NEGARA
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
KINERJA
Disusun oleh: Kelompok 3
1. Devri Radistya (09)
2. Dyah Ayu Pradnya Paramita (11)
3. Made Dwika Yasindra (18)
4. Ramadhani Ardiansyah (21)
14)
Teliti kemungkinan adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan
oleh entitas tersebut.
15)
Teliti kemungkinan adanya peraturan atau kebijakan pemerintah yang
menghambat pencapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.
16)
Pelajari kemungkinan adanya batasan-batasan berdasarkan peraturan
atau kebijakan institusi di atasnya yang diberlakukan terhadap entitas yang
diperiksa.
17)
Reviu atas hasil-hasil studi yang telah dilakukan kelompok industri,
kelompok _ profesional, dan kelompok-kelompok lain yang mempunyai
kepentingan terhadap entitas tersebut.
18)
Dapatkan dan inventarisasi isu-isu mutakhir tentang permasalahan yang
sedang dihadapi oleh entitas, yang dapat diperoleh dari media masa atau
sumber-sumber lain.
19)
Buatlah kesimpulan mengenai permasalahan yang berhasil diidentifikasi
dalam tahap ini. Permasalahan ini merupakan identifikasi awal bagi
pengembangan arah dan tujuan pemeriksaan pada tahap perencanan
selanjutnya.
e. Output
Output dari kegiatan Pengidentifikasian Masalah adalah:
1) Gambaran umum dari kegiatan/program dari entitas yang diperiksa yang
antara lain meliputi input, proses, output, dan outcome.
2) Hasil reviu peraturan perundang-undangan yang meliputi kewenangan,
maksud dan tujuan, dan struktur organisasi.
3) Informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja entitas.
4) Kesimpulan umum tentang identifikasi masalah.
Setiap langkah pada tahap pengidentifikasian masalah ini harus
didokumentasikan dengan baik yang mana hasil pendokumentasian dimasukkan
dalam kertas kerja pemeriksaan.
2. Penentuan Area Kunci
3. Penentuan Area Kunci
Area kunci (key area) adalah area atau kegiatan yang dilaksanakan oleh
auditee, yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan kinerja
auditee yang bersangkutan. Pemilihan area kunci harus dilakukan mengingat
luasnya bidang, program, dan kegiatan pada entitas yang diaudit sehingga
tidak mungkin melakukan audit di seluruh area entitas.
Pemilihan area kunci yang tepat memungkinkan penggunaan sumber daya
yang lebih efisien dan efektif karena dapat fokus pada area yang memiliki
nilai tambah maksimum.
a. Pendekatan Identifikasi Area Kunci
Penentuan area kunci dapat dilakukan berdasar faktor-faktor berikut, antara
lain:
a) Risiko Manajemen
Dalam Audit laporan keuangan, Pendekatan audit berbasis risiko adalah suatu
pendekatan dengan menggunakan analisis risiko untuk menentukan area
penting yang seharusnya menjadi fokus audit. Fokusnya pada salah saji
material dalam penyajian laporan keuangan. Dalam Audit kinerja,
penekanannya lebih kepada risiko yang ditanggung manajemen terkait
dengan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Beberapa hal yang dapat digunakan untuk meniliai terjadinya risiko
manajemen antara lain:
Halaman 6 dari 17
b) Signifikansi
Konsep signifikansi hampir sama dengan materialitas. Suatu area signifikan
jika memiliki dampak yang besar terhadap area lain. Penentuan signifikansi
merupakan penilaian professional dimana seorang auditor harus
mempertimbangkan faktor-faktor seperti materialitas keuangan, batas kritis
keberhasilan, dan visibilitas
c) Dampak Audit
Dampak audit merupakan nilai tambah yang diharapkan dari audit tersebut,
yaitu perubahan dan perbaikan yang dapat meningkatkan 3E. Auditor harus
selalu bertanya apakah audit yang dilaksanakan akan mengakibatkan suatu
perubahan?
Contoh dampak audit yang diharapkan antara lain
Ekonomi
o Biaya turun
o Fasilitas berkurang
Efisiensi
o Peningkatan output
o Perbaikan koordinasi
Efektivitas
o Perbaikan analisis kebutuhan
o Memperjleas tujuan dan kebijakan
Mutu Pelayanan
o Distribusi layanan lebih adil
o Waktu tunggu singkat
d) Auditabilitas
Auditabilitas berkaitan dengan kemampuan tim audit melaksanakan audit
sesuai standar profesi. Dalam berbagai kondisi, auditor bisa saja
mempertimbangkan untuk tidak melakukan audit dalam area tersentu. Untuk
itu, auditor dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
Sifat kegiatan yang tidak memungkinkan untuk diaudit
Auditor tidak memiliki keahlian yang disyaratkan
Area tersebut dalam perubahan yang signifikan dan mendasar
Kriteria yang sesuai tidak tersedia untuk menilai kinerja
Lokasi pekerjaan tidak dapat dijangkau karena bencana atau alasan lain.
Halaman 7 dari 17
Input
Input yang diperlukan dalam kegiatan Penentuan Obyek, Tujuan dan Lingkup
Pemeriksaan adalah sebagai berikut.
1 Output dari Kegiatan Pengidentifikasian Masalah.
2 Output dari Kegiatan Penentuan Area Kunci
d Pendekatan Pelaksanaan
Pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja
bergantung pada tujuan pemeriksaan dan sifat obyek yang diperiksa. Pada
akhirnya bagaimana seorang auditor memilih pendekatan terhadap
pelaksanaan pemeriksaan akan menentukan kriteria pemeriksaan. Secara
garis besar pendekatan terhadap pemeriksaan kinerja dibagi menjadi 2, yaitu:
Halaman 8 dari 17
Pendekatan Problem/Proses
Pendekatan ini menggunakan asumsi dasar bahwa proses pelaksanaan
suatu program yang baik akan menghasilkan output atau outcome yang
memuaskan. Pendekatan ini dirancang untuk menentukan apakah suatu
entitas atau program/kegiatan memiliki prosedur, metode, atau proses
operasional yang baik sehingga dapat memberikan keyakinan yang
memadai bahwa hasil yang diharapkan dapat tercapai. Secara garis besar
pendekatan ini menekankan pada apakah entitas menjalankan proses atau
prosedur pengelolaan sumber daya (input) yang dapat memberikan
keyakinan memadai bahwa sumber daya diperoleh dengan lebih hemat.
Contoh pendekatan berorientasi proses pada pemeriksaan atas aspek
efisiensi: Menilai pengelolaan atau proses operasional, metode atau
prosedur yang dilakukan untuk mencapai efisiensi. Pendekatan ini biasa
digunakan untuk kegiatan dengan output yang tidak seragam atau sulit
diukur.
Contoh pendekatan berorientasi proses pada pemeriksaan atas aspek
efektivitas: Menilai proses operasional, metode atau prosedur yang
dijalankan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendekatan Hasil
Pendekatan ini menggunakan asumsi dasar bahwa apabila output atau
outcome yang dihasilkan suatu kegiatan memuaskan, maka risiko adanya
masalah seriusdalam rancangan dan pelaksanaan (proses) kegiatan
dianggap minimal. Pendekatan ini berfokus pada penilaian langsung atas
input, output, outcome, atau dampak dari suatu program/kegiatan. Apabila
kinerja yang dicapai tidak memuaskan, pemeriksa dapat memeriksa proses
operasional untuk mengidentifikasi penyebab tidak tercapainya indikatorindikator kinerja yang telah ditetapkan. Pendekatan ini dapat diterapkan
jika terdapat kriteria yang tepat untuk menilai biaya yang diperlukan untuk
mendapatkan input dan kriteria yang tepat untuk menilai kualitas dan
kuantitas dari output. Secara garis besar pendekatan ini menekankan pada
apakah sumber daya (input) diperoleh dengan biaya, kuantitas, kualitas,
waktu dan tempat yang tepat.
Contoh pendekatan berorientasi proses pada pemeriksaan atas aspek
efisiensi: Membandingkan antara rasio produktifitas (aktual) dengan
standar yang telah ditetapkan. Dapat digunakan apabila output yang
dihasilkan dari suatu proses seragam dan mudah diukur.
Contoh pendekatan berorientasi proses pada pemeriksaan atas aspek
efektivitas: Menilai apakah entitas/program/kegiatan dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Output
Output dari kegiatan Penentuan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan adalah
sebagai berikut.
Halaman 10 dari 17
Relevan
3) Bila dalam entitas yang diperiksa belum memiliki kriteria yang sesuai dengan
tujuan dan telah memenuhi karakteristik kriteria seperti di atas, maka
pemeriksa perlu mengembangkan kriteria sendiri dengan langkah sebagai
berikut.
Perlu mempertimbangkan pendekatan pemeriksaan yang digunakan
Perlu mempertimbangkan sudut pandang regulator (penyusun peraturan),
manajemen (pelaksana peraturan) dan masyarakat (penerima manfaat).
Tidak ada kriteria yang ideal (Ada sisi positif dan negatifnya).
Sebagian besar menggunakan good management practice atau good
administration atau best practice atau good management model
(Pollitt,2003)
4) Dalam mengembangkan kriteria, pemeriksa juga perlu mempertimbangkan
beberapa hal berikut sebagai pendekatan penetapan kriteria yang baik.
pemeriksa memvisualisasikan beberapa segmen kegiatan menjadi suatu
tugas; setiap penugasan umumnya melalui beberapa tahap, seperti studi
kelayakan, perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, operasi, dan evaluasi;
pemeriksa mencari kriteria dengan mempelajarikebijakan dan prosedur
organisasi; contoh: dalam mengaudit rumah sakit, waktu tunggu pasien
dalam memperoleh tempat tidur sebelum operasi besar dapat dijadikan
kriteria untuk mengukur efisiensi.
jika prosedur tidak dapat dijadikan dasar, pemeriksa harus mencari dan
mengadaptasikan prosedur organisasi sejenis untuk dijadikan kriteria;
pemeriksa dapat menggunakan kriteria atas ekspektasi pengguna layanan.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini
menanyakan responden mengenai tingkat ekspektasi kinerja entitas yang
diperiksa. Contoh: Pada pemeriksaan rumah sakit, pemeriksa menemukan
waktu tunggu pasien sebelum dirawat. Pemeriksa dapat mewawancarai
pasien dan menemukan batas waktu tunggu yang layak menurut ekspektasi
pasien, pemeriksa kemudian mendiskusikan ekspektasi ini dengan
manajemen rumah sakit dan kemudian manajemen setuju atas waktu tunggu
yang disepakati.
jika dipandang perlu, pemeriksa dapat menggunakan jasa tenaga ahli dalam
penentuan kriteria dalam suatu pemeriksaan kinerja.
5) Pemeriksa perlu mengkomunikasikan kriteria yang akan digunakan dalam
pemeriksaan kinerja suatu entitas kepada manajemen entitas untuk
memperoleh kesepakatan bersama. Kesepakatan ini meliputi adanya satu
pemahaman yang sama tentang dasar pengukuran kinerja yang digunakan
dalam pemeriksaan atas obyek yang diperiksa.
f. Output
Halaman 13 dari 17
Halaman 16 dari 17
Pendokumentasian
Seluruh kajian pemeriksa mengenai tahap penyusunan program pemeriksaan di
tingkat entitas harus didokumentasikan. Pendokumentasian program
pemeriksaan berupa P2 dan PKP, dan disimpan sebagai KKP indeks A.
Halaman 17 dari 17