Anda di halaman 1dari 30

Alergi : Kepekaan berbeda terhadap suatu antigen

exogen
dasar
proses imunologi/ respon
Histamin: Suatu
aminatas
nabati
atau beta-imidazoliiletilamin
yg
dibentuk dari asam amino histidin oleh
hipersensitivitas
pengaruh enzim histidin dekarboksilase

Antihistamin : zat zat yang dapat mengurangi atau


menghalangi efek histamin terhadap tubuh
dengan jalan memblokir reseptor histamin.

PENDAHULUAN

Kata alergi pertama kali digunakan


oleh von Pirquet pada tahun 1906
dengan pengertian reaksi yang
berubah.
Pengertian alergi adalah respon
hipersensitifitas terhadap antigen
(allergen) yang berasal dari lingkungan.
Anafilaksis adalah proses akut dari
reaksi alergi yang melibatkan beberapa
sistem organ, yang dapat mengancam
keselamatan jiwa

ETIOLOGI
Penyakit alergi merupakan salah satu dari gangguan
medik yang paling umum ditemukan pada manusia.
Penyakit ini bisa berkembang menjadi kondisi yang berat
meliputi asma, sinusitis, infeksi pernafasan
Reaksi alergi terjadi karena obat bertanggung jawab
terhadap lebih dari 5% reaksi pengobatan selama pasien
di rawat inap di rumah sakit.

Reaksi alergi berdasarkan prinsip


kerja dibagi :
Tipe I : reaksi segera immediate dinamakan alergi atopis/
anafilaksis, terjadi pada org yg berbakat genetis., mulai kerja 5
20 menit & gejalanya bertahan lehih dari 1 jam.
* Manifestasinya: cepat
* Menggunakan mekanisme: Ig E
* Disebut juga: reaksi cepat, reaksi anafilaktik, reaksi alergi
* Mekanisme: Ag masuk tubuh merangsang Ig E
respon imun
* Respon imun: eritema, edema, vasokontriksi, penyempitan
saluran nafas
Contoh: asma bronkiale, rinitis, urtikaria, dermatitis atopi

Tipe II :

* Manifestasi: Antibodi terhadap sel


* Mekanisme: Ig G atau Ig M
* Disebut juga: reaksi sitotoksik
* Mekanisme: Ag masuk tubuh menempel
pada sel tertentu merangsang terbentuknya
Ig G atau Ig M mengaktifkan komplemen
menimbulkan lisis
* Contoh: reaksi transfusi, anemia hemolitik,
reaksi obat , SLE

3. Tipe III)
* Manifestasi: komplek antibodi antigen
* Mekanisme: Ig G atau Ig M
* Disebut juga: reaksi komplek imun
* Mekanisme: Ag masuk tubuh merangsang
terbentuknya Ig G atau Ig M mengaktifkan
komplemen melepas macrofag chemotactic
factor merusak jaringan sekitar
Contoh: demam reuma, serum sickness, reaksi
Arthus , urtikaria, nyeri otot dan sendi

4. Tipe
IV :
* Manifestasi:
hipersensitifitas lambat
* Mekanisme: sel T (tersensitasi)
* Disebut juga: reaksi tuberkulin, CMI (Cell
Mediated Immunity), DTH (Delayed Type
Hipersensitivity)
* Mekanisme: Ag masuk tubuh mesensitasi sel
T melepaskan limfokin (makrofag)
menimbulkan kerusakan jaringan
Contoh: reaksi Jones Mote, hipersensitivitas kontak,
reaksi tuberkulin, reaksi granuloma

PATOFISIOLOGI

Pada saat antigen masuk ke dalam tubuh, akan terjadi


pembebasan antibodi oleh sel plasma. Antibodi spesifik
dapat mengikat antigen yang sesuai sehingga
terbentuk kompleks antigen-antibodi. Reaksi antigenantibodi menyebabkan IgE pada sel mast
membebaskan mediator kimia, salah satunya histamin.
Histamin akan bereaksi dengan reseptor di dalam
berbagai jaringan target pada reseptor H1 atau H2.
Selama Reaksi hipersensitivitas, selain histamin juga
dilepaskan autokoid lain misalnya serotonin, kinin
plasma dan Slow reacting substance (SRS).

Aktivitas terpenting histamin


adalah:
1. Kontraksi otot polos : bronchi, usus dan rahim
2. Vasodilatasi semua pembuluh: penurunan tekanan
darah
3. Memperbesar permeabilitas kapiler : udema dan
pengembangan mukosa
4. Hipersekresi ingus, air mata, ludah, dahak dan asam
lambung
5. Stimulasi ujung saraf dengan erytema dan gatal - gatal

GEJALA DAN TANDA 1


1. Respon dari alergi (Rhinitis Alergi) :
hidung tersumbat berat,
sekresi hidung yang berlebihan, dan bersin yang
terjadi berulang dan cepat,
pruritis pada mukosa hidung, tenggorokan, ada
gangguan telinga, kemerahan pada konjungtiva,
pruritis mata dan lakrimasi.

GEJALA DAN TANDA 2


2. Respon alergi yang muncul pada kulit yaitu:
kemerahan, gatal-gatal, bidur.
Efek yang lebih berat adalah dilatasi dan peningkatan
permeabilitas kapiler di kulit menyebabkan respon
tripel klasik-pembentukan lesi urtikaria tipikal, kulit
memerah akibat vasodilatasi lokal, flare (bengkak) dan
gatal - gatal

GEJALA DAN TANDA 3


3. Respon alergi pada bronchi ( astma bronchiale )
- Vasokonstriksi bronchia
- Obstruksi bronchia: pembengkakan mukosa
dan serta banyak dahak dan kejang- kejang
- Sesak nafas

GEJALA DAN TANDA 4


4. Respon anafilaktik yang mengancam nyawa
pada individu yang peka, muncul dalam
beberapa menit setelah terpapar allergen
spesifik yang ditandai oleh:

Gangguan pernafasan.
Manifestasi kulit misalnya gatal dan urtikaria
dengan atau tanpa angiodema yang merupakan
tanda khas reaksi anafilaktik sistemik.
Gejala saluran percernaan yang terjadi adalah mual,
muntah, nyeri perut kejang dan diare.

STRATEGI TERAPI
Strategi terapi yang utama dari respon
alergi adalah non farmakologi dengan
menghentikan paparan dari penyebab
alergi (debu, makanan, pollen,musim
dsb) atau mencegah terjadinya kontak
langsung oleh zat zat yang dapat
menimbulkan alergi.

Strategi secara farmakologi juga diperlukan pada


saat reaksi telah terjadi. Terapi dari reaksi alergi
dan anafilaksis adalah :
- menghambat terlepasnya dari mediator yang
menyebabkan manifestasi alergi (seperti histamin)
- mengatasi akibat dari efek yang ditimbulkan
dengan menggunakan obat.

TATALAKSANA TERAPI

1. Manifestasi kulit.

- Epinefrin HCl, im atau sc 0.3-0,5 mg


- Difenhidramin, iv atau im, 1-2 mg/kg
- kortikosteroid seperti hidrokortison
fosfat atau suksinat, iv, 200 mg atau
metilprednisolon, iv, 1-2 mg/kg

2. Gangguan pernafasan.
- Pemberian oksigenasi yang cukup dengan cara
masker oksigen berisi saturasi oksigen di atas
90%.
- Sebagai tambahan untuk terapi umum, albuterol
dengan cara nebulisasi, 2,5-5 mg tiap 20 menit.
Untuk anak-anak, 0,15 mg/kg dengan cara
nebulisasi tiap 20 menit.
- Jika respon tidak cukup setelah 3-4 dosis
intermiten albuterol, pertimbangkan albuterol
dengan nebulisasi lanjutan, 10-15 mg/kg. Untuk
anak-anak, 0,5 mg/kg/jam dengan cara
nebulisasi lanjutan.

3. Rhinitis
- Gunakan obat obatan yang pada reaksi alergen IgE

mencegah degranulasi mastcells sehingga mediator


peradangan tidak dibebaskan: Inhalasi Nakromoglikat 4 x 20 mg dan Nedokromil 4 x 4 mg
- Antihistamin : cetirizin, loratadin, astemizol dan
terfenadin
- Kortikosteroid : Beklometazon, budesonida
- Decongestiva : Xylometazolin, oxy metazolin

4. Hipotensi.
- Jika respon terhadap terapi umum di atas tidak
cukup, berikan NS (NaCl) atau Ringer Laktat
injeksi iv 500-1000 ml pada permulaan dan
dilanjutkan pada high flow rate. Untuk anakanak, 10-20 ml/kg iv pada permulaan.
- Epinefrin HCl, iv dilanjutkan infus, 1 g/menit
(1:10000 atau 1:100000 pelarut), paling banyak
10 g/menit.
- Dopamin HCl, iv 2-5 g/kg/menit
- Glukagon iv 5-10 mg diikuti dengan 1-5 mg/jam
dengan dilanjutkan infus dapat menaikkan
myocardial contractility independent dari
reseptor.

Alergi hormonMeskipun tidak banyak, alergi terhadap progesteron


cukup sering terjadi pada wanita.
Para ahli menduga setidaknya terdapat dua penyebab yang memicu
respons alergi terhadap progesteron.
Pertama, kondisi autoimun dan kedua, karena efek dari reseptor
progesteron pada sistem kekebalan tubuh.
Kondisi autoimun terjadi saat sistem kekebalan tubuh gagal
mengidentifikasi bahan kimia atau enzim yang diproduksi oleh
tubuh sebagai bagian integral dari proses fisiologi internal.
Kegagalan identifikasi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh
menyerang zat yang dianggapnya berbahaya sehingga memicu
reaksi alergi. Dalam kasus penyebab kedua, reseptor progesteron
yang hadir dalam leukosit menyebabkan sistem kekebalan tubuh
menjadi lebih sensitif terhadap suatu objek sehingga menganggap
partikel yang seharusnya berguna sebagai ancaman.
Sebagai hormon steroid, progesteron memiliki potensi
mempengaruhi respon imun tubuh terhadap berbagai objek.

Gejala Alergi Progesteron


Peradangan pada kulit merupakan reaksi paling umum yang
diperlihatkan oleh orang yang menderita alergi progesteron.
Selain itu, ruam kulit dan jerawat selama periode produksi
progesteron saat puncak siklus menstruasi juga umum dijumpai.
Gejala yang sama akan terlihat saat orang tersebut menjalani
pengobatan, prosedur, atau terapi yang melibatkan pemberian
progesteron.
Danazol yang berasal dari modifikasi hormon testosteron dari pria,
diyakini mengurangi dan bahkan mencegah gejala alergi terhadap
progesteron

Sebagian wanita mungkin juga alergi terhadap estrogen


tetapi kasus ini jauh lebih jarang dibandingkan alergi
terhadap progesteron.
Intoleransi atau alergi terhadap kedua hormon ini sering
memicu berbagai keluhan seperti migrain saat menstruasi,
masalah kulit (eksim, folikulitis, ruam, melepuh, gatalgatal, dll), serangan asma (pada orang yang sudah
menderita asma kronis), retensi air, dll.
Alergi terhadap progesteron atau estrogen sering menjadi
hambatan bagi wanita yang ingin menjalani terapi hormon
atau terapi kesuburan

Alergi makanan memengaruhi sekitar 3-10% anak-anak.


Pada beberapa bayi, protein tidak dapat dicerna secara
optimal karena aktivitas enzim pencernaan belum sepenuhnya
berkembang. Selain itu, mereka memiliki permeabilitas
mukosa usus untuk makromolekul lebih besar daripada orang
dewasa. Akibatnya, protein yang belum dipecah lebih
banyak terserap di usus kecil sehingga menimbulkan reaksi
alergi.

Pada 80% kasus, alergi makanan menghilang di tahun-tahun awal


kehidupan. Hanya 1-2 % orang dewasa yang memiliki alergi
(perempuan dua kali lebih banyak dari laki-laki). Alergi terhadap
makanan tertentu seperti susu sapi dan putih telur cenderung
menghilang ketika anak tumbuh dewasa. Alergi udang, ikan,
kerang dan kacang-kacangan cenderung terus berlanjut
seumur hidup.
Penyebab

Penyebab
Tubuh kita dilindungi dari infeksi oleh sistem kekebalan tubuh.
Kita memproduksi sejenis protein yang disebut antibodi untuk
menandai kuman yang menyebabkan infeksi. Ada berbagai jenis
antibodi, dan yang menyebabkan reaksi alergi
disebut imunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE biasanya
dihasilkan sebagai respon terhadap infeksi parasit, seperti pada
malaria. Namun, beberapa orang memproduksi IgE sebagai
respon terhadap makanan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai