I. PENDAHULUAN
Tanaman karet ( Heavea brasiliensis ) telah menjadi salah satu penyokong perekonomian
Indonesia yang cukup signifikan sejak beberapa dekade. Perkebunan karet semakin menarik
minat investor tidak terkecuali petani, terutama pada lima tahun terakhir sejak harga karet alam
dunia meningkat pada awal tahun 2002 2003. Perkembangan investasi kebun sedikit menurut
akibat krisis global setelah pertengahan tahun 2008 2009 , para petani seakan berlomba
untukmenanam karet, bahkan pada daerah yang dulu bukan daerah tradisional karet .
Pengadaan bibit karet klonal dengan
okulasi masih merupakan cara perbanyakan
terbaik pada tanaman karet. Klon sebagai
batang atas diperoleh melalui seleksi dan
diperbanyak secara klonal melalui okulasi.
Batang bawah merupakan tanaman dari benih.
Benih
tanaman
karet
termasuk
benih
rekalsitran sehingga perlu dikelolah secara tepat dan tepat hingga ditanam dilahan pembibitan
batang bawah .
Menurut undang undang No 12 tahun 1992, klon anjuran komersial yakni klon unggul
yang di anjurkan untuk penanaman komersial dalam sekala luas, disebut benih bina. Klon
harapan , yakni klon klon baru yang memiliki beberapa sifat keunggulan lebih baik dari sifat klo
anjuran komersial, tetapi belom teruji secara luas. Dianjurkan penanaman dalam skala terbatas
hanya untuk perkebunan besar. Pusat penelitian karet 4-5 tahun selalu melepas klon klon
unggul dan harapan
kelemahan. Berbagai penelitian bioteknologi terus dilakukan oleh lembaga lembaga penelitian
karet dunia untuk mengatasi kelemahan teknik okulasi yang selama ini menjadi pakem. Selain
itu penelitian bioteknologi pun akan mengefisienkan prosedur penyediaan bahan tanaman dan
meningkatkan potensi genetik sejalan dengan
kemajuan teknologi yang tersedia. Penelitian
yang berbasiskan Embryogenesis Somatic ( SE )
dan Microcutting merupakan jalan utama yang
ditelusuri
oleh
penelitian.
Embryogenesis
sehingga memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya. Genetik klon klon karet saat ini
menyimpulkan bahwa klon klon unggul penghasil lateks dengan produksi awal yang tinggi ( >
1.500 kg kering/ha/tahun), klon klon unggul penghasil lateks kayu disirikan dengan produksi
awal yang rendah sedang (<1.500 kg kering/ha/tahun), produksi lanjutan meningkat,
pertumbuhan lilitan batang lebih cepat , potensi hasil kayu tinggi ( > 1m/pohon). Saat ini klon
karet unggul yang direkomendasikan atau di anjurkan ( periode 2010 2014 ) adalah sebagai
berikut :
Klon penghasil lateks : IRR 104, IRR 112, IRR 118, PB 260, IRR 220, BPM 24, PB 330, PB 340
Klon penghasil kayu ; IRR 70, IRR 71, IRR 72, DAN IRR 78
Benih anjuran untuk batang bawah : AVROS 2037, GT 1,
PB 260, RRIC 100, PB 330, BPM 24.
Pusat penelitian karet telah melepas 35 klo karet anjuran . ada beberapa klon yang
sudah tidak di anjurkan lagi karena produksinya lebih rendah dari klo karet yang baru dan
relative rentan terhadap penyakit. Namun, ada juga beberapa klon yang masih tetepa
dianjurkan dalam periode yang cukup lama seperti AVROS 2037 selama 24 tahun dan BPM 1, PR
255, dan PR 261 selama 20 tahun. Hingga saat ini, kegiatan penelitian pemuliaan terus dilakukan
mendapatkan klon klon unggul yang tidak hanya ditinjau dari produktivitasnya. Sejalan dengan
kebutuhan kayu dan perubahan perubahan lingkungan maupun perluasan areal ke arah
kawasan sub optimal, sebagai jawaban atas semakin meningkatnya permintaan karet alam dan
kayu dunia.
IV. PENGOLAHAN LAHAN
Masalah yang di hadapi perkebunan karet rakyat saat ini adalah produktifitas yang rendah
karena petani belum sepenuhnya menerapkan teknologi. Perkebunan karet rakyat biasanya
dikelolah dengan teknik budidaya sederhana berupa pemupukan sesuai kemampuan petani.
Karet ditanam bersama dengan pohon pohon lain seperti pohon buah buahan ( pohon
durian , pohon trembesi, dll ) yang dimana pohon pohon tersebut juga saling menguntungkan
petani. Sebaliknya, perkebunan besar dikelola dengan teknik budidaya yang lebih maju dan
intensif dalam bentuk perkebunan monokultur , yaitu hanya tanaman karet saja, untuk
memaksimalkan hasil kebun.
a. Persiapan Lahan
Pada pembukaan lahan untuk karet dikenal tiga istilah, yaitu tanaman baru ( TB ) yaitu
areal baru yang dibuka untuk ditanami karet, tanaman ulang ( TU ) yaitu areal yang
dibuka adalah bekas perkebunan karet dan akan ditanami dengan karet kembali,
tanaman konversi ( TK ) areal yang dibuka adalah bekas tanaman lain seperti sawit atau
kakao yang ditanami dengan karet. Syarat arealnya tanaman karet pada umumnya
antara lain ; a) areal rata dan dekat dengan sumber air yang cukup b). tanah berstruktur
dan tekstur baik dan cukup gembur dan c). Muda dijangkau dan bebas serangan hewan.
Pengolahan tanah dimulai dari pembabatan pohon pohon yang tumbuh. Pembabatan
dilakukan dengan cara manual dan mekanik, pohon pohon tersebut dikeringkan lalu
dibakar. Untuk lancarnya pengawasan dan pekerjaan , perkebunan karet memerlukan
jalan. Jenis jalan yang dibuat diperkebunan karet adalah jalan utama, jalan produksi,
jalan antar blok , danjalan kontrol.
b. Bedengan
Bedengan di lahan pembibitan batang bawah yang telah selesai diolah adalah
untuk mempermudah pengawasan pekerjaan, pengangkutan bahan dan alat,
pelaksanaan berbagai pekerjaan dan untuk menghindari tercampurnya jenis klon.
untuk
memperbanyak
tanaman
atau
dipakai
untuk
usaha
tani.Upayameningkatkanmutubenihdapat di uraikanberikutini ;
a.
4. Viabilitas atau daya tumbuh benih cepat menurun walupun dipertahankan dalam
kondisi lembab dan daya simpan umumnya singkat.
5. Dalam proses konservasi benih dipertahankan dengan keadaan lembab ( kadar air
32% - 35 % )
6. Benih dengan kadar air 32 35 % , jika disimpan pada suhu dibawah 0C akan
mengalami pembekuan sel
7. Kisaran suhu penyimpananbenihkaret yang baik adalah 7 10 C , karena pada
kondisi ini belum mengalami pembekuan sel.
( Sumber ; Balit Karet Sembawa. 2009 )
c.
Secara empiris pemanfaatan bibit unggul memberikan kontribusi yang besar dalam
peningkatan produktivitas kebun. Dengan menanam bibit unggul dari klon unggul
produktivitas rata rata kebun berkisar antara 1.400 2.000 Kg/ha/ tahun. Ketersediaan
bibit unggul merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan untuk meningkatkan
produktivitas perkebunan karet rakyat. Untuk meningkatkan produktifitas dan mutu benih
sebagai sumber sebagai sumber benih untuk batang bawah , balai pengawasan dan
pengujian mutu benih (BP2MB ) memiliki peran sangat penting. (anonym, 2010)
6.2 PENGELOLAAN BENIH KARET SEBAGAI BATANG BAWAH.
Daya kecambah benih karet cepat menurun. Oleh karena itu, diperlukan penanganan
yang cepat dan tepat sejak pengumpulan , pada saat dikecambahkan di bedengan hingga
ditanam di lahan pembibitan batang bawah. Adapun tindakan yang diperlukan dalam
setiap tahapan untuk pengelolaan benih karet adalah sebagai berikut
a. Pengumpulan benih
Untuk memudahkan pemungutan benih, minimal sebulan sebelum benih jatuh, areal
pemungutan dibersihkan. Sekitar dua hari sebelum pemungutan benih, dilakukan
pemungutan pendahuluan untuk memastikan bahwa benih yang dikumpulkan adalah
benih yang masih segar. Pemungutan dan pengumpulan benih sebaiknya dilakukan
setiap dua hari sekali, agar benih yang diperoleh tetap segar dan daya tumbuhnya
tinggi. Benih yang jatuh pada areal pembatas sebaiknya tidak dipungut, karena
dikawatirkan tercampur dengan benih dari klon bukan anjuran sebagai benih untuk
batang bawah.
b. Seleksi Benih
Seleksi benih bertujuan untuk mendapatkan benih yang baik dan daya kecambah
tinggi. Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam menyeleksi benih yang
baik antara lain ;
1. Memisahkan benihkaretdari kotoran
2. Memisahkan benihkaret setiap klon berdasarkn bentuk, warna, dan ukuran
3. Memisahkan benihkaretyang baik dengan cara pelentingan atau dengan
perendaman.
Benihkaret yang baik biasanya mempunyai daya lenting tinggi dan berbunyi nyaring
dan bila direndam akan tenggelam duapertiga bagian dalam air.Benih yang sudah
diseleksi dihamparkan dilantai setebal 10 cm dan sebaiknya jangan terkena sinar
matahari langsung. Bila selama penyimpanan benih karet terkena langsung sinar
matahari, benih yang semula mempunyai daya kecambah 80%, setelah 7 hari daya
kecambah akan menurun hingga 0 %. Apabila dalam proses penyimpanan ,
benihtidak terkena sinar matahari langsung maka daya kecambah akan menurun
hingga 0% setelah 14 hari.
Selama masa penyimpanan, sebaiknya
benih tidak disimpan di dalam karung
goni, karena akan menimbulkan panas
dan
fermentasi
sehingga
akan
Penutup
Keunggulan suatu klon di tentukan oleh faktor genetika, diekspresikan dalam bentuk
morfologi, anatomi dan fisiologi tanaman, serta kemampuan beradaptasi terhadap
faktor lingkungan sehingga seluruh potensi dapat di ekspresikan dengan baik. Karena itu
hasil dari pengolahan mutu benih unggul merupakan faktor utama.
SUMBER
Anonim. 2009 .
Pengelolaan
benih
karet.
digilib.litbang.deptan.go.id/
repository
Anonim., 2011.
Pembibitan
karet.
http://
gtuneland.wordpress.com/
2011/03/