Anda di halaman 1dari 3

Nyontek itu ...

Assalamualaykum warrahmatullah wabarakatuh


Bismillahirrahmanirrahim..
Sebelum masuk dalam pokok bahasan, marilah kita simak sepenggal kisah nyata
berikut ini:
Sudah hampir genap tiga tahun aku mengenal Si Fulan. Hari itu, usai ujian sekolah,
seperti biasa kami dan beberapa orang teman menyempatkan untuk berkumpul. Kemudian,
Si Fulan mulai bercerita bahwa ia kesulitan dalam menjawab soal yang diujikan. Kebetulan
seorang teman yang duduk di depannya bersedia membantu dengan memberi contekan.
Awalnya si Fulan ragu, tapi karena sama sekali tidak paham dengan mata pelajaran bahasa
daerah yang diujikan tersebut, maka ia menerimanya.
Aku salah ya? Harusnya aku nggak ngelakuin itu. Si Fulan berkata dengan nada
yang penuh sesal.
Hening.
Kemudian Si Fulan mulai terisak. Air matanya jelas terlihat oleh kami. Tangisnya
semakin menjadi. Beberapa teman berusaha menenangkannya.
Sudah... sudah! Dijadikan pelajaran saja. Kamu masih bisa taubat, nasihat
seorang teman.
Jadi aku udah berdosa, ya? Aku harus sholat taubat, ya? sahut Si Fulan.
Iya, begitu lebih baik.
Mungkin ketika kita membaca kisah di atas, akan timbul pertanyaan: Kenapa harus
nangis cuma gara-gara nyontek? Pertanyaan yang wajar, mengingat bahwa sejak dulu
menyontek merupakan hal yang sudah dianggap biasa di kalangan pelajar, bahkan
mahasiswa. Oleh karena itu, menyontek dapat dikatakan sudah membudaya. Siapa sih yang
nggak pernah nyontek? Ahh ... rasanya cukup sulit menemukan orang yang belum pernah
menyontek selama hidupnya. Lalu, sebegitu mahalkah kejujuran itu? Dan apakah budaya
menyontek tersebut perlu dilestarikan? Mari kita renungkan.
Penyebab Menyontek
Apa sih yang mendorong kita untuk menempuh jalan pintas dengan menyontek?

Berikut beberapa alasan mengapa kita menyontek:


1. karena merasa kesulitan menjawab pertanyaan,
2.

tidak menguasai pelajaran tertentu karena tidak suka dengan berbagai alasan,

3.

tidak tahu jawaban karena lupa, disebabkan SKS (Sistem Kebut Semalam),

4.

tidak dapat mengerjakan karena lupa rumus-rumusnya, dan

5. tidak ingin mendapat nilai jelek sehingga tidak mencapai standar kelulusan.
Ternyata menyontek merupakan tanda bahwa kita belum siap untuk diuji. Padahal,
pada dasarnya, ujian diadakan untuk menguji seberapa dalam pemahaman kita atas materi
yang kita pelajari. Lalu, apa gunanya jika jawaban yang kita tuliskan tersebut bukan atas
pengetahuan kita? Bukankah itu sama saja kita membohongi diri sendiri?
Bahaya Menyontek
Dalam hadits dari sahabat Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu juga dijelaskan
keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Masud menuturkan bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan
megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga.
Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di
sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena
sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan
mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta,
maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta. (HR. Muslim no. 2607)

Bila menyontek sudah jadi kebiasaan, kita akan menjadi malas. Hal itu menyebabkan
ide dan kreativitas tidak dapat berkembang. Kita akan bergantung pada teman. Kita enggan
belajar karena tanpa belajar pun dapat memperoleh nilai bagus. Padahal, nilai pas-pasan hasil
usaha sendiri lebih baik daripada nilai bagus tapi hasil menyontek.

Lalu, apakah menyontek itu dosa? Mari tanyakan pada hati kita. Bagaimana perasaan
kita saat menyontek? Apakah tegang, takut karena ada rasa khawatir ketahuan? deg-degan?
Mengapa demikian? Karena hati nurani tahu bahwa itu perbuatan dilarang, otak kita telah
menyimpan pesan larangan menyontek saat ujian. Namun, mengapa masih kita lakukan?
Allah berfirman dalam Q.S. Al Hujuraat :18

Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.
Jadi, seharusnya kita lebih berhati-hati dalam bertindak karena Allah selalu mengawasi kita.
Mungkin kita dapat mengelabuhi pengawas agar tidak ketahuan saat menyontek, tapi kita
tidak dapat mengelabuhi Allah Yang Maha Melihat.
Tips Menghindari Menyontek
1. Belajar dengan sungguh-sungguh dan teratur. Hindari belajar dengan sistem
wayangan atau SKS.
2. Tanamkan rasa optimisme dalam diri kita.
3. Ingat bahwa menyontek itu perbuatan tercela.
4. Ingat bahwa Allah selalu mengawasi kita.
Sekian bahasan kita tentang menyontek. Semoga bahasan kali ini bermanfaat dan kita
semua dimudahkan dalam menghadapi UTS pekan depan. Aamiin.
Wassalamualaykum warrahmatullah wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai