Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH TEPUNG TEMPE

TERHADAP UKURAN JARINGAN


KANKER MAMMA DAN GAMBARAN
MIKROANATOMI HEPAR MENCIT (Mus
muscullus) GALUR C3H SETELAH
DITRANSPLANTASI SEL Adenocarcinoma
mammae
Authored
Sri Susilawati
By:
PENGARUH TEPUNG TEMPE TERHADAP UKURAN JARINGAN KANKER
Paper
MAMMA DAN GAMBARAN MIKROANATOMI HEPAR MENCIT (Mus
Title:
muscullus) GALUR C3H SETELAH DITRANSPLANTASI SEL Adenocarcinoma
mammae

BibTeX Record:

PENGARUH TEPUNG TEMPE TERHADAP UKURAN JARINGAN


KANKER MAMMA DAN GAMBARAN MIKROANATOMI HEPAR
MENCIT (Mus muscullus) GALUR C3H SETELAH DITRANSPLANTASI
SEL Adenocarcinoma mammae.

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I
Untuk mencapai gelar Sarjana Sains
Oleh :
Nama
: Sri Susilawati
NIM
: 4450402011
Program Studi : Biologi S1
Jurusan
: Biologi
Fakultas
: MIPA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2007

ABSTRAK
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup tinggi.
Di Semarang pada tahun 1995 kanker payudara menduduki urutan pertama dari 5
besar kanker yang terjadi pada wanita, yaitu kanker payudara, kanker leher
rahim,
kanker hati, kanker ovarium dan kanker rektum, dengan jumlah penderita
sebanyak 10,25 per 100.000 orang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian tepung tempe terhadap jaringan kanker mamma dan
gambaran struktur mikroanatomi sel hepar mencit C3H yang ditransplantasi
Adenocarcinoma mammae.
Populasi penelitian adalah mencit (Mus muscullus) galur C3H umur 2-3
bulan dengan berat 20-30 gram. Sampel adalah mencit (Mus muscullus) betina
galur C3H berjumlah 15 ekor dipilih secara acak dari seluruh populasi
penelitian.
Variabel bebas adalah perlakuan tepung tempe dengan berat 0,02 gram (P1), 0,2
gram (P2) dan tanpa perlakuan (K). Variabel tergantung berupa volume jaringan
kanker mamma dan struktur mikroanatomi hepar, diamati sel hepatositnya.
Variabel kendali meliputi galur, jenis kelamin, umur, berat badan mencit dan
pakan. Data penelitian dianalisis dengan ANAVA, dilanjutkan dengan uji BNT
95%. Struktur mikroanatomi hepar mencit dianalisis secara deskriptif.
Hasil ANAVA menunjukkan bahwa pemberian tepung tempe secara
signifikan (p<0,05) berpengaruh terhadap volume jaringan kanker mamma. Hasil

uji BNT menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05), dimana kelompok P2


berbeda nyata dengan kelompok kontrol (K) dan P1. Berdasarkan hasil analisis
secara deskriptif tepung tempe tidak berpengaruh pada struktur mikroanatomi
hepar mencit.
Simpulan bahwa pemberian tepung tempe dengan dosis 0,2 gram berpengaruh
pada jaringan kanker mamma, akan tetapi tidak berpengaruh pada gambaran
struktur mikroanatomi hepar mencit (Mus muscullus) galur C3H.
Kata kunci : tepung tempe, kanker mamma, hepar

ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul : Pengaruh Tepung Tempe Terhadap Ukuran Jaringan Kanker
Mamma Dan Gambaran Mikroanatomi Hepar Mencit (Mus muscullus) Galur C3H
Setelah Ditransplantasi Sel Adenocarcinoma Mammae.
Telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Matematika
dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada :
Hari
: Rabu
Tanggal
: 18 April 2007
Panitia Ujian
Ketua

Sekretaris
Drs. Kasmadi IS., M. S

Ir. Tuti Widianti, M. Biomed.


NIP. 130781011

NIP. 130781009
Tim Penguji :
Pembimbing I

Penguji I
Dra. Siti Harnina. B, MS

Ari Yuniastuti, S. Pt, M. Kes


NIP. 131754160

NIP. 132207401
Pembimbing II

Penguji II
dr. Nugrahaningsih WH, M. Kes

Dra. Siti Harnina. B, MS


NIP. 132207402

NIP. 131754160

Penguji III

dr. Nugrahaningsih WH, M. Kes


NIP. 132207402
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Banyak orang tidak pernah gagal karena tidak pernah berani mencoba, hanya
sedikit orang yang sukses hanya karena mereka mengumpulkan banyak sekali
kegagalan untuk belajar darinya. (John D. Rockefeller)
Hiduplah sesukamu, namun engkau pasti akan mati. Beramallah sesukamu
pasti engkau akan dibalas. Cintailah siapa saja yang engkau sukai, pasti
engkau akan berpisah dengannya dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang
mukmin itu karena sholat malamnya (Nasihat jibril kepada Muhammad SAWHR. At. Thabrani)
Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, meski lama mendapatkannya dan
jalani dengan penuh kesabaran. (Anonim)

PERSEMBAHAN
Skripsi sederhana ini kupersembahkan untuk :
Bapak dan ibuku tercinta, atas doa dan
dukungannya
Mba wina & Mas budi, Abang yanto dan
adikku(Nur & yane), de Yusuf (Keponakanku)
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji untuk ALLAH SWT, yang telah melimpahkan

rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan


menyusun skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Tepung Tempe
Terhadap Ukuran Jaringan Kanker Mamma dan Gambaran Mikroanatomi
Hepar Mencit (Mus musculus) Galur C3H Yang Ditransplantasi Sel
Adenocarcinoma mammae sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi serta
memperoleh gelar Sarjana Strata S1 di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun
atas dorongan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini, maka perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk menyelesaikan studi di Biologi FMIPA UNNES.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang beserta staf yang telah memberi
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Biologi UNNES yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan sehingga skripsi ini dapat tersusun.
4. Kepala Laboratorium Biologi UNNES beserta staf yang telah membantu
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Siti Harnina Bintari, M. S. Dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan petunjuk dalam menyelesaikan
skripsi ini.
v
6. dr. Nugrahaningsih WH, M.Kes. Dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan petunjuk dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Ari Yuniastuti, M. Kes, S. Pt, selaku dosen penguji yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Drs. Bambang Priyono, M, Si selaku dosen wali Biologi 02
9. Bapak, ibu yang telah membesarkan, menyayangi, mendidik serta
memberikan pendidikan dan kehidupan, serta memberikan doa, dukungan
dan dorongan.
10. Mba Wina & Mas Budi, Abang Yanto, Nur dan Yane yang selalu memberikan
dorongan dan semangat untuk kemajuan penulis.
11. Rhizoma, terimakasih atas dukungan dan bantuannya, teman seperjuanganku
Rini, Susan, Umi, Mira, Ipung, Ani, Ismu, Titik dan Maulida sukses untuk
kalian.
12. Teman-teman Kos Amaliya, dan Bio02 yang senantiasa memotivasi dan
menemani perjuanganku dalam penyusunan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Akhirnya, penulis menyadari banyak kekurangan yang ada dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Semarang , Mei 2007
Penulis
vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN
JUDUL ........................................................................
.........
i
ABSTRAK ......................................................................
..........................
ii
HALAMAN
PENGESAHAN ...................................................................
.
iii
MOTTO DAN
PERSEMBAHAN ..............................................................
iv
KATA
PENGANTAR ....................................................................
...........
v
DAFTAR
ISI ..........................................................................
...................
vii
DAFTAR
TABEL ........................................................................
.............
ix
DAFTAR
GAMBAR .......................................................................
.......... x
DAFTAR
LAMPIRAN .....................................................................
.........
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan
Judul .........................................................
1
B. Rumusan
Masalah .................................................................
4
C. Penegasan
Istilah ...................................................................
4
D. Tujuan
Penelitian ...................................................................
5
E. Manfaat
Penelitian .................................................................

5
F. Garis Besar Dan Sistematika Penulisan Skripsi ......................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan
Pustaka ...................................................................
7
B. Kerangka
Berfikir ..................................................................
20
C.
Hipotesis ....................................................................
...........
20
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian .................................................
21
B. Populasi dan Sampel
Penelitian .............................................
21
C. Variabel
Penelitian ................................................................
21
D. Rancangan
Penelitian .............................................................
21
E. Alat dan Bahan
Penelitian ......................................................
22
F. Prosedur
Penelitian ................................................................
23
G. Pengumpulan
Data .................................................................
24
H. Analisis
Data .........................................................................
27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian dan
Pembahasan .................................................
30
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan .....................................................................
..........
43
B.
Saran ........................................................................
.............

43
DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................
..........
44
LAMPIRAN .....................................................................
.........................
47
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi
Tempe ......................................................... 16
Tabel 3.1 Perlakuan Pada
Mencit ................................................................ 24
Tabel 4.1 Data Volume Jaringan Kanker Mamma Mencit pada Galur C3H
Selama 3 Minggu dengan Perlakuan Berbagai DosisTepung
Tempe ........................................................................
.................. 30
Tabel 4.2 Ringkasan Analisis Varian Satu Jalan Terhadap Ukuran Volume
Kanker Mamma pada Mencit Galur C3H ...................................... 31
Tabel 4.3 Hasil Uji BNT Terhadap Volume Jaringan Kanker Mamma pada
Mencit
C3H ..........................................................................
........ 32
Tabel 4.4 Data Hasil Penelitian pada Pengamatan Kerusakan Hepatosit Mencit
C3H ..........................................................................
.................... 33

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Struktur Sel
Hepar .................................................................... 14
Gambar 4.1 Struktur Mikroanatomi Hepar Mencit pada
Kelompok Kontrol yang Memperlihatkan Adanya Degenerasi
Vakuola. Pewarnaan HE (Perbesaran 400x) .............................. 34
Gambar 4.2 Struktur Mikroanatomi Hepar Mencit pada Kelompok
Kontrol yang Memperlihatkan Adanya Nekrosis. Pewarnaan HE

(Perbesaran
400x) ..................................................................... 35
Gambar 4.3 Struktur Mikroanatomi Hepar Mencit pada Kelompok
Perlakuan Tepung Tempe 0,02 gram. Pewarnaan HE (Perbesaran
400x) ........................................................................
................ 35
Gambar 4.4 Struktur Mikroanatomi Hepar Mencit pada Kelompok
Perlakuan Tepung Tempe 0,2 gram. Paewarnaan HE (Perbesaran
400x) ........................................................................
................ 36

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman
1. Proses Pembuatan Tepung
Tempe ........................................................ 47
2. Proses Pembuatan Pakan Mencit yang Diberikan
Selama
Penelitian ...................................................................
.............. 48
3. Perhitungan Penentuan Dosis Tepung
Tempe ....................................... 49
4. Pembuatan Preparat Irisan Hepar
Mencit .............................................. 50
5. Perhitungan Analisis Varians Satu Arah Terhadap
Volume Kanker Mamma Mencit Galur C3H .......................................
52
6. Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) ........................................................... 55
7. Surat Penetapan Dosen
Pembimbing ................................................... 57
8. Surat Permohonan Peminjaman
Alat .................................................... 58
9. Surat Hasil
Histopatologi ................................................................
..... 59
10. Dokumentasi Pelaksanaan
Penelitian .................................................... 60

xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup tinggi.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat penderita baru dari setiap
seratus
ribu penduduk dan penyakit kanker menduduki urutan ketiga penyebab kematian
setelah penyakit jantung dan paru-paru (Nugroho dkk., 2000). Di Semarang pada
tahun 1995 kanker payudara menduduki urutan pertama dengan jumlah penderita
sebanyak 10,25 per seratus ribu orang. Begitu pula insiden kanker payudara
yang
terjadi di Ujungpandang dan Yogyakarta menduduki urutan pertama (Soetiarto,
1996). Menurut Tambunan (1997) kanker payudara (Karsinoma mammae)
termasuk 10 jenis kanker terbanyak di Indonesia yang merupakan penyebab
kematian nomor dua setelah kanker rahim (Karsinoma cervik uteri) pada wanita,
dan terkesan meningkat sebagai refleksi perubahan pola hidup dan makanan
masyarakat Indonesia.
Di negara maju telah dilakukan berbagai cara pengobatan untuk mengatasi
penyakit kanker, pengobatan spesifik untuk penyakit kanker sampai saat ini
belum
di temukan tetapi pengobatan dan pencegahan secara medis melalui pemberian
obat anti kanker, kemoterapi dan operasi yang tergolong mahal masih terus
dilakukan, akan tetapi semua cara tersebut belum menghasilkan penyembuhan
yang memuaskan. Ditengan-tengah keputusasaan itu muncul harapan baru yaitu
1
2
beralih ke pencegahan dengan pemberdayaan hidup sehat dan alami antara lain
dengan menggunakan diet nutrisi.
Pencegahan adalah cara terbaik dalam penanganan suatu penyakit, tetapi jika
penyakit sudah timbul perlu ditingkatkan daya tahan tubuh untuk menghilangkan
penyakit tersebut. Defisiensi zat gizi akan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh
dan akhirnya tubuh tidak mampu membendung karsinogen. Gizi seimbang
merupakan cara paling baik untuk meningkatkan kemampuan tubuh untuk
melawan penyakit dan makanan merupakan sumber utama nutrisi yang sangat di
butuhkan oleh tubuh (Khomsan, 2004).
Nutrisi yang digunakan untuk penyakit kanker menggunakan diet fitoestrogen
yang merupakan bahan yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai struktur
kimia dan aktivitas biologis menyerupai hormon estrogen dalam tubuh. Salah
satu
jenis fitoestrogen yang banyak diteliti penggunaanya adalah isoflavon, yaitu
fitoestrogen yang antara lain terdapat pada protein kedelai dan produk-produk
kedelai seperti tempe.
Hasil penelitian diberbagai bidang kesehatan telah membuktikan bahwa
konsumsi produk-produk kedelai berperan penting dalam menurunkan resiko
terkena berbagai penyakit degeneratif. Isoflavon merupakan faktor kunci dalam
kedelai yang memiliki potensi memerangi penyakit tertentu (Koswara, 2006).

Tempe merupakan produk makanan dari kacang kedelai yang berkhasiat


mencegah penyakit kanker salah satunya kanker payudara, melindungi jantung

3
dari penyakit jantung koroner (PJK), mencegah osteoporosis dan menurunkan
kolesterol (Pawiroharsono, 2001).
Hipotesis yang menyatakan bahwa tempe dapat mencegah penyakit kanker
didukung fakta pada kebanyakan bangsa Asia yang banyak mengkonsumsi
makanan produk kedelai ini angka penderita kanker payudaranya lebih rendah
daripada negara lain seperti di Amerika dan Eropa yang jarang mengkonsumsi
kedelai. Berdasarkan penelitian tahun 1997 yang diterbitkan jurnal kedokteran
Inggris, The Lancet, juga menemukan konsumsi kedelai yang banyak mengandung
senyawa fitoestrogen akan menurunkan resiko kanker payudara (Health, 2005).
Penelitian mengenai khasiat tempe sudah banyak dilakukan, namun laporan
mengenai kekuatan penghambatan tempe terhadap munculnya kanker mamma
beserta efek samping konsumsi tempe yang berlebihan terhadap tubuh belum
diketahui, karena tidak menutup kemungkinan zat-zat kimia yang terkandung di
dalam tempe dapat mempengaruhi organ-organ tubuh terutama hepar. Mengingat
hepar merupakan tempat untuk metabolisme dan detoksikasi zat-zat kimia yang
masuk ke dalam tubuh. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
pemberian tepung tempe sebagai agensia penghambat kanker mamma dan efek
yang ditimbulkan pada organ lain ditubuh manusia. Penelitian dilakukan dengan
pemberian suplemen tepung tempe pada mencit C3H yang kemudian mendapatkan
perlakuan transplantasi sel Adenocarsinoma mammae dari mencit Mus musculus
galur C3H donor.

4
B. Permasalahan
Apakah pemberian tepung tempe dapat berpengaruh pada ukuran jaringan
kanker mamma dan bagaimana gambaran mikroanatomi hepar mencit (Mus
muscullus) galur C3H yang ditransplantasi sel Adenocarcinoma mammae.
C. Penegasan Istilah
1. Gambaran mikroanatomi hepar mencit yaitu gambaran struktur mikroanatomi
hepar setelah mencit ditransplantasi sel Adenocarcinoma mammae dan
pemberian tepung tempe. Dalam penelitian ini yang diamati adalah bagian selsel hepatosit hepar yang berupa kerusakan nekrosis, perlemakan, sirosis dan
degenerasi.
2. Tepung tempe adalah tempe segar yang diiris tipis kemudian dikeringanginkan lalu dibuat tepung.
3. Penghambatan jaringan kanker mamma, dalam hal ini yang diamati adalah
ukuran makroskopis kanker berupa volume jaringan kanker mamma.
4. Sel Adenocarcinoma mammae yaitu sel kanker yang terjadi pada mamma
mencit resipien yang di dapat dengan cara menyuntikkan sel kanker dari
mencit donor ke mencit sehat (resipien).

5
D. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian tepung tempe terhadap penghambatan
ukuran jaringan kanker dan pengaruhnya pada organ hepar.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran makroskopis jaringan kanker mamma mencit C3H
yang ditransplantasi Adenocarcinoma mammae setelah pemberian tepung
tempe.
2. Gambaran mikroanatomi hepar mencit C3H yang ditransplantasi
Adenocarcinoma mammae setelah pemberian tepung tempe.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi kepada masyarakat
dan ilmuwan tentang pengaruh pemberian tepung tempe sebagai penghambatan
kanker mamma dan gambaran mikroanatomi hepar mencit (Mus muscullus) galur
C3H yang ditransplantasi sel Adenocarcinoma mammae. Dengan demikian dapat
sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya pada manusia.
F. Garis Besar Dan Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan dalam memahami keseluruhan skripsi ini, sistematika
penulisan skripsi dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu : bagian awal skripsi,
bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi.

6
1. Bagian Awal Skripsi
Bagian ini berisi halaman judul, abstrak, pengesahan, motto dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan
daftar
lampiran.
2. Bagian Isi Skripsi
Pada bagian ini, isi skripsi terdiri dari lima bab yang meliputi :
Bab I. Pendahuluan
Menguraikan tentang landasan teori, rumusan masalah, penegasan istilah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II. Tinjauan Pustaka Dan Hipotesis
Menguraikan tentang tinjauan pustaka yang mendukung penelitian, meliputi :
tinjauan tentang kanker mamma, tinjauan tentang hepar dan tinjauan tentang
khasiat tempe.
3. Bagian Akhir Skripsi
Menguraikan tentang lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel
penelitian, variable penelitian, rancanagan penelitian, alatdan bahan,
prosedurpenelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan
Bab V. Penutup

Menguraikan tentang simpulan dan saran.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tepung tempe berpengaruh pada penghambatan ukuran jaringan
kanker mamma pada mencit galur C3H yang ditransplantasi sel
Adenocarcinoma mammae.
2. Tepung tempe tidak mempengaruhi struktur mikroanatomi hepar
mencit galur C3H yang ditransplantasi sel Adenocarcinoma
mammae.
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka pada akhir laporan ini
peneliti menyarankan :
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian tepung
tempe terhadap penghambatan jaringan kanker mamma pada mencit galur
C3H yang ditransplantasi sel Adenocarcinoma mammae dengan dosis yang
lebih banyak untuk mengetahui dosis optimum yang dapat menghambat
ukuran jaringan kanker.
43
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Kanker mamma/ Adenocarcinoma mammae.
Kanker mamma atau yang sering disebut kanker payudara adalah
salah satu kanker yang perlu diwaspadai. Kanker ini menduduki peringkat
kedua setelah kanker rahim di antara kanker yang menyerang wanita
Indonesia. Kanker payudara adalah suatu pertumbuhan abnormal jaringan
payudara, tumbuh infiltrasi dan destruktif serta dapat bermetastase
(Bustan, 1997)
Sel kanker payudara yang pertama tumbuh menjadi tumor sebesar 1
cm dalam waktu 8-12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada kelenjar
payudara. Selsel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran
darah ke seluruh tubuh dan dapat bersembunyi di dalam tubuh selama
bertahun-tahun tanpa diketahui karena pada stadium awal tidak terdapat
keluhan sama sekali dan pada stadium lanjut kanker mulai aktif dan
menjadi ganas yang menimbulkan kelainan pada payudara (Bustan, 1997).

Karsinoma mamma biasanya menyebar secara limfogen. Sebagian


besar tumor mengadakan metastase pada kelenjar getah bening aksila
melibatkan satu atau lebih kelenjar. Metastase karsinoma ke organ jauh
dapat terjadi secara hematogen. Organ yang sering terlibat adalah tulang,
7
8
paru, hepar, dan tidak jarang kesusunan saraf pusat, kelenjar tiroid, dan
ginjal (Azamris dkk., 2003).
a Insiden
Insiden kanker payudara di negara Amerika Serikat sangat tinggi,
berdasarkan data dari American Cancer Society menunjukkan bahwa
kematian akibat kanker pada wanita didominasi oleh kanker payudara
(Khomsar, 2004), sedangkan di Indonesia insiden relatif kanker payudara
cukup tinggi kedua setelah keganasan kanker mulut rahim. Insiden
penderita kanker payudara bergerak naik terus dari usia 30 tahun, dan
keganasan ini jarang sekali ditemukan pada usia 20 tahun, angka tertinggi
terdapat pada usia 45-66 tahun (Azamris dkk., 2003).
Kanker payudara bukan monopoli kaum wanita, akan tetapi sekitar
1% kanker payudara terjadi pada pria dan insidennya berbeda-beda di
berbagai negara di dunia. Kanker payudara pada pria harus diwaspadai
sejak dini karena dapat mengakibatkan kematian sebagaimana yang terjadi
pada wanita (Healt, 2005).
b Etiologi
Etiologi kanker payudara sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Faktor endogen yang diduga memegang peranan dalam proses
kejadian tumor ini adalah faktor hormon estrogen akan tetapi mekanisme
kejadiannya belum diketahui. Selain faktor endogen ada kemungkinan
pengaruh faktor eksogen, kanker payudara lebih banyak pada wanita
berpostur gemuk, sedangkan postur demikian lebih banyak disebabkan

9
faktor makanan/pola makan serta pola hidup yang tidak sehat (Khomsan,
2004).
Berbagai faktor risiko telah diketahui seiring dengan kemampuan
analisis faktor genetik dan hormonal sehingga mampu menghasilkan
beberapa hipotesis etiologi, faktor risiko yang telah diidentifikasikan
dewasa ini adalah: Umur; lebih dari 30 tahun lebih beresiko, anak
pertama lahir pada usia ibu lebih dari 35 tahun, status perkawian; resiko
tidak kawin, status sosial ekonomi; orang kaya lebih beresiko, tempat
tinggal; lebih banyak ditemukan pada orang perkotaan, berat badan;
banyak ditemukan pada orang gemuk, status negara; negara Amerika dan
Eropa lebih banyak dari Asia dan Afrika, ras; lebih banyak ditemukan
pada orang berkulit putih, menarche atau haid pertama kurang dari umur
12 tahun, pernah operasi tumor jinak payudara, pernah mendapat terapi
hormonal yang lama, adanya kanker payudara pada payudara yang
sebelahnya, adanya riwayat operasi ginekologi, adanya riwayat kanker
payudara pada keluarganya, dan adanya riwayat radiasi di daerah dada
(Ramadhan, 2005).
2. Hepar
a Struktur hepar

Hepar merupakan organ sekaligus kelenjar terbesar pada tubuh hewan


tingkat tinggi dan memliki peran sangat penting dalam proses metabolisme
zat makanan, obat dan toksikan (Lu, 1995). Organ hepar berada di rongga

10
abdomen sebelah kanan dan dilindungi oleh tulang iga serta memiliki
permukaan bawah yang tidak rata (adanya lekukan) (Price dkk, 1995).
Hepar terbagi menjadi dua lobus utama yaitu lobus kanan dan lobus
kiri, lobus sebelah kanan di bagi menjadi dua bagian oleh fisura
segmentalis kanan menjadi segmen anterior dan posterior sedang pada
lobus kiri dibagi oleh ligamen folsiforme menjadi segmen medial dan
lateral (Price dkk., 1995). Setiap lobus hepar dibagi menjadi lobulus yang
berbentuk prisma bersudut 6 (hexagonal) dan panjang sekitar 2 mm dan
berdiameter 1 mm. Tiap lobulus di batasi oleh jaringan ikat interlobular
(Geneser, 1994).
Lobulus hepar terdiri dari dua macam yaitu lobulus anatomi dan
lobulus fungsional. Lobulus anatomi terdiri dari : vena sentralis sebagai
titik tengah yang mengalirkan darah ke vena sublobularis dan kemudian ke
vena hepatica, Parenkim hepar yang terdiri lagi atas selapis sel hepar dan
kanal empedu kecil-kecil, Sinusoid yang berlapiskan sel kuffer (susunan
retikulo endotelial), ruang disse yang terletak antara sel hepar dan
sinusoid, segitiga Kiernan atau daerah portal sebagai batas luar lobulus
(Geneser, 1994 dan Sherlock, 1995). Lobulus fungsional terdiri dari atas
segitiga Kiernan sebagai titik tengah dan vena sentralis senagai batas luar
(Sherlock, 1995).
Sel- sel penyusun hepar disebut hepatosit, yang berbentuk polygonal,
inti vasikuler, nukleoli menonjol, sitoplasma berglanul, dan tersusun
berupa barisan dan membentuk lapisan setebal 1 atau 2 sel. Hepatosit

11
tersusun radier dari pembuluh darah kecil ditengah yaitu vena sentralis dan
dipisahkan oleh sinusoid yang merupakan cabang vena porta dan arteria
hepatica. Sinusiod dibatasi oleh sel fagositik atau sel kuffer yang
merupakan sistem monosit makrofag (Junquera dkk., 1998).
Dalam hepar terdapat tiga jenis jaringan yang penting yaitu: sel
parenkim hepar, susunan pembuluh darah dan limfe, serta susunan saluran
empedu. Ketiga jaringan ini saling berhubungan erat, sehingga kerusakan
satu jenis jaringan akan dapat menyebabkan kerusakan jaringan lainnya
(Price dkk., 1995).
b Fungsi hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang memiliki fungsi
yang kompleks. Beberapa fungsi hepar diantaranya antara lain: yang
pertama untuk metabolisme yaitu hepar berperan penting dalam
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak hasil absorbsi dari usus halus
(Price dkk., 1995). Fungsi yang kedua sebagai kelenjar endokrin dan
eksokrin, dimana kelenjar endokrin hepar mensekresikan hormon insulin
dan mensekresikan empedu merupakan fungsi hepar sebagai kelenjar
eksokrin (Junquera dkk., 1998). Fungsi ketiga yaitu untuk detoksikasi,
dimana fungsi ini sangat penting dan dikerjakan oleh enzim-enzim hepar
yang melakukan oksidasi reduksi dan konjugasi zat-zat yang

membahayakan, mengubahnya menjadi zat-zat yang secara fisiologik tidak


aktif (Junquera dkk., 1998). Fungsi keempat yaitu untuk menyimpan
metabolit-metabolit. Lipid dan kabohidrat disimpan dalam hepar dalam

12
bentuk lemak dan glikogen. Hepar juga berperan sebagai tempat
penyimpanan vitamin A dan B serta heparin (Junquera dkk., 1998).
c Perubahan regresif struktur hepar
Kelainan atau perubahan yang terjadi pada hepar dapat terjadi karena
adanya faktor dari luar atau karena perubahan struktur hepar. Perubahan
atau kelainan yang pertama adalah atrofi umum yaitu terjadinya
pengecilan hepar yang disebabkan oleh atrofi sel-sel dan lobuli hepar yang
menjadikan hepar mengeras karena parenkimnya hilang sedangkan
interstisiumnya tidak berkurang. Selain itu juga terjadi penimbunan
pigmen lipofusin yang menjadikan hepar berwarna coklat tua (Robbins
dkk., 1996).
Perubahan yang kedua yaitu degenerasi. Degenerasi adalah perubahan
yang sering terlihat pada proses septik atau toksik dengan ciri hepar
membesar, bagian tepi membulat, serta bidang sayatan berwarna belang.
Degenerasi pada hepar meliputi; degenerasi hidrofik yang ditandai dengan
adanya satu atau sekelompok hepatosit yang membengkak dengan
sitoplasma berwarna jernih berbentuk balon; degenerasi feathery, bila
hepatosit membengkak, sitoplasma retikuler berwarna pucat dan batasnya
jelas dan degenerasi hialin yang ditandai dengan sitoplasma menggumpal
disertai reaksi asidofilik protein (Ressang, 1984). Perubahan yang ketiga
yaitu perlemakan, dimana ditandai dengan adanya penimbunan lemak
dalam parenkim hepar dapat berupa bercak, zonal atau merata (Junquera
dkk., 1998).

13
Perubahan keempat yaitu nekrosis, dimana pengertian nekrosis adalah
kematian pada hepatosit, karena terjadi kerusakan akut maka hepatosit
mengalami kematian yang terjadi bersama dengan pecahnya membran
plasma yang didahukui adanya perubahan morfologi awal yang berupa
edema sitoplasma, dilatasi RE dan agregasi polisom (Lu, 1995). Sel hepar
yang mengalami nekrosis dapat meliputi daerah yang luas atau daerah
yang kecil. Berdasarkan lokasi dan luasnya nekrosis dapat dibedakan
sebagai berikut: nekrosis hepar ialah kematian sebuah sel atau kelompok
kecil sel dalam satu lobus, nekrosis zonal ialah kerusakan sel hepar dalam
satu lobus. Nekrosis ini di bedakan menjadi nekrosis sentral, midzonal,
dan perifer, nekrosis massif dan submassif yaitu kerusakan sel hepar
meliputi daerah yang luas (Robbins dkk., 1995). Perubahan yang terakhir
adalah sirosis, yang merupakan proses difus yang ditandai dengan fibrosis
dan perubahan arsitektur normal menjadi nodul-nodul yang berstuktur
abnormal, sirosis ditunjukkan dengan adanya pengerasan hepar yang
disebabkan oleh kehilangan parenkim dan disusul dengan pembentukan
jaringan parut secara luas dan terjadi regenerasi dan hiperlasi penimbalan
jaringan hepar yang tetap hidup, disertai pula kerusakan jaringan
mesodermal, endotel, sel kuffer dan serabut-serabut prekolagen.
Terjadinya sirosis ditandai dengan adanya septa kolagen yang tersebar

disebagian besar hepar, kumpulan hepar membentuk nodul yang


dipisahkan oleh lapisan berserat (Robbins dkk., 1995).

14

Gambar 2.1. Struktur Sel Hepar (Eroschenko, 2003).


3. Tempe
Tempe merupakan makanan hasil fermentasi biji kedelai dengan
menggunakan jamur Rhizopus sp. Tempe dapat dibuat dari berbagai
macam bahan, tetapi kebanyakan tempe dibuat dari kedelai melalui proses
penempean, kedelai menjadi bahan makanan yang memiliki nilai gizi yang
tinggi dan daya cerna yang jauh lebih tinggi dibanding daya cerna kedelai

15
sebelum
difermentasikan
menjadi
tempe.
Beberapa
penelitian
menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap dan
dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai
(Astawan, 2003).
Tempe sebagai bahan makanan yang banyak mengandung zat gizi
seperti protein yang tinggi, lemak, karbohidrat serta vitamin dan mineral
dan beberapa senyawa aktif seperti isoflavonoid, genistein, daidzein,
fitosterol, saponin, asam fitat dan inhibitor protease. Dibanding kedelai,
terdapat beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi
hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut,nitrogen
terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi
protein serta skor proteinnya. Kandungan zat gizi tempe dapat dilihat pada
Tabel 2.1.

16
Tabel 2.1. Kandungan Zat Gizi Tempe
Komposisi zat gizi 100
Zat gizi
satuan
gram bdd
Energi
Kal
201
Protein

Gram
20,8
Lemak
Gram
8,8
Hidrat Arang
Gram
13,5
Serat
Gram
1,4
Abu
Gram
1,6
Kalsium
Mg
155
Fosfor
Mg
326
Besi
Mg
4
Karotin
Mkg
34
Vitamin A
SI
0
Vitamin B1
Mg
0,19
Vitamin C
Mg
0
Air
Gram
55,3
Bdd (berat yang dapat dimakan)
%
100
Sumber: Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia Depkes RI Dir. Bin.Gizi
Masyarakat dan Puslitbang Gizi 1991 dalam Widianarko, 2000.
Zat gizi dan senyawa aktif yang terdapat pada tempe memiliki banyak
khasiat bagi kesehatan tubuh antara lain isoflavon tempe dapat
menurunkan kolesterol, mekanisme penurunan kolesterol oleh isoflavon
diterangkan melalui pengaruh terhadap peningkatan katabolisme sel lemak
untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan kandungan
kolesterol (Sekiya, 2000 dalam Pawiroharsono, 2001).
Zat antioksidan pada tempe antara lain berbentuk isoflavon. Seperti
halnya vitamin C, E dan karotenoid, isoflavonoid merupakan zat
antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi
pembentukan radikal bebas yang dapat menyebabkan tumor, kanker,
penuaan dan kematian sel. Tiga jenis isoflavon yang terdapat pada kedelai

adalah daidzein, glisetein dan genistein dan semuanya berupa molekul

17
yang terikat dengan gula (glikosida) dan secara struktural mirip dengan
estrogen alami dalam tubuh (Frerking, 2003 dalam Miladiyah, 2004).
Ketiga isoflavon ini akan mengalami proses metabolisme dalam usus oleh
beta-glukosidase yang akan diubah menjadi genistein, daidzein, dan
glycitein, dalam bentuk tidak terikat dengan gula/aglikon (Arditi, 2003
dalam Miladiyah, 2004). Metabolisme isoflavon dapat dilihat pada
Diagram 2.1.
Isoflavon
(Glikosida/aglikon)
Hati
Lambung
Jalur 1
Absorbsi
Glukuronida
Usus halus
Aglikon Glikosida
glukosidase
Kolon
Ekskresi
Aktivitas
Empedu
Ekskresi
farmakologi
Feses (1-2%)
Ginjal
Urin ( 1-25 %)
Diagram 2.1. Metabolisme Isoflavon (Turner dkk., 2003)

18
Penghambatan sel kanker oleh genistein dikemukakan oleh Peterson

dkk., melalui mekanisme: penghambatan pembelahan sel (baik sel normal


maupun sel yang terinduksi oleh faktor pertumbuhan sitokinin) akibat
penghambatan dan pembentukan membran sel, khususnya penghambatan
pembentukan protein yang mengandung tirosin, sifat antioksidan dan
antiangiogenik, sifat mutagenik pada gen endogen, penghambatan aktivitas
enzin DNA isomerase (Achyadi, 2004).
Beberapa
penelitian
dengan
pemberian
suplemen
isoflavon,
menunjukkan bahwa terapi isoflavon menurunkan densitas kanker
payudara pada wanita-wanita monopause, tetapi hal ini tidak terjadi pada
wanita premenopause. Peran isoflavon dalam mengurangi risiko kanker ini
diduga melalui beberapa mekanisme antara lain yaitu pertama,
penghambatan terhadap enzim tirosin kinase, yaitu suatu enzim yang
memacu pertumbuhan sel-sel kanker. Hal ini diyakini merupakan
mekanisme
utama
pencegahan
kanker
oleh
isoflavon.
Kedua,
Penghambatan angiogenesis oleh genistein, sehingga akan menghambat
pertumbuhan sel-sel kanker. Angiogenesis merupakan faktor penting yang
menyebabkan sel kanker dapat berkembang. Ketiga, sebagai antioksidan.
Antioksidan paling poten dalam isoflavon kedelai adalah genistein, diikuti
oleh daidzein bekerja dengan menghambat timbulnya radikal bebas yang
dapat merusak DNA sehingga dalam jangka panjang dapat mengurangi
resiko kanker. Keempat, pengaktivan sistem imun. Dua penelitian terbaru
dari tim peneliti Amerika dan Cina pada penelitian terhadap tikus

19
percobaan, didapat bahwa daidzein mengurangi resiko kanker dengan cara
meningkatkan aktivitas sel T dan makrofag (Frerking, 2003 dalam
Miladiyah, 2004). Sel T yang teraktivasi akan melepaskan limfokin seperti
interferon (IFN) yang mengaktifkan efek lisis sel NK, limfotoksin (LT)
yang dapat langsung menghancurkan sel kanker, bahan kemotaktik (CFM),
Migration Inhibition Factor (MIF) dan Macrophage Activating Factor
(MAF). Limfokin-limfokin ini mengerahkan dan mengaktifkan makrofag
yang mempunyai efek sitotoksik dan mencegah multiplikasi sel kanker
(Baratawidjaja, 2000).
Pada tempe selain ketiga jenis isoflavon, juga terdapat antioksidan
faktor II (6,7,4 trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan
paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai yang dapat
berkhasiat mencegah terjadinya proses penuaan diri (Pawiroharsono,
2001).
Senyawa isoflavon dapat mengalami transformasi lebih lanjut
membentuk senyawa transformasi baru yang disebut sebagai faktor II
(6,7,4 Trihidroksi Isoflavon) yang mempunyai aktivitas biologi lebih
tinggi. Faktor II merupakan senyawa yang tidak terdapat pada kedelai dan

hanya terdapat pada tempe, senyawa ini terbentuk selama proses


fermentasi kedelai menjadi tempe oleh aktivitas mikroorganisme. Menurut
penelitian Barz, dkk. (1993) dalam Pawiroharsono (2001), biosintesis
faktor II dihasilkan melalui dimetilasi glisitein oleh bakteri Brevibacterium

20
epidermis dan Mikrococcus luteus atau melalui reaksi hidroksilasi
daidzein.
B. Kerangka Berpikir
Tepung tempe
Transplantasi sel kanker
(Isoflavon)

Sel target
Sel non
Mencit C3H
Menghambat
(payudara)
Usus halus
target
Enzim tirosin
Hepar
(isoflavon
kinase
Aglikon)
Proses mitosis pada fase
metafase terhambat
Hambatan progresifitas sel
kanker >>
Diagram 2.2 Kerangka Berfikir
C. Hipotesis
Ada perbedaan gambaran makroskopis jaringan kanker mamma dan tidak
ada pengaruh terhadap gambaran mikroanatomi hepar mencit (Mus muscullus)
galur C3H yang ditransplantasi sel Adenocarsinoma mammae setelah
pemberian suplemen tepung tempe.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Laboratorium jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
Adapun waktu penelitian 4 bulan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan yaitu mencit (Mus muscullus) galur C3H yang
mempunyai umur 2-3 bulan dengan berat sekitar 20-30 gr. Sampel dalam
penelitian ini adalah mencit (Mus muscullus) betina galur C3H berjumlah 15
ekor yang disampling secara acak dari seluruh populasi penelitian.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Pemberian suplemen tepung tempe dengan perlakuan P1
sebanyak 0,02 g tepung tempe dan P2 sebanyak 0,2 g tepung tempe.
2. Variabel tergantung : struktur mikroanatomi hepar mencit, ukuran dan
berat jaringan kanker mamma dalam gram.
3. Variabel kendali : galur, jenis kelamin, umur, berat badan mencit, dan
pakan.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Acak lengkap
(RAL), karena materi yang digunakan adalah relatif sama yaitu galur, jenis
kelamin dan umur mencit. Penelitian eksperimental dengan rancangan post
test randomized control design ini menggunakan hewan uji sebanyak 15 ekor
21
22
mencit galur C3H yang dibagi dalam 3 kelompok perlakuan dan masingmasing kelompok terdiri dari 5 kali ulangan.
Skema rancangan penelitian:
S0 TK S0 Tr1 O1
A R S1 TP1 S1 Tr2 O2
S2 TP2 S2 Tr3 O3
Keterangan :
A-R : Masa adaptasi
R : Randomisasi
S0
: Tanpa suplementasi
S1
: Suplementasi tepung tempe 0,02 gram
S2
: Suplementasi tepung tempe 0,2 gram
TK : Kontrol, kelompok yang ditransplantasi kanker mamma dan diberi
pakan standar.
TP1 : Mencit yang ditransplantasi kanker mamma dan diberi suplemen
tepung tempe 0,02 g sebelum dan sesudah inokulasi + pakan standar.
TP2 : Mencit yang ditransplantasi kanker mamma dan diberi suplemen
tepung tempe 0,2 g sebelum dan sesudah inokulasi pakan standar.
Tr1 : Terminasi kelompok kontrol setelah 2-3 minggu.
Tr2 : Terminasi kelompok perlakuan 1 setelah 2-3 minggu.
Tr3 : Terminasi kelompok perlakuan 2 setelah 2-3 minggu.
O1 : Observasi pada kelompok kontrol
O2 : Observasi pada kelompok perlakuan 1
O3 : Observasi pada kelompok perlakuan 2

E. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kandang mencit lengkap
tempat pakan dan minumnya, timbangan ohaus untuk menimbang berat badan
mencit, peralatan bedah, botol-botol falcon untuk menempatkan organ hepar,

23
seperangkat alat untuk membuat preparat mikroanatomi hepar mencit,
mikroskop binokuler dan jangka sorong.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit galur C3H betina
umur 2,5 bulan dengan berat badan 20 gr, mencit galur C3H yang telah
ditransplantasi kanker mamma sebagai donor, tempe, pakan standar, air
minum, alkohol 70%, kapas, asam pikrat untuk menandai mencit, kloroform
untuk
pembedahan
dan
reagen-reagen
untuk
pembuatan
preparat
mikroanatomi hepar mencit.
F. Prosedur Penelitian
1. Persiapan penelitian
a
Menyiapkan hewan yang akan diuji
b
Menyiapkan kandang mencit yang lengkap dengan tempat pakan dan
minum
c
Menyediakan suplemen tepung tempe
Tempe segar yang diiris tipis kemudian dikering-anginkan lalu dibuat
tepung.
2. Pelaksanaan penelitian
a Membagi mencit secara acak menjadi 3 kelompok dengan tiap kelompok
terdiri 5 ekor.
b Memberi perlakuan terhadap mencit pada Tabel 3.1

24
Tabel 3.1 Perlakuan pada Mencit
Kelompok
Perlakuan
I
Kontrol
II
Suplemen tepung tempe 0,02 g

III
Suplemen tepung tempe 0,2 g
c Setelah 1 bulan perlakuan, mencit ditransplantasi dengan sel kanker
mamma yang berasal dari mencit donor (berkanker) dengan cara
mengambil sel kanker dari mencit donor dengan melakukan pembedahan,
kemudian mencacah sel kanker di dalam cawan petri yang diberi garam
fisiologis sampai menyerupai bubur, selanjutnya menyuntikan sel kanker
sebanyak 0,2 ml ke bagian axila mencit.
d Memberi perlakuan terhadap mencit seperti pada Tabel 3.1
e Setelah ada mencit yang mati setelah adanya kanker tersebut, maka semua
mencit yang diperlakukan mulai dibedah.
f Mengambil sel kanker dengan pembedahan kemudian menimbang berat
jaringan kanker.
g Membuat preparat mikroanatomi hepar
G. Pengumpulan Data
Data
mikroskopis
hepar
diambil
setelah
pembuatan
preparat
mikroanatomi hepar selesai. Preparat kemudian diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran tertentu untuk membandingkan antara kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan, pada penelitian ini data yang digunakan adalah
kerusakan struktur mikroanatomi hepar mencit galur C3H. Data makroskopis
sel kanker mamma dengan parameter berat jaringan kanker.

25
1. Prosedur transplantasi sel kanker
Melakukan pembedahan tikus donor untuk diambil jaringan kankernya,
kemudian mencuci jaringan kanker di cawan petri dengan menggunakan
garam fisiologis, selanjutnya mencacah jaringan kanker pada cawan petri
hingga menyerupai bubur, dan menyuntikkan 0,2 ml sel kanker ke ketiak
mencit betina sehat, kemudian memisahkan mencit pada kandang sesuai
dengan perlakuan masing-masing.
2. Prosedur perlakuan
Memisahkan mencit yang telah ditransplantasikan dengan sel kanker pada
masing-masing kandang sesuai perlakuan yang dapat dilihat pada Tabel
3.1
3. Pengukuran makroskopis
Melakukan pembedahan mencit dan mengambil jaringan kankernya
kemudian mengukur berat kanker dengan menggunakan gelas ukur yang
telah diisi garam fisiologis.
4. Pembuatan peparat mikroanatomi yang dilakukan di lab Fisiologi hewan
UGM, sebagai berikut:
a). Fiksasi
Memindahkan organ hepar tersebut ke dalam fiksatif yang berupa
formalin 40% dan mendiamkannya selama 24 jam.
b). Dehidrasi
Memasukkan organ hepar mencit ke dalam alkohol 20%, 30%, 40%,

50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96% masing-masing selama 20 menit.

26
c). Clearing (Pembersihan)
Memasukkan hepar ke dalam larutan alkohol-xilol bertingkat selama 40
menit, lalu memasukkannya ke dalam xilol murni I, II, III masingmasing selama 20 menit.
d). Embedding (Penempelan)
Memasukkan hepar ke dalam xilol-parafin cair bertingkat selama 20
menit, kemudian memasukkan parafin cair (57oC) I, II, III masingmasing selam 20 menit. Menyiapkan cetakan atau bisa menggunakan
cawan petri yang diolesi gliserin. Menuangkan parafin cair ke dalam
cetakan sampai penuh, kemudian membenamkan potongan organ ke
dalam parafin tersebut. Parafin yang berisi organ tersebut ditunggu padat
baru dikeluarkan dari cetakan dan blok parafin tersebut diiris-iris
menjadi blok-blok kecil yang tiap blok hanya berisi satu irisan organ
hepar. Blok-blok parafin tersebut ditempelkan diatas Holder.
e). Sectioning (Pemotongan)
Holder dipasang di mikrotom, kemudian mengatur ketebalan irisan pada
mikrotom. Lalu mulai mengiris dengan cara memutar pengait mirotom.
f). Affixing (Penyematan)
Pita parafin hasil irisan direntangkan diatas kaca obyek. Kemudian
diletakkan diatas Hot Plate bersuhu 450C sampai parafin meleleh dan
sisa air dihisap dengan kertas tissue.

27
g). Staining (Pewarnaan)
Memasukkan kaca benda yang berisi irisan organ ke dalam xilol murni I,
II masing-masing selama 5 menit, lalu ke alkohol xilol bertingkat
selama 5 menit, alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50% masingmasing selama 5 menit lalu ke aquades I, II masing-masing selama 5
menit, kemudian ke pewarna hematoxylin selama 7 detik. Setelah itu
kembali dimasukkan ke dalam aquades dan alkohol 50%, 60%, 70%,
80%, 90%, 96% masing-masing beberapa celupan lalu dimasukkan ke
pewarna kedua yaitu eosin selama 5 menit. Kemudian dimasukkan ke
alkohol 96% I, II masing-masing sebanyak beberapa celupan setelah itu
dimasukkan ke alkohol- xilol (1:1), xilol murni I, II, III masing-masing
beberapa celupan, setelah itu preparat dikering-anginkan.
h). Mounting (Penutupan)
Penutupan preparat dengan menggunakan kaca penutup.
i). Labelling (Pemberian Label)
Memberi identitas preparat.
H. Analisis Data
Data mikroskopis hepar mencit galur C3H yang diperoleh dianalisis untuk
didiskripsikan dan dibandingkan struktur anatominya antara kelompok kontrol
dan perlakuan, untuk selanjutnya diidentifikasikan kerusakan sel hepatositnya
yang berupa nekrosis. Data makroskopis dengan parameter berat jaringan

kanker dianalisis dengan menggunakan analisis varian satu jalan. Adapun

28
ringkasan analisis varian satu jalan menurut Schefler dkk., (1987) adalah
sebagai berikut:
Rumus-rumus analisis anava satu jalan.
1. Derajat Kebebasan (dB)
Db Total
= (t x r) 1
Db Perlakuan = (t - 1)
Db Galat
= t (r - 1)
dimana t = perlakuan
r= ulangan
2. Faktor Koreksi
(
2
X )
Fk =
n
3. Jumlah Kuadrat (JK)
Jk Total =

2 ? Fk
ij
( x 2
i )
Jk Perlakuan =
? Fk
r
JK Galat = JK Total JK Perlakuan
4. Kuadrat Tengah (KT)
JK Perlakuan
5. KT Perlakuan =
db Perlakuan
JK Galat
6. KT Galat =
db Galat
KT Perlakuan
7. F hitung =
KT Galat

29
8. Signifikasi Uji F

Untuk menentukan apakah hasil uji F nyata (signifikan) atau tidak maka
nilai F hitung dibandingkan dengan nilai F tabel. Jika F hitung > F tabel
pada taraf kepercayaan 5% maka nilai ujinya dinyatakan signifikan berarti
pemberian tepung tempe berpengaruh signifikan (p < 0,05) terhadap berat
jaringan kanker mamma.
9. Uji Beda Nyata Terkecil (Uji BNT)
Apabila uji F signifikan, maka untuk mengetahui apakah ada perbedaan
pada masing-masing kelompok dilakukan uji BNT. Menurut Schefler
(1987), rumus yamg digunakan adalah sebagai berikut:
2KTGalat
BNT=5% = t1/2=5%.db
r

30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Volume Jaringan Kanker Mamma
Sesudah pemberian perlakuan tepung tempe terhadap mencit C3H yang
ditransplantasi sel kanker mamma, dilakukan pembedahan dan dilakukan
pengukuran volume jaringan kanker. Hasil pengukuran volume jaringan
kanker kelompok perlakuan K, P1, P2 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Volume Jaringan Kanker Mamma pada Mencit Galur C3H
Selama 3 Minggu dengan Perlakuan Berbagai Dosis Tepung Tempe
Volume (ml)
Ulangan
K
P1
P2
1
14
10
0
2
15
10
12
3
16

13
12
4
13
14
11
5
14
14
12
Rata-rata
14,4
14
9,4
Keterangan :
P0 : Kontrol, kelompok yang ditransplantasi kanker mamma dan tidak diberi
suplemen tepung tempe + pakan standar.
P1 : Mencit yang ditransplantasi kanker mamma dan diberi suplemen tepung
tempe 0,02 g sebelum dan sesudah transplantasi + pakan standar.
P2 : Mencit yang ditransplantasi kanker mamma dan diberi suplemen tepung
tempe 0,2 g sebelum dan sesudah transplantasi + pakan standar.
30
31
Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa perlakuan menunjukkan adanya
perbedaan rata-rata volume jaringan kanker yang memperlihatkan bahwa volume
jaringan kanker mamma cenderung berkurang/menurun seiring dengan
penambahan dosis tepung tempe yang digunakan. Untuk mengetahui apakah
perbedaan nilai rata-rata volume jaringan kanker antar kelompok perlakuan
tersebut berbeda signifikan atau tidak dapat diketahui melalui analisis varian
satu
jalan yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari hasil analisis tersebut
diperoleh
hasil seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Ringkasan Analisis Varian Satu Jalan Terhadap Ukuran Volume
Kanker Mamma pada Mencit Galur C3H.
SK
db
JK
KR
Fh
Ft 5 %
Perlakuan
2
77,2
38,6
Galat
12
118,4
9,87
3,91*

3,88
Total
14
195,6
*Signifikan pada = 0,05
*) Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa antar perlakuan
terdapat perbedaan volume jaringan kanker yang sangat signifikan yang
ditunjukkan dengan harga F hitung lebih besar dari F tabel dalam taraf
kepercayaan 95%.
Perbedaan antar
kelompok perlakuan
dapat diketahui dengan
menggunakan uji lanjut BNT (Lampiran 6) dan hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 4.3 yaitu sebagai berikut :

32
Tabel 4.3. Hasil Uji BNT Terhadap Volume Jaringan Kanker Mamma Pada
Mencit C3H
Kelompok
BNT 5%
K
14,4a
P1
14a
P2
9,4b
*Notasi huruf yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata, sedangkan
notasi huruf yang tidak sama menunjukkan hasil berbeda nyata.
Dari hasil uji lanjut (pada Tabel 4.3) tersebut dapat dilihat bahwa volume
jaringan kanker mamma kelompok perlakuan P2 berbeda nyata dengan kedua
kelompok perlakuan yang lain. Kelompok perlakuan P1 tidak berbeda nyata
dengan kelompok perlakuan K tetapi berbeda nyata dengan kelompok
perlakuan P2. volume jaringan kanker kelompok perlakuan K tidak berbeda
nyata dengan kelompok perlakuan P1 tetapi berbeda nyata dengan kelompok
perlakuan P2.
2. Gambaran Mikroanatomi Hepar Mencit C3H
Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif yaitu gambaran mikroanatomi
hepar berupa degenerasi vakuola dan nekrosis. Hasil penelitian diperoleh dari
pengamatan terhadap preparat irisan hepar mencit C3H menggunakan
mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali menunjukkan adanya kelainankelainan atau kerusakan-kerusakan pada sel hepar mencit C3H tersebut.
Untuk hasil pengamatan struktur histologi hepar mencit dapat dilihat pada
Tabel 4.4.

33

Tabel 4.4. Data Hasil Penelitian pada Pengamatan Kerusakan Hepatosit


Mencit C3H
Kelompok Degenerasi
Nekrosis
vakuola
K
+
+
P1
+
++
P2
+
+
Keterangan :
- : tidak ada kerusakan
+ : ada kerusakan
semakin banyak tanda +, tingkat kerusakan semakin besar
Data dari pengamatan dapat diketahui bahwa masing-masing kelompok
memperlihatkan perubahan sel dengan adanya nekrosis dan degenerasi
vakuola, dimana ketiga kelompok perlakuan menunjukkan tingkat perubahan
yang hampir sama. Dari semua perlakuan memperlihatkan gambaran
mikroanatomi hepar dengan hepatosit yang tersusun tidak teratur, adanya
hepatosit yang memiliki 2 inti, sinusoid yang tersusun tidak teratur, batas
hepatosit tidak jelas, sel mengalami degenerasi vakuola yang ditandai dengan
vakuola membesar dan beberapa sel mengalami nekrosis.
Pada kelompok P1 yang ditransplantasi sel kanker mamma dan diberi
tepung tempe 0,02 gram, setelah dilakukan pembedahan ditemukan bahwa sel
hepar mengalami perubahan dengan adanya nekrosis dan degenerasi vakuola.
Sedangkan pada kelompok P2 yang ditransplantasi sel kanker mamma dan
mendapat perlakuan tepung tempe 0,2 gram, tampak sel juga mengalami

34
degenerasi vakuola dan ada nekrosis sel. Sedangkan pada kelompok kontrol
yang ditransplantasi sel kanker mamma dan tidak mendapatkan suplemen
tepung tempe sel hepar juga ditemukan kelainan berupa degenerasi vakuola
dan nekrosis. Degenerasi vakuola dan nekrosis yang ditemukan dalam
kelompok kontrol tidak diakibatkan oleh adanya pengaruh zat yang masuk,
tetapi akibat terjadinya regenerasi sel atau karena akibat pengaruh
transplantasi sel kanker mamma. Struktur mikroanatomi hepar untuk
kelompok kontrol, P1 dan P2 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

I
DV
Gambar 4.1. Struktur mikroanatomi hepar mencit pada kelompok kontrol
yang memperlihatkan adanya degenerasi vakuola. Pewarnaan
he. Perbesaran 400 x. Keterangan, dv: degenerasi vakuola, i:

inti sel hepatosit.

35

VS

Gambar 4.2. Struktur mikroanatomi hepar mencit pada kelompok kontrol


yang memperlihatkan adanya nekrosis. Pewarnaan HE.
Perbesaran 400x. Keterangan, N; nekrosis, VS; vena
sentralis, I; inti sel hepatosit.

N
N
DV
DV
I

Gambar 4.3. Struktur mikroanatomi hepar mencit pada kelompok perlakuan


tepung tempe 0,02 gram. Pewarnaan HE. Perbesaran 400 x
Keterangan, N: nekrosis, DV: Degenerasi Vakuola, I: inti sel
hepatosit.

36

I
DV

Gambar 4.4 Struktur mikroanatomi hepar mencit pada kelompok perlakuan

tepung tempe 0,2 gram. Pewarnaan HE. Perbesaran 400 x.


Keterangan,DV: Degenerasi Vakuola, I: inti sel hepatosit, N:
Nekrosis, K: sel kuffer.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa setelah diberi perlakuan mencit
C3H yang ditransplantasi sel kanker mamma dari setiap kelompok perlakuan
mengalami penghambatan ukuran jaringan kanker mamma, hal ini dapat dilihat
pada Diagram 4.1 berikut ini :

37

Diagram 2. Rata-rata Volume Jaringan Kanker Mamma


16
14,4
14
l
) 14
(
m 12
e
9,4
m 10
l
u
o
V
8
t
a
6
r
a
t
a
4
a
R

2
0
0,02
0,2
0
1
2
3
Dosis (Gram)
Diagram 4.1 Rata-rata volume jaringan kanker mamma pada mencit
(Mus muscullus) galur C3H
Pada diagram tersebut memperlihatkan bahwa terjadi penghambatan ukuran
jaringan kanker mamma pada kelompok perlakuan. Hasil uji statistik dengan
analisis satu jalan dan uji lanjut BNT, menunjukkan bahwa pada kelompok
perlakuan kontrol dengan kelompok perlakuan P1 volume jaringan kanker
mamma keduanya tidak berbeda nyata. Hasil ini memperlihatkan bahwa
pemberian tepung tempe sebanyak 0,02 mg tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap penghambatan ukuran jaringan kanker mamma.
Kelompok perlakuan P2 setelah dilakukan uji lanjut ternyata kelompok
perlakuan tersebut berebeda nyata dengan kelompok perlakuan K, P1 sehingga
dapat diketahui bahwa pada kelompok P2 terjadi penghambatan ukuran jaringan
kanker mamma yang signifikan.

38
Penghambatan ukuran jaringan kanker mamma pada setiap kelompok
perlakuan tersebut diduga karena pemberian tepung tempe. Mekanisme tempe
dalam menghambat ukuran jaringan kanker mamma secara pasti belum dapat
diketahui, dan ini diduga karena adanya peran isoflavon yang terkandung dalam
tempe tersebut. Menurut (Frerking, 2003 dalam Miladiyah, 2004) senyawa yang
bekerja dalam menghambat ukuran jaringan kanker mamma adalah isoflavon
yang terdapat pada tempe, isoflavon bekerja dalam penghambatan terhadap kerja
dari enzim tirosin kinase yang mana enzim ini adalah enzim yang memacu
pertumbuhan sel kanker mamma. Jalur sinyal Faktor Pertumbuhan Epidermal
(FPE) dapat berfungsi melalui aksi tirosin kinase, isoflavon akan menghambat
ekspresi masa reseptor FPE dengan meregulasi ekspresi messenger RNA
(mRNA) reseptor FPE dan protein pada kelenjar mamari. Sehingga jika kerja
enzim tirosin kinase ini dihambat maka pertumbuhan sel kanker terhambat
(Naim, 2005). Selain itu juga menurut (Frerking, 2003 dalam Miladiyah, 2004)
penghambatan ukuran jaringan kanker mamma diduga karena penghambatan
angiogenesis yang merupakan faktor penting dalam proses perkembangan sel
kanker oleh genistein. Isoflavon kedelai berfungsi sebagai antioksidan paling
poten yaitu genistein dan daidzein. Genistein dan daidzein dapat menghambat
timbulnya radikal bebas yang dapat merusak DNA sehingga dalam jangka
panjang dapat mengurangi resiko kanker.
Penurunan volume jaringan kanker mamma diduga karena kerja daidzein
dengan mengaktifkan sistem imun yaitu dengan meningkatkan aktivitas sel T

39
dan makrofag (Frerking, 2003 dalam Miladiyah, 2004). Sel T yang teraktivasi
akan melepaskan limfokin seperti interferon (IFN) yang mengaktifkan efek lisis
sel NK, limfotoksin (LT) yang dapat langsung menghancurkan sel kanker.
Limfokin-limfokin ini mengerahkan dan mengaktifkan makrofag yang
mempunyai efek sitotoksik dan mencegah multiplikasi sel kanker, sehingga
pertumbuhan sel kanker dapat terhambat (Baratawidjaja, 2000).
Menurut Junquera dkk. (1998) struktur histologi hepar dalam keadaan
normal mempunyai ciri-ciri antara lain sel-sel hepatosit berbentuk polygonal
dengan inti vasikuler, nucleoli menonjol, sitoplasma bergeranul yang tesusun
berupa barisan dengan membentuk lapisan setebal 1 atau 2 sel dan hepatosit
yang tersusun radier dari pembuluh darah kecil ditengah yang biasa disebut
vena
sentralis yang dipisahkan oleh sinusoid. Sedangkan hasil pengamatan histologi
hepar, diketahui bahwa pada semua kelompok ditemukan adanya perubahan sel
yang berupa degenerasi vakuola dan nekrosis.
Degenerasi vakuola adalah perubahan- perubahan morfologik yang ditandai
oleh adanya sel-sel yang membengkak tidak hanya terjadi pada endoplasmik
retikulum dan mitokondria tetapi air yang mengumpul dalam rongga-rongga sel,
akibat jejas non fatal yang masih dapat pulih (reversibel), akan tetapi jika
berjalan lama dan derajatnya berlebih dapat menyebabkan kematian sel
(nekrosis). Degenerasi vakuola ini ditunjukkan dengan inti yang tampak
membesar dan bergelembung serta kromatinnya jarang dan tidak eosinofilik.
Mikroskopik tampak vakuola-vakuola yang jernih, yang tersebar dalam

40
sitoplasma, kadang-kadang vakuola kecil-kecil bersatu membentuk vakuola lebih
besar sehingga inti sel terdesak ke pinggir dan akibatnya sel hepar mengalami
gangguan sirkulasi interlobular yang dapat menyebabkan hilang/luruhnya sel
hepar (Himawan, 1992).
Degenerasi Vakuola pada penelitian ini tidak diketahui penyebabnya karena
ditemukan pada semua perlakuan dan belum bisa dipastikan penyebabnya karena
pengaruh transplantasi sel kanker mamma atau pengaruh pemberian tepung
tempe. Menurut Himawan (1992), penyebab degenerasi vakuola pada sel hepar
terjadi karena racun-racun seperti carbon tetrachlorida atau cloroform.
Kelainan yang terdapat pada perlakuan selain degenerasi vakuola juga
adanya nekrosis Menurut Himawan (1992) dan Thomas, (1988) nekrosis dapat
disebabkan oleh bermacam-macam agensia etiologi dan dapat menyebabkan
kematian dalam beberapa hari. Diantara agen penyebabnya yaitu : 1. racun kuat
(misal fosfor, jamur beracun arsen dan lainya), 2. Iskhemi; terjadi karena
supply
oksigen dan makanan untuk alat tubuh terputus, dan gangguan metabolik
(biasanya pada metabolisme protein), 3. Infeksi virus yang menyebabkan bentuk
fluminan atau maligna hepatis virus.
Nekrosis merupakan kematian pada hepatosit karena terjadi kerusakan akut,
yang terjadi dengan pecahnya membran plasma yang didahului adanya
perubahan morfologi awal yang berupa edeme sitoplasma, dilatasi reticulum
endoplasma dan agregasi polisom (Lu, 1995). Secara mikroskopik terjadi
perubahan pada inti, yaitu hilangnya gambaran khromatin; inti menjadi keriput,

41
tidak vasikuler lagi; inti tampak lebih padat, warnanya gelap hitam
(piknosis);
inti terbagi atas fragmen-fragmen, robek (karioreksis); inti tidak lagi
mengambil
warna banyak karena itu pucat tidak nyata (kariolisis) (Himawan, 1992).
Nekrosis yang terdapat pada pada sel hepar diduga karena proses regenerasi
sel. Menurut Robbins dkk. (1995), sel akan mengalami proliferasi dan
regenerasi
untuk mengganti sel-sel yang lepas atau mati. Hepar mempunyai kemampuan
untuk meregenerasi sel yang mengalami kerusakan, pada tikus, hepar dapat
meregenerasi kehilangan 75% beratnya dalam satu bulan (Junquera & Carneiro,
1998).
Perubahan yang terjadi pada hewan uji diduga bukan karena adanya
isoflavon pada pemberian tepung tempe, akan tetapi diduga karena proses
regenerasi sel dan faktor-faktor lain yang belum dapat diketahui. Tidak ada
fakta
yang menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi tempe dapat mangakibatkan
gangguan kesehatan pada manusia, akan tetapi sebaliknya isoflavon yang
terdapat pada tempe memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh. Menurut
Robinson (1995) isoflavon yang ada pada tempe merupakan senyawa yang baik
yang dapat menghambat reaksi oksidasi penyebab kanker, penuaan dan kematian
sel. Isoflavon merupakan phytoestrogen yang memiliki rumus bangun kimiawi
yang sangat berbeda dengan estrogen, namun khasiat maupun prilakunya sangat
mirip estrogen. Hormon estrogen bekerja pada organ sasaran lewat bagian
reseptor estrogen alfa dan beta yang dimiliki oleh jaringan kulit, otak,
tulang,
uterus, ovarium kardiovaskuler, dan payudara. Estrogen alfa terdapat pada
hati,

42
sedangkan estrogen beta terdapat pada traktus gastrointestinal (saluran
pencernaan, usus). Phytoestrogen (isoflavon) tidak mempengaruhi kejadian
keganasan payudara dan endometrium, karena phytoestrogen (isoflavon)
merupakan estrogen tumbuh tumbuhan yang bekerja secara penuh hanya pada
reseptor estrogen beta dan diyakini tidak ada efek samping yang berarti bila
dibandingkan dengan estrogen biasa (Wed, 2004).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa tepung tempe tidak
memiliki pengaruh pada struktur sel hepar mencit C3H, walaupun ada perubahan
sel dari semua perlakuan dan menunjukkan tingkat yang sama, tetapi perubahan
sel yang terdapat di semua perlakuan diduga karena proses regenerasi sel dan
faktor-faktor lain yang belum dapat diketahui.
.

44
DAFTAR PUSTAKA
Achyadi, N. S. 2004. Tempe Generasi Ketiga & Kesehatan.
http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0604/24/cakrawala/lainnya03.htm.
10 Maret 2006.
Azamris; W. Arif, & E. Darwin. 2003. Ekspresi CD 44 Pada Jaringan Tumor
Karsinoma Payudara. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: PT Kalbe Farma.
Baratawidjaja, KG. 2000. Imunologi Dasar . Edisi ke-5. Jakarta : Balai
Penerbit
FKUI.
Bustan M.N. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta.
Eroschenko, P.V. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional.
Terjemahan Jan Tambayong. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 2. Alih Bahasa Arif Guna Wijaya.
Jakarta: Bina Aksara.
Healt. 2005.Waspada Kanker Payudara
.http://www.hanyawanita.com/_health/php?article_id=4687htm
Himawan S. 1992. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: UI Press.
Junquera, L. C & J. Carneiro. 1998. Histologi Dasar. Edisi 3. Alih Bahasa Jan
Tembayong. Jakarta: EGC.
Khomsan. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta:
Gramedia.
Koswara, S. 2006. Isoflavon Senyawa Multi Manfaat Dalam Kedelai.
http://www.ebookpangan.com
Lu, F. C. 1995. Toksikologi dasar Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Risiko.
Edisi
2. Jakarta: UI-Press.
Miladiyah, I. 2004. Isoflavon Kedelai sebagai alternatif Terapi Sulih Hormon
(TSH).
Jurnal Kedokteran YARSI. Jakarta: Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas YARSI.

45
Nugroho, Y. A.; B. Nuratmi & Suhardi. 2000. Daya hambat Benalu teh (Scurulla
atropur purea BI Danser) terhadap Proliferasi Sel Tumor Kelenjar Susu
Mencit (Mus muscullus) C3H. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: PT. Kalbe
Farma

Naim, R. 2005. Genestein dalam Kedelai sebagai Pencegah Kanker Payudara.


http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/05/ilpeng/1601109.htm.
Pawiroharsono. 2001. Prospek dan Manfaat Isoplavon untuk Kesehatan.
Yogyakarta:
Direktorat Teknologi Bioindustri Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi.
Price, S.A & L.M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis. Edisi 4. Alih
Bahasa
Peter Anugerah. Jakarta: EGC.
Ramadhan. 2005. Kanker. http://www.mer_c.org/mc/ina/ikes/ikes0304.kanker
payudara.htm.
Robbins S.L., R.S. Cotran & V. Kumar. 1995. Patologi II. Edisi 4. Alih Bahasa
Staf
Pengajar Laboratorium Patologi Anatomik FK Universitas Airlangga. Jakarta:
EGC.
Robbins S.L., R.S. Cotran & V. Kumar. 1996. Dasar Patologi Penyakit. Edisi 5.
Alih
Bahasa Ahmad Tjarta dkk. Jakarta: EGC.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Alih Bahasa Kosasih
Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB
Resang, A.A. 1984. Buku Pelajaran Patologi Khusus veteriner. Edisi 2. Bogor:
ITB.
Sherlock, S. 1995. Penyakit hepar dan saluran Empedu. Cetakan Kedua. Jakarta:
Widya Medika.
Schefler, C. W. 1987. Statistik untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran dan Ilmu
yang
Bertautan. Alih Bahasa Suroso. Edisi 2. Bandung : ITB-Press.
Soetiarto, F. 1996. Registrasi Kanker Populasi di Kodya Ujung pandang
Yogyakarta
dan Semarang 1996.
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk.gdl-rts-1996-farida598-kanker
Thomas, C. 1988. Histopatologi Buku Teks dan Atlas Patologi Umum dan Khusus
edisi 10. Alih bahasa Tonang dkk. Jakarta : EGC.

