Anda di halaman 1dari 2

PENYAKIT PARU KARENA MIKOBAKTERIUM ATIPIK

Mikobakterium atipik disebut juga dengan mikobakterium non tuberculosis, banyak


dijumpai di sekitar lingkungan seperti di tanah, air, makanan, dan lain-lain. Ernest
Runyon membagi mikobakterium atipik menjadi 4 grup berdasarkan waktu
pertumbuhan, pembentukan pigmen dan morfologi koloni:
1. Grup 1 (fotokromogen)
Pada grup ini warna koloni menjadi lebih tua bila terkena cahaya. Ada 3 spesies
yang pathogen, yaitu M. kansasii, M. simiae, M. marinum. Sepsies ini dapat
menumbulkan penyakit paru, kulit, dan limfadenitis.
2. Grup 2 (skotokromogen)
Pada grup ini warna koloni tidak dipengaruhi cahaya. Contohnya, M.
scrofulaceum, M. szulgai.
3. Grup 3 (nonfotokromogen)
Pada grup ini koloni kuman tidak berwarna. Contohnya, M. avium-intracellulare
complex, M. xenopi, M. ulcerans. Spesies tersebut dapat menyebabkan infeksi
paru, kulit, dan jaringan lunak.
4. Grup 4 (Rapid Growers)
Grup ini memiliki pertumbuhan yang cepat (3-7 hari) pada media sederhana. Ada
3 spesies yang bisa menimbulkan penyakit paru, yaitu M.fortuitum, M.chelonei,
dan M.abscessus.
Mikobakterium atipik ini bisa didapat melalui pernapasan, saluran cerna, kulit atau
(yang jarang) parenteral. Penyakit pada paru timbul oleh karena inhalasi kuman
dalam bentuk aerosol. Penyebaran kuman dari binatang ke manusia atau dari
manusia ke manusia lainnya tampaknya dapat diabaikan.
Gejala paru yang disebabkan infeksi mikobakterium atipik sama dengan yang
disebabkan oleh M.tuberculosa. Gejala yang ditimbulkannya bervariasi dan tidak
spesifik, misalnya batuk produktif, sesak, malaise, lemah, batuk darah. Gejala-gejala
konstitusional seperti demam, keringat malam, berat badan menurun kurang
menonjol. Paru yang terkena sering bilateral dan jarang mengenai pleura.

Penyakit paru yang disebabkan infeksi M.atipik secara anamnesis, pemeriksaan


fisis, dan radiologis sukar dibedakan dengan yang disebabkan M.tuberculosa,
sehingga menyulitkan diagnosis di samping bisa dijumpai kuman M.atipik di sputum
sebagai kolonisasi dari saluran napas bawah, sehingga diagnosis harus didasarkan
atas criteria yang valid dari klinis, temuan khas dari CT scan, temuan berulang
M.atipik dari dahak atau pertumbuhan M.atipik dari biopsi paru.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang regimen pengobatan mana yang
paling ampuh dalam pengobatan infeksi paru yang disebabkan M. atipik ini. Bila
infeksinya tidak menimbulkan gejala atau secara klinis stabil, pemberian obat
antituberkulosis (OAT) dapat ditangguhkan dengan pengobatan hanya ditujukan
pada penyakit yang mendasari saja. Bila penyakit menjadi progresif atau pasien
dengan gejala menjadi lebih hebat maka diberikan OAT.

Anda mungkin juga menyukai