Anda di halaman 1dari 6

artikel virus ebola versi hayu rahayu

14-11-2014 14:59
PENDAHULAUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Zaire menjadi perhatian dunia karena di sana banyak penderita meninggal akibat
serangan Demam Berdarah Ebola (DBE). DBE disebabkan oleh semacam virus ganas yang
relatif baru, yaitu virus Ebola. Virus ini sudah disolasi sejak tahun 1967 dari penderita-penderita
di Jerman dan Yugoslavia, yang kemudian ternyata terinfeksi dari monyet yang berasal dari
Uganda. Nama Ebola diambil dari nama sebuah sungai di Zaire asal virus tersebut diisolasi
pertama kali. Beberapa negara di Afrika juga pernah terserang Demam Berdarah Ebola.
Kekhawatiran muncul bila virus ini menular ke negara lain yang dimungkinkan oleh sistem
transportasi yang serba canggih.
Di Kongo Barat Laut 5000 ekor gorila mati akibat terinfeksi virus Ebola, yang memusnahkan
hampir separuh populasi hewan yang terancam punah. Simpanse juga banyak yang mati akibat
virus ini. Para ahli menyatakan bahwa virus Ebola yang sangat menular ini terutama tersebar
melalui kontak antar kelompok gorila dan simpanse, bahkan manusia juga bisa terinfeksi oleh
virus Ebola. Virus ini pertama kali ditemukan tahun 1976 di Kongo, dan sejauh ini hanya
ditemukan di Afrika saja. Wabah virus Ebola terakhir di Uganda pada Oktober 2000, ketika 173
orang meninggal dan total 426 orang terdiagnosis mengidap virus itu di Uganda bagian utara.
Penularan virus Ebola hanya terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus ini akan meninggal dunia, karena sampai sekarang virus
ini belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus ini.
Di Tiongkok jumlah korban penyakit misterius yang baru-baru ini melanda Propinsi Sichuan,
telah mencapai 163 kasus, dimana 32 korban meninggal dan 27 dalam keadaan kritis. Gejalagejala penyakit tersebut telah menimbulkan dugaan di kalangan para ahli, bahwa virus Ebola
merupakan penyebabnya (Yun, Y, www.asianresearch.org).
WHO menyatakan lebih dari 1.000 orang meninggal karena Ebola sejak virus itu pertama kali
teridentifikasi pada 1976 di Sudan dan Kongo. Bisaanya wabah bisa diatasi dengan cepat karena
virus ini membunuh korbannya lebih cepat sebelum menular ke individu lain. Sampai saat ini,
tercatat sekitar 1.500 kasus demam akibat virus Ebola terjadi di seluruh dunia. Gejala awal sakit
akibat virus ini antara lain berupa demam, sakit kepala, tenggorokan kering, lemas, pilu otot,
diare, dan sakit perut.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum ada yang dilaporkan terinfeksi oleh virus Ebola.
Akan tetapi, dengan kemajuan sistem transfortasi pada saat ini, tidak menutup kemungkinan
virus Ebola bisa mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha pencegahan yang bisa
diterapkan untuk mencegah masuknya virus Ebola di Indonesia mengingat virus ini sangat
mudah menular dan sangat mematikan karena sampai sekarang belum ditemukan vaksin yang
bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini
adalah ciri-ciri dan struktur virus Ebola, cara mendeteksi virus Ebola, gejala demam Ebola, cara
penularan virus Ebola, upaya pencegahan, upaya pengobatan dan rehabilitasi bagi mantan

penderita demam Ebola.


1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri dan
struktur virus Ebola, cara mendeteksi virus Ebola, gejala demam Ebola, cara penularan virus
Ebola, upaya pencegahan, upaya pengobatan dan rehabilitasi bagi mantan penderita demam
Ebola.
1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan
pembaca mengenai penyakit demam ebola, mulai dari ciri-ciri dan struktur virus Ebola, cara
mendeteksi virus Ebola, gejala demam Ebola, cara penularan virus Ebola, upaya pencegahan,
upaya pengobatan dan rehabilitasi bagi mantan penderita demam Ebola.
PEMBAHASAN
2.1. Ciri-Ciri dan Struktur Virus Ebola
Demam Berdarah Ebola (Demam Hemorrhagic) adalah penyakit disebabkan oleh suatu virus
yang termasuk kedalam keluarga Filoviridae. Para ilmuwan sudah mengidentifikasi empat jenis
virus Ebola. Tiga telah dilaporkan dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu virus Ebola
Zaire, virus Ebola Sudan, dan virus Ebola Ivory. Virus-virus ini telah menyebabkan penyakit
pada manusia di negara-negara Afrika. Jenis keempat dari virus Ebola ini yaitu virus Ebola
Reston, yang ditemukan Reston, Virginia Amerika Serikat. Ternyata virus ini tidak menyebabkan
penyakit pada manusia. Subtipe ini ditemukan pada sejenis monyet macaca yang didatangkan
dari Filipina.
Virus Ebola termasuk kedalam genus Ebolavirus, familia Filoviridae yang merupakan salah satu
daripada dua kumpulan virus RNA benang-negatif. Virus Filo mempunyai bentuk biologi seperti
morfologi, kepadatan, dan profile elektrophoresis gel polyacrylamide. Virus ini telah dikelaskan
kepada virus paramyxo dengan menggunakan kaedah urutan DNA. Familia Filoviridae memiliki
garis tengah 800 nm, dan pajang mecapai 1000 nm.
Virus Ebola mengandung molekul lurus, bebenang RNA negatif, yang tidak bersendi. Semua
genome virus Filo mempunyai ciri-ciri serupa, dan mempunyai banyak sisa adenosine dan
uridine. Gen virus Ebola mengandung transkrip urutan tetap pada 3 dan transkrip urutan terakhir
pada 5. Perbedaan di antara virus Ebola dan virus Marburg adalah, virus Ebola menunjukkan
tiga penumpukan yang berselang di antara turutan antara-gen (intergenetic) sementara virus
Marburg hanya mempunyai satu penumpukan yang kedudukannya berbeda dengan virus Ebola.
Virus Filo secara morfologi menyerupai bentuk virus rhabdo, akan tetapi virus Filo mempunyai
ukuran yang lebih panjang. Apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, bentuk
virus Filo seperti berfilament (berbenang halus), atau kelihatan bercabang. Terdapat juga virus
yang berbentuk "U", "b" dan berbentuk bundar.
Virus Ebola terdiri dari tujuh polypeptida diantaranya RNA genome ca. 19.0 kb, yang mencakup
Glycoprotein (GP), Nucleoprotein (NP), RNA-DEPENDENT RNA Polymerase (L), VP35,
VP30, VP40, dan VP24 (http://biomarker.cdc.go.kr).

2.2. Cara Mendeteksi Virus Ebola


Untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian antigencapture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA, polymerase chain reaction
(PCR), dan mengisolasi virus Ebola yang bisa dilakukan untuk mengetahui adanya virus Ebola
dalam tubuh manusia (Olson, www.ualr.edu).
Mendeteksi penyebab penyakit cacar air (small pox), Anthrax, dan Virus Ebola, pada saat ini bisa
dilakukan dengan mudah, dan hasil identifikasinya dapat langsung disebarluaskan melalui
jaringan telepon genggam. Teknologi yang dikembangkan Fraunhofer Institute for Silicon
Teknologi, sebuah perusahaan inovasi teknologi mikrobiologi dan mikrokomputer dari Jerman
ini menyebutnya dengan eBiochipstick. Alat ini cukup mengambil DNA atau bagian tubuh atau
benda yang diduga terinfeksi bakteri, lalu dimasukkan sebuah kotak seukuran tv 10 inc (eBiochip
Adaptor). Instrumen yang bekerja dengan bantuan komputer portabel ini, dengan mudah
kemudian mendeteksi kadar virus, racun, bakteri, atau patogen, yang telah menjangkiti tubuh
manusia, atau hewan. Alat ini diberi nama, eBiochip System Portable Instrument. Alat ini dengan
cepat akan mendeteksi jenis spora, dan mendeteksi virus Ebola lewat perangkat eBiochipstick.
Alat untuk mendeteksi dan menganalisis jenis bakteri, virus, atau racun berbahaya dalam tubuh
manusia cukup dengan sebuah chip seukuran disket HDD yang tebalnya tak lebih dari koin Rp
500,- dan mengurai protein dengan analisis akurat.
Berdasarkan data departemen ketahanan biologi Amerika, stidaknya ada tujuh jenis racun,
bakteri patogenik yang bisa dideteksi alat ini. Selain bakteri antrax dan smal pox (cacar air),
eBiochip ini juga bisa mendeteksi plague, hepatitis C, tularemia, brucellus, Q-fever, dan virus
Ebola (virale hemorhagic fever). Bahkan bakteri penyakit anthrax yang sporanya bisa bertahan
hingga di atas 40 tahun pun masih bisa dideteksi oleh alat ini. Kadar infeksi bakteri penyakit
yang bisa menular ke manusia ini dengan dini bisa dideteksi dan diurai kadar racunnya
(Sriwijaya Post, Mendeteksi Virus Ebola Lewat Telepon Genggam, 2006).
2.3. Gejala Demam Ebola
Sepanjang masa inkubasi (gejala awal), yang dapat berlangsung selama 1-3 minggu, gejala
demam ebola meliputi: radang sendi, sakit punggung, diare, kelelahan, sakit kepala, rasa tidak
enak badan, kerongkongan terasa sangat sakit, dan muntah-muntah. Sedangkan pada gejala akhir,
demam ebola dapat menujukkan gejala seperti: gatal-gatal, pendarahan dari mata, telinga, dan
hidung, pendarahan dari mulut dan dubur (pendarahan gastrointestinal), radang pada mata
(conjunctivitis), bengkak pada organ genital (labia dan kantung buah pelir (scrotum)), keluarnya
darah melalui permukaan kulit (hemorrhagic), rongga atas mulut terlihat memerah, pingsan,
kegagalan fungsi hati, dan mata menjadi gelap. (Robertus S.W dan Tony H). Gejala lain yang
kerap ditunjukkan oleh orang yang terinfeksi Ebola adalah bintik-bintik merah di kulit, mata
merah, dan mata berdarah.
Tapi dalam wabah terbaru di Uganda, pasien meninggal dengan gejala demam dan muntah.
Gejala yang bisaanya tidak terlihat pada pasien ebola inilah yang membuat WHO menjadi
khawatir. Hal itu menjadi tanda munculnya strain baru virus Ebola yang mematikan. Bentuk baru
virus Ebola itu terdeteksi dalam sebuah wabah di Uganda bagian barat. Dalam waktu kurun dari
sebulan, strain tak dikenal itu telah menewaskan 18 orang (Koran Tempo, 2007).
Sebanyak 90 persen pasien yang terserang virus Ebola meninggal, artinya hanya 10 persen saja
pasien yang terinfeksi virus Ebola yang dapat selamat. Secara umum kematian pasien yang

terinfeksi Ebola disebabkan karena tekanan psikologis, dan sedikit kematian yang diakibatkan
akibat kekurangan darah.
2.4. Cara Penularan Virus Ebola
Virus Ebola adalah virus yang dapat menyebar dengan sangat cepat dan dapat menyebar melalui
penggunaan jarum suntik yang tidak disterilkan atau melakukan kontak dengan seseorang yang
terkena infeksi atau mayat orang yang sudah meningggal karena terserang Virus Ebola.
Cara infeksi virus Ebola dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut. Pertama, sekitar satu
minggu setelah infeksi atau peradangan, virus mulai menyerang darah dan sel hati. Kedua,
penyakit akan menyebar secara cepat keseluruh tubuh, virus akan menghancurkan organ atau
bagian tubuh yang penting seperti hati dan ginjal. Ketiga, infeksi virus Ebola akan menyebabkan
atau mendorong terjadinya pendarahan internal secara besar-besaran (masive). Keempat, Virus
Ebola akan menghambal kerja sistem pernapasan, yang dapat menyebabkan kematian seketika
pada pasien. Cara penularan atau infeksi virus Ebola pada manusia, dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Mekanisme Infeksi Virus Ebola
(Sumber: www. images.encarta.msn.com)
2.5. Upaya Pencegahan
Tim peneliti dari Amerika dan Kanada yang dipimpin Dr Anthony Sanchez melaporkan
perkembangan tentang virus Ebola dalam pertemuan ke-162 Komunitas Mikrobiologi Umum
yang digelar di gedung Pusat Konferensi Internasional Edinburgh. Menurut Sanchez, dengan
pola transportasi perjalanan lintas benua dan pariwisata yang berkembang demikian pesat
beberapa waktu terakhir telah membuat virus Ebola menyebar dari tempat paling terasing ke
seluruh belahan di dunia. Utnuk itu diperlukan upaya pencegahan yang bisa meminimalkan
meluasnya wabah penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari agar tidak tertular oleh virus Ebola,
antara lain: menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak melakukan kontak dengan
pasien atau mayat yang terjangkit virus Ebola, dan mengggunakan perlengkapan khusus seperti
baju yang bisaa digunakan di Laboratorium yang fungsinya menghindari penularan oleh virus
Ebola. Dengan demikian, diharapkan kontaminasi yang bisa disebabkan oleh virus Ebola dapat
di hindari. Selain itu, mayat para korban yang meninggal akibat virus Ebola harus dimusnahkan
karena penyebaran utama virus ini melalui darah, yang menyebabkan para dokter yang terkena
darah dari pasien yang terinfeksi, akan mengalami kematian seperti yang terjadi di Afrika.
Menon-aktifkan virus Ebola dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang bisaa dilakukan
yaitu dengan penggunaan sinar Ultra violet dan radiasi sinar gama, penyemprotan formalin
dengan konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan disinfektan phenolic dan pelarut lipiddeoxycholate dan ether.
Gambar 6. Penyemprotan Disinfektan di Tempat Isolasi Pasien Demam Ebola
Sumber: www.stanford.edu
Gambar 7. Staf Medis dari Organisasi Dokter Tanpa Batas (MSF) Merawat Seorang Pasien yang
Diduga Terjangkit Virus Ebola di Kongo
2.6. Pengobatan

Sampai dengan saat ini, belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.
Akan tetapi sekarang sedang di kembangkan pembuatan vaksin yang akan diujikan kepada
manusia untuk pertama kalinya adalah vaksin yang sudah memasuki fase uji-klinis. Menurut
Sanchez, infeksi virus Ebola di dalam tubuh manusia memang bisa sangat mematikan, tapi
monyet berhasil selamat dari infeksi virus tersebut dan ini bisa menjadi contoh yang sangat
bermanfaat bagi uji-coba terhadap binatang. Pengujian vaksin Ebola dengan menggunakan
primata memberikan perkembangan yang menjanjikan bagi hadirnya vaksin pelindung
(www.mediaindonesia.com).
Ada beberapa hal yang menyebabkan penyebaran penyakit Ebola (Demam Berdarah Ebola)
sangat dikhawatirkan, antara lain:
1. Serangannya muncul secara sangat mendadak
2. Gejala-gejala klinik sangat berat.
3. Menimbulkan kematian dalam waktu yang sangat singkat.
4. Angka kematiannya sangat tinggi yaitu 90-92% dari jumlah penderita.
5. Karena Virus Ebola mampu berpindah dari penderita ke orang lain, sehingga transportasi
sangat mendukung kemungkinan penyebarannya ke berbagai bagian dunia dalam waktu yang
sangat singkat.
6. Belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan Demam Berdarah Ebola.
7. Vaksin Demam Berdarah Ebola (DBE) hingga kini belum dapat dibuat (Sumber: Halim, M).
2.7. Rehabilitasi
Rehabilitasi bagi mantan penderita akibat terinfeksi virus Ebola bisa dilakukan dengan tidak
mengasingkan para penderita. Karena menurut para ahli, sebagian besar kematian yang
disebabkan oleh virus Ebola di sebabkan oleh adanya tekana secara psikologis. Apabila kita
mengasingkan dan menjauhi para penderita atau mantan penderita virus Ebola, justru hal ini akan
semakin memperburuk kondisi kesehatan penderita tersebut. Untuk itulah diperlukan upaya
rehabilitasi yang intensif terhadap para penderita virus Ebola agar kondisi fisik dan
psikologisnya tetap stabil, sehingga akan memberikan motivasi kepada pasien tersebut untuk
secepatnya bisa sembuh dari penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola. Akan tetapi, proses
rehabilitasi ini tentunya harus dilakukan secara hati-hati dan lebih waspada, mengingat virus
Ebola bisa menular dengan sangat cepat dari penderita kepada orang lain melalui kontak.
Rehabilitasi juga sebaiknya dilakukan di tempat yang benar-benar steril, atau pada ruang isolasi
khusus sehingga bisa mengurangi kontaminasi yang bisa disebabkan oleh virus Ebola.
PENUTUP
3.1. Simpulan
Demam Berdarah Ebola ( Demam Hemorrhagic) adalah penyakit disebabkan oleh suatu virus
yang termasuk kedalam genus Ebolavirus, keluarga Filoviridae. Ada empat jenis virus Ebola,
yaitu virus Ebola-Zaire, virus Ebola-Sudan, virus Ebola-Ivory dan virus Ebola Reston. Untuk
mendeteksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian antigen-capture enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA, polymerase chain reaction (PCR).
Gejala demam ebola meliputi: radang sendi, sakit punggung, diare, kelelahan, sakit kepala, rasa
tidak enak badan, kerongkongan terasa sangat sakit, dan muntah-muntah. Pada gejala akhir,
demam ebola dapat menujukkan gejala seperti: gatal-gatal, pendarahan dari mata, telinga, dan

hidung, pendarahan dari mulut dan dubur (pendarahan gastrointestinal), radang pada mata
(conjunctivitis), bengkak pada organ genital (labia dan kantung buah pelir (scrotum)), keluarnya
darah melalui permukaan kulit (hemorrhagic).
Virus Ebola dapat menyebar melalui penggunaan jarum suntik yang tidak disterilkan atau
melakukan kontak dengan seseorang yang terkena infeksi atau mayat orang yang sudah
meningggal karena terserang virus Ebola. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan:
menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak melakukan kontak dengan pasien atau
mayat yang terjangkit virus Ebola. Sampai dengan saat ini, belum ditemukan vaksin yang bisa
mencegah infeksi oleh virus Ebola.
3.2. Saran
Meskipun sampai dengan saat ini belum ada laporang tentang adanya penyakit yang disebabkan
oleh virus Ebola, akan tetapi hendaknya kita selalu waspada terhadap virus Ebola mengingat
virus ini sangat cepat menular, dapat dengan cepat menyebabkan kematian, dan sampai saat ini
masih belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.
Daftar Pustaka
1. Alek, 2000. http://www.bozz.com, diakses 2 April 2008.
2. Brooks, G.F, Bustel, J.S, and Ornston, L.N. Tanpa tahun. Mikrobiologi Kedokteran.
Terjemahan oleh Nugroho, E dan Maulany, R.F. 1996. Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
3. Halim, M. Suplement Vol 26 No.3 Juli-September 2005. http://www.harianterbit.com, diakses
2 April 2008.
4. Olson, http://www.ualr.edu, diakses 2 April 2008.
5. Robertus S.W &Tony H, http://mikrobia.wordpress.com, diakses 2 April 2008.
6. Schnurrenberger, P.R. and Hubbert, W.T. Tanpa tahun. Ikhtisar Zoonosis. Terjemahan oleh
Molyono, E. 1991. Penerbit ITB Bandung.
7. Sunarto, http://www.wikimu.com/News, diakses 2 April 2008.
8. Yun, Y. 2004 http://www.asianresearch.org/articles, diakses 2 April 2008.
9. Zintzen. P, 2007. http://www.suarapembaruan.com/News, diakses 2 April 2008.
10. Koran Tempo, Desember 2007. Penelitian Pengobatan Ebola dan Marburg.
11. Sriwijaya Post, Sabtu, 8 April 2006. Mendeteksi Virus Ebola Lewat Telepon Genggam. hlm
17

Anda mungkin juga menyukai