Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Efusi pleura merupakan penyakit saluran pernapasan.Penyakit ini
bukanmerupakan suatu diagnosatetapi merupakan suatu gejala penyakit
yangserius yang dapat mengancam jiwa penderita 1,4. Efusi pleura merupakan
keadaan di mana cairan menumpuk di dalam rongga pleura.Dalam keadaan
normal, rongga pleura diisi cairan sebanyak 10-20 ml yang berfungsi
mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama bernapas. Jumlah cairan
melebihi volum normal dapat disebabkan oleh kecepatan produksi cairan di
lapisan pleura parietal yang melebihi kecepatan penyerapan cairan oleh pembuluh
limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral4.
Keadaan ini dapat mengancam jiwa karena cairan yang menumpuk
tersebut dapat menghambat pengembangan paru-paru sehingga pertukaran udara
terganggu.Banyak

penyakit

yang

mungkin

mendasari

terjadinya

efusi

pleura.Umumnya pasien datang dengan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk, dan
demam.Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas seperti bunyi redup
pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada
auskultasi paru.Bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml, foto toraks dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura2.
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementara 95% kasus
mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar
50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.Kejadian
efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita keganasan jika tidak
ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan kualitas hidup penderitanya
dan semakin memberatkan kondisi penderita. Paru-paru adalah bagian dari sistem
pernapasan yang sangat penting, gangguan pada organ ini seperti adanya efusi
pleura

dapat

menyebabkan

gangguan

pernapasan

dan

bahkan

dapat

mempengaruhi kerja sistem kardiovaskuler yang dapat berakhir pada kematian2,4.

Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang
dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat di
seluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara negara yang sedang
bekembang termasuk Indonesia. Di negara negara industri, diperkirakan terdapat
320 kasus efusi pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta
orang setiap tahunya menderita efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal
jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Menurut Depkes RI (2006), kasus Efusi
Pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainya. Tingginya
angka kejadian Efusi Pleura disebabkan keterlambatan penderita akibat Efusi
Pleura masih sering ditemukan faktor resiko terjadinya efusi pleura karena
lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang kurang, lingkungan yang pandat
penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta sarana dan prasarana
kesehatan yang kurang dan kurangnya pengetahuaan masyarakat tentang
kesehatan8,9.
Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang,
salah

satunya

di

Indonesia.Hal

ini

lebih

banyak

diakibatkan

oleh

infeksituberkolosis.Bila di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan


olehgagal jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika,
efusi pleura menyerang 1,3 juta orang per tahun. Di Indonesia, TB Paru adalah
peyebab utamaefusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3 efusi pleura maligna
mengenai wanita.Efusi pleura yang disebabkan karena TB lebih banyak mengenai
pria.Mortalitasdan morbiditas efusi pleura ditentukan berdasarkan penyebab,
tingkat keparahandan jenis biochemical dalam cairan pleura3,4.
Secara

geografis

penyakit

ini

terdapat

diseluruh

dunia

bahkan

menjadimasalah utama di negara negara yang sedang berkembang termasuk


Indonesia.Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan di Indonesia. Penyakit
efusi pleuradapat ditemukan sepanjang tahun dan jarang dijumpai secara sporadis
tetapi lebihsering bersifat epidemik di suatu daerah2
Dibutuhkan pengetahuan yang dalam mengenai efusi pleura untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan diagnosa serta pemberian terapi
yang tepat gunamengurangi angka kesakitan dan kematian akibat efusi pleura.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Anatomi dan Fisiologi
Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi
paru.Pleuradisusun oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak
kapiler limfadan kapiler darah serta serat saraf kecil.Pleura disusun juga oleh selsel (terutamafibroblast dan makrofag).Pleura paru ini juga dilapisi oleh selapis
mesotel.Pleuramerupakan membran tipis, halus, dan licin yang membungkus
dinding anteriortoraks dan permukaan superior diafragma. Lapisan tipis ini
mengandung kolagendan jaringan elastik.1
Pleura adalah membran serosa yang licin, mengkilat, tipis dan
transparan.Membran ini membungkus jaringan paru. Pleura terdiri dari 2 lapis:
1. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, yang melekat pada
permukaan paru.
2. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, yang berhubungan dengan
dinding dada.

Gambar 2.1 Gambaran Anatomi Pleura3

1. Pleura visceralis :

Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.

Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit

Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit


dan histiosit

Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan seratserat elastik

Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak


mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis
serta pembuluh limfe

Menempel kuat pada jaringanparu

Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura

2. Pleura parietalis

Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat
(kolagen dan elastis)

Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a.


Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor
saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur.
Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai
dengan dermatom dada

Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya

Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura4

Gambar 2.2 Anatomi Pleura Viseralis dan Pleura Parietalis

Gambar 2.3 Anatomi Pleura Pada Paru Normal (Kanan) dan Paru yang
Kolaps (Kiri)
Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang
memproduksi cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh
darah dan limfe.Membran pleura bersifat semipermiabel.Sejumlah cairan terus
menerus merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura
parietal.Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke
pembuluh limfe dan kembali kedarah. Rongga pleura adalah rongga potensial,
mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak

bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan 1.500 sel/ml. Pada manusia pleura
visceral lebih tebal dibandingkan pleura parietal, sehingga permeabilitas terhadap
air dan zat terlarutnya relatif rendah2,4.
Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura
parietalisdan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah
pemisahantoraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek
yang akansaling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran
satudengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan. Cairan pleura dalam
keadaannormal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang
pleurakemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Hal ini disebabkan
karenaperbedaan tekanan antara tekanan hidrostatik darah yang cenderung
mendorongcairan keluar dan tekanan onkotik dari protein plasma yang cenderung
menahancairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura
melalui pleuraviseralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan
oleh pleuraparietalis dan permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada pleura
parietalissehingga dalam keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di
dalamrongga pleura.1
Cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil limfosit, makrofag
dan sel mesotel.Sel polimormonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam
jumlah yang sangat kecil didalam cairan pleura.Keluar dan masuknya cairan dari
dan ke pleura harus berjalan seimbang agar nilai normal cairan pleura dapat
dipertahankan.

Gambar 2.4 Paru-Paru Normal


6

Setiap saat jumlah cairan dalam ronggapleura bisa menjadi lebih dari
cukup untuk memisahkan kedua pleura,maka kelebihan tersebut akan dipompa
keluar oleh pembuluh limfatik(yang membuka secara langsung) dari rongga
pleura ke dalammediastinum karena adanya keseimbangan antaraproduksi oleh
pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Pembentukan cairan pleura
0,01 ml/kgBB/jam, Sedangkan kapasitas sistem limp dalam menyerap cairan
pleura adalah 0,25 ml/kgBB/jam yaitu 25 x lebih besar dari pada kemampuan
pembentukannya. Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai ruang potensial.
Karenaruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik
yang jelas4,7.

Gambar 2.5 Pergerakan Cairan Pleura Secara Sederhana (Hipotesis


Neggard)
2.2 Konsep Dasar Efusi Pleura
2.2.1

Definisi Efusi Pleura


Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di

dalam kavum pleura yang terletak diantara pleura parietalis dan pleura viseralis
dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga
pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-20 ml. Cairan pleura memiliki
komposisi yang sama dengan cairan plasma tetapi dengan kadar protein lebih
rendah yaitu < 1,5 gr/dl3,4,8
Cairan pleura terakumulasi jika pembentukan cairan pleura melebihi daya
absoprsi (drainase) yang mampu dilakukan oleh limfatik.Cairan pleura dapat pula
dibentuk dari rongga peritoneum melalui lubang kecil di diafragma. Dengan
demikian efusi dapat terjadi apabila terjadi kelebihan produksi berasal dari pleura

parietal, dan rongga peritoneal serta kegagalan absoprsi akibat obstruksi


limfatik4,9.
2.2.2

Etiologi Efusi Pleura


Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh

karenapenyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan
penyebabefusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca
paru, camammae, dan lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh
karena kanker atau infeksi virus. Etiologi efusi pleura dapat disebabkan karena :
1. Hambatan reabsorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan
seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum,
dan sindroma vena cava superior
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis,

pneumonia, bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke


rongga pleura, karena tumor dan trauma. Di Indonesia 80% disebabkan
oleh tuberculosis
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragis
1. Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi
pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindroma nefrotik, asites oleh karena sirosis hepatis,
syndroma vena cava superior, tumor, meig syndrome.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi seperti penyakit TB, pneumonia dan
tumor, infark paru, radiasi, penyakit kolagen.
3. Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark
paru, tuberculosis.
Efusi pleura transudatif terjadi jika faktor sistemik yang mempengaruhi
pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.Efusi pleura
eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan
penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura tipe transudatif
dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran kadar Laktat Dehidrogenase
(LDH) dan protein di dalam cairan pleura. Efusi pleura eksudatif memenuhi
paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut ini5 :
1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,5
8

2. LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6


3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang
normal di dalam serum.
Sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga
kriteria ini.

Tabel 2.1 Perbedaan Biokimia Efusi Pleura2


Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral
dan bilateral (Miserocchi, 1991)
1. Efusi yang unilateral mempunyaikaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya
2. effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit seperti gagalan

jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus


eritematosus systemic, dan tumor.
Pada umumnya, efusipleura terjadi akibat adanya peningkatan tekanan
hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulsi kapiler, penurunan
tekanan kavum pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe
dari rongga pleura11.
2.2.3 Klasifikasi Efusi Pleura Berdasarkan Jenis Cairan Yang Terbentuk
1. Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler yang
Permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi
dibandingkanprotein

transudat.Terjadinya

perubahan

permeabilitas

membran adalah karena adanya peradangan pada pleura. Protein yang


terdapat dalam cairan pleurakebanyakan berasal dari saluran getah
9

bening.Kegagalan aliran protein getahbening ini (misalnya pada pleuritis


tuberkulosis) akan menyebabkan peningkatankonsentrasi protein cairan
pleura, sehingga menimbulkan eksudat.
Efusi pleuraeksudat dapat disebabkan oleh :
a) Pleuritis karena virus dan mikoplasma

virus

coxsackie,

Rickettsia,Chlamydia. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit


antara 100-6000/cc. Gejala penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala,
demam, malaise,mialgia, sakit dada, sakit perut, gejala perikarditis.
Diagnosa dapat dilakukandengan cara mendeteksi antibodi terhadap
virus dalam cairan efusi.
b) Pleuritis karena bakteri piogenik: permukaan pleura dapat ditempeli

olehbakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar


secarahematogen. Bakteri penyebab dapat merupakan bakteri aerob
maupunanaerob (Streptococcus paeumonie, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas,Hemophillus,

E.

Coli,

Pseudomonas,

Bakteriodes,

Fusobakterium, dan lain-lain). Penatalaksanaan dilakukan dengan


pemberian antibotika ampicillin danmetronidazol serta mengalirkan
cairan yang terinfeksi keluar darirongga pleura.
c) Pleuritis
karena
fungi
penyebabnya:
Aspergillus,Kriptococcus,

dll.

Efusi

timbul

Aktinomikosis,
karena

reaksi

hipersensitivitas lambatterhadap organisme fungi.


d) Pleuritis tuberkulosa merupakan komplikasi yang paling banyak
terjadimelalui focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah
bening, dapatjuga secara hematogen dan menimbulkan efusi pleura
bilateral. Timbulnyacairan efusi disebabkan oleh rupturnya focus
subpleural dari jaringan nekrosisperkijuan, sehingga tuberkuloprotein
yang ada didalamnya masuk ke ronggapleura, menimbukan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat. Efusi yangdisebabkan oleh TBC biasanya
unilateral pada hemithoraks kiri dan jarangyang masif. Pada pasien
pleuritis tuberculosis ditemukan gejala febris,penurunan berat badan,
dyspneu, dan nyeri dada pleuritik.
e) Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paruparu, mammae, kelenjar limfe, gaster, ovarium. Efusi pleura terjadi
bilateral denganukuran jantung yang tidak membesar. Keluhan yang

10

paling banyak ditemukanadalah sesak dan nyeri dada. Gejala lain


adalah akumulasi cairannya kembalidengan cepat walaupun dilakukan
torakosintesis berkali-kali. Patofisiologiterjadinya efusi ini diduga
karena :Infasi tumor ke pleura, yang merangsang reaksi inflamasi dan
terjadi kebocoran kapiler. Invasi tumor ke kelenjar limfe paru-paru dan
jaringan limfe pleura,bronkhopulmonary, hillus atau mediastinum,
menyebabkan

gangguanaliran

balik

sirkulasi.Obstruksi

bronkus,

menyebabkan peningkatan tekanan-tekanan negatif intra pleural,


sehingga menyebabkan transudasi. Cairan pleura yangditemukan
berupa eksudat dan kadar glukosa dalam cairan pleuratersebut mungkin
menurun jika beban tumor dalam cairan pleura cukuptinggi. Diagnosis
dibuat melalui pemeriksaan sitologik cairan pleura dan tindakan biopsi
pleura yang menggunakan jarum (needle biopsy).
f) Efusi parapneumoni adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia

bakteri,abses paru atau bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah


dijumpaipredominan sel-sel PMN dan pada beberapa penderita
cairannya berwarnapurulen (empiema). Meskipun pada beberapa kasus
efusi parapneumonik inidapat direabsorpsi oleh antibiotik, namun
drainase kadang diperlukan padaempiema dan efusi pleura yang
terlokalisir. Menurut Light, terdapat 4indikasi untuk dilakukannya tube
thoracostomy pada pasien dengan efusiparapneumonik yaitu : adanya
pus yang terlihat secara makroskopik di dalam kavum pleura,
mikroorganisme terlihat dengan pewarnaan gram pada cairan pleura,
kadar glukosa cairan pleura kurang dari 50 mg/dl, nilai pH cairan pleura
dibawah 7,00 dan 0,15 unit lebih rendahdaripada nilai pH bakteri.
Penanganan keadaan ini tidak boleh terlambat karena efusi
parapneumonikyang mengalir bebas dapat berkumpul hanya dalam
waktu beberapa jam saja.
pleura
karena

g) Efusi

penyakit

kolagen:

SLE,

Pleuritis

Rheumatoid,Skleroderma
h) Penyakit AIDS, pada sarkoma kapoksi yang diikuti oleh efusi
parapneumonik.
2. Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler
hidrostatikdan koloid osmotic menjadi terganggu, sehingga terbentuknya

11

cairan pada satusisi pleura akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya.
Biasanya hal ini terjadipada keadaan seperti : meningkatnya tekanan
kapiler sistemik, meningkatnya tekanan kapiler pulmoner, menurunnya
tekanan koloid osmotic dalam pleura, menurunnya tekanan intra pleura.
Efusi plura transudat dapat terjadi pada :
a) Gangguan kardiovaskular
Penyebab terbanyak adalah decompensatio

cordis.Sedangkan

penyebablainnya adalah perikarditis konstriktiva, dan sindroma vena


kava superior.Patogenesisnya adalah akibat terjadinya peningkatan
tekanan vena sistemikdan tekanan kapiler dinding dada sehingga terjadi
peningkatan filtrasi padapleura parietalis. Di samping itu peningkatan
tekanan kapiler pulmonal akanmenurunkan kapasitas reabsorpsi
pembuluh darah subpleura dan aliran getahbening juga akan menurun
(terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongga pleuradan paru-paru
meningkat. Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruhrongga
dada dapat juga menyebabkan efusi pleura yang bilateral.Tapi hal
yangsulit untuk diterangkan adalah kenapa efusi pleuranya lebih sering
terjadipada sisi kanan.Terapi ditujukan pada payah jantungnya.Bila
kelainanjantungnya teratasi dengan istirahat, digitalis, diuretik dll, efusi
pleura

jugasegera

menghilang.Kadang-kadang

torakosentesis

diperlukan juga bilapenderita amat sesak.


b) Hipoalbuminemia
Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan
pleuradibandingkan dengan tekanan osmotik darah.Efusi yang terjadi
kebanyakanbilateral dan cairan bersifat transudat.Pengobatan adalah
dengan memberikandiuretik dan restriksi pemberian garam.Tapi
pengobatan yang terbaik adalahdengan memberikan infus albumin.
c) Hidrothoraks hepatic
Mekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan pleura melalui
lubangkecil yang ada pada diafragma ke dalam rongga pleura.Efusi
biasanya di sisikanan dan biasanya cukup besar untuk menimbulkan
dyspneu berat.Apabilapenatalaksanaan medis tidak dapat mengontrol
asites dan efusi, tidak adaalternatif yang baik.Pertimbangan tindakan
yang dapat dilakukan adalahpemasangan pintas peritoneum-venosa

12

(peritoneal venous shunt, torakotomi)dengan perbaikan terhadap


kebocoran melalui bedah, atau torakotomi pipadengan suntikan agen
yang menyebakan skelorasis.
d) Meigs Syndrom
Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderitapenderitadengan tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat
menimbulkansindrom serupa : tumor ovarium kistik, fibromyomatoma
dari uterus, tumorovarium ganas yang berderajat rendah tanpa adanya
metastasis. Asites timbulkarena sekresi cairan yang banyak oleh
tumornya dimana efusi pleuranyaterjadi karena cairan asites yang
masuk ke pleura melalui porus di diafragma.Klinisnya merupakan
penyakit kronis.
e) Dialisis Peritoneal
Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal.Efusi
terjadiunilateral ataupun bilateral.Perpindahan cairan dialisa dari rongga
peritonealke rongga pleura terjadi melalui celah diafragma.Hal ini
terbukti dengansamanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan
dialisa.

13

Tabel 2.2 Penyebab Efusi Pleura Transudat-Eksudat11


3. Adanya darah dalam cairan rongga pleura disebut hemothoraks. Kadar Hb
pada hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah
hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini
mungkinkarena faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan fibrinnya
diambil olehpermukaan pleura. Bila darah aspirasi segera membeku, maka
biasanya darahtersebut berasal dari trauma dinding dada .

14

2.2.4

Patofisiologi Efusi Pleura


Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga

pleuraberfungsi untuk melicinkan kedua pleura viseralis dan pleura parietalis


yangsaling bergerak karena pernapasan.Dalam keadaan normal juga selalu
terjadifiltrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui kapiler pleura parietalis
dandiabsorpsi oleh kapiler dan saluran limfe pleura parietalis dengan kecepatan
yangseimbang dengan kecepatan pembentukannya.Gangguan yang menyangkut
proses penyerapan dan bertambahnya kecepatanproses pembentukan cairan pleura
akan menimbulkan penimbunan cairan secarapatologik di dalam rongga pleura5,11
Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan
sebagai akibat transudasi (perubahan tekanan hidrostatik dan onkotik) dan
eksudasi (perubahan permeabilitas membran) pada permukaan pleura seperti
terjadi pada proses infeksi dan neoplasma. Pada keadaan normal ruangan
interpleura terisi sedikit cairan untuk sekedar melicinkan permukaan kedua pleura
parietalis dan viseralis yang saling bergerak karena pernapasan. Cairan disaring
keluar pleura parietalis yang bertekanan tinggi dan diserap oleh sirkulasi di pleura
viseralis yang bertekanan rendah. Di samping sirkulasi dalam pembuluh darah,
pembuluh limfe pada lapisan sub epitelial pleura parietalis dan viseralis
mempunyai peranan dalam proses penyerapan cairan pleura tersebut. Jadi
mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya efusi pleura pada umumnya
ialah kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulasi
kapiler, penurunan tekanan kavum pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan
penurunan aliran limfe dari rongga pleura. Sedangkan pada efusi pleura
tuberkulosis terjadinya disertai pecahnya granuloma di subpleura yang diteruskan
ke rongga pleura 7,11.
Mekanisme yang berhubungan denganterjadinya efusi pleura yaitu;
1. Kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekan onkotik pada
sirkulasikapiler
2. Penurunan tekanan kavum pleura
3. Kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari
ronggapleura.

15

Gambar 2.6 Patofisiologi Efusi Pleura

Gambar 2.7 Patofisiologi Efusi Pleura pada keadaan overhidrasi yang akan
meningkatkan filtrasi sehingga terjadi gangguan reabsorbsi cairan

16

Gambar 2.8 Patofisiologi Efusi Pleura pada keadaan peradangan yang


akan meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi gangguan
reabsorbsi cairan

Gambar 2.9 Patofisiologi Efusi Pleura pada keadaan gagal jantung


kongestif yang akan meningkatkan tekanan secara sistemik
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan
bebasdalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain:
1. penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura
2. gagal jantungyang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer
menjadisangat

tinggi

sehingga

menimbulkan

yangberlebihan ke dalam rongga pleura


3. sangat menurunnya tekanan osmotik

transudasi

cairan

plasma

akibat

koloid

hipoproteinemia, juga memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan


4. infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura
dari

rongga

pleura,

yang

memecahkanmembran

kapiler

dan

memungkinkan pengaliran protein plasma dancairan ke dalam rongga


secara cepat.

17

Gambar 2.10 Efusi Pleura


2.2.5

Manifestasi Klinis Efusi Pleura


Gejala-gejala timbul jika cairan

bersifat

inflamatoris

atau

jika

mekanikaparu terganggu.Gejala yang paling sering timbul adalah sesak, berupa


rasapenuh dalam dada atau dispneu.Nyeri bisa timbul akibat efusi yangbanyak,
berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul.Posisi tidur lebih nyaman ke sisi
yang sakit7,8
Pada pemeriksaan fisik baru terlihat jika cairan lebih dari 500 cc yaitu
inpeksi saat statis dada yang terkena tampak lebih cembung, saat dinamis terdapat
gerakan tertinggal pada dada yang sakit. Pada saat palpasi, stem fremitus menurun
di sisi yang sakit.Pada perkusi ditemukan suara redup sampai pekak. Sementara
pada auskultasi terdengar suara vesikuler melemah8,11
Dapat ditemukan adanya gejala-gejalapenyakit penyebab seperti demam,
menggigil, dan nyeri dadapleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosisi),banyak keringat, batuk, banyak riak. Berat badan menurun
padaneoplasma, ascites pada sirosis hepatis.Deviasi trachea menjauhi tempatyang
sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yangsignifikan9.

18

Gambar 2.11 Manifestasi Klinis Pada Penderita Efusi Pleura


2.2.6

Diagnosis Efusi Pleura


Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang baik dan

pemeriksaan fisik yang teliti, diagnosis pasti ditegakkan melaui punksi


percobaaan, biopsi dan analisa cairan pleura.Untuk pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan dengan foto thoraks PA atau lateral decubitus, CT Scan thoraks, dan
USG (Miserocchi, 1994).
Pada Anamnesis dapat ditemukan keluhan-keluhan seperti sesak, nyeri
dada, dan Posisi tidur lebih nyaman ke sisi yang sakit.Selain itu dapat juga
ditemukan gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, banyak
keringat, batuk, danberat badan menurun.

19

Pada pemeriksaan fisik baru terlihat jka cairan lebih dari 500 cc yaitu
inpeksi saat statis dada yang terkena tampak lebih cembung, saat dinamis terdapat
gerakan tertinggal pada dada yang sakit. Pada saat palpasi, stem fremitus menurun
di sisi yang sakit.Pada perkusi ditemukan suara redup sampai pekak.Pada
auskultasi terdengar suara vesikular yang melemah. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan (pada sisi yang sakit) :

Dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal


Vokal fremitus menurun
Perkusi dull sampal flat
Bunyi pernafasan menruun sampai menghilang
Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba
pada treakhea

Jika terjadi inflamasi, maka dapat terjadi friction rub. Apabila terjadi
atelektasis kompresif (kolaps paru parsial) dapat menyebabkan bunyi napas
bronkus.Nyeri dada pada pleuritis, Simptom yang dominan adalah sakit yang tibatiba seperti ditusuk dan diperberat oleh keadaan bernafas dalam atau batuk.
Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri dihasilkan dari pleura parietalis yang
inflamasi dan mendapat persarafan dari nervus intercostal. Nyeri biasanya
dirasakan pada tempat-tempat terjadinya pleuritis, tapi bisa menjalar ke daerah
lain :
1. Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh
Nervuis intercostal terbawah bisa menyebabkan nyeri pada dada
danabdomen.
2. Iritasi bagian central diafragma pleura yang dipersarafi nervus
phrenicusmenyebabkan nyeri menjalar ke daerah leher dan bahu.
Pemeriksaan

fisik

dalam

keadaan

berbaring

dan

duduk

akan

berlainan,karena cairan akan berpindah tempat.Pada keadaan duduk permukaan


cairan membentuk garismelengkung (garis Ellis Damoiseu).Didapati segitiga
Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpanidibagian atas garis Ellis
Domiseu.Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerahpekak karena cairan mendorong
mediastinum kesisi lain, pada auskultasidaerah ini didapati vesikuler melemah
dengan ronki. Pada permulaan danakhir penyakit terdengar krepitasi pleura2

20

Gambar 2.2 : Garis melengkung (garis Ellis Damoiseu)7


2.2.7

Pemeriksaan Penunjang.
2.7.1 Foto thoraks, USG Thorax dan CT-Scan Thorax

Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat dalam
rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan
daerah lateral lebih tinggi dari pada bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus
menumpu. Pada pemeriksaan foto dada posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan
mengikuti posisi gravitasi.8

21

Gambar 2.3 : Gambaran thoraks dengan efusi pleura8


Pada foto dada posterior anterior (PA), efusi pleura yang sedikit tidak
dapat terlihat jelas pada foto dada PA, karena diketahui bahwa jumlah cairan
sebanyak 175-200 ml dapat tersembunyi dalam rongga pleura. Pada foto thoraks
PA, permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk
bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada
bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus menumpul. Pada pemeriksaan foto
dada posisi lateral dekubitus, jumlah cairan yang dapat dideteksi adalah 50 ml.
Pada posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan mengikuti posisi gravitasi.

22

Gambar 2.12 Sudut Costophrenicus yang tumpul karena efusi pleura (kiri)

Gambar 2.13 Efusi pleura pada posisi left lateral decubitus


CT SCAN
Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya
tumor paru juga sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik yang
meliputi :
1.
menentukan adanya tumor dan ukurannya
2.
mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus,
mediatinum dan pembuluh darah besar
3.
mendeteksi adanya efusi pleura
Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk
menuntun tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA), evaluasi
pengobatan, mendeteksi kekambuhan dan CT planing radiasi.
Pada CT Scan thoraks dada akan terlihat adanya perbedaan densitas cairan
dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena biaya
yang sangat mahal.Jumlah cairan minimal yang dapat dideteksi adalah 50 cc.

23

Gambar 2.14 Gambaran CT scan untuk efusi pleura (tanda panah


memperlihatkan kedua lapisan pleura yang terpisah, karakteristik dari
empyema)
Pada Pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonografi dapat ditemukan
adanya cairan di dalam rongga pleura.Pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai
penuntun untuk melakukan aspirasi cairan terutama pada efusi yang terlokalisasi.

24

Gambar 2.15 Sonogram pada pasien dengan kanker paru lobus kanan atas.
Gambar menunjukkan adanya akumulasi cairan selama inspirasi (setebal 6
mm; berbentuk kurva, gambar kiri) dimana gambar tersebut lebih jelas
dibanding selamaekspirasi (setebal 11 mm ; berbentuk kurva, gambar
kanan).
2.7.2 Torakosentesis.
Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) sebagai sarana diagnostik maupun
terapeutik.Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk.Aspirasi dilakukan
pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath
nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500
cc pada setiap aspirasi. Untuk diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan :

25

1. Warna cairan
Cairan pleura bewarna agak kekuning-kuningan (seroussantrokom).Bila
agak kemerahan-merahan, dapat terjadi trauma, infark paru, keganasan dan
adanya kebocoran aneurisma aorta.Bila kunig kehijauan dan agak purulen,
ini menunjukkan empiema.Bila merah coklatmenunjukkan abses karena
amuba.
2. Biokimia
Terbagi atas efusi pleura transudat dan eksudat. Perbedaannyadapat dilihat
pada tabel :

Tabel 2.3 Perbedaan Biokimia Efusi Pleura11


2.7.3 Sitologi.
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura digunakan untuk diagnostik
penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel
tertentu.
1. Sel neutrofil: pada infeksi akut
2. Sel limfosit: pada infeksi kronik (pleuritis tuberkulosa atau limfoma
maligna).
3. Sel mesotel: bila meningkat pada infark paru
4. Sel mesotel maligna: pada mesotelioma
5. Sel giant: pada arthritis rheumatoid
6. Sel L.E: pada lupus eritematous sistemik
7. Sel maligna: pada paru/metastase.

26

2.7.4 Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi terhadap cairan pleura digunakan untuk menilai
adanya mikroorganisme yang terdapat di cairan pleura.Cairan pleura umumnya
steril, bila cairan purulen dapat mengandung mikroorganisme berupa kuman aerob
atau anaerob. Paling sering Pneumokokus, E.coli, klebsiela, pseudomonas,
enterobacter11
2.7.5 Biopsi Pleura.
Biopsi Pleura atau pemeriksaan histopatologi dengan satu atau beberapa
contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus pleuritis
tuberkulosis dan tumor pleura. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks,
hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada7,8,9

Gambar 2.16 Algoritma Diagnosa Efusi Pleura


27

Gambaran radiologi yang penting ditemukan pada efusi pleura adalah


penumpulan sudut kostofrenikus pada foto posteroanterior. Jika foto polos toraks
tidak dapat menggambarkan efusi, diperlukan pencitraan radiologi lain seperti
ultrasound dan CTScan.
2.2.8 DIAGNOSIS BANDING
Differential Diagnosis Effusi Pleura 2:
1. Tumor paru
- Sinus tidak terisi
- Permukaan tidak concaf tetapi sesuai bentuk tumor
- Bila tumor besar dapat mendorong jantung
2. Pneumonia
- Batas atas rata / tegas sesuai dgn bentuk lobus
- Sinus terisi paling akhir
- Tidak tampak tanda pendorongan organ
- Air bronchogram ( + )
3. Fibrosis paru
2.2.9

Penatalaksanaan Efusi Pleura


Terapi penyakit dasarnya antibiotika dan terapi paliatif (Efusi pleura

haemorrhagic).Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan


pengobatan terhadappenyebabnya.Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga
menyebabkan penekanan maupun sesak nafas, makperlu dilakukan tindakan
drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).Cairan bisa dialirkan melalui
prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atauselang) dimasukkan ke dalam
rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untukmenegakkan diagnosis,
tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter.Jika
jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan
sebuahselang melalui dinding dada.Pada empiema diberikan antibiotik dan
dilakukan pengeluaran nanah.Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di
dalam bagian fibrosa, maka pengalirannanah lebih sulit dilakukan dan sebagian
dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bias dipasang selang yang lebih besar.
Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura
(dekortikasi). Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi

28

antibiotik jangka panjang. Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit
untuk diobati karena cairan cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat.
Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya
pengumpulan cairan lebih lanjut. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa
dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah
selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline)
ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura
sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan. Jika
darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.
Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan
bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase). Jika perdarahan terus
berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu
dilakukan tindakan pembedahan. 9
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar untuk
mencegah

terjadinya

penumpukan

cairan

dan

untuk

menghilangkan

ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab


dasar (gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis)4,5
Tirah baring ditujukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dyspneu
akan semakin meningkat.Pemberian antibiotik dilakukan apabila ditemukan
adanya tanda-tanda proses infeksi.
Thorakosisntesis atau drainase cairan dilakukan jika efusi pleura
menunjukan gejala subjektif seperti nyeri, dyspneu, dan lain-lain. Cairan efusi
sebanyak 1-1,5 L perlu dikeluarkan secepatnya untuk mencegah meningkatnya
edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak, maka pengeluaran cairan
berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
Aspirasi cairan pleura bermanfaat untuk memastikan diagnosis, membuang
cairan dan menghilangkan dyspneu.Torakosentesis dapat dilakukan sebagai
berikut5
1. Penderita dalam posisi duduk dengan kedua lengan merangkul atau
diletakkan diatas banta, jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapatdilakukan
pada penderita dalam posisi tidur terlentang.

29

2. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau
didaerah sedikit medial dari ujung scapula, atau pada linea aksilaris media
dibawah batas suara sonor dan redup.
3. Setelah dilakukan anastesi secara memadai, dilakukan penusukan
denganjarum berukuran besar, misalnya nomor 18. Kegagalan aspirasi
biasanyadisebabkan karena penusukan jarum terlampaui rendah sehingga
mengenaidiafragma atau terlalu dalam sehingga mengenai jaringan paru,
atau jarumtidak mencapai rongga pleura oleh karena jaringan subkutis atau
pleuraparietalis tebal.

Gambar 2.17 Metode Thorakosintesis


4. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc
padasetiap aspirasi. Aspirasi lebih baik dikerjakan berulang-ulang dari
padasatu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleura
shock(hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru dapat terjadi karena
paru-parumengembang terlalu cepat. Mekanisme sebenarnya belum
diketahuibetul, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang
tinggidapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas
kapileryang abnormal. Selain itu pengambilan cairan dalam jumlah besar
secaramendadak menimbulkan reflex vagal, berupa batuk, bradikardi,
aritmiyang berat, dan hipotensi.

30

5. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga
ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serothoraks), berdarah
(hemothoraks),

pus

(piothoraks)

atau

kilus

(kilothoraks),

nanah

(empiema). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (cairan putih


jernih) atau eksudat (cairan kekuningan). 9
Komplikasi thorakosintesis adalah: pneumotoraks, hemotoraks, emboli
udara, atelektasis dan laserasi pleura viseralis.
Indikasi Thorakosintesis adalah :
a. Adanya gejala subyektif seperti sakit atau nyeri, dipsneu, rasa berat
dalam dada
b. Cairan melewati sela iga ke-2, terutama bila dihemithoraks kanan,
karena dapat menekan vena cava superior
c. Bila penyerapan cairan terlambat (lebih dari 6-8 minggu).
Pemasangan WSD
Pemasangan WSD dilakukan jika jumlah cairan cukup banyak dengan cara
pemasangan selang toraks yang dihubungkan dengan WSD, sehingga cairan dapat
dikeluarkan secaralambat dan aman. Pemasangan WSD dilakukan sebagai
berikut2,3
1. Tempat untuk memasukkan selang toraks biasanya di sela iga 7, 8, 9 linea
aksilaris media atau ruang sela iga 2 atau 3 lineamedioklavikuralis.
2. Setelah dibersihkan dan dianastesi, dilakukan sayatan transversalselebar
kurang lebih 2 cm sampai subkutis.
3. Dibuat satu jahitan matras untuk mengikat selang.
4. Jaringan

subkutis

dibebaskan

secara

tumpul

dengan

klem

sampaimendapatkan pleura parietalis.


5. Selang

dan

trokar

dimasukkan

ke

dalam

rongga

pleura

dan

kemudiantrokar ditarik. Pancaran cairan diperlukan untuk memastikan


posisiselang toraks.
6. Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta
dibebatdengan kasa dan plester.

31

7. Selang dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujungselang


dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujungselang
diletakkan dibawah permukaan air sedalam sekitar 2 cm, agarudara dari
luar tidak dapat masuk ke dalam rongga pleura.

Gambar 2.18 Pemasangan Jarum WSD


8. WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi
padaselang, kemungkinan cairan sudah habis dan jaringan paru
mengembang.Untuk memastikan dilakukan foto toraks.
9. Selang torak dapat dicabut jika produksi cairan/hari <100ml dan
jaringanparu telah mengembang. Selang dicabut pada saat ekspirasi
maksimum.
Pleurodesis.
Pleurodesis bertujuan melekatkan pleura viseralis dengan pleura
parietalis,merupakanpenanganan terpilih pada efusi pleura keganasan.Bahan yang
digunakan adalahsitostatika seperti tiotepa, bleomisin, nitrogen mustard, 5fluorourasil, adramisin,dan doksorubisin.Setelah cairan efusi dapat dikeluarkan
sebanyak-banyaknya,obat sitostatika (misal; tiotepa 45 mg) diberikan selang
waktu 7-10 hari, pemberian obat tidak perlu pemasangan WSD. Setelah 13 hari,
jika berhasil, akanterjadi pleuritis obliteratif yang menghilangkan rongga pleura,
sehingga mencegahpenimbunan kembali cairan dalam rongga tersebut6,11

32

Obat lain adalah tetrasiklin. Pada pemberian obat ini WSD harus
dipasangdan paru dalam keadaan mengembang. Tetrasiklin 500 mg dilarutkan
dalam 3050ml larutan garam faal, kemudian dimasukkan ke dalam rongga pleura
melaluiselang toraks, ditambah dengan larutan garam faal 1030 ml larutan garam
faaluntuk membilas selang, serta 10 ml lidokain 2% untuk mengurangi rasa
nyeriyang ditimbulkan obat ini. Analgetik narkotik diberikan 11,5 jam
sebelumpemberian tetrasiklin juga berguna mengurangi rasa nyeri tersebut. Selang
toraksdiklem selama 6 jam dan posisi penderita diubah-ubah agar penyebaran
tetrasiklinmerata di seluruh bagian rongga pleura. Apabila dalam waktu 24-48
jamcairan tidak keluar, selang toraks dapat dicabut. Komplikasi tindakan
pleurodesisadalah sedikit sekali dan biasanya berupa nyeri pleuritik atau
demam6,11
2.2.9

Prognosis Efusi Pleura


Prognosis efusi pleura bervariasi tergantung pada penyakit yang

mendasari. Morbiditas dan mortalitas pada pasien efusi pleura berhubungan


langsung dengan etiologi, stadium penyakit, dan hasil pemeriksaan biokimia
cairan pleura. Pasien dengan efusi pleura maligna biasanya memiliki prognosis
yang buruk

33

Anda mungkin juga menyukai