Anda di halaman 1dari 9

REFLEKS SPINAL PADA KATAK

Oleh :
Nama
:
NIM
:
Rombongan
Kelompok :
Asisten
:

Ayu Hasnatul Maola


B1J012034
: VIII
1
Riskawati

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
I.

2014
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gerak refleks ialah gerakan pintas ke sumsum tulang belakang.
Ciri refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan
tidak disadari. Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek
gerak refleks. Neuron konektor merupakan penghubung antara
neuron sensorik dan neuron motorik. Jika neuron konektor berada di
otak,maka refleksnya disebut refleks otak. Jika terletak di susmsum
tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks tulang belakang.
Gerakan pupil mata yang menyempit dan melebar karena terkena
rangsangan cahaya merupakan contoh refleks otak. Sedangkan
gerak lutut yang tidak disengaja merupakan gerak sumsum tulang
belakang (Hadikastowo, 1982).
Menurut Richard (1989), refleks adalah suatu respon organ
efektor (otot atau kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar
terhadap suatu stimulus tertentu. Respon tersebut melibatkan suatu
rangkai

yang

terdiri

atas

sekurang-kurangnya

dua

neuron,

membentuk satu busur refleks. Dua neuron paling penting dalam


suatu busur refleks adalah neuron afferent sensoris atau penghubung
(interneuron)

yang terletak antara neuron reseptor dan neuron

efektor. Refleks spinal merupakan refleks rentang yang digambarkan


dengan

refleks

pemukulan

ligamentum

partela,

sehingga

menyebabkan otot terentang.


Sistem saraf pusat terdiri dari atas otak dan tali spinal. Tali spinal
merupakan tali putih kemilau yang berasal dari dasar otak, berlanjut
ke tulang belakang. Semua neuron motor yang berasal dari tali spinal
keluar melalui akar ventral sebelum bersatu dengan akson sensori
untuk membentuk akson campuran. Tali spinal melakukan dua fungsi
utama

pada

koordinasi

saraf.

Pertama

sekali

tali

spinal

menghubungkan saraf tepi ke otak. Fungsi kedua tali spinal adalah


bertindak sebagai pusat koordinasi. Respon refleks sederhana seperti
refleks menarik diri dapat terjadi melalui aksi tunggal tali spinal
tersebut (Campell, 2004).
Saraf berfungsi dengan mekanisme depolarisasi dan repolarisasi.
Kedua

mekanisme

tersebut

berkaitan

dengan

transportsi

ion

menembus membran (transmembran). Komunikasi intrasel yang


kompleks dan amat cepat pada hewan tingkat tinggi ditengahi oleh

impuls-impuls saraf. Neuron-neuron (sel-sel saraf) secara elektrik


menghantarkan

sinyal

(impuls)

melalui

bagian

saraf

yang

memanjang (sekitar 1 mm pada hewan berukuran besar). Implus


tersebut berupa gelombang-gelombang berjalan yang berbentuk
arus-arus ion. Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara
neuron

otot

seringkali

dimediasi

secara

kimiawi

oleh

neurotransmitter (penghantar impuls saraf) (Gunawan, 2002).

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui terjadinya refleks
spinal pada katak.

II. MATERI DAN CARA KERA


2.1

Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak
preparat, gunting, pinset, jarum, tissue dan pipet tetes.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah katak


dan larutan H2SO4.
2.2

Cara Kerja
a. Katak disiapkan, lalu katak dilemahkan dengan cara menusukkan
pada bagian otak menggunakan jarum.
b. Refleks dari katak diamati seperti pembalikan tubuh, penarikan
kaki depan, dan belakang, serta pencelupan kaki katak pada
c.
d.

larutan H2SO4.
Dirusak , , , dan seluruh bagian medulla spinalis
Refleks yang terjadi pada setiap perlakuan diamati, apakah
ada respon atau tidak.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1. Respon Refleks Spinal Katak (Fejervaria cancrivora)
Perlakuan
(Perusaka
n)

Pembalikan
Tubuh

Penarikan
Kaki Depan

Penarikan
Kaki
Belakang

Pencelupa
n H2SO4

Otak

ms

ms

ms

Total

Keterangan :
MS

= Medulla Spinalis

= Adanya respon

= Tidak adanya respon

3.2

Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, perusakan otak
pada katak ternyata katak sudah tidak bisa membalikkan tubuhnya
ketika ditelentangkan. Kemampuan katak untuk menarik kaki depan
dan kaki belakang masih ada setelah beberapa saat perusakan otak.
Begitu juga saat kaki katak dicelupkan ke dalam larutan H 2SO4, katak
masih mampu untuk memberi respon positif dengan menarik kembali
kakinya. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Frandson (1992),
yang

menyatakan

bahwa

perusakan

otak

akan

menyebabkan

rusaknya korda spinalis, sehingga hubungan dengan otak akan


terputus.
Perlakuan perusakan tulang belakang tidak terjadi mekanisme
pembalikan tubuh, mekanisme penarikan kaki belakang menunjukan

respon positif. Mekanisme penarikan kaki depan dan pencelupan


H2SO4 masih memiliki respon positif. Perlakuan perusakan , dan
total medulla spinalis tidak terjadi mekanisme pembalikan tubuh
namun terjadi penarikkan kaki belakang, dan pencelupan H 2SO4
menunjukkan reaksi negatif, pada mekanisme penarikan kaki depan
menujukkan reaksi negatif ketika perlakuan perusakan dan total
medulla

spinalis.

menujukan

Perlakuan

respon

yang

perusakan

negatif

total

terhadap

medulla

semua

spinalis

mekanisme

rangsangan kecuali penarikkan kaki belakang. Menurut Frandson


(1992), katak akan menarik kakinya apabila diberi stimulus seperti
masuknya rangsangan asam, misalnya H 2SO4. Menurut Storer (1957),
perusakan

otak

pada

katak

menyebabkan

katak

tidak

dapat

membalikkan tubuh karena terdapat hubungan antara alat-alat


vestibular

dengan

sumsum

tulang

belakang

sehingga

katak

kehilangan refleks.
Menurut Gordon (1982), sistem saraf terdiri dari beberapa akson
atau serabut saraf yang berasal dari bagian dasar otak. Sistem saraf
bercabang dua, yaitu somatik (terutama mengendalikan otot sadar)
dan automatik (mengendalikan fungsi-fungsi tak sadar). Sistem saraf
terdiri dari sel-sel saraf neuron dengan procesusnya yang disebut
dendrit dan akson. Struktur ini terdiri atas sel-sel saraf atau neuron.
Sistem saraf terbagi menjadi dua yaitu:
1. Sistem saraf pusat yang terdiri atas otak dan serabut spinal
2. Sistem saraf tepi atau peripheral yang termasuk pasangan saraf
cranial dan saraf spinal bersama-sama dengan saraf simpatis.
Sistem saraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu
sebagai sistem komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi
intrasel ditengahi oleh impuls syaraf, impuls tersebut dapat berupa
gelembung-gelembung berjalan yang berbentuk arus ion. Transmisi
sinyal antara neuron-neuron dan antara neuron otot seringkali
dimediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter (Gunawan, 2002).
Sistem saraf representatif pada vertebrata misalnya pada katak
terdiri dari sistem saraf pusat dengan otak besar dan serabut spinal
dibagian belakangnya. Kedua sistem saraf tepi terdiri dari 10 sampai
12 pasang nevi cranial, sepasang nervi spinalis dan sistem saraf
otonom atau simpatik (Haryadi, 2003).

Menurut Knikou (2008), tendon organ Golgi adalah sel yang peka
terhadap rangsangan sensitif kekuatan yang menjawab ke otot aktif
dan pasif tunjangan kekuatan pada tendinous otot simpang tiga
meletakkan secara urut dengan serat otot. Saraf dari tendon organ
Golgi kebanyakan tergugah oleh isi otot dan berpartisipasi di jalan
kecil neuronal yang menghalangi motoneurons memproyeksikan ke
synergists dan memudahkan motoneurons memproyeksikan ke
penentang.
Gerak

sadar

merupakan

gerak

yang

disadari

timbul

dari

rangkaian penyaluran respon dan pengolahan di otak sehingga


timbul ritme gerakan yang kita inginkan. Mekanisme dari gerak sadar
itu sendiri adalah alur impuls tersebut dimulai dari reseptor sebagai
penerima rangsang, lalu ke saraf sensorik sebagai penghantar
impuls. Kemudian. Dibawa ke saraf pusat yaitu otak untuk diolah.
Akhirnya akan muncul tanggapan yang akan disampaikan ke saraf
motorik menuju efektor dalam bentuk gerak yang disadari (Wulangi,
1994).
Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot atau kelenjar)
yang bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap rangsang tertentu.
Refleks ini penting dalam pengaturan denyut jantung, gerakan
saluran pencernaan, tekanan darah, pernafasan dan sebagainya.
Suatu respon refleks melibatkan rantai yang terdiri atau sekurangkurangnya dua sel saraf, yaitu sel afferent sensoris atau reseptor dan
sel efferent motoris atau efektor (Frandson,1992). Mekanisme gerak
reflek dapat disederhanakan dengan skema sebagai berikut :
Stimulus

Neuron sensori

Neuron motorik

Sumsum tulang belakang

Respon.

Rangsangan yang dapat menyebabkan gerakan refleks pada


katak diantaranya rangsangan panas, listrik dan kimia. Praktikum kali
ini menggunakan H2SO4 sebagai suatu rangsangan kimia. Sifat dari
H2SO4

yang

pekat

menyebabkan

syaraf-syaraf

sensorik

cepat

bereaksi dan karena membahayakan sehingga katak melakukan


gerakan refleks untuk menghindari H 2SO4 dan kaki yang satu
melakukan

gerak

refleks

menempel pada kaki satunya.

untuk

menghapuskan

H 2SO4

yang

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1.

Reflek spinal pada katak terjadi dengan pembalikan tubuh,


penarikan kaki depan, penarikan kaki belakang dan pencelupan
dalam H2SO4.

2.

Reflek spinal pada katak dikontrol oleh sumsum tulang belakang


dengan proses dimulai dari adanya stimulus yang diterima oleh
neuron sensori lalu diteruskan ke sumsum tulang belakang kemudian
diteruskan lagi ke neuron motorik dan timbullah respon.

DAFTAR REFERENSI
Campbell, A. N, Reece, J. B, dan Mitchell, L. G.2004. Biologi Edisi Kelima
Jilid Tiga. Erlangga, Jakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press,
Yogyakarta.
Gordon, M. S. 1982. Animal Physiology Principles and Adaptation. Mac
Millan Publishing Co. Inc, New York.
Gunawan, A. 2002. Mekanisme Penghantaran
(Neourotransmisi). Integral, 7 (1) : 38-43.

Dalam

Neuron

Hadikastowo. 1982. Zoologi Umum. Alumni, Bandung.


Haryadi, B. 2003. Fisiologi Hewan I. Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
Knikou Maria. 2008. The H-Reflex as a Probe: Pathways and Pitfalls.
Journal of Neuroscience Methods. (171) : 1-21.
Richard, W.H and G ordan. 1989. Animal Physiology. Harper-Collins
Publisher. New York.
Storer, T. I, W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1957. Zoologi Umum. Erlangga,
Jakarta.
Wulangi, K.S. 1994. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbud, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai