Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator
kesehatan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari tinggi atau
rendahnya angka kematian bayi. Hal ini tercantum dalam sasaran yang
ingin dicapai dari Millenium Development Goals ( MDGs) tahun 2015
tujuan ke-4 yaitu menurunkan angka kematian bayi 34 per 1000 KH pada
tahun 2007 menjadi 19 per 1000 KH pada tahun 2015 (Peter Stalker,
2008).
Penyebab Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menurut
estimasi World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 yaitu IUGR
19,8%, BBLR 10,5%, kelahiran prematur 18,5% dan kematian bayi 33 per
1.000 kelahiran hidup (Kramer MS, 2003).
Di Indonesia, pada penelitian pendahuluan tahun 2004-2005,
prevalensi pertumbuhan janin terhambat adalah 4,4 %. Morbiditas dan
mortalitas perinatal kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat lebih
tinggi dari pada kehamilan normal. Mortalitas perinatal bayi dengan
pertumbuhan janin terhambat 7-8 kali lebih tinggi dari pada bayi normal.
Kira-kira 26% kejadian lahir mati berhubungan dengan pertumbuhan janin
terhambat.

Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan sangat


tergantung pada kondisi kesehatan ibu. Kesehatan ibu yang terganggu
akan berdampak bayi dengan kelahiran aterm tetapi terdapat gangguan
dalam pertumbuhan (Intra Uterine Growth Restriction/IUGR) atau
merupakan kombinasi keduanya (UNICEF & WHO, 2004).
Menurut Harkness (2004) dan Sheridan (2005) bayi Kecil Masa
Kehamilan (KMK) disebut juga SGA (small for gestational age), sering
disamakan dengan bayi PJT (pertumbuhan janin terhambat) atau IUGR
(intrauterine growth restriction). Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
atau IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) diartikan sebagai suatu
kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri
normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan
sebagai Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK) atau SGA (Small for
Gestational Age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat
dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 %
dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Pertumbuhan
fetus yang terhambat beresiko tinggi untuk terjadinya kesakitan dan
kematian. Diperkirakan kematian perinatal 5-10 lebih tinggi pada neonatus
yang mengalami pertumbuhan terhambat dibandingkan dengan yang
memiliki ukuran atau berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Surya Pamungkas Selama
periode 01 Januari 2002 31 Desember 2003 di RS Margono Soekarjo

Purwokerto, didapatkan kasus Intra Uterine Growth Retardation sebanyak


67 kasus.
Beberapa faktor resiko terjadinya kehamilan dengan IUGR karena
pengaruh penyakit ibu (hipertensi, DM, Infeksi, hipoksemia), malnutrisi
ibu, kelainan bawaan atau kelainan kromosom pada janin, gestasi multiple
dan kelainan plasenta (Department of Midwifery, 2009). Kasus kehamilan
risiko banyak ditemukan di masyarakat, tetapi tenaga kesehatan tidak bisa
menemukannya satu persatu, karena itu peran serta bidan sangat
dibutuhkan dalam mendeteksi ibu hamil risiko. Salah satu tindakan bidan
yaitu melalui promosi kesehatan dan pencegahan risiko, seperti pemberian
suplemen nutrisi, zat besi, imunisasi tetanus toksoid, pemberian konseling
tentang tanda bahaya kehamilan, dan keluarga berencana, mendeteksi dan
melakukan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan diabetes mellitus
(Muslihatun, 2009).
Untuk mencapai penurunan AKB diatas, Departemen Kesehatan
mempunyai 4 strategi dalam Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu
meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan
ketrampilan petugas kesehatan, mendorong pemberdayaan perempuan
serta keluarga, monitoring dan informasi pembiayaan kesehatan
masyarakat (Pudiastuti, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Kota Semarang angka
kejadian kehamilan dengan Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) pada
tahun 2011 sebanyak 9 kasus, tahun 2012 sebanyak 3 kasus dan per 15

April 2013 6 kasus. Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk
melakukan Asuhan kebidanan ibu hamil dengan IUGR di Rumah Sakit
Umun Daerah Kota Semarang tahun 2013.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka penulis mengambil perumusan masalah
yaitu Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan
Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Semarang dengan menggunakan metode pendekatan 7
langkah Varney?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan IUGR di RSUD Kota Semarang dengan menggunakan
manajemen asuhan kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a.

Mahasiswa mampu melakuan pengkajian data pada ibu hamil


dengan IUGR.

b.

Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa dan masalah dari hasil


pengkajian data pada ibu hamil dengan IUGR.

c.

Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa potensial pada ibu hamil


dengan IUGR.

d.

Mahasiswa dapat menetapkan tindakan segera tindakan segera atau


kolaborasi pada kasus ibu hamil dengan IUGR.

e.

Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada


ibu hamil dengan IUGR

f.

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan sesuai dengan perencaan


pada ibu hamil dengan IUGR.

g.

Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan pada


ibu hamil dengan IUGR.

D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Ibu hamil dengan IUGR.
2. Tempat
RSUD Kota Semarang
3. Waktu
25 Februari 2013 - 03 Mei 2013

E. Manfaat
1.

Manfaat Praktis
a. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan agar dapat meningkatkan
pelayanan antenatal terhadap ibu hamil yang mempunyai faktor
resiko IUGR.

b. Bagi mahasiswa sebagai upaya memberikan pengalaman dalam


menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan IUGR.
c. Bagi Institusi sebagai masukan dalam perkuliahan, terutama untuk
materi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan IUGR.
2.

Manfaat Teoritis
a.

Bagi petugas kesehatan khususnya bidan dapat digunakan sebagai


bahan evaluasi dan masukan agar bisa menjadi lebih baik dalam
meningkatkan pelayanan antenatal pada ibu hamil dengan IUGR.

b.

Bagi mahasiswa sebagai bahan perbandingan mengenai teori dan


prakteknya, serta pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan IUGR.

c.

Bagi Institusi sebagai dapat dijadikan sebagai pengembangan


penelitian

yang

berkaitan

dengan

ilmu

kebidanan

untuk

meningkatkan nilai akreditasi bagi pendidikan.

F. Metode Memperoleh data


Dalam penyusunan KTI ini berdasarkan teori ilmiah yang dipadukan
dengan praktik dan pengalaman, penulis memerlukan data yang obyektif
dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan sebagai dasar analisis dalam
pemecahan masalah. Untuk itu penulis menggunakan metode sebagai
berikut :

1. Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku/literature lainnya, mengambil data dari
internet, membaca buku yang berkaitan Ibu hamil dengan IUGR dan
termasuk karya tulis yang ada.
2. Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan
yang meliputi : pengumpulan data, analisa dan perumusan diagnosa
atau masalah aktual dan potensial, perencanaan tindakan, evaluasi dan
pendokumentasian.

Untuk

menghimpun

data/informasi

dan

pengkajian dapat digunakan teknik, sebagai berikut :


a. Wawancara
Pengumpulan informasi melalui pembicara terarah yang umumnya
dilakukan pada pertemuan tatap muka langsung dengan klien atau
keluarga klien.
b. Observasi
Pengumpulan informasi melalui panca indera, inspeksi, auskultasi,
penciuman, palpasi, tanpa membuat tafsiran sendiri dan harus
obyektif.
c. Pemeriksaan Fisik
Menurut Hidayat, A.Aziz Alimul (2008).
1) Inspeksi
Inspeksi adalah observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan, tetapi juga meliputi indera

pendengaran dan penciuman. Dilakukan untuk menilai


keadaan ada tidaknya Cloasma gravidarum pada muka / wajah,
pucat atau tidak pada selaput mata, dan tidaknya edema.
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada leher untuk
menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau
kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai bentuk buah
dada dan dan pigmentasi puting susu. Pemeriksaan perut untuk
menilai apakah perut membesar ke depan atau kesamping,
keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya strie
gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadaan
perineum, ada tidaknya tanda chadwick dan adanya flour.
Kemudian pemeriksaan ekstremitas untuk menilai ada
tidaknya varises.
2) Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh
dengan jari. Dilakukan untuk menentukan besarnya rahim
dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan letak
anak dalam rahim. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan
dengan menggunakan metode leopold, yakni :
a) Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan
dan bagian apa yang ada di fundus, dengan cara pemeriksa
berdiri sebelah kanan dan menghadap kemuka ibu,

kemudian kaki ibu dibengkokkan pada lutut dan lipat


paha, lengkukan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi
bagian atas fundus, lalu tentukan apa yang ada didalam
fundus/ bila kepala sifatnya keras, bundar dan melenting.
b) Leopold II
Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung
anak dan letak bagian kecil pada anak. Caranya Letakkan
kedua

tangan

pada

sisi

uterus,

dan

tentukan

dimanakan bagian terkecil bayi.


c) Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat dibagian bawah dan apakah bagian bawah anak
sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
Caranya tekan dengan ibu jari dan jari tengah pada salah
satu tangan secara lembut dan masuk kedalam abdomen
pasien diatas simpisis pubis.
Kemudian peganglah begian presentasi bayi, lalu bagian
apakah yang menjadi presentasi tersebut.
d) Leopold IV
Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang
menjadi bagian bawah dan seberapa masuknya bagian
bawah tersebut kedalam rongga panggul.

10

Caranya letakkan kedua tangan disisi bawah uterus lalu


tekan kedalam dan gerakkan jari-jari kearah rongga
panggul, dimanakah tonjolan sefalik dan apakah bagian
presentasi telah masuk .
Pemeriksaan ini dilakukan bila kepala masih tinggi,
pemeriksaan leopold lengkap dapat dilakukan bila janin
cukup besar, kira-kira bulan ke VI ke atas.
3) Auskultasi
Dilakukan umumnya dengan stetoskop manoaural untuk
mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan
anak, bisisng rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi
jantung anak dapat didengar pada akhir bulan ke -5, walaupun
dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke 3.
bunyi jantung anak dapat terdengar dikiri dan kanan dibawah
tali pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar pada pihak
berlawanan dengan bagian kecil, maka anak fleksi dan bila
sepihak maka defleksi.
Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-160 kali
permenit. Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkannya
selama 1 menit penuh. Bila kurang dari 120 kali per menit atau
lebih dari 160 kali per menit kemungkinan janin dalam
keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat
didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising

11

rahim seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut


nadi dan bising usus yang sifatnya tidak teratur.
3.

Studi Dokumentasi
Penulis memperoleh informasi atau data bardasarkan catatan medic
klien dari bidan, dokter maupun data-data penunjang lainnya.

4.

Diskusi
Penulis melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan, pembimbing
lahan, dan pembimbing institusi demi kelancaran penulisan karya tulis
ilmiah ini.

G. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran umum tentang Karya Tulis Ilmiah maka
penulis menyusun dengan sistematis sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup Pembahasan
C. Tujuan Penulisan
1.

Tujuan Umum

2.

Tujuan Khusus

D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
F.

Sistematika Penulisan

12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Tentang Kehamilan
1.

Pengertian Kehamilan

2.

Diagnosis Kehamilan

3.

Perubahan Anatomik dan Fisiologik pada Wanita Hamil

4.

Fisiologi Janin

B. Tinjauan Tentang IUGR


1.

Pengertian Tentang IUGR

2.

Etiologi IUGR

3.

Patofisiologi IUGR

4.

Klasifikasi IUGR

5.

Komplikasi IUGR

8.

Pencegahan IUGR

9.

Penatalaksanaan IUGR

C. Teori Manajemen Kebidanan


1.

Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar

2.

Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar

3.

Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah


Potensial

4.

Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan


Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan segera

5.

Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh

6.

Langkah VI(keenam) : Melaksanaan Perencanaan

13

7.

Langkah VII(Terakhir) : Evaluasi

D. Teori Hukum dan Kewenangan Bidan


BAB III. STUDI KASUS
A. Langkah 1 Identifikasi data dasar
B. Langkah 2 Identifikasi diagnosa/masalah aktual
C. Langkah 3 Identifikasi diagnosa/masalah potensial
D. Langkah 4 Tindakan kolaborasi atau Emergency
E. Langkah 5 Rencana tindakan asuhan kebidanan
F. Langkah 6 Implementasi asuhan kebidanan
G. Langkah 7 Evaluasi asuhan kebidanan
H. Pendokumentasian asuhan kebidanan
BAB IV. PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang kesenjangan antara teori dan fakta yang
didapatkan sesuai dengan proses manajemen asuhan kebidanan.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai