Vit A 1-2-3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam
lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus
dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Depkes RI, 2007)
Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan
zat gizi yang essensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan
konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah
sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita akibat KVA (Kekurangan
Vitamin A) akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terkena
penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya
kematian. Akibat lain yang berdampak sangat serius dari KVA adalah buta
senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan
kebutaan.Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan
angka kesakitan, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut).
Ibu nifas yang cukup mendapat vitamin A akan meningkatkan
kandungan vitamin A dalam air susu ibu (ASI), sehingga bayi yang disusui
lebih kebal terhadap penyakit. Disamping itu kesehatan ibu lebih cepat pulih.

Upaya perbaikan status vitamin A harus mulai sedini mungkin pada masa
kanak-kanak terutama anak yang menderita KVA (depkes RI,2007).
Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan
hidup. Di seluruh dunia (WHO, 1991), diantara anak-anak pra sekolah
diperkirakan terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeropthalmia tiap tahun,
kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan kornea. Diantara yang
menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam waktu satu tahun,
sedangkan diantara yang hidup 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta.
Diperkirakan pada satu waktu sebanyak 3 juta anak-anak buta karena
kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan
vitamin A pada tingkat lebih ringan. Perbedaan angka kematian antara anak
yang kekurangan dan tidak kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30%
(Almatsier, 2006).
Penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun
1992 menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia yang berumur enam bulan
hingga lima tahun, setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan
data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara di
Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A tergolong rendah
(www.sinarharapan.com, 2007).
Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance
System (NHSS), dan Departemen Kesehatan (2001) menunjukkan sekitar
50% anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengkonsumsi vitamin A dengan
cukup dari makanan sehari-hari. Siti Halati, Manajer Lapangan Operasional

HKI, mengatakan angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350
Retinol Ekvivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam
makanan

nabati

atau

hewani

yang

dikonsumsi.

Departemen Kesehatan sendiri gencar melakukan program penanggulangan


kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an. Menurut catatan Depkes, tahun
1992 bahaya kebutaan akibat kekurangan vitamin A mampu diturunkan secara
signifikan. (www.sinarharapan.com, 2007).
Hasil penelitian

yang dilakukan di lakukan di kota semarang

menunjukkan rata-rata cakupan bayi dan balita yang

mendapat kapsul

vitamin A baik di Kota Semarang maupun di Kabupaten Semarang lebih dari


90% merupakan pencapaian yang menggembirakan. Bahkan ada wilayah
yang cakupannya lebih dari 100%, ini mengindikasikan dua hal. Pertama,
realisasi pemberian kapsul vitamin A pada bayi berjalan secara simultan dan
sinergis dengan wilayah Kecamatan yang lain. Hal ini dapat di-lihat dari
adanya Kecamatan dengan cakupannya kurang dari 100%, namun di wilayah
Kecamatan yang lain cakupannya lebih dari 100%. Hal ini menunjukkan
subyek sasaran dilayani oleh Kecamatan lainnya. Kedua, kemungkinan
adalah identifikasi sasaran (bayi dan balita) yang kurang maksimal.
Pemberian kapsul vitamin A merupakan salah satu program
penanggulangan masalah kekurangan vitamin A (KVA) melalui suplementasi
vitamin A dosis tinggi 2 kali setahun. Program ini dilaksanakan untuk
mencegah berkembangnya kembali masalah xeropthalmia dengan segala

manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja, kebutaan, tingginya


kejadian penyakit infeksi, sampai dengan kematian).
Menurut data yang diperoleh dari DINKES Polewali Mandar

di

ketahui bahwa dari 20 puskesmas yang ada di Polewali Mandar puskesmas


Tinanbunglah yang paling rendah pencapaian targetnya dalam pemberian Vit
A pada balita cakupan jumlah pemberian vitamin A pada balita di Puskesmas
Tinambung sebanyak 33,7% pada bulan Februari dan 49,8% pada bulan
Agustus dari jumlah target yang diharapkan sebesar 100%. Dari data tersebut
diketahui bahwa jumlah kunjungan dengan pemberian vitamin A pada balita
pada bulan Februari hanya serbanyak 2374 dari targetnya 7038 balita dan
pada bulan Agustus hanya sebanyak 3504 dari targetnya 7038balita.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Balita tentang Pemberian Vitamin A
pada balita di Puskesmas Tinambung Kabupaten polewali mandar
Berdasarkan study awal yang di lakukan di Puskesmas Tinambung di
peroleh cakupan jumlah pemberian vitamin A pada balita di Puskesmas
Tinambung pada bulan februari hanya sebanyak 2374 dari targetnya 5369
balita dan pada bulan agustus hanya sebanyak 3504 dari targetya 5369 balita
sangat jauh dari pencapaian puskesmas-puskesmas lain Sekabupaten Polewali
mandar yang rata-rata pencapaiannya 80% .
Dari Study awal yang di lakukan diketahui bahwa penyebab
kurangnya kunjungan balita adalah karena kurangnya pengetahuan ibu balita
tentang Vit A dan jarak dari rumah mereka ke Puskesmas yang lumayan jauh

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk


meneliti tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Balita tentang

Pemberian

Vitamin A pada balita di Puskesmas Tinambung Kabupaten polewali mandar

2.1 RumusanMasalah
Dari masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah
penelitian sebagai berikut Bagaimanakah

Gambaran pengetahuan Ibu

balita tentang pemberian Vitamin A pada balita di puskesmas Tinambung


Kecamatan Tinambung Kabupaten polewali mandar Tahun 2015?".

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu balita tentang
pemberian Vit A pada balita di Puskesmas Tinambung Kabupaten
polewali mandar
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk Mengetahui pengetahuan ibu tentang pengertian
Vitamin A.
1.3.2.2 Untuk Mengetahui pengetahuan ibu tentang manfaat
Vitamin A.
1.3.2.2 Untuk Mengetahui pengetahuan ibu tentang jadwal
pemberian vitamin A

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi ibu-ibu di Posyandu Sebagai bahan masukan untuk ikut berperan
serta dalam kegiatan pelaksanaan pemberian vitamin A bagi balita.
1.4.2 Bagi Puskesmas Tinambung
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi puskesmas untuk dapat meningkatkan cakupan
pemberian vitamin A.
1.4.3 Bagi Akademi Kebidanan
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Institusi sebagai data dasar
untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.4 Bagi Penelitan
Dapat mengetahui pengetahuan Ibu balita tentang pemberian Vitamin
A pada balita di Puskesmas Tinambung Kabupaten Polewali mandar

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Tinjauan umum tentang pengetahuan
2.1.1.1 Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari pengindraan
yang terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2010).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta
dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat
memecahkan

masalah

yang

dihadapinya,

pengetahuan

diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui


pengalaman

orang

lain.

Menurut

Rogers

(1995),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku


baru dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :

1. Awarenes

(kesadaran),

dimana

responden

menyadari

dalam

arti

mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus.
2. Interest (merasa tertarik) dimana responden mulai tertarik dengan
stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul .
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
4. Trial (mencoba), dimana responden mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.
5. Adoption (beradaptasi), dimana responden sudah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
( Notoatmodjo, 2010 ).
2.1.1.2 Tingkat pengetahuan
a. Tahu
(Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk

kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat


kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterprestasi kan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan


materi yang telah dipelajari pada situasi riil (sebenarnya).
d. Analisis (Analilysis)
Analisis

adalah

suatu

kemampuan

untuk

menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen,


tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang
masih ada kaitannya antara satu dengan lainnya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis

merupakan

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam


suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria
yang sudah ada ( Notoatmodjo, 2003 ).
2.1.1.3 Proses adopsi prilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan ternyata


ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan
pemberian kapsul vitamin A pada balita di Puskesmas
Tinambung dan faktor tertinggi adalah faktor tingkat
pendidikan yaitu 73,69% dari 14 responden dengan tingkat
pendidikan dasar (SD,SLTP).
Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelumnya
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan , hal ini dikemukakan oleh
Notoatmdjo , 2010 yaitu :
a. Wareness atau kesadaran yakni orang tersebut menyadari
dalamarti mengetahui
stimulus objek terlebih dahulu.
b. Interes yaitu orang mulai tertarik terhadap stimulus.
c. Evalution yaitu menimbang-nimbang baik atau buruknya
stimulus tersebut
terhadap dirinya..
d. Adoption yaitu subjek telah berperilaku yang sama
denganm pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus.
2.1.1.4 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
memberikan seperangkat alat tes/ kuisioner tentang objek
pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya

dilakukan

penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing


pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.