46
Turner. N. J.; B. M. Thomson & I. C. Shwan. 2003. Bioactive Isoflavon in
Functional
Foods : The Importance of Gut Microflora on Bioavailability. Article.
Nutrition Reviews. Vol.61
Tambunan. 1994. Patologi Gastroenterologi. Jakarta: EGC. Penerbit buku

kedokteran.
Tambunan. 1997. Diagnosis dan Tata Laksana 10 Jenis Kanker Terbanyak di
Indonesia. Jakarta : EGC. Penerbit Buku kedokteran.
Wed.
2004.
Osteoporosis
Tak
Dapat
Dihindari.
http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1087440610.58908.
Widianarko B. 2000. Tempe, Makanan Populer dan Bergizi Tinggi.
http://www.bebas.vlsm.org/v12/artikel/pangan/tipspangan/TEK12.PDF. 15
Maret 2006.

47
Lampiran 1. Proses Pembuatan Tepung Tempe
Tempe 2 kg

Diiris tipis-tipis

Dikeringkan

Diblender
Dikeringkan

Tepung Tempe

48
Lampiran 2. Proses Pembuatan Pakan Mencit yang Diberikan Selama Penelitian
Tepung Tempe (P1 = 0,02 gram / P2 = 0,2 gram) Pelet (10 gram)

Dicampur

Ditambah Air

Dicampur Rata

Dicetak

Dikeringkan (di oven dengan suhu 30o)

Pakan Mencit

49
Lampiran 3. Perhitungan Penentuan Dosis Tepung Tempe
Menurut hasil penelitian Bintari (2004), dosis optimal yang dipakai dalam
penelitiannya adalah 1000 mg/ kg diet/hari. Dari 200 gram tepung tempe kering
setelah ekstraksi dan partisi diperoleh ekstrak isoflavon sebanyak 5 gram.
Hasil
analisis sample tempe yang digunakan ternyata mengandung isoflavon 36 mg/100
gr tempe. Turunan dari konsentrasi 1000 mg isoflavon/kg diet/hari yaitu dengan
menimbang 250 mg ekstrak isoflavon ditambah 25 ml air.
Mencit C3H tiap hari perlu pakan 5000 mg. Sehingga pemberian tepung
250mg
tempe pada mencit per ekor adalah
x 200 gr 5000 mg = 2 mg.
5gr
Dari hasil tersebut dibuat eksponensialnya yaitu 20 mg dan 200 mg. Sehingga
dosis tepung tempe yang dipakai dalam penelitian ini adalah 20 mg dan 200 mg
atau 0,02 gr dan 0,2 gr.

50
Lampiran 4. Pembuatan Preparat Irisan Hepar Mencit
1. Trimming
Trimming adalah tahapan yang dilakukan setalah proses fiksasi dengan
melakukan pemiotongan tipis jaringan setebal kurang lebih 4 mm dengan
orientasi sesuai dengan organ yang akan dipotong. Alat yang digunakan
untuk trimming adalah pisau skalpel No 22-24.
2. Dehidrasi
Dehidrasi jaringan dimaksudkan untuk mengeluarkan air yang
terkandung dalam jaringan, dengan menggunakan cairan dehidran seperti
etanol atau isopropyl alkohol. Dehidasi jaringan dilakukan dengan
menggunakan tissue processor. Cairan dehidran ini kemudian dibersihkan
dari dalam jaringan menggunakan reagen pembersih seperti xylen atau

toluene. Reagen pembersih diganti dengan parafin dengan cara penetrasi


kedalam jaringan yang disebut impregnasi.
3. Embedding
Setelah proses dehidrasi, maka jaringan yang berada dalam embedding
cassette dipindahkan kedalam base mold, kemudian diisi dengan parafin cair
dan dilekatkan pada balok kayu ukuran 3 x 3 cm atau pada embedding
cassette.
4. Cutting
Cutting adalah pemotongan jaringan yang sudaah didehidrasi dengan
menggunakan mikrotom. Pisau yang tajam akan menghasilkan preparat
51
histologis yang baik, yang secara mikroskopis ditandai dengan tidak adanya
artefak berupa goresan vertikal maupun horizontal.
5. Staining/ pewarnaan
Pembuatan
preparat
menggunakan
teknik
pewarnaan
H&E
(Hematoxyline-Eosin) dengan urutan:
a. Xylol (I)
5 menit
j. Aquadest
1 menit
b. Xylol (II)
5 menit
k. Aquadest
15 menit
c. Xylol (III)
5 menit
l. Eosin
2 menit
d. Alkohol absolut
5 menit
m. Alkohol 96% (I) 3
e. Alkohol absolut (II)
n. Alkohol 96% (II) 3
f. Aquadest

(I)
menit
5 menit
menit

1 menit
o. Alkohol absolut
3 menit
g. Harris- Hematoxiline 20 menit
q. Xylol (IV)
5 menit
h. Aquadest
1 menit

q. Xylol (V)
5 menit
i. Acid alkohol
2-3 celupan
6. Mounting
Mounting dilakukan dengan cara meneteskan bahan mounting (DPX,
entelan, canada balsam) sesuai kebutuhan dan ditutup dengan coverglass,
cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara.
7. Pembacaan slide dengan mikroskop.
Preparat irisan diperiksa di bawah mikroskop dan selanjutnya
diintepretasikan.

52
Lampiran 5
Perhitungan Analisis Varians Satu Arah Terhadap Volume Kanker
Mamma Mencit Galur C3H
Tabel Data volume jaringan kanker mamma pada mencir galur C3H selama 3
minggu dengan perlakuan berbagai dosis tepung tempe
Volume
Ulangan
K
P1
P2
1
14
10
0
2
15
10
12
3
16
13
12
4
13
14
11
5
14
14
12
X
72

70
47
X
14,4
14
9,4
X
189
Berdasarkan data yang ada di tabel diatas dapat dihitung besaran-besaran
sebagai berikut :
1. Derajat Bebas (dB)
dB total = (k x n ) 1
= (3 x 5) 1
= 14
dB perlakuan = (k- 1)
= 3 1
= 2
53
dB galat = k (n 1)
= 3 (5 - 1) = 12
2. Jumlah Kuadrat (JK)
( X 2
)
JK Total = 2
X nT
1892
= (142+152+162+..............+122) 15
= 2577 2381,4
= 195,6
(
2
X
( X 2
)
i )
JK Perlakuan =
n
nT
(722 + 702 + 472 )
1892
=
5
15
= 2458,6 2381,4

= 77,2
JK Galat = JK Total JK Perlakuan
= 195,6 77,2
= 118,4
3. Rerata Kuadrat
JKPerlaku n
a
KRP =
dbPerlaka n
u
7 ,
7 2
=
= 38,6
2

54
JKGalat
KRG =
dbGalat
11 ,
8 4
=
= 9,87
12
4. F Hitung
KRP
F Hitung =
KRG
3 ,
8 6
=
= 3,91
8
,
9 7
Tabel Hasil Perhitungan Nilai F
SK
db
JK
KR
Fh
Ft 5 %
Perlakuan
2
77,2
38,6
Galat
12
118,4

9,87
3,91*
3,88
Total
14
195,6
*Signifikan pada 0,05
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa F hitung > F tabel 5%, yang
berarti bahwa ada pengaruh pemberian tepung tempe terhadap volume
jaringan kanker mamma pada mencit galur C3H.

55
Lampiran 6
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Rumus yang digunakan adalah
2KRGalat
BNT5% = t5% db
r
Uji BNT digunakan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok mencit.
2KRGalat
BNT5% = t5% db
r
2x 8
,
9 7
= 1,78
5
= 3,54
Berikut ini data dari setiap perlakuan
Tabel Nilai Rata-rata Kelompok Perlakuan
Kelompok Perlakuan
Rata-rata
K
14,4
P1
14
P2
9,4
Tabel Hasil selisih rata-rata
Perlakuan
K

P1
P2
K
P1
4,6
P2
5
4,6
-

56
Tabel Hubungan antara Perlakuan
Perlakuan
K
P1
P2
K
P1
Tidak beda nyata
P2
Beda nyata
Beda nyata
Tabel Ringkasan hasil Uji BNT terhadap volume kanker mamma pada mencit
galur C3H.
Kelompok
BNT 5%
K
14,4a
P1
14b
P2
9,4b

60
Lampiran 10.
Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Gambar 1. Mencit (Mus musculus ) Galur C3H

Gambar 2. Bubur Sel Kanker Mamma

61

Gambar 3. Mencit C3H Yang Mau Dibedah

Gambar 4. Pengambilan Jaringan Kanker Pada Mencit


Yang Dibedah

62

Gambar 5. Jaringan Kanker Mamma Kelompok Kontrol

Gambar 6. Jaringan Kanker Mamma Kelompok P1

Gambar 7. Jaringan Kanker Mamma Kelompok P2

Document Outline

A. COVER.pdf
B. ABSTRAKS.pdf

C. HALAMAN PENGESAHAN.pdf
D. MOTTO DAN PERSEMBAHAN.pdf

E. KATA PENGANTAR.pdf

F. DAFTAR ISI.pdf

G. DAFTAR TABEL.pdf

H. DAFTAR GAMBAR.pdf

I. DAFTAR LAMPIRAN.pdf
J. Bab I.pdf

K. BAB V.pdf

L. BAB II.pdf

M. BAB III.pdf

N. BAB IV.pdf

O. DAFTAR PUSTAKA.pdf

P. LAbel LAmpiran.pdf

Q. Lamp 1 - 6.pdf

R. Laml 10 Arsip penelitian.pdf

Hide BibTeX Record

Anda mungkin juga menyukai