Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN
2.0. Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan dengan berbagai pilihan
yang terkadang mudah untuk di hadapi, namun terkadang juga sangat sulit untuk
dihadapi. Dalam proses menghadapi masalah-masalah tersebut, manusia juga
akan dihadapkan dengan pilihan mengenai akhlak. Jalan mana yang akan ia
tempuh agar permasalahannya dapat terselesaikan.
Tanpa kita sadari, terkadang kita menempuh jalan akhlak yang salah, hal
tersebut mungkin sulit untuk dipahami karena perbedaan tipis antara kedua
akhlak ini juga rentan membuat kita menjadi ragu-ragu. Seperti seseorang yang
ingin melaksanakan ibadah, ia akan berpikir mengenai niat ibadah yang akan
dilakukannya, ia menjalankannya dengan tujuan ikhlas karena Allah ataukah
justru untuk riya kepada manusia. Hal-hal tersebut terkadang membuat kita
terbuai untuk melakukan suatu perbuatan yang hal itu dianggap baik, padahal
tanpa disadari niat kita salah. Hal seperti ini dapat membuat amal kita menjadi
sia-sia, atau bahkan dapat menjerumuskan kita pada dasar kenistaan.
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.1
Tercela berasal dari kata cela, dalam kamus bahasa indonesia, cela diartikan
sebagai cacat, noda, cedera, kurang mutunya.2 Tercela juga memiliki arti yang
dekat dengan kata buruk yang berarti tak tampan, tak cantik, jelek (tentang
wajah), rusak tak dapat dimanfaatkan (tentang barang).3
Dalam istilah bahasa arab, kata tercela untuk penggunaan istilah akhlak tercela
lebih umum digunakan kata mazmumah. Akhlak madzmumah ialah perangai
buruk yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku dan sikap yang tidak
baik. Akhlak tercela adalah suatu sifat dan sikap buruk yang dilarang oleh
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak diakses pada 27 Maret 2015 pukul 10.03 WIB.
2 Brian Prabaswara, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Aprindo, Jakarta, hlm. 173.
3 Ibid., hlm. 160.

norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang


melaksanakannya niscaya akan mendapatkan nilai dosa dari Allah juga akan
mendapat predikat buruk dihadapan manusia.
(Yang disebut) orang muslim itu ialah orang yang tidak mengganggu orang
muslim lainnya dengan lisan dan tangannya, (HR. Bukhari Muslim)4
Hadits tersebut menjelaskan bagaimana seorang muslim harusnya hidup.
Seorang muslim yang sejati adalah ia yang tidak sudi menyakiti hati sesamanya,
tidak membuat orang-orang disekelilingnya merasa terganggu dan terusik, dan
selalu menjaga lisannya agar tidak seenaknya berbicara, dan tangannya
(perilakunya) tidak

berperilaku buruk yang dapat menyakiti dan melukai

sesamanya.

: ..

))
.
.((
()
Artinya:
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah
berkata: Barang siapa mengajak kepada kebaikan maka dia mendapat pahala
sejumlah yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi
sedikitpun, dan barang siapa mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat
dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi
sedikitpun. (HR. Muslim).5
3.0. Beberapa Contoh Hadits Yang Membahas Tentang Akhlak Tercela
3.1.Pembahasan Hadits Mengenai Ghibah

)) : ..
)) : . : .((
: .((

4 Musthafa Al-Adawiy, Fikih Akhlak, Qisthi Press, Jakarta, 2006, hlm. 309.
5 Imam Al-Mundziri, Ringkasan Hadits Shahih Muslim terjemahan dari judul asli Mukhtashar
Shahih Muslim, Pustaka Amani, Jakarta, 2003, hlm. 1091.

, )) :
(

).((

Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw.


pernah bertanya, Tahukah kalian apa ghibah itu?, Para sahabat menjawab,
Allah dan Rasul-Nya lebih tahu, Rasulullah saw. bersabda, Ghibah adalah
pembicaraanmu tentang saudaramu mengenai apa yang tidak ia sukai.
Ditanyakan kepada Rasululah saw., Bagaimana menurut Anda, jika saudaraku
yang aku bicarakan itu memang sesuai dengan apa yang aku bicarakan?,
Rasulullah saw. bersabda, Jika dia benar seperti apa yang kau bicarakan berarti
kamu menggunjingnya, dan jika dia tidak seperti apa yang kau bicarakan berarti
kamu mendustakannya. (HR. Muslim).6
Menurut hadits diatas, Ghibah memiliki arti suatu pembicaraan yang didalamnya
terdapat pembahasan mengenai keburukan seseorang, yang mana bila seseorang
yang digunjing/dibicarakan itu mendengarnya, ia tidak akan menyukainya.
Perlakuan ghibah atau menggunjing adalah salah satu dari sekian banyak akhlak
tercela yang sering tak terhindarkan dari mulut setiap manusia. Tanpa disadari
terkadang ketika kita sedang bercakap-cakap mengenai suatu hal, tiba-tiba arah
pembicaraan itu (baik itu secara langsung maupun tidak langsung)
menggunjing/membicarakan

keburukan

seseorang.

Meskipun

yang

kita

bicarakan itu adalah fakta mengenai yang terjadi pada seseorang, hal tersebut
adalah ghibah, tetapi bila yang dibicarakan adalah rekayasa terhadap apa yang
terjadi seseorang, maka hal tersebut adalah fitnah. Tidak dikatakan ghibah bila
yang dibicarakan mengenai seseorang itu adalah hal-hal mengenai kebaikan.
Ghibah digambarkan dalam al-quran bagaikan memakan daging
saudaranya sendiri, yang berbunyi:

... ...

6 Ibid., hlm. 1060.

...Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang


sudah mati? Tentu kalian merasa jijik memakan itu.... (QS. Al-Hujurat: 12).7
Dengan adanya ayat al-quran yang menyebutkan secara tekstual bahwa
penggambaran seseorang atau sekelompok orang yang menggunjing seseorang
atau sekelompok orang lainnya adalah seperti dia sedang memakan daging
saudaranya sendiri, berarti perilaku ghibah adalah akhlak tercela yang harus
dihindari. Bila ada seseorang atau sekelompok orang yang sedang berghibah,
maka janganlah kita ikut berkumpul dengan mereka, ingatkanlah meraka dan
belalah saudaramu sesama muslim itu. Dari Abu Darda, Seseorang memaki
orang lain didepan Nabi. Kemudian seorang yang lain lagi membela. Kata nabi,
Barang siapa bersaksi membela kehormatan saudaranya, ia akan memiliki
penutup dari api neraka. (Abdu Humaid dalam al-Muntakhab).8
3.2.Pembahasan Hadits Mengenai Namimah
Disebutkan dalam Shahihain, Dari Hammam ibn al-Harits, Kami
pernah duduk bersama Hudzaifah di masjid. Lalu datang seseorang dan duduk
di dekat kami. Kemudian ada orang mengatakan kepada Hudzaifah, Orang ini
sering mengadukan banyak hal kepada sultan. Kata Hudzaifah dengan
maksud orang tersebut mendengar , Aku pernah mendengar Rasulullah
berkata, Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebar fitnah.9
Sedangkan dalam riwayat Muslim dari Sumber yang sama (Hudzaifah)

Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.10


Dari hadits diatas, dapat diuraikan bahwa seseorang yang melakukan tindakan
namimah adalah orang yang keji dan berakhlak tercela, oleh Allah SWT. ia tidak
akan dimasukkan ke surga-nya. Bila didefinisikan, namimah berarti mengadu
7 Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm. 308.
8 Ibid., hlm. 309.
9 ibid., hlm. 312.
10 ibid., hlm. 312.

domba atau menyampaikan berita-berita buruk tentang seseorang kepada


seseorang atau sekelompok orang, sehingga mereka akan membenci dan
memusuhi seseorang atau sekelompok orang yang lain, dimana konteks yang
disampaikan oleh pelaku namimah adalah fakta maupun dusta.
Asy-Syaikh Muhammad Syakir dalam kitab karangannya yang berjudul

