PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Efusi pleura merupakan penyakit saluran pernapasan.Penyakit ini
bukanmerupakan suatu diagnosatetapi merupakan suatu gejala penyakit
yangserius yang dapat mengancam jiwa penderita 1,4. Efusi pleura merupakan
keadaan di mana cairan menumpuk di dalam rongga pleura.Dalam keadaan
normal, rongga pleura diisi cairan sebanyak 10-20 ml yang berfungsi
mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama bernapas. Jumlah cairan
melebihi volum normal dapat disebabkan oleh kecepatan produksi cairan di
lapisan pleura parietal yang melebihi kecepatan penyerapan cairan oleh pembuluh
limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral4.
Keadaan ini dapat mengancam jiwa karena cairan yang menumpuk
tersebut dapat menghambat pengembangan paru-paru sehingga pertukaran udara
terganggu.Banyak
penyakit
yang
mungkin
mendasari
terjadinya
efusi
pleura.Umumnya pasien datang dengan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk, dan
demam.Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas seperti bunyi redup
pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada
auskultasi paru.Bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml, foto toraks dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura2.
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementara 95% kasus
mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar
50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.Kejadian
efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita keganasan jika tidak
ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan kualitas hidup penderitanya
dan semakin memberatkan kondisi penderita. Paru-paru adalah bagian dari sistem
pernapasan yang sangat penting, gangguan pada organ ini seperti adanya efusi
pleura
dapat
menyebabkan
gangguan
pernapasan
dan
bahkan
dapat
Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang
dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat di
seluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara negara yang sedang
bekembang termasuk Indonesia. Di negara negara industri, diperkirakan terdapat
320 kasus efusi pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta
orang setiap tahunya menderita efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal
jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Menurut Depkes RI (2006), kasus Efusi
Pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainya. Tingginya
angka kejadian Efusi Pleura disebabkan keterlambatan penderita akibat Efusi
Pleura masih sering ditemukan faktor resiko terjadinya efusi pleura karena
lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang kurang, lingkungan yang pandat
penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta sarana dan prasarana
kesehatan yang kurang dan kurangnya pengetahuaan masyarakat tentang
kesehatan8,9.
Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang,
salah
satunya
di
Indonesia.Hal
ini
lebih
banyak
diakibatkan
oleh
geografis
penyakit
ini
terdapat
diseluruh
dunia
bahkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Anatomi dan Fisiologi
Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi
paru.Pleuradisusun oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak
kapiler limfadan kapiler darah serta serat saraf kecil.Pleura disusun juga oleh selsel (terutamafibroblast dan makrofag).Pleura paru ini juga dilapisi oleh selapis
mesotel.Pleuramerupakan membran tipis, halus, dan licin yang membungkus
dinding anteriortoraks dan permukaan superior diafragma. Lapisan tipis ini
mengandung kolagendan jaringan elastik.1
Pleura adalah membran serosa yang licin, mengkilat, tipis dan
transparan.Membran ini membungkus jaringan paru. Pleura terdiri dari 2 lapis:
1. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, yang melekat pada
permukaan paru.
2. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, yang berhubungan dengan
dinding dada.
1. Pleura visceralis :
Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan seratserat elastik
2. Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat
(kolagen dan elastis)
Gambar 2.3 Anatomi Pleura Pada Paru Normal (Kanan) dan Paru yang
Kolaps (Kiri)
Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang
memproduksi cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh
darah dan limfe.Membran pleura bersifat semipermiabel.Sejumlah cairan terus
menerus merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura
parietal.Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke
pembuluh limfe dan kembali kedarah. Rongga pleura adalah rongga potensial,
mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak
bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan 1.500 sel/ml. Pada manusia pleura
visceral lebih tebal dibandingkan pleura parietal, sehingga permeabilitas terhadap
air dan zat terlarutnya relatif rendah2,4.
Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura
parietalisdan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah
pemisahantoraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek
yang akansaling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran
satudengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan. Cairan pleura dalam
keadaannormal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang
pleurakemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Hal ini disebabkan
karenaperbedaan tekanan antara tekanan hidrostatik darah yang cenderung
mendorongcairan keluar dan tekanan onkotik dari protein plasma yang cenderung
menahancairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura
melalui pleuraviseralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan
oleh pleuraparietalis dan permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada pleura
parietalissehingga dalam keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di
dalamrongga pleura.1
Cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil limfosit, makrofag
dan sel mesotel.Sel polimormonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam
jumlah yang sangat kecil didalam cairan pleura.Keluar dan masuknya cairan dari
dan ke pleura harus berjalan seimbang agar nilai normal cairan pleura dapat
dipertahankan.
