Vit A 1-2-3
Vit A 1-2-3
Vit A 1-2-3
PENDAHULUAN
Upaya perbaikan status vitamin A harus mulai sedini mungkin pada masa
kanak-kanak terutama anak yang menderita KVA (depkes RI,2007).
Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan
hidup. Di seluruh dunia (WHO, 1991), diantara anak-anak pra sekolah
diperkirakan terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeropthalmia tiap tahun,
kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan kornea. Diantara yang
menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam waktu satu tahun,
sedangkan diantara yang hidup 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta.
Diperkirakan pada satu waktu sebanyak 3 juta anak-anak buta karena
kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan
vitamin A pada tingkat lebih ringan. Perbedaan angka kematian antara anak
yang kekurangan dan tidak kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30%
(Almatsier, 2006).
Penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun
1992 menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia yang berumur enam bulan
hingga lima tahun, setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan
data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara di
Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A tergolong rendah
(www.sinarharapan.com, 2007).
Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance
System (NHSS), dan Departemen Kesehatan (2001) menunjukkan sekitar
50% anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengkonsumsi vitamin A dengan
cukup dari makanan sehari-hari. Siti Halati, Manajer Lapangan Operasional
HKI, mengatakan angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350
Retinol Ekvivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam
makanan
nabati
atau
hewani
yang
dikonsumsi.
mendapat kapsul
di
Pemberian
2.1 RumusanMasalah
Dari masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah
penelitian sebagai berikut Bagaimanakah
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
masalah
yang
dihadapinya,
pengetahuan
orang
lain.
Menurut
Rogers
(1995),
1. Awarenes
(kesadaran),
dimana
responden
menyadari
dalam
arti
mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus.
2. Interest (merasa tertarik) dimana responden mulai tertarik dengan
stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul .
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
4. Trial (mencoba), dimana responden mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.
5. Adoption (beradaptasi), dimana responden sudah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
( Notoatmodjo, 2010 ).
2.1.1.2 Tingkat pengetahuan
a. Tahu
(Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk
adalah
suatu
kemampuan
untuk
merupakan
suatu
kemampuan
untuk
dilakukan
metobolisme protein.
1) Integritas Epitel
Pada defisisensi vitamin A terjadi gangguan
struktur maupun fungsi epithelium, terutama yang
berperan
dalam
mengatur
berkembang
dan
menunjukkan
degenerasi,
vitamin
atau
disebut
juga
dengan
dengan muda dapat dilihat mata yang tidak sehat atau akibat
dari mata yang mengalami kekurangan vitamin A. Terjadinya
akibat atau kerusakan mata karena kekurngan vitamian A akan
terjadi secara bertahap sebagaimana diuraikan oleh Depkes
RI 2004, dalam program Pencegahan dan penanggulangan
Kurang Vitamin A yaitu akibat kekurangan vitamin A dapat
dimulai atau diklasifikasikan XN, X1A, X1B, X2, X3A, X3B
dan XS dapat di jabarkan sebagai berikut :
a. PERTAMA: Dimulai dari gangguan pada sel batang retina,
yang sulit beradaptasi diruang yang remang setelah terang,
ini sangat jelas terlihat ketika sore hari, dimana penglihatan
menurun pada sore hari, anak-anak biasa masuk rumah
menabrak barang yang ada dihadapannya. Istilah ini biasa
disebut dengan buta senja atau dalam bahasa Mandar buta
rarang. Masyarakat diwilayah pedesaan dan pegunungan
Kabupaten Polewali Mandar istilah buta rarang sangat
(Bercak
Bitot=
X1B)
maka
petugas
yang
dasar
untuk
mencegah
dan
SI
(Situmorang, 2009).
2.2.1.8
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Input
Proses
Pengetahuan ibu
Tinggi
balita
tentang Vit A
Gambaran
pengetahuan ibu
balita tentang
pemberian Vit A
pada balita
1.pengertian Vit A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisia
Sintesis
Evaluasi
2. manfaat Vit A
3. jadwal pemberian
Vit A
Output
Baik
Cukup
Kurang
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
= Berpengaruh
yang lainnya. Definisi lain mengatakan bahwa variable adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didaptkan oleh
satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Natoatmodjo,
2010 :103).
Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan ibu balita
tentang pemberian Vit A pada balita
3.4 Defenisi Operasional
Defenisi
operasional
adalah
mendefinisikan
variable
secara
Variabel
Sub
Definisi
Alat Ukur
Hasil
Pengetahuan
Variable
Pengertian
Operasional
Vit A adalah
Kuesioner
salah satu zat gizi
dari golongan
vitamin yang
sangat diperlukan
oleh tubuh yang
berguna untuk
kesehatan mata
(agar dapat
melihat dengan
baik). dan untuk
kesehatan tubuh
(meningkatkan
daya tahan tubuh
untuk melawan
penyakit
misalnya
campak, diare
Ukur
ibu
balita vit A
tentang
pemberian
Vit A pada
balita
Pengeta
huan
baik
bila 76100%
jawaba
n yang
benar.
Skala
Ordinal
Pengeta
huan
cukup
bila 5675%
jawaba
n yang
benar
Pengeta
huan
kurang
bila
55%
Ordinal
dan penyakit
infeksi lain)
Manfaat
Kuesioner
jawaba
n benar
(Arikunt
o,2010)
Vit A
Jadwal
pemberian
Vit A
vitamin A
berguna untuk
meningkatkan
sistem kekebalan
tubuh, mencegah
anak dari
kematian.
Vitamin A
memegang
peranan penting
untuk
pemeliharaan
sel kornea dan
epitel dari
penglihatan,
metabolisme
umum dan proses Kuesioner
reproduksi,
membantu
melindungi tubuh
terhadap kanker
Jadwal
pemberian
vitamin A dosis
tinggi diberikan
kepada bayi dan
anak balita secara
periodik, yaitu
untuk bayi
diberikan setahun
sekali pada bulan
Februari atau
Ordinal
Agustus, dan
untuk anak balita
enam bulan
sekali, dan secara
serentak dalam
bulan Februari
dan Agustus
Tabel 3.4. Definisi Operasional
N
1+N (d)2
Ket :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d = Tingkat Kepercayaan (0,1)
n=
14076
=
14076
2
1+14076 (0.1)
1+14076 (0,01)
=
14076
= 100
140,77
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 100
Balita
3.5.3
Sampling
Adalah cara mengambil sampel dari populasi. Tehnik
sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam
peneitian ini adalah Simple Random Sampling.
3.6.2
Pengumpulan Data
3.6.2.1 Data Primer
Data Primer di peroleh secara langsung dari
sumbernya dan diperoleh dari jawaban pertanyaan yang di
sediakan melalui pengisian koesioner oleh responden sampel
sebagai
objek
penelitian
melalui
pengisian
lembar
Uji validasi
Uji Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto,tahun
2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa
yang
seharusnya
hendak
diukur.Uji
validitas
dengan
cukup,
apabila
angka
kejadian
76-100%
etika
keperawatan
merupakan
masalah
yang
Confidentialitity ( Kerahasiaan )
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi atau masalahmasalah
lainnya.
Semua
informasi
yang
dikumpulkan
dijamin
kerahasiaan oleh peneliti hanya kelompok atau data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Aziz A,2007:39).