LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.N
Umur
: 45 tahun
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: buruh pabrik
Alamat
: baran jurang
Tanggal datang
: 16 juni 2014
No.RM
: 038104
II. ANAMNESIS
Anamnesis
: Autoanamnesis
Keluhan Utama
Riwayat Alergi
Riwayat alergi seperti bersin-bersin dan gatal-gatal ketika terkena debu, atau setelah
memakan makanan tertentu disangkal. Riwayat asma juga disangkal.
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
:
Tekanan darah : 200/100 mmHg
Suhu
: 36,5 0C
Nafas
: 22 x/ menit
Nadi
: 88 x/ menit
Status lokalis
Telinga
Bagian
Preaurikula
Aurikula
Retroaurikula
Kelainan
Dextra
Sinistra
Kelainan kongenital
Trauma
Kelainan kongenital
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Nyeri
Palpasi
Auris
pergerakan
aurikula
Nyeri tekan tragus
Kelainan kongenital
Canalis
Acustikus
Externa
Kulit
Tenang
Tenang
Sekret
+ (putih)
Serumen
Edema
Jaringan granulasi
Massa
Cholesteatoma
putih keabu-
Hiperemis
Warna
abuan
Membrana
Timpani
Intak
(+)
(-)
Retraksi
(-)
(-)
Refleks cahaya
(+)
(-)
Perforasi
(-)
(+)
Hidung
Rhinoskopi
anterior
Mukosa hidung
Septum nasi
Konka
dan media
Meatus
(-)
dan media
Mulut Dan Orofaring
Polip (-)
Bagian
Kelainan
Keterangan
Mukosa mulut
Tenang
Lidah
Mulut
Palatum molle
Tenang, simetris
Gigi geligi
Caries (-)
Uvula
Simetris
Halitosis
(-)
Mukosa
Tenang
Besar
T1 T1
Kripta :
Tonsil
Faring
Normal - Normal
Detritus :
(-/-)
Perlengketan
(-/-)
Mukosa
Tenang
Granula
(-)
(-)
Maksilofasial
Bentuk
: Simetris
Nyeri tekan
:-
Leher
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran KGB
Massa
: Tidak ada
V. DIAGNOSIS
Otitis media akut stadium perforasi auris sinistra
Clindamycin ( Antibiotik )
Pseudoefedrin HCl
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
ad bonam
Quo ad functionam
ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TELINGA
1.
Anatomi telinga
Telinga terbagi atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
1.
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari auricula atau daun telinga dan meatus acusticus externus
atau liang telinga sampai membrana timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 - 3 cm.
Pada sepertiga bagian lar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (
modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen ) dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalamnya sedikit
dijumpai kelenjar serumen.
2.
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
- batas luar
: membran timpani
- batas depan
: tuba eustachius
- batas bawah
- batas belakang
- batas atas
- batas dalam
kanalis fasialis, tingkap lonjong ( oval window ), tingkap bundar ( round window
) dan promontorium.
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus
ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telings tengah dengan antrum mastoid.
Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah
nasofaring dengan telinga tengah. Bagian lateral tuba eustachius adalah yang bertulang
sementara duapertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani
terletak di sebelah atas bagian bagian bertulang sementara kanalis kortikus terletak
dibagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melitasi dasar tengkorak untuk
masuk ke faring di atas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat
dibuka melalui kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masingmasing disarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.
3.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibuli. Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibule di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media ( duktus
koklearis ) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan
skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan
endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibule disebut sebagai
membran vestibule ( Reissners membran ) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.
2. Vaskularisasi
Telinga di perdarahi oleh pembuluh-pembuluh darah kecil diantaranya adalah
ramus cochleae a. Labyrinthi yang memperdarahi bagian koklea, ramus vestibulares
a.labyrinthi yang memperdarahi vestibulum. V. Spiralis anterior, v. Spiralis posterior, V.
Laminae spiralis, Vv. Vestibulares, dan V. Canaliculi cochleae.
3. Persarafan
Telinga dipersarafi oleh nervus kranial ke VIII : nervus vestibulokoklearis. Nervus
ini terdiri dari dua bagian: bagian vestibuler yang mempunyai hubungan dengan
keseimbangan, serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis yang
berada pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian bergerak terus
menuju serebelum. Bagian koklearis pada nervus vestibulokoklearis adalah saraf
pendengar yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan kepada
sebuah nukleus khusus yang berada tepat dibelakang talamus, lalu dipancarkan lagi
menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus
temporalis
4.
Fisiologi pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani. Membran timpani dan system osikuler
menghantarkan suara sepanjang telinga tengah ke koklea. Membran timpani berbentuk
kerucut . melekat pada pusat membran timpani adalah tangkai dan maleus. Pada sisi
lain, maleus terikat dengan kuat pada inkus oleh ligamen-ligamen sehingga pada saat
maleus bergerak , inkus mergerak. Ujung yang berlawanan dari inkus sebaliknya
berartikulasi dengan batang stapes, dan permukaan wajah dari stapes terletak bertolak
belakang dengan mmbran labirin pada muara fenestra ovalis, dimana gelombang suara
dihantarkan ke telinga dalam, koklea.
Osikel dari telinga tengah ditunjang oleh ligamen-ligamen sedemikian rupa
hingga maleolus dan inkus bergabubg, bertindak sebagai pengungkit tunggal dengan
fulkrumnya terletak kurang lebih pada perbatasan membran timpani.
Artikulasi inkus dengan stapesmenyebabkan stapes terdorong ke depan pada
cairan koklear setiap saat membran timpani dan tangkai maleous bergerak ke dalam,
dan terdorong ke belakang pada cairan setiap saat maleus bergerak keluar, sehingga
mencetuskan gerakan ke dalam dank e luar dari permukaan wajah pada fenestra ovali.
Tangkai maleus secara konstan tertarik kedepan oleh muskulus tensor timpani,
yang menyebabkan membran timpani tetap tegang. Keadaan ini menyebabkan getaran
suara pada setiap bagian membran timpani dikirim ke maleus, hal ini tidak akan terjadi
bila membran tersebut longgar.
5. Sistem Vestibularis
Reseptor system ini adalah sel rambut yang terletak dalam Krista kanalis
semisirkularis dan macula dari organ otolit. Secara fungsional terdapat 2 jenis sel. Selsel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan
sudut ( yaitu perubahan dalam kecepatan sudut ), sedangkan sel-sel pada organ otolit
peka terhadap gerak linier, khususnya percepatan linier dan terhadap perubahan posisi
kepala relative terhadap gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan
linier ini disebabkan oleh geometri dari kanalis dan organ otolit serta cirri-ciri fisik dari
strukur-struktur yg menutupi sel-sel rambut.
Otitis Media
akut
Resiko rendah
dan resiko
tinggi
Otitis Media
subakut
Otitis Media
Otitis Media
kronik
Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium:
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)
3. Stadium Supurasi
4. Stadium Perforasi
5. Stadium Resolusi
Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Absorpsi udara (akibat tekanan negatif pada telinga tengah)
Retraksi membran timpani
Membran timpani : normal atau keruh pucat
Stadium Hiperemis
Pelebaran pembuluh darah
Hiperemis, edema mukosa, sekret eksudat masih bersifat serosa (sukar terlihat)
Stadium Supurasi
Edema hebat, Eksudat purulen, Membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang
telinga luar
Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu, nyeri hebat di telinga
Jika tekanan nanah tidak berkurang ->iskemia ->tromboflebitis vena kecil dan
nekrosis mukosa ->ruptur
Dengan miringotomiluka insisi menutup kembali
Rupturlubang tempat ruptur tidak mudah menutup kembali
Stadium Perforasi
Ruptur membran timpani
Sekret berupa nanah mengalir ke telinga luar
Anak menjadi lebih tenang, suhu badan turun
Penatalaksanaan
Penatalaksaan OMA bergantung stadiumnya penyakitnya.
Stadium Oklusi
-
Antibiotika
Stadium Hiperemis
-
Analgetik
Antipiretik
Stadium Supurasi
-
Antibiotika
Miringotomi yaitu suatu tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani,
agar terjadi drainase secret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Lokasi
miringiotomi adalah di kuadran posterior-inferior. Komplikasi :Perdarahan
akibat trauma, Dislokasi pada liang telinga luar, Dislokasi tulang pendengaran,
Trauma pada fenestra rotundum, n. fasialis, Bulbus jugulare (bila ada
adnomali letak)
Stadium Perforasi
-
Stadium Resolusi
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams L George, boies L, dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta 1997
2. Soepardi, Efiaty Arsyad dan Nurbaiti Iskandar (ed.). 2006. Buku Ajar Telinga
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.