Setiap saat jumlah cairan dalam ronggapleura bisa menjadi lebih dari
cukup untuk memisahkan kedua pleura,maka kelebihan tersebut akan dipompa
keluar oleh pembuluh limfatik(yang membuka secara langsung) dari rongga
pleura ke dalammediastinum karena adanya keseimbangan antaraproduksi oleh
pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Pembentukan cairan pleura
0,01 ml/kgBB/jam, Sedangkan kapasitas sistem limp dalam menyerap cairan
pleura adalah 0,25 ml/kgBB/jam yaitu 25 x lebih besar dari pada kemampuan
pembentukannya. Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai ruang potensial.
Karenaruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik
yang jelas4,7.
dalam kavum pleura yang terletak diantara pleura parietalis dan pleura viseralis
dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga
pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-20 ml. Cairan pleura memiliki
komposisi yang sama dengan cairan plasma tetapi dengan kadar protein lebih
rendah yaitu < 1,5 gr/dl3,4,8
Cairan pleura terakumulasi jika pembentukan cairan pleura melebihi daya
absoprsi (drainase) yang mampu dilakukan oleh limfatik.Cairan pleura dapat pula
dibentuk dari rongga peritoneum melalui lubang kecil di diafragma. Dengan
demikian efusi dapat terjadi apabila terjadi kelebihan produksi berasal dari pleura
karenapenyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan
penyebabefusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca
paru, camammae, dan lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh
karena kanker atau infeksi virus. Etiologi efusi pleura dapat disebabkan karena :
1. Hambatan reabsorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan
seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum,
dan sindroma vena cava superior
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis,
transudat.Terjadinya
perubahan
permeabilitas
virus
coxsackie,
E.
Coli,
Pseudomonas,
Bakteriodes,
dll.
Efusi
timbul
Aktinomikosis,
karena
reaksi
10
gangguanaliran
balik
sirkulasi.Obstruksi
bronkus,
g) Efusi
penyakit
kolagen:
SLE,
Pleuritis
Rheumatoid,Skleroderma
h) Penyakit AIDS, pada sarkoma kapoksi yang diikuti oleh efusi
parapneumonik.
2. Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler
hidrostatikdan koloid osmotic menjadi terganggu, sehingga terbentuknya
11
cairan pada satusisi pleura akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya.
Biasanya hal ini terjadipada keadaan seperti : meningkatnya tekanan
kapiler sistemik, meningkatnya tekanan kapiler pulmoner, menurunnya
tekanan koloid osmotic dalam pleura, menurunnya tekanan intra pleura.
Efusi plura transudat dapat terjadi pada :
a) Gangguan kardiovaskular
Penyebab terbanyak adalah decompensatio
cordis.Sedangkan
jugasegera
menghilang.Kadang-kadang
torakosentesis
12
13
14
2.2.4
15
Gambar 2.7 Patofisiologi Efusi Pleura pada keadaan overhidrasi yang akan
meningkatkan filtrasi sehingga terjadi gangguan reabsorbsi cairan
16
tinggi
sehingga
menimbulkan
transudasi
cairan
plasma
akibat
koloid
rongga
pleura,
yang
memecahkanmembran
kapiler
dan
17
bersifat
inflamatoris
atau
jika
18
19
Pada pemeriksaan fisik baru terlihat jka cairan lebih dari 500 cc yaitu
inpeksi saat statis dada yang terkena tampak lebih cembung, saat dinamis terdapat
gerakan tertinggal pada dada yang sakit. Pada saat palpasi, stem fremitus menurun
di sisi yang sakit.Pada perkusi ditemukan suara redup sampai pekak.Pada
auskultasi terdengar suara vesikular yang melemah. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan (pada sisi yang sakit) :
Jika terjadi inflamasi, maka dapat terjadi friction rub. Apabila terjadi
atelektasis kompresif (kolaps paru parsial) dapat menyebabkan bunyi napas
bronkus.Nyeri dada pada pleuritis, Simptom yang dominan adalah sakit yang tibatiba seperti ditusuk dan diperberat oleh keadaan bernafas dalam atau batuk.
Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri dihasilkan dari pleura parietalis yang
inflamasi dan mendapat persarafan dari nervus intercostal. Nyeri biasanya
dirasakan pada tempat-tempat terjadinya pleuritis, tapi bisa menjalar ke daerah
lain :
1. Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh
Nervuis intercostal terbawah bisa menyebabkan nyeri pada dada
danabdomen.
2. Iritasi bagian central diafragma pleura yang dipersarafi nervus
phrenicusmenyebabkan nyeri menjalar ke daerah leher dan bahu.
Pemeriksaan
fisik
dalam
keadaan
berbaring
dan
duduk
akan
20
Pemeriksaan Penunjang.
2.7.1 Foto thoraks, USG Thorax dan CT-Scan Thorax
Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat dalam
rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan
daerah lateral lebih tinggi dari pada bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus
menumpu. Pada pemeriksaan foto dada posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan
mengikuti posisi gravitasi.8
21
22
Gambar 2.12 Sudut Costophrenicus yang tumpul karena efusi pleura (kiri)
23
24
Gambar 2.15 Sonogram pada pasien dengan kanker paru lobus kanan atas.
Gambar menunjukkan adanya akumulasi cairan selama inspirasi (setebal 6
mm; berbentuk kurva, gambar kiri) dimana gambar tersebut lebih jelas
dibanding selamaekspirasi (setebal 11 mm ; berbentuk kurva, gambar
kanan).
2.7.2 Torakosentesis.
Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) sebagai sarana diagnostik maupun
terapeutik.Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk.Aspirasi dilakukan
pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath
nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500
cc pada setiap aspirasi. Untuk diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan :
25
1. Warna cairan
Cairan pleura bewarna agak kekuning-kuningan (seroussantrokom).Bila
agak kemerahan-merahan, dapat terjadi trauma, infark paru, keganasan dan
adanya kebocoran aneurisma aorta.Bila kunig kehijauan dan agak purulen,
ini menunjukkan empiema.Bila merah coklatmenunjukkan abses karena
amuba.
2. Biokimia
Terbagi atas efusi pleura transudat dan eksudat. Perbedaannyadapat dilihat
pada tabel :
26
2.7.4 Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi terhadap cairan pleura digunakan untuk menilai
adanya mikroorganisme yang terdapat di cairan pleura.Cairan pleura umumnya
steril, bila cairan purulen dapat mengandung mikroorganisme berupa kuman aerob
atau anaerob. Paling sering Pneumokokus, E.coli, klebsiela, pseudomonas,
enterobacter11
2.7.5 Biopsi Pleura.
Biopsi Pleura atau pemeriksaan histopatologi dengan satu atau beberapa
contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus pleuritis
tuberkulosis dan tumor pleura. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks,
hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada7,8,9
28
antibiotik jangka panjang. Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit
untuk diobati karena cairan cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat.
Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya
pengumpulan cairan lebih lanjut. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa
dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah
selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline)
ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura
sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan. Jika
darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.
Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan
bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase). Jika perdarahan terus
berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu
dilakukan tindakan pembedahan. 9
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar untuk
mencegah
terjadinya
penumpukan
cairan
dan
untuk
menghilangkan
29
2. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau
didaerah sedikit medial dari ujung scapula, atau pada linea aksilaris media
dibawah batas suara sonor dan redup.
3. Setelah dilakukan anastesi secara memadai, dilakukan penusukan
denganjarum berukuran besar, misalnya nomor 18. Kegagalan aspirasi
biasanyadisebabkan karena penusukan jarum terlampaui rendah sehingga
mengenaidiafragma atau terlalu dalam sehingga mengenai jaringan paru,
atau jarumtidak mencapai rongga pleura oleh karena jaringan subkutis atau
pleuraparietalis tebal.
30
5. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga
ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serothoraks), berdarah
(hemothoraks),
pus
(piothoraks)
atau
kilus
(kilothoraks),
nanah
subkutis
dibebaskan
secara
tumpul
dengan
klem
dan
trokar
dimasukkan
ke
dalam
rongga
pleura
dan
31
32
Obat lain adalah tetrasiklin. Pada pemberian obat ini WSD harus
dipasangdan paru dalam keadaan mengembang. Tetrasiklin 500 mg dilarutkan
dalam 3050ml larutan garam faal, kemudian dimasukkan ke dalam rongga pleura
melaluiselang toraks, ditambah dengan larutan garam faal 1030 ml larutan garam
faaluntuk membilas selang, serta 10 ml lidokain 2% untuk mengurangi rasa
nyeriyang ditimbulkan obat ini. Analgetik narkotik diberikan 11,5 jam
sebelumpemberian tetrasiklin juga berguna mengurangi rasa nyeri tersebut. Selang
toraksdiklem selama 6 jam dan posisi penderita diubah-ubah agar penyebaran
tetrasiklinmerata di seluruh bagian rongga pleura. Apabila dalam waktu 24-48
jamcairan tidak keluar, selang toraks dapat dicabut. Komplikasi tindakan
pleurodesisadalah sedikit sekali dan biasanya berupa nyeri pleuritik atau
demam6,11
2.2.9
33