Anda di halaman 1dari 16

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny.N

Umur

: 45 tahun

Agama

: Islam

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: buruh pabrik

Alamat

: baran jurang

Tanggal datang

: 16 juni 2014

No.RM

: 038104

II. ANAMNESIS
Anamnesis

: Autoanamnesis

Keluhan Utama

: Keluar cairan dari telinga kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang


Os mengeluh keluar cairan pada telinga kiri sejak 2 minggu sebelum ke rumah sakit.
Cairan tersebut berwarna putih kekuningan dan berbau. Keluhan ini baru pertama kali
dirasakan. Os juga mengeluh adanya nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi
pendengaran. Keluhan berupa telinga berdenging, berdengung ataupun rasa penuh di telinga
disangkal. Riwayat panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar
cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan
dari telinga. Tidak ada keluhan pada telinga kanan Os. Keluhan sakit tenggorokan, nyeri
menelan, suara sengau, benjolan di leher disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Os sering menderita batuk & pilek.
Riwayat trauma, keluar darah dari hidung, suka mengorek telinga, dan sering berenang
disangkal. Os memiliki riwayat Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Os mengaku tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini. Riwayat alergi dan asma
pada keluarga disangkal penderita.

Riwayat Alergi
Riwayat alergi seperti bersin-bersin dan gatal-gatal ketika terkena debu, atau setelah
memakan makanan tertentu disangkal. Riwayat asma juga disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status generalis

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Vital Sign

:
Tekanan darah : 200/100 mmHg
Suhu

: 36,5 0C

Nafas

: 22 x/ menit

Nadi

: 88 x/ menit

Status lokalis
Telinga
Bagian

Preaurikula

Aurikula

Retroaurikula

Kelainan

Dextra

Sinistra

Kelainan kongenital

Radang dan tumor

Trauma

Kelainan kongenital

Radang dan tumor

Trauma

Edema

Hiperemis

Nyeri tekan

Sikatriks

Fistula

Fluktuasi

Nyeri
Palpasi

Auris

pergerakan

aurikula
Nyeri tekan tragus

Kelainan kongenital

Canalis
Acustikus
Externa

Kulit

Tenang

Tenang

Sekret

+ (putih)

Serumen

Edema

Jaringan granulasi

Massa

Cholesteatoma

putih keabu-

Hiperemis

Warna

abuan

Membrana
Timpani

Intak

(+)

(-)

Retraksi

(-)

(-)

Refleks cahaya

(+)

(-)

Perforasi

(-)

(+)

Hidung
Rhinoskopi

Cavum nasi kanan

Cavum nasi kiri

anterior
Mukosa hidung

Septum nasi
Konka
dan media
Meatus

Hiperemis (+), sekret Hiperemis (+), sekret (+), massa


(+), massa (-)

(-)

Deviasi (-), dislokasi (-)

Deviasi (-), dislokasi (-)

inferior Edema (+), hiperemis Edema (+), hiperemis (+)


(+)
inferior Polip (-)

dan media
Mulut Dan Orofaring

Polip (-)

Bagian

Kelainan

Keterangan

Mukosa mulut

Tenang

Lidah

Bersih, basah,gerakan normal kesegala


arah

Mulut

Palatum molle

Tenang, simetris

Gigi geligi

Caries (-)

Uvula

Simetris

Halitosis

(-)

Mukosa

Tenang

Besar

T1 T1

Kripta :
Tonsil

Faring

Normal - Normal

Detritus :

(-/-)

Perlengketan

(-/-)

Mukosa

Tenang

Granula

(-)

Post nasal drip

(-)

Maksilofasial
Bentuk

: Simetris

Nyeri tekan

:-

Leher
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran KGB
Massa

: Tidak ada

IV. DIAGNOSIS BANDING

Otitis Media Akut (OMA)

Otitis Media Supuratif Kronik ( OMSK )

V. DIAGNOSIS
Otitis media akut stadium perforasi auris sinistra

VI. PENGELOLAAN DAN TERAPI

Pembersihan liang telinga dengan suction

Pemberian obat cuci telinga H2O2

Pemberian obat oral:

Clindamycin ( Antibiotik )

Metil prednisolon ( Kotikosteroid )

Pseudoefedrin HCl

Konsul Sp.PD untuk hipertensi

VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam

ad bonam

Quo ad functionam

ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TELINGA
1.

Anatomi telinga

Telinga terbagi atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
1.

Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari auricula atau daun telinga dan meatus acusticus externus
atau liang telinga sampai membrana timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 - 3 cm.
Pada sepertiga bagian lar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (
modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen ) dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalamnya sedikit
dijumpai kelenjar serumen.

