Oleh :
Nama
:
NIM
:
Rombongan
Kelompok :
Asisten
:
2014
PENDAHULUAN
yang
terdiri
atas
sekurang-kurangnya
dua
neuron,
refleks
pemukulan
ligamentum
partela,
sehingga
pada
koordinasi
saraf.
Pertama
sekali
tali
spinal
mekanisme
tersebut
berkaitan
dengan
transportsi
ion
sinyal
(impuls)
melalui
bagian
saraf
yang
otot
seringkali
dimediasi
secara
kimiawi
oleh
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui terjadinya refleks
spinal pada katak.
Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak
preparat, gunting, pinset, jarum, tissue dan pipet tetes.
Cara Kerja
a. Katak disiapkan, lalu katak dilemahkan dengan cara menusukkan
pada bagian otak menggunakan jarum.
b. Refleks dari katak diamati seperti pembalikan tubuh, penarikan
kaki depan, dan belakang, serta pencelupan kaki katak pada
c.
d.
larutan H2SO4.
Dirusak , , , dan seluruh bagian medulla spinalis
Refleks yang terjadi pada setiap perlakuan diamati, apakah
ada respon atau tidak.
III.
3.1 Hasil
Tabel 1. Respon Refleks Spinal Katak (Fejervaria cancrivora)
Perlakuan
(Perusaka
n)
Pembalikan
Tubuh
Penarikan
Kaki Depan
Penarikan
Kaki
Belakang
Pencelupa
n H2SO4
Otak
ms
ms
ms
Total
Keterangan :
MS
= Medulla Spinalis
= Adanya respon
3.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, perusakan otak
pada katak ternyata katak sudah tidak bisa membalikkan tubuhnya
ketika ditelentangkan. Kemampuan katak untuk menarik kaki depan
dan kaki belakang masih ada setelah beberapa saat perusakan otak.
Begitu juga saat kaki katak dicelupkan ke dalam larutan H 2SO4, katak
masih mampu untuk memberi respon positif dengan menarik kembali
kakinya. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Frandson (1992),
yang
menyatakan
bahwa
perusakan
otak
akan
menyebabkan
spinalis.
menujukan
Perlakuan
respon
yang
perusakan
negatif
total
terhadap
medulla
semua
spinalis
mekanisme
otak
pada
katak
menyebabkan
katak
tidak
dapat
dengan
sumsum
tulang
belakang
sehingga
katak
kehilangan refleks.
Menurut Gordon (1982), sistem saraf terdiri dari beberapa akson
atau serabut saraf yang berasal dari bagian dasar otak. Sistem saraf
bercabang dua, yaitu somatik (terutama mengendalikan otot sadar)
dan automatik (mengendalikan fungsi-fungsi tak sadar). Sistem saraf
terdiri dari sel-sel saraf neuron dengan procesusnya yang disebut
dendrit dan akson. Struktur ini terdiri atas sel-sel saraf atau neuron.
Sistem saraf terbagi menjadi dua yaitu:
1. Sistem saraf pusat yang terdiri atas otak dan serabut spinal
2. Sistem saraf tepi atau peripheral yang termasuk pasangan saraf
cranial dan saraf spinal bersama-sama dengan saraf simpatis.
Sistem saraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu
sebagai sistem komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi
intrasel ditengahi oleh impuls syaraf, impuls tersebut dapat berupa
gelembung-gelembung berjalan yang berbentuk arus ion. Transmisi
sinyal antara neuron-neuron dan antara neuron otot seringkali
dimediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter (Gunawan, 2002).
Sistem saraf representatif pada vertebrata misalnya pada katak
terdiri dari sistem saraf pusat dengan otak besar dan serabut spinal
dibagian belakangnya. Kedua sistem saraf tepi terdiri dari 10 sampai
12 pasang nevi cranial, sepasang nervi spinalis dan sistem saraf
otonom atau simpatik (Haryadi, 2003).
Menurut Knikou (2008), tendon organ Golgi adalah sel yang peka
terhadap rangsangan sensitif kekuatan yang menjawab ke otot aktif
dan pasif tunjangan kekuatan pada tendinous otot simpang tiga
meletakkan secara urut dengan serat otot. Saraf dari tendon organ
Golgi kebanyakan tergugah oleh isi otot dan berpartisipasi di jalan
kecil neuronal yang menghalangi motoneurons memproyeksikan ke
synergists dan memudahkan motoneurons memproyeksikan ke
penentang.
Gerak
sadar
merupakan
gerak
yang
disadari
timbul
dari
Neuron sensori
Neuron motorik
Respon.
yang
pekat
menyebabkan
syaraf-syaraf
sensorik
cepat
gerak
refleks
untuk
menghapuskan
H 2SO4
yang
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1.
2.
DAFTAR REFERENSI
Campbell, A. N, Reece, J. B, dan Mitchell, L. G.2004. Biologi Edisi Kelima
Jilid Tiga. Erlangga, Jakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press,
Yogyakarta.
Gordon, M. S. 1982. Animal Physiology Principles and Adaptation. Mac
Millan Publishing Co. Inc, New York.
Gunawan, A. 2002. Mekanisme Penghantaran
(Neourotransmisi). Integral, 7 (1) : 38-43.
Dalam
Neuron