Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Dhirgo Adji
Radang
Radang adalah reaksi alamiah yang berupa respon vaskuler dan seluler dari
jaringan tubuh sebagai reaksi terhadap adanya stimuli. Adanya rangsang/ iritasi
akan menyebabkan munculnya respon neurogenik dan humoral (Celloti dan Laufer,
2001).
Kemampuan
tubuh
dalam
membuat
reaksi
radang
bertujuan
untuk
Tanda-tanda keradangan
Menurut Celloti dan Laufer (2001), keradangan akut ditandai dengan adanya warna
merah (rubor), sebagai hasil peningkatan aliran darah pada daerah radang/hiperemi; panas
(kalor) sebagai hasil hiperemi vaskuler; bengkak (tumor), sebagai hasil eksudasi seluler
dan cairan; sakit (dolor) disebabkan oleh adanya iritasi akibat tekanan dan adanya
produk metabolisme serta Kehilangan fungsi (functio laesa), karena fungsi jaringan
berjalan secara tidak normal. Gejala tersebut merupakan gejala umum sebagai
manifestasi yang berkaitan dengan proses konstriksii arteriola diikuti dengan dilatasi
yang melanjut dengan dilatasi kapiler dan venula; kongesti venula; peningkatan
permeabilitas pembuluh darah kecil; eksudasi cairan radang kaya protein (eksudat);
hemokonsentrasi , marginasi dan adesi sel darah, transmigrasi menembus venula,
kemotaksis, agregasi dan fagositosis.
Manifestasi keradangan
1. Radang akut
Manifestasi keradangan akut dibedakan menjadi 2 kategori : (a) respon vaskuler
dan (b) respon seluler. Respon vaskuler atau respon hemodinamik terjadi scat
timbulnya vasokonstriksi pembuluh darah kecil didaerah radang. Vasokonstriksi
akan segera diikuti vasodilatasi arteriola dan venula yang mensuplai daerah
radang. Sebagai hasil dari reaksi tersebut, maka daerah radang menjadi kongesti
yang menyebabkan jaringan berwarna merah dan panas. Bersamaan dengan itu,
permeabilitas kapiler akan meningkat, yang menyebabkan cairan berpindah ke
jaringan dan menyebabkan kebengkakan, rasa sakit dan gangguan fungsi.
Respon seluler pada keradangan akut ditandai dengan adanya proses fagositosis
dari sel darah putih (Celloti dan Laufer ,2001) .
2. Radang kronis
Berbeda dengan radang akut, radang kronis menciri dengan adanya infiltrasi sel
mononuklear termasuk makrofag, limfosit dan plasma sel; jaringan yang terdestruksi,
proliferasi pembuluh darah kecil (angiogenesis) dan fibrosis (Cotran dkk, 1994).
18, TNF- dan TNF-. Toksin bakteri juga menimbulkan kerusakan jaringan dan
melepaskan trombin, histamin, sitokin dan merusak ujung-ujung saraf. Mikroba juga
dapat mengaktifkan komplemen jalur klasik atau alternatif. Kejadian pada tingkat
molekuler/ seluler yang terjadi pada keradangan adalah vasodilatasi, peningkatan
permeabilitas vaskuler dan infiltrasi seluler. Hal tersebut berkaitan dengan kerja mediator
kimia yang disebarkan keseluruh tubuh dalam bentuk aktif maupun non aktif. Mediator
akan diaktifkan ditempat keradangan itu terjadi. TNF- dan IL-1 yang diproduksi
makrofag dan diaktifkan oleh endotoksin mikroba, juga berperanan dalam perubahan
permeabilitas vaskuler (Baratawidjaja, 2002).