(Nasihat Ayah Kepada Anaknya), beliau mengatakan:

Wahai anakku, setiap orang pasti memiliki aib, dan engkau tentu tidak ingin
aibmu terbuka saat kau tidak ada. Oleh karena itu, engkau harus menjaga
mulutmu terhadap aib-aib orang lain disaat mereka tidak ada. Jauhilah perbuatan
ghibah, juga perbuatan serupa itu, yaitu mengadu domba. Janganlah engkau
berbuat kerusakan diantara sesama. Jangan berucap pada salah seorang
temanmu, bahwa si Fulan itu berkata begini-begitu tentang kamu, si Fulan itu
menuduhmu begini dan lain sebagainya.11
Setiap hari kita selalu berurusan dengan setan, ia akan selalu berusaha untuk
menyesatkan umat manusia, khususnya umat muslim. Ia akan selalu mencoba
untuk mengadu domba setiap muslim dengan muslim lainnya seperti yang kita
lihat sekarang ini, banyak yang saling mencaci, menuduh, menyalahkan bahkan
berani memfonis kafir, padahal mereka sama beragama islam, ini terjadi karena
kurang kuatnya pondasi iman, islam dan ihsan mereka. Hal ini sesuai dengan
hadits nabi yang mengatakan bahwa setan akan selalu mengganggu dan
mengadu domba umat muslim.

: .. :
))
( ) .(( ,
Artinya:
Diriwayatkan dari Jabir r.a., dia berkata: Saya pernah mendengar
Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk
disembah oleh orang-orang Jazirah Arab, tetapi dia tidak berputus asa untuk
mengadu domba diantara mereka. (HR. Muslim).12
11 M. Fadhil Said An-Nadwi, Terjemahan Washoya Al-Abaa Lil-Abnaa, Al-Hidayah,
Surabaya, hlm. 101.
12 Imam Al-Mundziri, op. cit., hlm. 1059.

3.3

Pembahasan Hadits Mengenai Mencaci-maki

: ..
.(())
()
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Dua
orang yang saling mencaci, cacian yang mereka ucapkan itu dosanya dipikul
oleh orang yang memulai cacian selama orang yang dizalimi tersebut tidak
melampaui batas. (HR. Muslim)13
Hadits tersebut memberikan gambaran dosa yang akan dipikul oleh
pencaci, dosa si pencaci yang pertama mencaci lawannya akan dilipatgandakan, yakni dari dosa yang dilakukan oleh si penerima cacian karena si
penerima cacian membalas cacian, sebatas orang yang menerima cacian itu
ketika membalas cacian tidak melampaui batas.
Perbuatan mencaci-maki adalah temasuk akhlak tercela yang harus
dihindari. Selain perbuatan tersebut buruk, perbuatan mencaci maki juga akan
menimbulkan permusuhan bahkan perpecahan ukhuwah. Ada istilah sastra
yang mengatakan Lisanmu Harimaumu, ini dimaksudkan agar manusia dapat
berpikir kembali dengan apa yang akan ataupun telah diucapkannya. Jangan
membuat orang lain berbuat jahat karena ucapan kita. Sering kali cacian kita
keluar begitu saja ketika sedang berhadapan dengan seseorang yang membuat
kita marah,

hal ini tidak dicontohkan oleh Rasulullah. Rasulullah ketika

disakiti orang lain, baik berupa cacian maupun kedzaliman, beliau selalu
membalasnya dengan kebaikan. Seperti yang diriwayatkan oleh Shahihain.
Ketika Rasulullah saw. terkena sihir dan Allah menyembuhkannya, beliau
bersabda:


( )

13 Ibid., hlm. 1064.

Artinya : Ingatlah, Allah telah menyembuhkan aku dan aku tidak ingin
membangkitkan kajahatan pada diri seorang pun. (HR. Bukhari Muslim).14
3.4. Pembahasan Hadits Mengenai Dusta

, )) :..
,
.
, ,

({ ) 6094 : } .((
Artinya:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud, dia berkata: Rasulullah saw.
telah bersabda: Tempuhlah kejujuran, karena sesungguhnya kejujuran itu
membimbing kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu membimbing
ke surga. Ada orang yang senantiasa menempuh dan memilih kejujuran
sehingga dia dicatat sebagai orang jujur disisi Allah. Jauhilah kedustaan,
karena sesungguhnya kedustaan itu membimbing kepada kejahatan dan
sesungguhnya kejahatan itu membimbing ke neraka. Ada orang yang berdusta
dan memilih kedustaan sehingga dia dicatat sebagai pendusta disisi Allah.
[Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadits 6094]

(HR.