2.1.2 Tinjauan umum tentang balita


Balita adalah anak usia 1-5 tahun. Usia balita adalah usia
penting dalam terhadap berbagai jenis pertumbuhan, baik jasmani
maupun rohani. Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh
seorang anak adalah keadaan gizinya. Pada usia, kondisi pertumbuhan
anak sangat pesat sehingga membutuhkan gizi yang relative lebih tinggi
dari orang dewasa. Disisi lain, alat-alat pencernaannya belum
sempurna. Oleh karena itu, pengaturan makan dan perencanaan menu
harus dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan kebutuhan gizi dan
keadaan kesehatannya (Hurlock, 2006).
2.2 Konsep variabal yang di teliti
2.2.1 Vitamin A
2.2.1.1 Pengertian Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan
vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk
kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik). dan untuk
kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk
melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi
lain) (Depkes, 2005).
Vitamin A berperan dalam penglihatan membuat kita
bisa melihat dalam cahaya redup. Vitamin A juga memberi
kekebalan tubuh, dan dengan alasan ini, vitamin A sering
diberikan kepada anak-anak sebagai suplemen di Negara

berkembang yang beresiko terkena penyakit infeksi (Oetomo,


2006).
2.2.1.2 Jenis kapsul vitamin A serta dosisnya
a. Kapsul vitamin A warna biru dengan dosis 100.000 IU
hanya diberikan untuk bayi usia 6-11 bulan.
b. Kapsul vitamin A berwama merah dengan dosis 200.000 IU
diberikan untuk balita dan ibu nifas (sediaoetama, 2008).
2.2.1.3 Manfaat Vitamin A
Dr. Warih AP mengatakan bahwa vitamin A
berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
mencegah anak dari kematian. Vitamin A memegang peranan
penting untuk pemeliharaan sel kornea dan epitel dari
penglihatan, metabolisme umum dan proses reproduksi,
membantu melindungi tubuh terhadap kanker (Astawan, 2009).
Manfaat vitamin A dalam tubuh mencakup 3 golongan
besar yaitu:
a. Fungsi dalam penglihatan
Vitamin A berperan sebagai retina (Retinene) yang
merupakan komponen dari zat penglihatan Rhodopsin (zat
yang dapat menerima rangsangan cahaya dan merubah
energi cahaya menjadi energi biolistrik yang merangsang
penglihatan) (Paath, 2005).
b. Fungsi dalam metabolisme

umum berkaitan dengan

metobolisme protein.
1) Integritas Epitel
Pada defisisensi vitamin A terjadi gangguan
struktur maupun fungsi epithelium, terutama yang

berasal dari ektoderm. Epitel kulit menebal dan tedadi


hyperkeratosis.
2) Pertumbuhan dan Perkembangan
Pada defisiensi vitamin A tedadi hambatan
pertumbuhan. Dasar hambatan pertumbuhan ini karena
sintesa proein. Adanya hambatan absorbsi vitamin A dan
karotin tedadi karena hidangan rata-rata rakyat Indonesia
mengandung rendah lemak dan protein yang diperlukan
oleh tubuh dan metabolisme vitamin A. Balita yang
kekurangan vitamin A pertumbuhannya akan terganggu,
balita terlihat kerdil dan kurus, juga mudah terserang
penyakit seperti diare, campak, dan lain-lain.
3) Permeabilitas membran
Vitamin

berperan

dalam

mengatur

permeabilitas membran maupun membran dari sub


organik selular. Melalui pengaturan permeabilitas
membrane sel vitamin A konsentrasi zat-zat gizi
dalam sel yang dipergunakan untuk metabolisme sel.
4) Pertumbuhan gigi.
Amenoblas yang membentuk email gigi sangat
dipengaruhi oleh vitamin A. Pada kondisi kekurangan
vitamin A ketika bakal gigi sedang dibentuk.
5) Produksi hormone steroid.

Pada defisiensi vitamin A terjadi hambatan pada


sintesa hormon-hormon steroid (sediaoetama, 2008)
c. Fungsi dalam proses reproduksi
Pada percobaan defisiensi vitamin A mengakibatkan
kemandulan, pada percobaan in vitro dengan pemeliharaan
jaringan ovaria dan testis terjadi hambatan perkembangan
sel reproduksi (sediaoetama, 2008). Sel ootid tidak padat
berkembang menjadi sel ovum dan sel spermatid juga
berkembang lebih jauh menjadi spermatozoa, sel tersebut
berhenti

berkembang

dan

menunjukkan

degenerasi,

kemudian diresorpsi. Wanita yang kekurangan vitamin A


mampu hamil, tetapi dengan resiko mudah terjadi
keguguran dan kesulitan dalam melahirkan (Sediaoetama,
2008).
2.2.1.4 Akibat kekurangan vitamin A
Kurang

vitamin

atau

disebut

juga

dengan

Xeroftalmia adalah kelainan pada mata akibat Kurang Vitamin


A. Kata Xeroftalmia ini diartikan sebagai mata kering karena
serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan. kalau
diperhatikan dengan teliti (bisa dilakukan oleh seorang ibu
balita), terlihat terjadi kekeringan pada selaput lendir
(konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata (Situmorang,,
2009).

Untuk mengenal mata yang kering (xeroftalmia), akan


lebih jelas bila terlebih dahulu dikenal mata yang sehat, dapat
dilihat dari bagian-bagian organ mata sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Kornea (selaput bening) benar-benar jernih


Bagian putih mata benar-benar putih
Pupil (orang-orangan mata) benar-benar hitam
Kelopak mata dapat membuka dan menutup dengan baik
Bulu mata teratur dan mengarah keluar (Situmorang, 2009).
Setelah ditahu mata yang sehat, maka selanjutnya

dengan muda dapat dilihat mata yang tidak sehat atau akibat
dari mata yang mengalami kekurangan vitamin A. Terjadinya
akibat atau kerusakan mata karena kekurngan vitamian A akan
terjadi secara bertahap sebagaimana diuraikan oleh Depkes
RI 2004, dalam program Pencegahan dan penanggulangan
Kurang Vitamin A yaitu akibat kekurangan vitamin A dapat
dimulai atau diklasifikasikan XN, X1A, X1B, X2, X3A, X3B
dan XS dapat di jabarkan sebagai berikut :
a. PERTAMA: Dimulai dari gangguan pada sel batang retina,
yang sulit beradaptasi diruang yang remang setelah terang,
ini sangat jelas terlihat ketika sore hari, dimana penglihatan
menurun pada sore hari, anak-anak biasa masuk rumah
menabrak barang yang ada dihadapannya. Istilah ini biasa
disebut dengan buta senja atau dalam bahasa Mandar buta
rarang. Masyarakat diwilayah pedesaan dan pegunungan
Kabupaten Polewali Mandar istilah buta rarang sangat

dikenal. Ironisnya cakupan pemberian vitamin A diwilayah


pedesaan terutama wilayah pegunungan terlapor cakupan
tinggi, namun kejadian-kejadiaan buta rarang masih sering
terungkap pada masyarakat. Buta Senja atau buta rarang
secara internasional diistilakan dengan XN (Xeropthalmia
Nigth)
b. KEDUA ; Bila buta senja terus terjadi dan konsumsi
vitamin A sangat rendah bahkan tidak ada dalam makanan
sehari-hari atau pada bulan februari dan agustus tidak
mendapatkan vitamin A (200.000 IU), maka tahap
selanjutnya akan terjadi bagian putih mata akan kering,
kusam, tak bersinar (Xerosis Konjungtiva-X1A). Ibu balita
bisa melihat dengan jelas ketika mencoba membuka sedikit
mata anaknya dan melihat bagian putihnya akan terlihat
dengan jelas bagian putihnya kering, kusam dan tak bersinar
serta sedikit kotor.
c. KETIGA : Setelah bagian putih mata kering,kusam dan tak
bersinar, bila konsumsi vitamin A dari makanan rendah dan
tidak mendapatkan kapsul vitamin A rutin, selanjutnya akan
terjadi penimbunan sel epitelnya dan adanya timbunan
keratin

(Bercak

Bitot=

X1B)

maka

petugas

yang

menemukannya harus merujuk ke klinik mata, kalau tidak


ditangani segera dan dirujuk ke klinik mata atau dokter
mata akan merambat pada bagian hitam mata terlihat

kering, kusam dan tak bersinar (Xerosis Kornea-X2). Dan


ini merupakan tahapan pertama terjadi kebutaan bila tidak
ditemukan atau tidak tercakup dalam pemberian vitamin A,
kalau tidak ada penyakit lain yang menyertai mungkin
masih bisa tertolong secara medik. Secara keseluruhan
Anak dengan gejala Buta senja (XN), Xerosis Konjungtiva
hingga Xerosis Kornea(X2) sepetrti terlihat pada gambar
dibwah, masih dapat disembuhkan dengan pemberian.
d. KEEMPAT : Namun tahapan-tahapn selanjutnya adalah
Keratomalasia (X3A) dari sebagian hitam mata melunak
seperti bubur. Dan selanjutnya seluruh bagian hitam mata
melunak seperti bubur (ulserasi Kornea -X3B) akan sangat
sulit untuk menghindar dari kebutaan.
e. KELIMA : Akhirnya bola mata mengecil-mengempis
(Xeroptalmia Scar- XS) terjadi BUTA YANG PERMANEN.
2.2.1.5 Efek Samping
Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu
tinggi dan terjadi dalam waktu yang lama dapat menjadi
racun (toksik) bagi tubuh. Hipertaminosis A banyak
dijumpai pada anak-anak dengan tanda-tanda cengeng,
bengkak disekitar tulang-tulang yang panjang, kulit kering
dan gatal (Sudeo utama, 2008).
Pemberian vitamin A yang berlebihan untuk waktu
yang lama dapat menyebabkan gejala pusing, rasa mual, kulit

mengelupas atu kasar, dan badan menjadi kurus (Depkes,


2005).
2.2.1.6 Jadwal pemberian kapsul vitamin A
Jadwal pemberian kapsul vitamin A menurut WHO tahun 1995
: Untuk tujuan pencegahan, pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi diberikan kepada bayi dan anak balita secara periodik,
yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari
atau Agustus, dan untuk anak balita enam bulan sekali, dan
secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus. untuk ibu
nifas dapat diberikan segera setelah melahirkan, paling lambat
30 hari setelah melahirkan.
2.2.1.7 Pencegahan dan Pengobatan, Xeroftalmia dengan Pemberian
Vitamin A Dosis Tinggi
2.2.1.7.1 Pencegahan
Prinsip

dasar

untuk

mencegah

dan

menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan


vitamin A yang cukup untuk tubuh. Selain itu,
perbaikan kesehatan secara umum turut pula
memegang peranan.
Dalam upaya menyediakan vitamin A yang
cukup untuk tubuh, ditempuh kebijaksanaan sebagai
berikut:

a. Menambahkan vitamin A pada bahan makanan


yang dimakan oleh golongan sasaran secara luas
(fortifikasi).
b. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara
berkala (Plus, 2009).
2.2.1.7.2 Pengobatan
Bila ditemukan seseorang dengan salah satu
tanda xerophthalmia seperti: buta senja, bercak
putih (bercak bitot), mata keruh atau kering:
a. Saat ditemukan:
Segera diberi 1 (satu) kapsul vitamin A
200.000 SI
b. Hari berikutnya:
1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI
c. Empat minggu berikutnya:
1 (satu) kapsul vitamin A 200.000

SI

(Situmorang, 2009).
2.2.1.8

Program pemberian Vit A


Program Suplementasi kapsul Vitamin A pada anak umur 659 bulan dan ibu nifas bertujuan tidak hanya untuk pencegahan
kebutaan tetapi juga untuk penanggulangan Kurang Vitamin A
(KVA). Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa
pemberian suplementasi kapsul vitamin A sebanyak 2 kali
setahun pada balita merupakan salah satu intervensi kesehatan
yang berdaya ungkit tinggi bagi pencegahan kekurangan vitamin
A dan kebutaan serta penurunan kejadian kesakitan dan

kematian pada balita. Pemberian kapsul vitamin A merupakan


salah satu program penanggulangan masalah kekurangan
vitamin A (KVA) melalui suplementasi vitamin A dosis tinggi 2
kali setahun. Program ini dilaksanakan untuk mencegah
berkembangnya kembali masalah xeropthalmia dengan segala
manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja, kebutaan,
tingginya kejadian penyakit infeksi, sampai dengan kematian,
Pemberian kapsul vitamin A secara gratis diberikan di
Puskesmas atau Posyandu setiap bulan Pebruari dan Agustus.
Kapsul vitamin A 100.000 SI berwarna biru diberikan pada bayi
6 11 bulan, kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah
diberikan balita 12 59 bulan yang sedang terkena campak,
diare, gizi buruk atau xeroptalmia, dan ibu nifas perlu diberikan
kapsul vitamin A dosis tinggi dengan dosis sesuai umur. Dosis
yang diberikan pada Ibu nifas (0 42 hari) adalah segera setelah
melahirkan diberikan 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI
warna merah dan 1 (satu) kapsul lagi diberikan dengan selang
waktu minimal 24 jam. Kapsul vitamin A ini diberikan tidak
lebih dari 42 hari setelah melahirkan / masa nifas (Depkes RI,
2008)
.Hasil studi gizi mikro tahun 2006 yang dilaksanakan di 10
propinsidiperoleh gambaran prevalensi xeropthalmia 0,13%, dan
indeks serumretinol <20 g/dl pada balita sebesar 14,6%.