2.

Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
- batas luar

: membran timpani

- batas depan

: tuba eustachius

- batas bawah

: Vena jugularis ( bulbus jugularis )

- batas belakang

: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

- batas atas

: tegmen timpani ( meningen / otak )

- batas dalam

: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis,

kanalis fasialis, tingkap lonjong ( oval window ), tingkap bundar ( round window
) dan promontorium.

Gambar. Telinga tengah dengan batas-batasnya


Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida hanya
berlapis, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa
mempunyai 1 lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan
sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ( cone of light ) kea rah bawah,
yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani
kanan. Refleks cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani.
Pada membran timpani terdapat 2 macam serabut, yaitu sirkuler dan radier. Serabut
inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut.
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis serarah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga
didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah belakang,
untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.
Tulang pendengaran di dalam telinga saling berhubungan. Prosesus longus
maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat
pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.
Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.

Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus
ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telings tengah dengan antrum mastoid.
Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah
nasofaring dengan telinga tengah. Bagian lateral tuba eustachius adalah yang bertulang
sementara duapertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani
terletak di sebelah atas bagian bagian bertulang sementara kanalis kortikus terletak
dibagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melitasi dasar tengkorak untuk
masuk ke faring di atas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat
dibuka melalui kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masingmasing disarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.
3.

Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibuli. Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibule di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media ( duktus
koklearis ) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan
skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan
endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibule disebut sebagai
membran vestibule ( Reissners membran ) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.

2. Vaskularisasi
Telinga di perdarahi oleh pembuluh-pembuluh darah kecil diantaranya adalah
ramus cochleae a. Labyrinthi yang memperdarahi bagian koklea, ramus vestibulares
a.labyrinthi yang memperdarahi vestibulum. V. Spiralis anterior, v. Spiralis posterior, V.
Laminae spiralis, Vv. Vestibulares, dan V. Canaliculi cochleae.

3. Persarafan
Telinga dipersarafi oleh nervus kranial ke VIII : nervus vestibulokoklearis. Nervus
ini terdiri dari dua bagian: bagian vestibuler yang mempunyai hubungan dengan
keseimbangan, serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis yang
berada pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian bergerak terus
menuju serebelum. Bagian koklearis pada nervus vestibulokoklearis adalah saraf
pendengar yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan kepada
sebuah nukleus khusus yang berada tepat dibelakang talamus, lalu dipancarkan lagi
menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus
temporalis
4.

Fisiologi pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani. Membran timpani dan system osikuler
menghantarkan suara sepanjang telinga tengah ke koklea. Membran timpani berbentuk
kerucut . melekat pada pusat membran timpani adalah tangkai dan maleus. Pada sisi
lain, maleus terikat dengan kuat pada inkus oleh ligamen-ligamen sehingga pada saat
maleus bergerak , inkus mergerak. Ujung yang berlawanan dari inkus sebaliknya
berartikulasi dengan batang stapes, dan permukaan wajah dari stapes terletak bertolak
belakang dengan mmbran labirin pada muara fenestra ovalis, dimana gelombang suara
dihantarkan ke telinga dalam, koklea.
Osikel dari telinga tengah ditunjang oleh ligamen-ligamen sedemikian rupa
hingga maleolus dan inkus bergabubg, bertindak sebagai pengungkit tunggal dengan
fulkrumnya terletak kurang lebih pada perbatasan membran timpani.
Artikulasi inkus dengan stapesmenyebabkan stapes terdorong ke depan pada
cairan koklear setiap saat membran timpani dan tangkai maleous bergerak ke dalam,
dan terdorong ke belakang pada cairan setiap saat maleus bergerak keluar, sehingga
mencetuskan gerakan ke dalam dank e luar dari permukaan wajah pada fenestra ovali.
Tangkai maleus secara konstan tertarik kedepan oleh muskulus tensor timpani,
yang menyebabkan membran timpani tetap tegang. Keadaan ini menyebabkan getaran
suara pada setiap bagian membran timpani dikirim ke maleus, hal ini tidak akan terjadi
bila membran tersebut longgar.

Getaran yang menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah


melalui rangkaian tulang pendengaran yg telah dijelaskan diatas, kemudian akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong.
Sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran
reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara
membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka
dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dan badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis
yang akan menimbulkan potensial aksipada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai korteks pendengaran di lobus temporali.