Muslim).15
Dari penuturan hadits diatas, dapat diutarakan bahwa berdusta adalah
termasuk sebuah kejahatan dan sudah pasti dikategorikan sebagai akhlak
tercela. Bila diistilahkan, dusta berarti mengatakan sesuatu hal yang bertolak
belakang dengan fakta yang ada atau biasa kita menyebutnya dengan istilah
kata berbohong. Seseorang yang berbohong biasanya berujung pada
keburukan akhlak, walaupun tidak sedikit juga orang yang telah berdusta
14 Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm. 205.
15 Imam Al-Mundziri, op. cit., hlm. 1062.

mendapat hidayah dari Allah akhirnya mau mengakui kesalahannya dan


bertaubat. Segala hal yang didasari pada kedustaan, pasti diujungnya akan
menemui hasil buruk dan tentunya mengarah pada akhlak tercela lainnya,
seperti fitnah, munafik, bahkan berlaku keji pada sesama.

)) : ..
)) : .. .((
(( , .
()
Artinya:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud r.a., dia berkata: Sesungguhnya
Nabi saw. pernah bersabda, Perhatikanlah, akan aku beritahukan kepada
kalian apa Al-Adh-hu? Yaitu memfitnah dengan menyebarkan isu ditengah
masyarakat. Nabi Muhammad saw. juga bersabda, Sesungguhnya ada
seseorang yang berkata jujur sehingga dia dicatat sebagai orang jujur, dan
ada pula orang yang berdusta sehingga dia dicatat sebagai pendusta. (HR.
Muslim).16
Sebagai contoh yang dapat kita ambil dalam kehidupan, seorang pejabat
pemerintah yang memiliki akhlak terceli ini, dia pasti memiliki watak jahat, dia
akan terus tergairah untuk mendapatkan segala yang ia temui, termasuk harta
dan jabatan, dengan berdusta ia akan dapat memenuhi keinginannya, ketika
kedoknya sudah terbongkar, maka ia akan dicatat oleh masyarakat sebagai
seorang pendusta. Kita mengenal dan menyebut mereka dengan sebutan
koruptor.
Selain itu, dusta juga bisa merasuki orang-orang yang beniat untuk amar
maruf nahi mungkar tetapi ia belum melaksanakan apa yang ia ingin tuturkan
kepada sesamanya, ia bermaksud ingin mengingatkan yang lain tetapi ia lalai
terhadap dirinya sendiri. Orang-orang seperti ini diakhirat kelak akan
mendapatkan siksa yang berat. Seperti yang Rasulullah saw. tuturkan dalam
hadits berikut:

16 Ibid., hlm. 1061


,
:
:
).
(
Artinya:
Seseorang didatangkan pada hari kiamat dan dilemparkan ke dalam
neraka. Ususnya terurai dan dia berputar-putar seperti keledai dengan
pelananya, para penduduk neraka mengelilingi orang itu dan berkata: Wahai
Fulan, mengapa engkau sedemikian itu? Bukankah engkau memerintahkan
kebaikan dan melarang kemungkaran? Orang itu menjawab, Dulu aku
memerintahkan kalian untuk berbuat baik, tapi aku tidak melakukannya. Dan
aku melarang kalian berbuat kemungkaran, tapi aku melakukannya. (HR.
Bukhari).17
Sungguh mengerikan nasib orang-orang yang berbuat dusta kelak
diakhirat. Nasib orang yang berdusta, menyuruh orang lain berbuat amar
maruf nahi mungkar tetapi ia tidak melakukkannya maka bila dosanya belum
diampuni oleh Allah, ia kelak akan dilemparkan ke dalam neraka. Tubuhnya
hancur dan terluka parah, semua ususnya dan isi perutnya keluar berantakan,
kemudian ia akan berlari membungkuk dengan kedua tangan dan kakinya,
berputar-putar bagaikan seekor keledai. Ia meronta kesakitan dan menjerit-jerit
hingga mengundang para penghuni neraka untuk menyaksikan nasibnya
tersebut. Naudzubillah mindzalik, semoga Allah melindungi kita dari sifat
dusta dan akhlak tercela.
Perbuatan dusta memang dilarang oleh syariat, tetapi tidak semua hal
yang berunsur dusta dilarang oleh syariat. Rasulullah saw. menjelaskan, ada
beberapa hal yang menyebabkan diperbolehkannya seseorang untuk berdusta.
Hal ini dijelaskan dalam hadits berikut:
17 Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm. 227.


(..)
)) : ..
(( .
:
:
.
:
. .
{2692 :) ( }
Artinya:
Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Muaith r.a.
(yang termasuk perempuan yang turut berhijrah dalam kelompok pertama yang
membaiat Nabi Muhammad saw.), bahwa dia pernah mendengar Rasulullah
saw. bersabda, Tidaklah termasuk pendusta, orang yang mendamaikan pihakpihak yang bertikai, orang yang berkata demi kebaikan, dan orang yang
membangkitkan kebaikan.
Kata Ibnu Syihab: Aku tidak pernah mendengar kedustaan yang
diucapkan manusia yang didispensasikan kecuali dalam tiga hal: 1) Kedustaan
dalam peperangan, 2) Kedustaan untuk mendamaikan pihak-pihak yang
bertikai, 3) Kedustaan suami terhadap istri atau istri terhadap suami (untuk
meraih kebahagiaan atau menghindari kejelekan).
Menurut riwayat lain: Ummu Kultsum mengatakan, Aku tidak pernah
mendengar Rasulullah saw. memberikan dispensasi kedustaan yang diucapkan
manusia kecuali dalam tiga hal. [Hadits ini juga diriwayatkan oleh AlBukhari, nomor hadits 2692] (HR. Bukhari).18
4.0 Cara Mencegah Dan Menghindari Akhlak Tercela

18 Ibid., hlm. 1062-1063

10

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar kita selalu terhindar dari
akhlak tercela. Cara-cara ini hanya sebagian kecil dari berratus-ratus bahkan
beribu-ribu cara yang dapat dilakukan seseorang agar terhindar dari akhlak
tercela. Hubungan yang ditekankan dalam hal ini adalah dalam pembahasan
hubungan manusia dengan Penciptanya dan manusia dengan sesamanya.
4.1 Hubungan Manusia dengan Allah
1. Luruskan niat sebelum beribadah.19
2. Dilakukan demi mengharapkan pahala-Nya.
3. Dilakukan karena takut akan siksa-Nya.
4. Dilakukan karena malu kepada-Nya.
5. Dilakukan demi memulyakan dan mengagungkan-Nya.20
6. Boleh takut karena ingat akhirat, tapi jangan berlebihan.21
7. Memenuhi Hak-hak Allah.22
4.2.

Hubungan Manusia dengan Sesama


1. Berbuat baik dan memaafkan.23
2. Tidak mengharapkan milik orang lain.24
3. Menyenangkan hati orang lain.25
4. Bersikap dan berhati kasih sayang dan rendah hati terhadap orang lain,
terutama sesama mukmin.26
5. Sedikit berbicara dan menghindarkan diri dari kesia-siaan.27
6. Saling Memberi Nasihat.28

19 Izzuddin ibn Abdissalam, Belajar Ikhlas: 91 Kiat Menemukan Nikmat Taat (terjemahan dari
kitab Maqasid al-Riayah li-Huquqillah Azza wa Jalla li-Al-Muhasibi karangan Al-Harits AlMuhasibi), Zaman, Jakarta, 2013, cet. 2, hlm. 73.
20 Ibid., hlm. 29.
21 ibid., hlm. 41.
22 ibid., hlm. 16.
23 Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm. 62.
24 Ibid., hlm. 82.
25 ibid., hlm. 100.
26 ibid., hlm. 131.

11

7. Menghibur ketika dibutuhkan.29


8. Jangan memandang kesalahan orang lain.30
9. Tinggalkan segala hal yang bersifat samar.31
10. Jangan biasakan lisan anda dengan cacian dan laknat.32

27 ibid., hlm. 146.


28 ibid., hlm. 183.
29 ibid., hlm. 231.
30 ibid., hlm. 287.
31 ibid., hlm. 253-254.
32 ibid., hlm. 208.

12

BAB III
PENUTUP
5.0. Kesimpulan
Akhlak tercela atau dalam bahasa arab disebut dengan akhlak
mazmumah adalah perangai buruk yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku dan
sikap yang tidak baik. Sebenarnya masih banyak sekali macam-macam akhlak
tercela yang dapat dijadikan materi pembahasan, namun karena keterbatasan
waktu dan aturan, maka hanya penulis sampaikan empat macam akhlak tercela
yang sering terjadi di keseharian kita, yakni ghibah, namimah, mencaci-maki, dan
dusta. Cara-cara yang dapat dilakukan agar kita terhindar dari akhlak tercela
adalah dengan menambah keeratan hubungan antara manusia dengan Rabbnya,
dan hubungan antara manusia dengan sesamanya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Al-Adawiy , Musthafa. 2006. Fikih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press.


Abdissalam, Izzuddin ibn. 2013. Belajar Ikhlas: 91 Kiat Menemukan Nikmat Taat
(terjemahan dari kitab Maqasid al-Riayah li-Huquqillah Azza wa Jalla li-AlMuhasibi karangan Al-Harits Al-Muhasibi). Jakarta: Zaman.
Al-Mundziri, Imam. 2003. Ringkasan Hadits Shahih Muslim terjemahan dari judul asli
Mukhtashar Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka Amani.
An-Nadwi , M. Fadhil Said, Terjemahan Washoya Al-Abaa Lil-Abnaa. Surabaya: AlHidayah.
Prabaswara, Brian. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Aprindo.
Budiman, Aditya. http://alhijroh.com/fiqih-tazkiyatun-nafs/tazkiyatun-nufus salah-satumisi-pengutusan-nabi/, 30 Maret 2015.
Wikipedia. (2014). http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak, 27 Maret 2015.

14

AKHLAK TERCELA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Hadits 1
Dosen Pengampu: Surahmat, M. Hum

Disusun Oleh:
Abu Ayub Syaroni

(932138114)

Evie Rofiatul Adniya

(932139714)

Moh. Farih Asfiya

(932140614)

Nur Kholis

(932140114)

JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2015
15

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang


masih

memberikan

menyelesaikan
TERCELA

nafas

pembuatan

kehidupan
makalah ini

sehingga

kami

dengan judul

dapat

AKHLAK

dengan tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang merupakan


inspirator terbesar dalam segala keteladannya.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Hadits 1 yang telah memberikan arahan sekaligus bimbingan
dalam

pembuatan

makalah

ini,

serta

orang

tua

yang

selalu

mendukung kelancaran tugas ini.


Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya
terhadap para pembaca yang budiman, dan penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi khususnya penulis sendiri dan umumnya
pada pembaca yang budiman. Tak ada gading yang tak retak,
begitulah

adanya

makalah

yang

kami

buat.

Dengan

segala

kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah dalam tugas yang lain pada
waktu mendatang.

Kediri,

27

Maret

2015

Penulis

16

17

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................................
.............i
DAFTAR
ISI .........................................................................................................
..........ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.0

Latar

Belakang ...............................................................................................
........iii
1.2

Rumusan

Masalah .................................................................................................
.iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.0
Pengertian .............................................................................................
...............1
3.0

Beberapa Contoh Hadits Yang Membahas Akhlak

Tercela ................................2
3.1

Pembahasan Hadits Mengenai

Ghibah ................................................................2
3.2

Pembahasan Hadits Mengenai

Namimah ............................................................4
18

3.3

Pembahasan Hadits Mengenai Mencaci-

maki .....................................................5
3.4

Pembahasan Hadits Mengenai

Dusta .................................................................. 6
4.0

Cara Mencegah Dan Menghindari Akhlak

Tercela ............................................10
4.1

Hubungan Manusia Dengan

Allah .....................................................................10
4.2

Hubungan Manusia Dengan

Sesamanya ............................................................11
BAB III
PENUTUP
5.0
Kesimpulan ............................................................................................
.............12
DAFTAR
PUSTAKA ..............................................................................................
.....13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.0 Latar Belakang


Islam adalah agama yang sempuna. Dengan adanya islam, umat manusia
yang menyadari kebeadaannya tidak akan terjerumus kembali kedalam lubang kesesatan
dan kedzaliman. Kesempunaan ajaran terdahulu yag dibawa oleh rasul-rasul
sebelumnya terpusat pada ajaran agama yang dibawa oleh rasul terakhir, yakni
Muhammad saw. Beliau diutus oleh Allah untuk memperbaiki tatanan masyarakat dan

19

tatanan diri manusia agar berjalan lurus kembali setelah lama ditinggalkan oleh rasul
sebelumnya, yakni nabi Isa As. Beliau memperbaiki dan menanamkan kembali
ketauhidan yang sebelumnya telah dirusak oleh umat-umat terdahulu, yang mengaku
bahwa dirinya telah berada dalam jalan kebenaran, padahal mereka masih terjebak
dalam jurang kesesatan, seperti umat nasrani dan yahudi. Selain itu, salah satu misi
penting yang oleh Allah amanatkan pada beliau adalah untuk memperbaiki akhlak
manusia. Sabda Nabiyul Islam Muhammad saw. melalui sahabat Abu Huroiroh ra.,
Sesungguhnya

aku

(Nabi

shollallahu

alaihi

was

sallam)

diutus

untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk
memperbaiki akhlak).33
Dalam pembahasan akhlak, akhlak terbagi menjadi dua, yakni akhlak terpuji
atau sering disebut akhlah mahmudah dan akhlak tercela sebagai lawan dari akhlak
mahmudah atau umumnya dikenal dengan sebutan akhlak mazmumah. Perlu diketahui
juga bahwa akhlak tercabang kepada dua jurusan hubungan. Pertama, hubungan akhlak
dalam hubungan antara manusia dengan Allah, seperti dalam koteks akhlak mahmudah
yakni tawakkal, qonaah, sabar, ikhtiyar, berdoa, melaksanakan kewajiban ibadah, dsb.
Sedangkan dalam konteks akhlak mazmumah, dapat dilihat dari kemusyrikan,
kemunafikan, kekafiran, kedzaliman, dsb. Kedua, yakni hubungan akhlak dalam
keterkaitan antara hubungan manusia dengan sesamanya, seperti halnya dalam akhlak
mahmudah yakni menjaga silaturrahim, jujur, amanah, saling tolong menolong, dsb.
Sedangkan dalam konteks akhlak mazmumah adalah iri, dengki, hasut, sombong, fitnah,
namimah, dusta, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Disini, penulis hanya akan membahas tentang akhlak tercela dalam hubungannya
antara hubungan manusia dengan sesamanya. Pembahasan utama yang akan diutarakan iii
adalah mengenai definisi akhlak tercela, contoh-cotoh akhlak tercela yang seing terjadi
dalam kehidupan kita, serta cara-cara yang dapat kita tempuh agar terhindar dari akhlak
tercela.

33 http://alhijroh.com/fiqih-tazkiyatun-nafs/tazkiyatun-nufus-salah-satu-misi-pengutusan-nabi/
diakses pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 09.06 WIB.

20

1.1 Rumusan Masalah


1. Pengertian dan hadits yang menerangkan tentang akhlak tercela
2. Hadits yang membahas contoh-contoh akhlak tercela
3. Cara mengatasi akhlak tercela.

iv

21

Anda mungkin juga menyukai