Keadaan ini sudah jauhmembaik jika dibandingkan dengan


kondisi tahun 1992 bahwa ada 50%balita dengan serum retinol
<20 g/dl. Namun demikian, apabiladiperhitungkan dengan
jumlah balita yang ada saat ini, diperkirakanmasih ada 26.000
balita menderita xeropthalmia dan sekitar 2.920.000 balita
mempunyai serum retinol <20 g/dl.Meskipun cakupan
suplementasi vitamin A telah mencapai 71,5% (Riskesdas,2007),
namun kesenjangan antar propinsi variasinya masih cukup
tinggi,yang terendah 51,0% dan yang tertinggi 84,7%. Data
tersebut menunjukkanbahwa kegiatan suplementasi vitamin A
masih perlu ditingkatkan lagi,mengingat target yang ditetapkan
dalam Rencana Strategis Depkes tahun2005-2009 adalah
sebesar 80% pada tahun-tahun berikutnya Terkait dengan hal
tersebut, Departemen Kesehatan bekerjasama denganUNICEF,
mengadakan progran ini
memaksimalkan

diharapkan progran ini dapat

cakupan suplementasi Vitamin A ( Panduan

menejemen suplementasi Vitamin A,2009)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Penelitian


Penelitian adalah suatu usaha penyelidikan yang hati-hati dan secara
teratur terhadap suatu objek tertentu untuk memperoleh suatu kebenaran atau
bukti kebenaran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif yang digunakan
untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang. Penelitian deskriptif adalah penelitian diarahkan untuk
mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan didalam suatu komunitas
atau masyarakat (Natoatmodjo,2010: 26).
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan Gambaran pengetahuan
ibu balita tentang pemberian Vit A pada balita

3.2 Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2010:83).

Input

Proses

Pengetahuan ibu

Tinggi
balita
tentang Vit A

Gambaran
pengetahuan ibu
balita tentang
pemberian Vit A
pada balita
1.pengertian Vit A

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisia
Sintesis
Evaluasi

2. manfaat Vit A
3. jadwal pemberian
Vit A

Output

Baik
Cukup
Kurang

Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
= Berpengaruh

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Identifikasi Variabel


Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggotaanggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok

yang lainnya. Definisi lain mengatakan bahwa variable adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didaptkan oleh
satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Natoatmodjo,
2010 :103).
Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan ibu balita
tentang pemberian Vit A pada balita
3.4 Defenisi Operasional
Defenisi

operasional

adalah

mendefinisikan

variable

secara

operasional berdasarkan pengetahuan yang diamati, sehingga memungkinkan


peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara cermat suatu objek atau
fenomena. (Hidayat m c, 2007:35)
No

Variabel

Sub

Definisi

Alat Ukur

Hasil

Pengetahuan

Variable
Pengertian

Operasional
Vit A adalah
Kuesioner
salah satu zat gizi
dari golongan
vitamin yang
sangat diperlukan
oleh tubuh yang
berguna untuk
kesehatan mata
(agar dapat
melihat dengan
baik). dan untuk
kesehatan tubuh
(meningkatkan
daya tahan tubuh
untuk melawan
penyakit
misalnya
campak, diare

Ukur

ibu

balita vit A

tentang
pemberian
Vit A pada
balita

Pengeta
huan
baik
bila 76100%
jawaba
n yang
benar.

Skala
Ordinal

Pengeta
huan
cukup
bila 5675%
jawaba
n yang
benar
Pengeta
huan
kurang
bila
55%

Ordinal

dan penyakit
infeksi lain)
Manfaat

Kuesioner

jawaba
n benar
(Arikunt
o,2010)

Vit A

Jadwal
pemberian
Vit A

vitamin A
berguna untuk
meningkatkan
sistem kekebalan
tubuh, mencegah
anak dari
kematian.
Vitamin A
memegang
peranan penting
untuk
pemeliharaan
sel kornea dan
epitel dari
penglihatan,
metabolisme
umum dan proses Kuesioner
reproduksi,
membantu
melindungi tubuh
terhadap kanker

Jadwal
pemberian
vitamin A dosis
tinggi diberikan
kepada bayi dan
anak balita secara
periodik, yaitu
untuk bayi
diberikan setahun
sekali pada bulan
Februari atau

Ordinal

Agustus, dan
untuk anak balita
enam bulan
sekali, dan secara
serentak dalam
bulan Februari
dan Agustus
Tabel 3.4. Definisi Operasional

3.5 Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian


3.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
akan diteliti (Notoatmodjo, 2010:115). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tinambung
pada tahun 2014yang berjumlah 14076
3.5.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo,2010:115). Tehnik pengambilan
sampel yang digunakan adalah dengan rumus.
n =

N
1+N (d)2

Ket :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d = Tingkat Kepercayaan (0,1)
n=

14076
=
14076
2
1+14076 (0.1)
1+14076 (0,01)
=
14076
= 100
140,77
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 100
Balita

3.5.3

Sampling
Adalah cara mengambil sampel dari populasi. Tehnik
sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam
peneitian ini adalah Simple Random Sampling.

3.6 Pengumpulan dan Analisa Data


3.6.1

Waktu dan Tempat Penelitian


Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari dan
Agustus 2014 sampai batas waktu yang telah ditentukan, tempat
penelitian dilakukan di Puskesmas Tinambung.

3.6.2

Pengumpulan Data
3.6.2.1 Data Primer
Data Primer di peroleh secara langsung dari
sumbernya dan diperoleh dari jawaban pertanyaan yang di
sediakan melalui pengisian koesioner oleh responden sampel
sebagai

objek

penelitian

melalui

pengisian

lembar

pengumpulan data Gambaran pengetahuan ibu balita tentang


pemberian vit A pada Balita.

3.6.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh baik dari


tempat penelitian contohnya seperti buku laporan Puskesmas
Tinambung
3.6.3

Uji validasi
Uji Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto,tahun
2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa

yang

seharusnya

hendak

diukur.Uji

validitas

dengan

menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai


berikut. (Alimul Hidayat, 2007 : 106). Setelah melakukan uji validitas
didapatkan pertanyaan valid sebanyak 20 pertanyaan.
xy
r xy =
( x2) ( y2)
Keterangan :
r : Koefisien korelasi
x : Variabel bebas
y : Variabel terikat

3.6.4 Uji realiabilitas


Uji validitas dan reabilitas yang akan dilakukan di
Puskesmas Pekkabata Kabupaten Polewali Mandar dengan

membagikan kuesioner pada 25 orang responden, dengan


jumlah soal 20 nomor dapat digunakan sebagai alat ukur.
Selanjutnya hasil perhitungan persentase dimasukkan
dalam kriteria objektif yaitu:
1) Pengetahuan baik : 76- 100%
2) Pengetahuan cukup : 56- 75%
3) Pengetahuan kurang : <55%
Pengambilan kesimpulan hasil penelitian ini dihitung dari
rata-rata presentase penelitian setiap indikator dengan kriteria
apabila angka kejadian <55% dikategorikan sebagai pengetahuan
kurang, apabila angka kejadian 56-75% dikategorikan sebagai
pengetahuan

cukup,

apabila

angka

kejadian

76-100%

dikategorikan sebagai pengetahuan kurang


Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan dengan
lembar pengumpulan data keseluruhan valid sehingga dapat
digunakan sebagai alat ukur penelitian.
3.7 Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi objek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak-hak manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya sehingga penelitian
yang akan dilaksanakan benar- benar menjunjung tinggi kebebasan manusia
(Aziz A,2007:39). Oleh karena itu perlu diperhatikan hal sebagai berikut:
a.

Informed Consent ( Lembar persetujuan )

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti


dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak pasien (Aziz A,2007:39)
b.

Anomity ( Tanpa nama )


Masalah

etika

keperawatan

merupakan

masalah

yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek peneitian dengan cara


tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan (Aziz A,2007:39).
c.

Confidentialitity ( Kerahasiaan )
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi atau masalahmasalah

lainnya.

Semua

informasi

yang

dikumpulkan

dijamin

kerahasiaan oleh peneliti hanya kelompok atau data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Aziz A,2007:39).

Anda mungkin juga menyukai