Anda di halaman 1dari 4

Tetap Istiqomah Dalam Kejujuran

Sebuah pengalaman yang sangat berharga dalam hidupku terjadi saat


PPL. Berbeda dengan teman-teman yang guru pamongnya bisa dibilang
gampang, saya mendapat guru pamong yang penuh dengan presser.
Tanya gak dijawab, kalau salah dimarahi, yang pasti gak ada kalimat yang
konstruktif . Gak tanggung-tanggung kalau marah di kantor guru yang
disitu banyak orang. Tapi alhamdulillah, ada beberapa guru yang simpati
terhadapku.
Sampai saat tiba ujian PPL, saya sudah siap dengan segala persiapannya.
Selama ini sehabis anak-anak mengumpulkan lembar jawab, selalu ku
hitung sudah lengkap atau belum. Tapi pada saat ujian ini tidak saya
hitung, dan ketika mengoreksi ternyata lembar jawab kurang 2 . Saya
hanya diberi waktu sekitar 1 jam untuk menginput data nilai. Waktu yang
pendek buatku, karena ada 50an siswa. Saya benar-benar bingung,
selama ini yang ada hanya dimarahi, dan akhirnya dengan pertimbangan
dari teman saya manipulasi nilai.
Data nilai saya kumpulkan. Hari berikutnya dipanggil, ditanya soal
kelengkapan lembar jawab. Saya bilang sudah genap. Saya dibawa
menghadap kepala sekolah dan jajaranya. Disana saya mengsayai semua
kesalahanku, berjanji tidak akan mengulangi dan berterimakasih sudah
diperingatkan. Di kantor kepsek saya dimarahi habis-habisan oleh
kepseknya. Hampir semua guru pada tahu hal itu.
Saya diberi kesempatan ke-2 untuk mengulang ujian. Karena yang
pertama tidak lulus. Persiapan ujian ke-2 lebih matang. Saya tanya 3
dosen senior yang competen tentang content RPP ku, direvisi, dan
akhirnya oke. Dengan sangat konfiden saya ujian. Tapi diluar dugaan, saya
masih gak lulus dikarenakan kesalahan format dalam materi ajar saya.
Akhirnya kuputuskan untuk datang kerumah guru pamong untuk menego
keputusannya. Sampai disana, yang ada beliau malah share tentang
problem hidupnya. Yach...setelah mendengar semua ceritanya, saya

berspekulasi bahwa sikap beliau garang seperti itu karena beban hidup
yang beliau tanggung. Tapi apa boleh buat, keputusan tidak lulus sudah
dibuat. Saya sudah pasrah, tawakal alallah, inilah takdirku. Mungkin ini
untuk membayar dosa saya yang sudah berbohong. Alhamdulillah,temanteman dan guru banyak memberi support.
Pada waktu penutupan PPL, kebetulan saya sebagai MC yang mana bisa
lebih leluasa menyampaikan sesuatu. Tepat pada akhir acara, saya
meminta maaf kepada semuanya atas kesalahan yang sudah saya buat.
PPL yang seharusnya saya bisa belajar praktik mengajar secara real,
menimba ilmu dari guru pamong ,tapi saya tidak mendapatkannya. Lepas
dari itu, sebuah pelajaran berharga yang mungkin tidak didapatkan oleh
teman-teman adalah tentang urgensi kejujuran.

Buah Dari Perjuangan


Sewaktu kuliah kondisiku memang sangat terbatas. Selain study oriented
juga money oriented. Saya harus memutar otak bagaimana cara
mendapatkan uang untuk biaya kuliah. Semester 5 berakhir dengan
segala perjuangan. Menginjak semester 6 saya bingung karena sudah
tidak mendapat beasiswa. Akhirnya saya nekat untuk mendirikan BIMBEL
dengan milik pribadi dengan nama Sakura Study Club. Berawal dari
minus, karena modalnya dari hutang.
Ceritanya dimulai saat cari modal, untuk agunannya BPKB saya. hampir
semua BMT dan pegadaian saya masuki, serta beberapa Bank.

Saking

semangatnya ada bank konven (waktu itu belum begitu tahu tentang
haramnya bank konven) yang sudah tutup, tapi saya memaksa masuk,
akhirnya bapak satpam ngasih brosur tentang pinjaman. Saat saya cari
modal, gak peduli hujan deras atau apa. Tapi gak ada yang bisa memberi
pinjaman karena sepedsaya no platnya wilayah Pati.
Setelah banyak berpetualang cari pinjaman, akhirnya BMT Amanah
Ummah merekomendasikan LAZIS UMS. Saya ke LAZIS UMS, dan olehnya
saya diminta mengajukan proposal. Beberapa hari kemudian mendapat
surprise, ada yang survei ke tempat saya. Waktu itu, tempat lesnya di kos
saya yang sederhana. Tentunya setelah minta ijin ke pemilik kos. Di luar
dugaan, proposal saya di ACC. Allahuakbar walhamdulillah...ternyata
selama ini ikhtiar dan berdoa, rizqinya malah dideka saya sendiri. LAZIS
UMS tidak meminta bagi hasil sedikitpun. Bahkan ketika saya punya uang
sedikit, saya diijinkan cuma membayar separuh cicilan.

Luar biasanya saya mendapat tender dari LAZIS JATENG yang notabene
bimbel baru seumur jagung bahkan belum punya murid satupun. Seiring
berjalannya waktu muridnya terus bertambah. Alhamdulillah hasilnya bisa
untuk biaya kuliah dan juga living cost. Memang Allah itu berorientasi
pada proses bukan pada hasil.

Anda mungkin juga menyukai