kerja puskesmas
1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor
kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat
kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal
pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas,
koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
dengan demikian secara teknis dan administratif, puskesmas bertanggungjawab
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota bertanggungjawab membina


administratif dan teknis kepada puskesmas.

serta

memberikan

bantuan

3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta, puskesmas menjalin kerjasama termasuk
penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan.
Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat,
puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai
kebutuhan.
4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatanmasyarakat, puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai
pelayanankesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan
kerjasama tersebutdiselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan
perorangan seperti rumahsakit (kabupaten/kota) dan berbagai balai kesehatan
masyarakat (balai pengobatanpenyakit paru-paru, balai kesehatan mata
masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat,balai kesehatan olahraga
masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatanindra masyarakat).
Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasamadiselenggarakan
dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan,seperti Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan,
BalaiLaboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat.
Kerjasama tersebutdiselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang
menyeluruh dalam koordinasiDinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit bidan di
desa/komunitas
5. Dengan Lintas Sektor
Tanggungjawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil yang optimal,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan
dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan. Diharapkan
di satu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kecamatan tersebut
mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait, sedangkandi pihak lain
pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan
berdampak positif terhadap kesehatan.
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat
sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan
melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang menghimpun

berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM,


orgasnisasi kemasyarakatan, serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai
mitra puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan Kesehatan

5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PRILAKU KESEHATAN


INDIVIDU DAN MASYARAKAT DALAM PENCARIAN
PENGOBATAN
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengobati
Mayoritas masyarakat dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%), sikap
yang sedang (8%) cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka telah menderita
atau merasakan matanya sakit seperti gatal, mata merah, belekan, jika telah
mengalami kebutaan, bila sudah tidak dapat bekerja , tidak dapat mengenali
seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan tidak bisa berjalan dengan baik.
Mereka biasanya akan mengeluh sakit pada matanya sehingga mereka baru
memeriksakan sakitnya ke puskesmas. Berdasarkan teori perilaku pencarian
pelayanan kesehatan disebutkan bahwa perilaku orang yang sakit untuk memperoleh
penyembuhan mencakup tindakan- tindakan seperti perilaku pencarian dan
penggunaan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan (baik tradisional maupun modern).
Tindakan ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan di luar
negeri
Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih dahulu
dengan membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa resep dari
dokter, mereka hanya menanyakan kepada penjaga apotik obat mana yang biasa
digunakan untuk mata merah, padahal dengan mereka membeli obat tanpa resep
dokter belum tentu itu baik buat kesehatan mata, dan belum tentu obat tersebut tidak
menimbulkan efek samping jika mengabaikan aturan pemakaian. Dan ada juga yang
mengobati secara tradisional yaitu dengan mengompres mata dengan air hangat, air
sirih, air teh, daun kelor dan air bambu. Di sisi lain masyarakat dengan pengetahuan
baik (22%) dan bersikap baik (92%) berperilaku langsung mengobati ke puskesmas
atau rumah sakit. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui apa yang akan terjadi jika
terlambat dalam melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki dasar
pengetahuan yang baik tentang kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika
mengalami gangguan pada mata mereka langsung mengobati dengan rasional.
Pelayanan Kesehatan Modern
1. Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang
kesehatan yang berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian
ibu karena hamil dan bersalin. Program ini merupakan program penyediaan
fasilitas layanan kesehatan di desa yang jauh dari fasilitas kesehatan yang
memadai. Tiga tujuan utama program adalah:
sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.

sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.


sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat, dukun bayi dan kader kesehatan.
Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis
modern yang dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan
sistim medis lokal tradisional. Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi
antara keduanya menghasilkan adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran.
Hal yang menarik dari data temuan lapangan adalah terdapat perbedaan perspektif
antara program dan nilai-nilai lokal dalam menginterpretasi kehamilan dan
persalinan dan etiologi tentang sehat sakit. Program beroperasi atas dasar prinsipprinsip fisiologis dan model-model biomedis serta bekerja atas diktum preventif.
Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini
program KIA di polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi
pengetahuah lokal, kehamilan dan persalinan lebih dijelaskan dalam kerangka
religius dan transendental sehingga campur tangan manusia dianggap minimal dan
pasif. Dalam konteks pemikiran ini, pemeliharaan dan perawatan dengan makna
mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan dianggap mendahului takdir
yang memberi rasionalisasi rendahnya angka kunjungan konsultasi ibu selama
kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal ini menghambat deteksi dini
resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya.
Pendekatan program yang cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi
keras dan impersonal bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi
lokal, etiologi setempat dan pola keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial
setempat kedalam program dapat memberi keuntungan pada program dalam
jangka panjang hingga program dapat menyediakan layanan yang lebih sesuai
dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya memahami nilai-nilai budaya dan
sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang faktor- faktor yang
menghambat diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat mendukung
program. Kata kunci: Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil bersalin, faklor
sosial budaya.
2. Holistik Modern
Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan holistik
modern. Dalam situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat
tinggi dan kadang-kadang terasa mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar
masyarakat, maka untuk mendapatkan konsultasi dan pengobatan berbagai
penyakit secara maksimum dengan akurat dan hemat, sudah saatnya masyarakat
memanfaatkan layanan kesehatan Holistik Modern.
DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan
kesehatan holistik modern itu di Indonesia sejak tahun 1997, menjelaskan. Di
bawah ini, kami tampilkan wawancara Kris Sadipun dari Bekasi Ekspres (BE)
dengan DR.ASVIAL RIVAI (AR) di Kantor Pusat Holistik Moderen, Mall
Belannova, Sentul City, Bogor, dalam bentuk tanya-jawab menyangkut
keunggulan layanan kesehatan Holistik Moderen
BE: Apa yang dimaksud dengan layanan kesehatan Holistik Modern?

AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak orang
berkata begitu. Tapi sebenarnya holistik modern merupakan sebuah
sebutan terhadap satu sistem pelayanan terpadu dalam memenuhi
berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan dan perbaikan tingkat kesehatan
yang mungkin sudah rusak yang disebut sakit-sakitan. Layanan kesehatan
holistik modern dalam arti yang sangat dalam, meliputi berbagai
pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh,
konsultasi kesehatan secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan juga
kejiwaan), perawatan / pengobatan penyakit-penyakit secara menyeluruh
(juga fisik, emosional dan kejiwaan), pemberian nasehat dan anjurananjuran kesehatan secara menyeluruh (berlaku juga untuk kesehatan fisik,
emosional dan kejiwaan), kontrol ulang serta bimbingan / tuntunan selama
penyakit-penyakitnya belum sembuh atau selama masih dibutuhkan oleh
sipenderita. Itu dilakukan secara terpadu oleh satu tenaga praktisi yang
sudah dilatih untuk menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini,
tanpa harus ambil darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa
buka-buka pakaian sangat etis.
Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan berbagai
metode yang megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan benar, sebagai
satu pandangan lain nonmedis, yang merupakan terobosan baru dalam bidang
kesehatan yang sangat sederhana tapi sangat efektif, yaitu ilmu iridology yang
berasal atau ditemukan oleh seorang dokter medis di Eropa (yaitu satu ilmu
pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit malalui tanda-tanda yang terjadi
pada mata akibat adanya gangguan penyakit itu), Ilmu kinesiology yang berasal
atau ditemukan oleh seorang ahli saraf di Amerika (yaitu ilmu pengetahuan
bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organ-organ dan sistem tubuh melalui
kelemahan yang terjadi pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal
atau ditemukan oleh seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui
dan memperbaiki tingkat penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui
perobahan energy yang terjadi pada tubuh yang ditest dengan energy bungabungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara pendeteksian dan perawatan
yang lain, seperti heart lock, jump leading, universal energy,
podorachidian dan lain-lain.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia,
namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap
tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7%
penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan
obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara pengobatan.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara
pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun,
atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar

Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih
tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya
masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa
penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang
berasal dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10.Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional.
Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional,
yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan
sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif
merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan
yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan
kedoteran standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan
kedokteran moderen tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di
tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai traditional medicine atau
pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai traditional healding. Adapula
yang menyebutkanalternatif medicine. Ada juga yang menyebutkan dengan folk
medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59).
Dalam sehari-hari kita menyebutnya pengobatan dukun. Untuk memudahkan
penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif,
karena dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan
moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan
tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang
khas satu etnis (etno medicine).
Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan
pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh
pemerintah. Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang
berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer)
ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun penyembuhan tersebut

sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang dilakukan tabib
atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang
memadukan antara kekuata rasio dan batin.
Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaanbacaan. Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan
terapi tunggal dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya
pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantanganpantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar
penyembuhan dapat selesai dengan cepat.
Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita
pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang
unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut
menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.
6. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN CANGKUPAN MUTU
PELAYANAN KESEHATAN DAN IMUNISASI
Mutu pelayanan
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah (Azwar, 1996) adalah :
a. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat
berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat.
b. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat
diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate).
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat,
kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar.
c. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini
terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat
penting.
d. Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau
(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari
sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan
biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan
pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu


(quality).Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak
dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan
Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Pergeseran masyarakat dan konsumen
Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen
terhadap peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan upaya pengobatan.
sebagai masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang masalah kesehatan
yang meningkat, maka mereka mempunyai kesadaran yang lebih besar yang
berdampak pada gaya hidup terhadap kesehatan. akibatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan meningkat.
b. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sisi lain dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan karena adanya peralatan kedokteran yang
lebih canggih dan memadai walau di sisi yang lain juga berdampak pada
beberapa hal seperti meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, melambungnya
biaya kesehatan dan dibutuhkannya tenaga profesional akibat pengetahuan dan
peralatan yang lebih modern.
c. Issu legal dan etik.
Sebagai masyarakat yaang sadar terhadap haknya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pengobatan , issu etik dan hukum semakin meningkat
ketika mereka menerima pelayanan kesehatan. Pemberian pelayanan kesehatan
yang kurang memadai dan kurang manusiawi maka persoalan hukum kerap
akan membayanginya.
d. Ekonomi
Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan barangkali hanya dapat
dirasakan oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk
memperoleh fasilitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, namun bagi klien
dengan status ekonomi rendah tidak akan mampu mendapatkan pelayanan
kesehatan yang paripurna karena tidak dapat menjangkau biaya pelayanan
kesehatan.
e. Politik
Kebijakan pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan akan berpengaruh
pada kebijakan tentang bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dan
siapa yang menanggung biaya pelayanan kesehatan
Dimensi Mutu Pelayanan
a. Dimensi Kompetensi Teknis; berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan
kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang
meliputi ketepatan, kepatuhan, kebenaran dan konsistensi.

b. Dimensi Keterjangkauan; artinya layanan kesehataan yang diberikan harus


dapat dicapai oleh masyarakat, baik dari segi geografis, sosial, ekonomi,
organisasi, dan bahasa.
c. Dimensi Efetivitas; layanan kesehatan yang diberikan harus mampu mengobati
atau megurangi keluhan masyarakat/pasien dan mampu mencegah meluasnya
penyakit yang diderita olehnya.
d. Dimensi Efisiensi; dengan adanya layanan kesehatan yang efisiens maka
masyarakat atau pasien tidak perlu menunggu terlalu lama yang dapat
mengakibatkan masyarakat/pasien tersebut membayar terlalu mahal.
e. Dimensi Kesinambungan; masyarakat/pasien dilayanai secara terus menerus
sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan yang tidak perlu mengulangi
prosedur.
f. Dimensi Keamanan; layanan kesehatan harus aman dari resiko cidera, infeksi,
efek samping, atau bahaya lainnya, sehingga prosedur yang akan menjamin
pemberi dan penerima pelayan disusun.
g. Dimensi Kenyamanan; layanan kesehatan yang diberikan akan terasa nyaman
bagi masyarakat/pasien jika dapat mempengaruhi kepuasan dan menimbulkan
kepercayaan untuk datang kembali.
h. Dimensi Informasi; layanan kesehatan ini sangat perlu diberikan oleh petugas
puskesmas dan rumah sakit kepada masyarakat, yang mana dapat
mempengaruhi perubahan perilaku.
i. Dimensi Ketepatan Waktu; layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu
dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat, menggunakan peralatan
dan obat yang tepat, serta biaya yang tepat (efisien).
j. Dimensi Hubungan Antarmanusia; hubungan antarmanusia yang baik akan
menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling menghargai,
menjaga rahasia, saling menghormati, responsif, memberi perhatian, dan lainlain.
IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda.
Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh
terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi
tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan),
tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam
jangka waktu panjang.
Waktu dan Jadwal Pemberian imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi TT
pada ibu hamil
Imunisasi Aktif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh
yangsecara aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio atau
campak. Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:

1. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di


peroleh sembuh dari suatu penyakit.
2. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi
yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.
Imunisasi Pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat
kekebalan tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti
tetanusSerum). Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah
terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis
antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya
antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu:
1. Imunisai pasif alamiah adalah antibodi yang didapat seorang karena
diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika
berada dalam kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan. adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena
suntikan serumuntuk mencegah penyakit tertentu.
Lima macam Vaksin imunisasi dasar pada bayi yang wajib :
Vaksin Polio;
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan
oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup (yang telah
diselamatkan) vaksin berbentuk cairan. pemberian pada anak dengan
meneteskan pada mulut. Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul.
Vaksin Campak;
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang
digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk
gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut.
Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena
pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut
kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya
cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam.
Vaksin BCG;
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya vaksin
beku kering seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi
melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit
penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint.
Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc
cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan
dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari
langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan atas.
Vaksin Hepatitis B;
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B
dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah

mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena


pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada
temperatur 2,8C. Biasanya tempat penyuntikan di paha 1/3 bagian atas luar.
Vaksin DPT;
Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut
triple vaksin. Berisi vasin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada
suhu 2,8C kemasan yang digunakan : Dalam - 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk
TT, 5 cc untuk DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc.
Dalam pemberiannya biasanya berupa suntikan pada lengan atau paha.
Imunisasi yang disarankan :
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan
oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Imunisasi diberikan bagi anak
dengan kebutuhan khusus, misalnya sudah mendapat suntikan DPT.
Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk
pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis
imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan
kekebalan penuh.
Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi
tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini,
imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang
cukup mahal. Dua jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan
Pedvax.
Imunisasi Meningitis
Imunisasi ini belum diwajibkan pemerintah karena biayanya masih cukup
besar. Imunisasi dilakukan bagi bayi dibawah usia satu tahun hingga balita.
Imunisasi ini mencegah terjadinya infeksi meningitis atau lapisan otak yang
banyak terjadi pada bayi dan balita.
Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B
adalah infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena
itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian
imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua.

Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya
diulang sesuai petunjuk dokter.
Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri
yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan
penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Imunisasi Tipa
Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid
(tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama tiga-lima
tahun dan harus diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis:
imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali.
Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul.
Imunisasi Hepatitis A
Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang
lama, yaitu sekitar 1- 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda
dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan
jarak 6 - 12 bulan.

Imunisasi dasar untuk bayi


Vaksinasi
Jadwal pemberianusia
BCG
Waktu lahir
Hepatitis B
Waktulahir-dosis I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
DPT
dan 3 bulan-dosis1
Polio
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
campak
9 bulan

Booster/Ulangan
-Tuberkulosis
1 tahun-- pada bayi Hepatitis B
yang lahir dari ibu
dengan hep B.
18bulan-booster1
Dipteria, pertusis,
6tahun-booster 2
tetanus,dan polio
12tahun-booster3
-Campak

Imunisasi yang dianjurkan


Vaksinasi
Jadwal
pemberian-usia
MMR
1-2 tahun
Hib
Hepatitis A
Cacar air

3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
12-18bulan
12-18bulan

Booster/Ulangan
12 tahun
18 bulan
---

Imunisasi untuk
melawan
Measles,
meningitis, rubella
Hemophilus
influenza tipe B
Hepatitis A
Cacar air

Yang harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum imunisasi jika
bayi anda sedang sakit yang disertai panas; menderita kejang-kejang sebelumnya ;
atau menderita penyakit system saraf.
Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau
imunisasi harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja
berbeda dengan negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang
mengeluarkannya

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :

b. Petugas Imunisasi menerima kunjungan bayi sasaran Imunisasiyang telah


membawa Buku KIA / KMS di Ruang Imunisasi setelahmendaftar di loket
pendaftaran.
c. Petugas memriksa status Imunisasi dalam buku KIA / KMS danmenentukan jenis
imunisasi yang akan diberikan.
d. Petugas menanyakan keadaan bayi kepada orang tuanya( keadaan bayi yang
memungkinkan untuk diberikan imunisasi atau bilatidak akan dirujuk ke Ruang
Pengobatan ).
e. Petugas menyiapkan alat ( menyeteril alat suntik dan kapas airhangat ).
f. Petugas menyiapkan vaksin ( vaksin dimasukkan ke dalamtermos es ).
g. Petugas menyiapkan sasaran ( memberitahukan kepada orangbayi tentang tempat
penyuntikan.
h. Petugas memberikan Imunisasi ( memasukkan vaksin ke dalamalat suntik,
desinfeksi tempat suntikan dengan kapas air hangat, memberikansuntikan vaksin /
meneteskan vaksin sesuai dengan jadwal imunisasi yangakan diberikan.
i. Petugas melakukan KIE tentang efek samping pasca imunisasikepada orang tua
bayi sasaran imunisasi.
j. Petugas memberikan obat antipiretik untuk imunisasi DPT,dijelaskan cara dan
dosis pemberian.
k. Petugas memberitahukan kepada orang tua bayi mengenai jadwalimunisasi
berikutnya.Petugas mencatat hasil imunisasi dalam Buku KIA / KMS dan Buku
Catatan Imunisasiserta rekapitulasi setiap akhir bulannya
IMUNISASI TT UNTUK IBU HAMIL
Program Imunisasi TT Ibu Hamil
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan
dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I).Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai
tingkat cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan
yang memadai.
Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan imunisasi
rutin dan kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi
yang secara rutin dan terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang
telah ditetapkan. yang pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung (komponen statis)
seperti puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar
gedung seperti posyandu atau melalui kunjungan rumah. Kegiatan imunisasi
tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya
masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. (Depkes RI, 2005).
Manfaat imunisasi TT ibu hamil
a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005;
Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani,

yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat
(Saifuddin dkk, 2001).
b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000)
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari
program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus
neonatorum (Depkes, 2004)
Jadwal Imunisasi TT ibu hamil
k. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2
kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT
ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat
sebagai TT ulang juga.
l. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru
mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan
kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.
m. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya,
cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
Cara pemberian dan dosis
a. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
b. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga
setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis.
Dosis ke empat
dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis
ke tiga dan ke
empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan
bahkan pada periode
trimester pertama.
c. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu dengan ketentuan :
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C
Tidak pernah terendam air.
Sterilitasnya terjaga
VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
d. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk
hari berikutnya.
Efek Samping

Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala
demam. (Depkes RI, 2005).
Vaksin TT (Tetanus Toxoid)
Deskripsi Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung
toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium
fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin
mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada
bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu
hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005).
Kemasan Vaksin
Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box vaksin
terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan.
Kontraindikasi Vaksin TT
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala berat (pingsan) karena dosis pertama
TT. (Depkes RI, 2005).
Sifat Vaksin
Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu
golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau suhu
pembekuan. (Depkes RI, 2005).
Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin
menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari
langsung.
7. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SISTEM RUJUKAN
KESEHATAN MASYARAKAT
Sistim perujukan
Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah
dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun
horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.
Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif,
pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan
berasal dari golongan ekonomi manapun agar daoat dicapai peningkatan derajat
kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada. (Depkes RI, 2006)

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan
rujukan eksternal.
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan
di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan
rujukan Kesehatan.
Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke
rumah sakit umum daerah.
Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas
(pos Unit Kesehatan Kerja).

Jenis rujukan
Secara konsepsional meliputi:
1. Rujukan Medik:
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain
Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap
Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan:
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat
preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:
Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar
biasa atau berjangkitnya penyakit menular
Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan
keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal
Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi
atas terjadinya bencana alam
Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah
kekurangan air bersih bagi masyarakat umum
Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.
Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan
a. Umum:
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu
pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara
berdaya guna dan beerhasil guna
b. Khusus:
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif
dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna
Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan
promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.
Jalur Rujukan berlangsung sebagai berikut:
a. Intern antar petugas Puskesmas
b. Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas
c. Antara masyarakat dengan Puskesmas
d. Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain
e. Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas kesehatan lainnya
f. Upaya kesehatan Rujukan

Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan:


a. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan dari
Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dari masyarakat
b. Mengadakan Pusat Rujukan Antara dengan mengadakan ruangan tambahan
untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat pada lokasi yang
strategis
c. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan dengan
perantaraan telpon atau radio komunikasi pada setiap unit pelayanan kesehatan
d. Menyediakan puskesmas keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk
kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio
komunikasi
e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi sistem
rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan
f. Meningkatkan dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan
Keuntungan system rujukan
1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa
pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologi member
rasa aman pada pasien dan keluarganya
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga semakin banyak kasus
yang dapat dikelola di daerah masing-masing.
3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
8. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SOSIAL-BUDAYA
MASYARAKAT DALAM MENGAKSES PEMANFAATAN
PELAYANAN KESEHATAN YANG LAYAK DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior).Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus

tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
Prinsip pendidikan kesehatan masyarakat
b. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi
pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan
c. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada
orang lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat
mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
d. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar
individu keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah
lakunya sendiri.
e. Penddikan
kesehatan
dikatakan
berhasil
bila
sasaran
pendidikan
( individu),keluarga, kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.
Dimensi sasaran
Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat
tertentu
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
Dimensi tempat pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar
Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran
masyarakat atau pekerja
Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan
Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ;
Peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan
sebagainya
Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection)
missal : imunisasi
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early
diagnostic and promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan
sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan
Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan
kondisi cacat melalui latihan latihan tertentu
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
a. Metode pendidikan individual ( perorangan)

b.

c.

d.

e.

Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara


klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien
dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan
dengan sukarela dan bedasarkan kesadaran penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut ( mengubah prilaku)
Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan dan menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubhan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan
diadopsi itu mempunyai dasar pngertian dan kesadara yang kuat apabila
belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
Metode pendidikan kelompok
Kelompok Besar : Ceramah, seminar
kelompok Kecil : diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain
storming), Bola salju ( snow balling), kelompok kecil kecil ( buzz
group), Memainkan peranan ( role play), Permainan simulasi
( simulation game ).
Metode pendidikan massa
Ceramah umum ( public speaking)
Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan
kesehatan massa
Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui tv atau radio
Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun
Tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan
Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan poster
Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat
Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam
menyampaikan bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu
pendidikan : Alat bantu lihat ( visual body) seperti Slide ,
film, film strip
Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara
Alat bantu lihat dengar seperti : Televisi
Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan
( audio visual aids) disebut media pendidikan karena alat alat tersebut
merupakan alat saluran ( channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat
alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan pesan
kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya sebagai
penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak ,
elektronik. Media papan ( billboard)

ILMU PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN

Konsep perilaku
Skinner ( 1938 ) seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku adalah
merupakan hasil hubungan antara perangsang ( stimulus) dan tanggapan ( respon) ia
membagi menjadi 2 yaitu ;
a. Respondent respons reflexive respons ialah yang ditimbulkan oleh rangsangan
tertentu .perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli, karena menimbulkan
respon respons yang relative tetap misalnya : makanan lezat menimbulkan
keluarnya air liur , cahaya yang kuat akan menimbulkan mata tertutup dll.
Respondent respons ini mencakup juga emosi respons atau emotional behavior.
Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakan organism yang
ersangkutan. Misalnya menangis karena sedih / sakit . muka merah sebaliknya hal
hal yang mengenakan pun dapat menimbulkan perilaku emosinal misalnya
tertawa, berjingkat jingkat karena senang.
b. Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan
berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini
disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsangan perangsangan
tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organism. Oleh karena itu
perangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku
tertentu yang telah dilakukan . Contoh : apabila memperoleh hadiah maka ia akan
menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut.
Dengan kata lain respons nya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
PERILAKU KESEHATAN
Yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit ,
system pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan
mencangkup 4 yaitu :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia
merespon baik pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan
sendirinya sesuai dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya :
Perilaku pencegahan penyakit ( health prevention behavior) respon utuk
melaakukan pencegahan penyakit misalnya tidur dengan kelambu untuk
mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasi
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional
maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara
pelayanan, petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan ,
persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatan
c. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi,
sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung
didalamnya
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah
respon seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan
manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri
dengan bersih , pembuangan air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat
dengan pembersihan sarang saranng nyamuk ( vector) dll.

KLASIFIKASI PERILAKU
a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan
memelihara , meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan
perorangan seperti sanitasi, memilih makanan dn kebersihan
b. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit
dan kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit
serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang
sakit untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping berpengaruh
terhadap kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap
kesehatan/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap orang lain terutama anak
anak yang belm mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatanya.
RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKIT
a. Bentuk pasif : respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap batin
dan pengetahuan.
b. Bentuk Aktif : yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung
misalnya pada kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas
untuk imunisasi
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dll
b. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas
peraturan peraturan
c. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh
masyarakat.
PERUBAHAN PERILAKU
a. Teori Stimulus dan Transformasi
b. Teori teori belajar social ( social searching )
Tingkah laku sama ( same behavior )
Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior 0
Tingkah laku salinan ( copying behavior )
f. Teori belajar social dari bandara dan walter
Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru
melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model
Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition )
dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya,
sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan
hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata

Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah
dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah
laku model.
9. MEMAHAMI HUKUM MENJAGA KESEHATAN DAN BEROBAT
DALAM ISLAM DAN KLB DALAM PANDANGAN ISLAM
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama,
jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut
berkaitan dengankesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat
kayadengan tuntunan kesehatan.
Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk
menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;
2. Afiat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat
afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan
"sehat". Afiat diartikan sehat dan kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain
diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari
sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan,
maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat
melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat
adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta
mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang
diharapkan dari penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya
ditemukan sabda Nabi
Muhammad Saw.:
Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.
Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui
batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya
terganggu.
Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan
fisik, dimulai dengan
meletakkan prinsip:
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk
Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya
pencegahan.
Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang
menjaga kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat AlBaqarah (2): 222:
Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada
orang yang membersihkan diri. Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan
kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang
diterima Nabi Muhammad Saw.

adalah: Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS AlMuddatstsir [74]: 4-5).
ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT
Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya
memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam
ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;
1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap
penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang
haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa
Dhaif al-Jami 2643)
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam:
: ( ) :
( ) :
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya,
kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi
bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam
Sunan Ibnu Majah 3436)
1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:
a.Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan
jiwa adalah wajib.
b.Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia
mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini
adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.
c.Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah
wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
d.Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk
penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih
banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri
dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia
wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.
2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab

Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri
dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular ,
maka berobat menjadi sunnah baginya.
3. Berobat menjadi mubah/ boleh
Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti
kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau
tidak berobat
4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi
a. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang
digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu
diduga kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.
b. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari
ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu
Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah
ini.
c. Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang
diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik
tidak berobat.
d.Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit,
dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan
sebab kesabarannya.
Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada
kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka
berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya
haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram
lainnya.
Memahami KLB dalam pandangan Islam
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahankesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30)
Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya
dengan dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia

pendurhaka.Bencana alam berupa letusan gunung api, banjir bandang, wabah


penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain sebagainya, dalam pandangan
alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena alam. Al-Quran
menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang menimpa umat
manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja kata
tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat
melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh
otak, kehendak dan hawa nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang
bersifat menentang tasyri Allah seperti melanggar perkara yang haram, dan ada yang
bersifat menentang takwin Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam
lingkungan. Bahkan sebelum dunia mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah
menetapkan dalam salah satu sabdanya,
Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi
daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka
Cipta. 2003.
http://pramana-d-t-fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71308-Umum-Kejadian%20Luar%20Biasa%20(KLB).html
Azrul Aswar (1999). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Akasara
Bambang Sutrisna (1994). Pengantar Metoda Epidemiologi, Jakarta, Dian Rakyat.
Beaglehole, Bonita (1997). Dasar dasar Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press
Adipura, I Nyoman.________. Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Kesehatan1.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/138/jtptunimus-gdl-nurazizahn-6880-2-babi.pdf
http://fahmi-salim.blogspot.com/2013/02/bencana-dalam-pandangan-islam.html

Anda mungkin juga menyukai