5. Sistem Vestibularis
Reseptor system ini adalah sel rambut yang terletak dalam Krista kanalis
semisirkularis dan macula dari organ otolit. Secara fungsional terdapat 2 jenis sel. Selsel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan
sudut ( yaitu perubahan dalam kecepatan sudut ), sedangkan sel-sel pada organ otolit
peka terhadap gerak linier, khususnya percepatan linier dan terhadap perubahan posisi
kepala relative terhadap gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan
linier ini disebabkan oleh geometri dari kanalis dan organ otolit serta cirri-ciri fisik dari
strukur-struktur yg menutupi sel-sel rambut.

Otitis Media Akut


Otitis media adalah peradangan pada sebagian ataus seluruh mukosa telinga tengah,
Tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan
klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi otitis media supuratif dan otitis
media non supuratif. Pembagian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2

Otitis Media
akut

Resiko rendah
dan resiko
tinggi

Otitis Media
subakut

Otitis Media

Otitis Media
kronik

Tipe aman dan


bahaya

Skema pembagian otitis media


Otitis Media Akut
Telinga tengah biasanya steri, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring.
Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga
tengah oleh silia mukosa Tuba Eusthachius, enzim dan antibody. Otitis media terjadi karena
pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan Tuba Eustachius merupakan factor penyebab utama
dari otitis media, karena fungsi tuba terganggu maka pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah dan terjadi peradangan . Dikatakan juga pencetus terjadi OMA ialah infeksi
saluran pernapasan atas. Pada anak, makin sering terserang infeksi saluran pernapasan makin
besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA lebih mudah karena tuba
Eustachiusnya lebih pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Klasifikasi berdasarkan
waktu:
Akut < 3 minggu
Subakut 3 minggu 2 bulan
Kronis > 2 bulan
Patologi
Kuman penyebab utama OMA adalah bakteri piogenik seperti Streptokokus
hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang ditemukan Hemofilus
influenza, Escherria colli, Streptokokus anhemolitikus, Pseudomonas aerogina

Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium:
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)
3. Stadium Supurasi
4. Stadium Perforasi
5. Stadium Resolusi
Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Absorpsi udara (akibat tekanan negatif pada telinga tengah)
Retraksi membran timpani
Membran timpani : normal atau keruh pucat

Stadium Hiperemis
Pelebaran pembuluh darah
Hiperemis, edema mukosa, sekret eksudat masih bersifat serosa (sukar terlihat)

Stadium Supurasi
Edema hebat, Eksudat purulen, Membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang
telinga luar
Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu, nyeri hebat di telinga

Jika tekanan nanah tidak berkurang ->iskemia ->tromboflebitis vena kecil dan
nekrosis mukosa ->ruptur
Dengan miringotomiluka insisi menutup kembali
Rupturlubang tempat ruptur tidak mudah menutup kembali

Stadium Perforasi
Ruptur membran timpani
Sekret berupa nanah mengalir ke telinga luar
Anak menjadi lebih tenang, suhu badan turun

Gejala klinik OMA


Gejala klinik bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang
sudah dapat berbicara keluhan utama adalah nyeri di dalam telinga, keluhan di samping suhu
tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih
besar atau orang dewas, selain rasa nyeri dapat pula terjadi gangguan pendengaran berupa
rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA
adalah suhu tubuh yang tinggi sampai 39,5c (pada stadium supurasi), anak gelisah, susah
tidur, diare, kejang,kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi rupture membrane
timpani maka secret mengalir ke liang telinga tengah , suhu tubuh anak mulai turun dan anak
tertidur tenang.

Penatalaksanaan
Penatalaksaan OMA bergantung stadiumnya penyakitnya.
Stadium Oklusi
-

Obat tetes hidung (HCL efedrin 0.5 % / 1 % )

Antibiotika

Stadium Hiperemis
-

Antibiotik (golongan penisilin atauampisilin) biasa dipakai amoxicillin (80


mg/kg/hr)

Obat tetes hidung

Analgetik

Antipiretik

Stadium Supurasi
-

Antibiotika

Miringotomi yaitu suatu tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani,
agar terjadi drainase secret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Lokasi
miringiotomi adalah di kuadran posterior-inferior. Komplikasi :Perdarahan
akibat trauma, Dislokasi pada liang telinga luar, Dislokasi tulang pendengaran,
Trauma pada fenestra rotundum, n. fasialis, Bulbus jugulare (bila ada
adnomali letak)

Stadium Perforasi
-

H202 3 % 3-5 hari

Antibiotik yang adekuat

Stadium Resolusi
-

Antibiotika sampai 3 minggu

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams L George, boies L, dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta 1997
2. Soepardi, Efiaty Arsyad dan Nurbaiti Iskandar (ed.). 2006. Buku Ajar Telinga
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai