OLEH:
SRI YUNIARTI
PPN 14251
MARIANA PEREIRA
PPN 14212
RUSMYATI
PPN 14242
LEURA
Pengertian
a.
PPOK
Merujuk
pada
sejumlah
gangguan
yang
mempengaruhi
pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah
Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M.
& Matassarin,.E. J. 1993).
b.
Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus
menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3
kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan
Asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah
komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996).
2.
Klasifikasi
a.
Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang
berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk
kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling
sedikit 2 tahun berturut turut.
b.
Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding
alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar
c.
Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan
yang menyeluruh dari saluran nafas.
Asthma dibedakan menjadi 2 :
1) Asthma Bronkiale Alergenik
2) Asthma Bronkiale Non Alergenik
3.
PENYEBAB PPOK
a.
Bronkitis Kronis
1) Faktor tak diketahui
2) Merokok
3) Polusi Udara
4) Iklim
b.
Emphysema
1) Faktor tak diketahui
2) Predisposisi genetik
3) Merokok
4) Polusi udara
c.
Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5. obat-obatan
6. Polusi udara
7. lingkungan kerja
8. Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)
4.
Patofisiologi / patway
5.
EMPHYSEMA
Usia 30 40 tahun
BRONKHITIS
20 30 tahun batuk akibat
merokok (cacat pada usia
Minimal
Dispnea relatif dini
Ketidakseimbangan minimal
Kurus dan ramping
Dada seperti tong
Hyperventilasi
FEV 1 rendah
pertengahan)
Banyak sekali
Lambat
Ketidakseimbangan nyata
Gizi cukup
Tidak membesar
Hypoventilasi
FEV 1 rendah
Pa O2
Norml/rendah
moderat
Meningkat
Sa O 2
Polisitemia
Normal
Normal
Desaturasi
Hb
dan
Jarang
meningkat
Sering
Sputum
Dispne
Rasio V/Q
Bnetuk Tubuh
Diameter AP dada
Gambaran respirasi
Volume Paru
Sianosis
6.
Hematokrit
PENATALAKSANAAN
Intervensi medis bertujuan untuk :
1) Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan
membersihkan secret yang berlebihan
2) Memelihara keefektifan pertukaran gas
3) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
4) Meningkatkan toleransi latihan.
5) Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus)
6) Mencegah allergen/iritasi jalan nafas
7) Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai
adanya obstruksi jalan nafas kronis.
b) Bronkodilator
Adrenergik
selektif
Non adrenergik : aminophilin, tefilin
c)
Antihistamin
d) Steroid
e)
Antibiotic
f)
Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.
2) Hygiene Paru.
Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian
meningkatkan kerja silia dan menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase
3) Exercise
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal
agar lebih efektif.
Dilaksanakan dengan jalan sehat.
4) Menghindari bahan iritans
Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu
juga mencegah adanya alergen yang masuk tubuh.
5) Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dipsnea.
Pemberian porsi yang kecil namun sering lebih baik daripada makan
langsung banyak.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian :
a. Riwayat atau faktor penunjang :
b.
c.
Alergen.
Stress emosional.
Polusi udara.
Pemeriksaan fisik :
a.
Peningkatan dispnea.
b.
Takipnea.
Asthma
Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan
perasaan dada seperti terikat.
Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat
terdengar tanpa stetoskop.
Pernafasan cuping hidung.
Ketakutan dan diaforesis.
Bronkhitis
Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabuabuan, yang biasanya terjadi pada pagi hari.
Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.
Sesak nafas
Emphysema
Penampilan fisik kurus dengan dada barrel chest
(diameter thoraks anterior posterior meningkat sebagai
akibat hiperinflasi paru-paru).
Fase ekspirasi memanjang.
2.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.
Sputum :
Pemeriksaan gram
Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.
Pada emphysema paru :
a. Distensi >
b. Diafragma letak rendah dan
mendatar.
c. Ruang udara retrosternal > (foto
lateral).
d. Jantung tampak memanjang dan
menyempit.
EKG.
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudah terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan Ppulmonal pada hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio
R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat
RBBB inkomplet.
Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.
Aktivitas
dan
Istirahat
Gejala
Tanda
Sirkulasi
Gejala
Tanda
Integritas ego
Gejala/tanda
Makanan/cairan
Gejala
Tanda
Hygiene
Gejala
Tanda
Pernafasan
Gejala
Penurunan
Kemampuan/peningkatan
kebutuhan
bantuan
Tanda
Seksualitas
Interaksi sosial
Gejala
tanda
Libido menurun
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan antar keluarga
10
3.
S:
Klien mengatakan selalu
ingin batuk dan susah
bernafas.
O:
1. Bunyi nafas : Ronki,
wheezing, redup.
2. Perkusi hypersonor
pada area paru.
3. Batuk menetap
dengan produksi
sputum (+)
4. Sianosis
5. Gelisah
6. Perubahan frekuensi
dan irama nafas
3.
O:
Klien hanya makan
beberapa sendok dari
makanan yang disajikan.
S:
Klien mengeluh sesak
nafas pada waktu makan
ETIOLOGI
Edema, spasme
bronkus, peningkatan
secret bronkiolus
Obstruksi bronkiolus
awal fase ekspirasi
Udara terperangkap
dalam alveolus
Tekanan O2 rendah,
tekanan CO2
meningkat
Gangguan pertukaran
gas
Edema, spasme
bronkus, peningkatan
secret bronkioulus
Peradangan/inflamasi
Sputum meningkat
Batuk
MASALAH
Gangguan pertukaran
gas
Inflamasi
Infeksi
Leukosit meningkat
Imun menurun
Anoreksia
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan
pemenuhan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
11
4.
S : biasanya klien
mengeluh sesak nafas.
O:
-Menggunakan otot
pernafasan tambahan
-Respirasi <11-24 x/mnt
-Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
Edema, spasme
bronkus, peningkatan
secret bronkioulus
Pola nafas
efektif
tidak
Obstruksi bronkiolus
awal fase ekspirasi
Edema terperangkap
dalam alveoli
4.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
5.
Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari
masing-masing masalah yang ditemukan.
Tujuan Penatalaksanaan
Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
Kriteria Keberhasilan :
12
13
DIAGNOSA
1.
TUJUAN
KEPERAWATAN
Gangguan
pertukaran Klien mampu menunjukkan 1.
Memantau
kegawatan pernafasan
(warna)
tampak cianosis
otot 1.
pernafasan, peningkatan
normal
produksi
Warna
mukus
atau 2.
spasme bronkus.
2.
3.
kulit
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
3.
perifer
perkembangan
4.
klien
3.
RR : 12 24 x /menit
4.
5.
banyak Okigen
5.
Batuk (-)
6.
6.
Ketidaknyamanan
oksiegn
dada
()
7.
8.
Dyspnea ()
7.
Kolaborasi untuk
7.
a.
system
pernafasan
b.
dan
hati (sedatif/narkotik).
2.
Bersihan
jalan
Memantau
tingkat
kepatenan
14
tidak
berhubungan
a.
b.
Gunakan
ketidakadekuatan batuk, 1.
Mampu
peningkatan
mendemonstrasikan batuk
produksi
mukus/peningkatan
sekresi lendir
c.
(jika
perlu
untuk
membersihkan/membebaskan
mengeluarkan sekret)
terkontrol
2.
suction
2.
jalan nafas
jalan nafas
kemajuannya.
3.
4.
Mengencerkan
secret
ekspektorans
mudah dikeluarkan
mengencerkan sekert
agar
5.
Menghindarkan
bahan
iritan
atau
jalan nafas
kontak
dengan
individu
yang
menderita influenza
3.
Gangguan
kebutuhan Klien
akan
menunjukkan 1.
b.
c.
15
nutrisi
kurang
kebutuhan
berhubungan
dari kemajuan/peningkatan
status
makan/masukan. Evaluasi BB
anoreksia.
tubuh nutrisi
Dan
juga
sering
ketidakadekuatan intake a.
kehilangan
peningkatan
kerja
lanjut
pernafasan,
kesulitan b.
dan
cairan meningkat
/nafsu makan
BB
c.
d.
menurun
lebih 2.
3.
2.
rangsangan
karbont
e.
f.
g.
pencrnaan
4.
respon
mual/muntah berkurang
5.
5.
menegah
perut
penuh
dan
6.
Menentukan diit
yang
tepat
4.
1.
Posisikan
ventilasi
pasien
untuk
memaksimalkan
1.
Meningkatkan
maksimal,
inspirasi
meningkatkan
16
pernafasan.
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah)
2. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
abnormal).
3. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
pengeluaran
secret
memperbaiki ventilasi.
untuk
2.
2.
3.
3.
4.
Berikan bronkodilator.
4.
5.
5.
Takikardi
sebagai
akibat
hipoksemia dan kompensasi
upayah peningkatan aliran
darah dan perfusi jaringan.
Memudahkan pengenceran dan
pembuangan secret
Mempertahankan pa02 di atas
60 mmHg dan saturasi 02 >
95%
6.
6.
7.
7.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensens Medical surgical Nursing A
Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.
Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.
Penerbit EGC. Jakarta.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk
Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep
Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.
18
19