KELOMPOK 1 :
1. YUNITA VALENTINA, K
(No. BP : 15158013)
2. POPPY VEONE HELSYA
(No. BP : 15158008)
A. PENDAHULUAN
Pemerintah pada saat ini melakukan upaya habis-habisan dalam bidang
perpajakan. Karena itulah, pengusaha harus menanggapinya dengan cara habis-habisan
juga, yaitu dengan menempuh manajemen pajak. Bagaimanapun juga pajak bagi
perusahaan tetap sebagai beban (biaya). Jika pengelolaan pajak tidak dilakukan dengan
baik, kemungkinan di kemudian hari perusahaan terpaksa gulung tikar(Rugi).
Manajemen pajak yang tidak benar telah dapat dirasakan oleh pengusaha pada
saat ini. hal ini terungkap dalam seminar perpajakan baru-baru ini. Jika FISKUS
(Pemerintah) melakukan pengecekan data, kemungkinan dosa-dosa ( kejahatan yang
terselubung selama ini)yang dilakukan oleh beberapa perusahaan (oknum) akan
terungkap.
Pengelakan pajak adalah cermin dari keengganan untuk ikut melaksanakan sikap
Kegotongroyongan Nasional. Oleh sebab itulah, strategi dibidang perpajakan sebaiknya
disebut dengan istilah Manajemen Pajak. Tujuannya, bukan untuk mengelak membayar
pajak,tapi mengatur sehingga pajak yang di bayar tidak lebih dari jumlah yang
semestinya.
Tujuan manajemen pajak pada dasarnya sama saja dengan tujuan manajemen
keuangan yaitu sama-sama bertujuan untuk memperoleh likuiditas(kelancaran)dan laba
yang cukup. Kita juga dapat mendefinisikan bahwa manajemen pajak sebagai kewajiban
perpajakan dengan benar, tapi jumlah pajak dapat ditekan serendah mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Dengan demikian, dimasa yang akan
datang tidak akan terjadi yang namanya Restitusi pajak (kurang bayar) yang berakibatkan
denda dan sebagainya.
Fungsi-fungsi manajemen pajak adalah :
a) Perencanaan pajak (Tax Planning)
b) Pelaksanaan kewajiban perpajakan (Tax Implementation)
c) Pengendalian pajak (Tax Control)
Pajak adalah biayabagi perusahaan, oleh sebab itu, meminimalkan beban pajak
adalah salah satu fungsi manajement keuangan dan tidak melanggar peraturan yang
sudah ditentukan. Namun, perlu dicatat bahwa dalam manajement pajak tidak termasuk
penyelundupan pajak.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian dasar Manajemen Pajak
Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui
manajemen pajak. Lumbantoruan yang dikutip oleh Suandy (2005) mendefinisikan
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban pajak dengan benar tetapi
dengan jumlah pajak yang dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan
likuiditas yang diharapkan.
Strategi mengefisienkan beban pajak (penghematan pajak) yang dilakukan oleh
perusahaan haruslah bersifat legal, agar dapat menghindari sanksi-sanksi pajak
dikemudian hari. Secara umum penghematan pajak menganut prinsip the last and latest,
yaitu membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada waktu terakhir yang masih
diizinkan oleh undang-undang dan peraturan perpajakan. Menurut Erick & Suwarta
(2004) strategi mengefisienkan beban pajak tersebut seperti:
1) Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum yang tepat sesuai
dengan kebutuhan dan jenis usaha. Bila dilihat dari persepektif perpajakan, pemilihan
bentuk badan hukum perseorangan, firma dan kongsinyasi lebih menguntungkan
dibanding Perseroan Terbatas. Pada Perseroan Terbatas yang memegang sahamnya
kurang dari 25% akan mengakibatkan PPh perseroan akan dikenakan dua kali yakni
pada saat penghasilan diperoleh oleh pihak perseroan dan pada saat penghasilan
dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham yang memiliki saham kurang dari
25%.
2) Memilih lokasi perusahaan yang didirikan. Umumnya Pemerintah memberikan
semacam insentif pajak khususnya untuk daerah tertentu atau daerah terpencil
(misalnya Indonesia Timur) seperti pengurangan PPh, penyusutan dan amortisasi yang
dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama dari seharusnya dan pemberian
natura/kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan tidak
menambah penghasilan karyawan karena bukan objek PPh Pasal 21.
3) Mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau semaksimal mungkin dari berbagai
pengecualian, potongan, atau pengurangan atas Penghasilan Kena Pajak yang
diperbolehkan oleh undang-undang. Sebagai contoh, jika diketahui bahwa
Penghasilan Kena Pajak (laba) perusahaan besar dan akan dikenakan tarif pajak
tinggi, maka sebaiknya perusahaan membelanjakan sebagian laba perusahaan untuk
hal-hal yang bermanfaat secara langsung untuk perusahaan, dengan catatan tentunya
biaya yang dikeluarkan adalah biaya yang dapat dikurangkan (deductible). Sebagai
contoh, biaya untuk riset dan pengembangan, biaya pendidikan dan latihan pegawai,
biaya perbaikan kantor dan biaya pemasaran.
4) Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura dan
kenikmatan dapat sebagai salah satu pilihan untuk menghindari lapisan tarif pajak
maksimum. Karena pada dasarnya pemberian dalam bentuk kenikmatan/natura dapat
dikurangkan sebagai biaya oleh pemberi kerja sepanjang pemberian tersebut
diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi pegawai.
5) Pemilihan metode penilaian persediaan. Ada dua metode yang diizinkan dalam
perpajakan, yaitu metode rata-rata (average) dan metode masuk pertama keluar
pertama (first in first out). Dalam keadaan inflasi, metode average akan menghasilkan
HPP yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode FIFO, otomatis akan
mengakibatkan laba kotor menjadi lebih kecil sehingga penghasilan kena pajak juga
akan menjadi lebih kecil.
6) Melalui pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan perpajakan yang
berlaku. Jika perusahaan mempunyai prediksi laba yang cukup besar maka dapat
dipakai metode saldo menurun sehingga biaya penyusutan tersebut dapat mengurangi
laba kena pajak dan sebaliknya jika pada awal tahun investasi diperkirakan belum bisa
memberikan keuntungan maka penyusutan menggunakan metode garis lurus karena
memberikan biaya yang lebih kecil sehingga biaya penyusutan dapat ditunda untuk
tahun berikutnya.
7) Menghindari pelanggaran peraturan perpajakan yang berlaku dan menghindari
pemeriksaan pajak oleh DirJen Pajak yang dikarenakan SPT lebih bayar, SPT rugi,
tidak menyerahkan atau terlambat menyampaikan SPT, terdapat informasi
pelanggaran, memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan.
Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a) menerapkan peraturan perpajakan dengan benar
b) usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuidiras yang seharusnya.
Disamping itu, tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen
pajak yang terdiri dari:
a) Perencanaan pajak (tax planning)
data
keuangan
yang
diperoleh
dari
bagian
akuntansi
atau
garis
menurut Mohammad
besar
pengertian
Perencanaan
Pajak
Zain dalam
(Tax
Planning)
bukunya Manajemen
Adapun
pengertian
Perencanaan
Pajak
(Tax
Planning)
menurut Nur
Hidayat dalam artikel Tax PlanningBukan Untuk Hindari Pajak (2005:1) menyebutkan
bahwa: Perencanaan Pajak (Tax Planning) adalah upaya menekan jumlah
kewajiban pajak dengan cara legal.
Perencanaan Pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen
pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar,
tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax
control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak
(tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.
Manajemen Perpajakan yang Ekonomis, Efisien, dan Efektif
Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang
masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan
perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi
atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai
dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau
dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak tersebut dapat
ditunda. Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut: (1)
tidak melanggar ketentuan perpajakan, (2) secara bisnis dapat diterima, dan (3) buktibukti pendukungnya memadai.
Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak
Aspek Formal dan Administratif
- Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan
Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
b. Tax Avoidance
Perencanaan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia saja, karena kadangkadang perusahaan juga harus berhubungan dengan negara di luar Indonesia untuk
menjalankan kegiatan perusahaanya. Untuk itu sebelum melakukan perencanaan
pajak seorang perencana pajak harus mengetahui jenis-jenis perencanaan pajak
terlebih dahulu.
Menurut Erly Suandi dalam bukunya Perencanaan Pajak (2006:122) jenisjenis perencanaan pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
-
yang dilakukan untuk meminimumkan beban pajaknya dengan cara tidak melanggar
ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Pengertian penyelundupan pajak tidak saja terbatas pada kecurangan dan
penggelapan saja, tetapi juga meliputi kelalaian memenuhi kewaiban perpajakan yang
disebabkan oleh:
a. Ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya
ketentuan perundang-undangan perpajakan tersebut.
b. Kesalahan (error), yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajkan, tetapi salah hitung datanya.
c. Kesalahpahaman (misunderstanding), yaitu wajib pajak salah dalam menafsirkan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
d. Kealpaan (negligence), yaitu wajib pajak alpa untuk menyimpan buku beserta buktibuktinya secara lengkap.
Dengan demikian, penyelundupan pajak dapat pula didefenisikan sebagai suatu tindakan
atau sejumlah tindakan yang merupakann pelanggaran terhadap ketentuan perundangundangan perpajakan, seperti:
a. Tidak dapat memenuhi pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) tepat waktunya.
b. Tidak dapat memenuhi pembayaran pajak tepat pada waktunya.
c. Tidak dapat memenuhi pelaporan penghasilan dan pengurangannya secara lengkap dan
benar.
d. Tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan.
e. Tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan pajak penghasilan karyawan yang
dipotong dan pajak-pajak lainnya yang telah dipungut.
Pembayaran dengan cek kosong bagi Negara yang dapat melakukan pembayaran pajaknya
dengan cek. Melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan dan atau tindakan intimidasi
lainnya.
C. PENUTUP
Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan, merencanakan,
dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat menguntungkan nilai bisnis
perusahaan dengantetap melaksanakan kewajiban perpajakansecara peraturan dan perundangundangan. Sehingga dengan adanya perencanaan pajak yang didukung suatukonsep manajeman
pajak yang jelas, diharapkan dapat mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ortax.org/
http://www.pajak.go.id/
http://www.scribd.com/doc/95145960/Pengertian-Dan-Manfaat-ManajemenPerpajakan#scribd