Komplemen
Aktivasi komplemen terjadi melalui jalur klasik dan alternatif. Hal ini
berhubungan dengan tahap awal dari invasi bakteri Aktivasi komplemen akan
melepas
berbagai
mediator
seperti
C3a,
C4a
dan
C5a
yang
merupakan
anafilatoksin dan merangsang sel mast jaringan untuk melepas histamin dengan
efek pelebaran serta peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Cairan dan
protein
yang
keluar
dari
rongga
intravaskuler,
menimbulkan
edema
dan
Mediator
Asal
Histamin
Efek
Peningkatan permeabilitas
kontraksi
activating
factor
Trombosit, mastosit
Permeabilitas vaskuler
Basofil,
Pelepasan
neutrofil,
makrofag
mediator
permeabilitas
dari trombosit,
vaskuler
meningkat,
Mastosit
Kemotaksis neutrofil
Chemokines
Leukosit
Merangsang kemotaksis
C3a
Komplemen C3
chemotactic factor
polos
C5a
Komplemen C5
Degranulasi
neutrofil
neutrofil,
mastosit,
dan
kemotaksin
makrofag,
kontraksi
aktivasi
otot
polos,
Bradikinin
Sistem kinin
Vasodilatasi,
kontraksi
otot
polos,
dan
Sistem
penjendalan
Permeabilitas
vaskuler,
darah
Prostaglandin E-2
Jalur siklooksigenase
Vasodilatasi,
kemotaksis
peningkatan
Jalur Lipoksigenase
Kemotaksis
dengan
neutrofil,
prostaglandin
sinergistik
E2
dalam
meningkatkanpermeabilitas vaskuler
Leukotrin D4
Jalur lipoksigenase
permeabilitas
vaskuler meningkat
Tabel 1. Mediator pada inflamasi akut (Baratawidjaja, 2002).
Gambar 2. Interaksi antara granulosit dan Kinin Pada keradangan (Thomson, 1978)
Kesembuhan Luka
Keradangan
proses
hemostasis,
namun
jugs
mensekresikan
beberapa
mediator
kesembuhan luka seperti PDGF (Platelet Derived Growth factor), yang mengaktivasi
makrofag dan fibroblas. Dalam keadaan tidak ada hemoragi, platelet tidak akan
bermanfaat terhadap kesembuhan luka. Berbagai vasoaktif mediator dan kemotaktik
faktor yang dihasilkan melalui proses koagulasi dan jalur faktor kemotaksis dan sel
parenkim aktif atau luka. Substansi ini akan menarik leukosit pada daerah luka (Singer
dan Clarck, 1999).
Gambar 3: Luka pada kulit hari ke-3 setelah luka (Singer dan Clarck, 1999).
diekspresikan oleh monosit. Monocyte dan Makrophag derived growth factor selalu
diperlukan untuk inisisasi dan propagasi formasi jaringan Baru di daerah Iuka
Gambar 4. Luka kulit pada hari ke 5 setelah luka (Singer dan Clarck, 1999).
Epitelialisasi
Reepitelialisasi dimulai dalam beberapa jam setelah luka. Sel epidermis kulit akan
mengeluarkan jendalan darah dan stroma yang rusak dari permukaan luka. Pada waktu
yang sama, sel akan berubah termasuk retraksi tenofilamen intraseluler; terputusnya
kebanyakan desmosoma interseluler yang memungkinkan adanya hubungan antar sel; dan
formasi filamen aktin sitoplasma perifer yang menyebabkan sel-sel bergerak. Selanjutnya
sel-sel
epidermis
dan
dermis
akan
lepas,
disebabkan
terputusnya
hubungan
Gambar
Ekspresi
berinteraksi
reseptor
dengan
integrin
berbagai
pada
protein
sel
epidermis
matriks
memungkinkan
ekstraseluler
untuk
(fibronektin
dan
vitronektin) yang akan berselang seling dengan kolagen stromal tipe-1 pada tepi luka
dan menjalin dengan jendalan fibrin pada ruang luka. Migrasi epidermis akan
memotong luka, memisahkan dan mengeringkan keropeng dari jaringan hidup.
Degradasi matriks ekstraseluler, yang dibutuhkan jika sel epidermis bermigrasi
antara kolagen dermis dan fibrin keropeng tergantung pada produksi kolagenase
oleh sel epidermis sebagaimana aktivasi plasmin oleh aktivator plasminogen yang
diproduksi oleh sel epidermis. Aktivator epidermis juga mengaktifkan kolagenase
(matriks metalloproteinase-1) dan memfasilitasi degradasi kolagen dan protein
matriks ekstraseluler. Satu sampai dua hari setelah luka, sel epidermis tepi luka
mulai
berproliferasi.
Stimulus
migrasi
dan
proliferasi
sel
epidermis
selama
reepitelialisasi mungkin berkaitan dengan tidak adanya sel tetangga p ada tepi luka
(the free edge effect) yang memberi sinyal untuk bermigrasi dan berproliferasi.
Keluarnya growth factor lokal dan meningkatnya ekspresi reseptor growth factor
kemungkinan juga akan menstimulasi proses ini. Menyebabkan persaingan termasuk
epidermal growth factor, transforming growth factor dan keratinocyte growth factor.
Seperti reepitelialisasi yang terjadi , protein membran basalis muncul kembali dengan
rangkaian yang urut dari tepi luka kearah dalam. Sel-sel epidermis kembali ke fenotipenya,
sekali lagi berada pada membrana basalis dan dermis.
Neovaskularisasi
Formasi pembuluh darah baru sangat perlu untuk mendukung jaringan
granulasi yang baru. Angiogenesis merupakan proses yang kompleks berkaitan
dengan matriks ekstraseluler pada luka seperti halnya migrasi dan stimulasi mitogenik
sel endothel. lnduksi angiogenesis pada awalnya dilengkapi dengan fibroblas growth
Universitas Gadjah Mada
10
factor asam atau basa. Selanjutnya beberapa molekul akan ditemukan pada aktivitas
angiogenesis tersebut. Urutan kejadian angiogenesis adalah sebagai berikut : Luka
yang terjadi menyebabkan destruksi jaringan dan hipoksia. Faktor angiogenesis
seperti asam dan basa fibroblast growth factor selanjutnya dikeluarkan oleh makrofag
setelah sel rusak, dan produksi VEGF oleh sel epidermis yang distimulasi kondisi
hipoksia. Enzim proteolitik kemudian dikeluarkan kedalam jaringan konektif dari
protein matriks ekstraseluler terdegradasi. Fragmen dari protein ini akan menarik
monosit darah perifer ke tepi luka. Ketika monosit menjadi makrofag aktif, makrofag
akan mengeluarkan faktor angiogenesis. Makrofag-faktor angiogenesis menstimulasi
sel endotel untuk mengeluarkan aktivator plasminogen dan prokolagenase. Aktivator
plasminogen mengubah plasminogen menjadi plasmin, sedangkan prokolagenase
menjadi kolagenase aktif. Masing-masing protease kemudian bergerak ke membrana
basalis, fragmentasi membrana basalis memungkinkan sel endotel distimulasi oleh
faktor angiogenesis untuk berpindah dan membentuk pembuluh darah baru. Luka diisi
oleh jaringan granulasi baru, angiogenesis berhenti dan beberapa pembuluh darah
baru dihancurkan melalui proses apoptosis. Program kematian sel kemungkinan
diatur melalui berbagai molekul matriks seperti thrombospondins-1 dan 2, dan faktor
antiangiogenesis, seperti angiostatin, endostatin dan angiopoietin 2.
11
12
Pustaka Acuan
Baratawidjaja, K.G., 2002, Imunologi Dasar, Edisi ke 5,Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta,314-325
Celloti, F and Laufer, S., 2001, Inflammation, Healing and Repair Synopsis, J. Phar. Res.,
Vol. 43, No. 5, 2001
Cotran, R.S., Kumar, V., and Robbins, S.L., 1994, Robbins Pathologic basis of
Disease, 5 ed, WB. Saunders Company, Philadelphia, London, toronto,
Montreal, Sydney, Tokyo,51-92.
NN,
2003,
Inflammation,
Tissue
repair
and
Fever
dalam
Romo III, T.,2001, Skin Wound Healing, JMS., sepetmber 10, 2001, Department of
Otolaryngology, Division of Plastic Surgery and reconstructive Surgery, New York
Eye and ear Infirmy,
Singer, A.J. and Clarck, R.A.F., 1999, Cutaneous Wound Healing, NEJM, Vol 341,
September 2, 1999, Number 10, pp. 738-746
13