HALAMAN JUDUL
....................................................................
....................................................................
BAB II PEMASALAHAN
....................................................................
I.
II.
III.
IV.
2
3
3
3
II
....................................................................
BAB I
LATAR BELAKANG
Sebagai wujud aplikasi UUD 1945 Bab XIV tentang Kesejahteraan Sosial dan
implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagaimana diatur oleh UndangUndang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), maka
Pemerintah mengesahkan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Dalam Undang-Undang tersebut telah diatur pembentukan BPJS
menjadi dua badan yakni, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. PT. Askes (Persero)
menjadi Sektor Utama dalam penerapan BPJS Kesehatan dan PT. Jamsostek (Persero)
sebagai tulang punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan.
Tidak dipungkiri bahwa saat ini masih banyak tenaga kerja formal maupun informal
di Indonesia yang belum menjadi peserta Jamsostek. Dengan disahkannya UU BPJS tersebut,
arah implementasi SJSN semakin jelas dan tentunya sudah menjadi tanggung jawab seluruh
pihak khususnya PT. Jamsostek (Persero) untuk melindungi seluruh pekerja formal dan
informal di Indonesia. PT. Jamsostek dituntut untuk pro-aktif menyampaikan informasi
teraktual mengenai program perlindungan untuk tenaga kerja pada masa transformasi PT.
Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Bidang Pemasaran sebagai ujung tombak PT. Jamsostek (Persero) memegang peranan
penting dalam proses transformasi ini. Namun dalam proses peralihan tersebut terdapat
beberapa masalah yang dihadapi dalam persiapan menuju BPJS Ketenagakerjaan. Oleh sebab
itu Bidang Pemasaran dituntut ekstra untuk menemukan solusi terbaik untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut demi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia khususnya pekerja yang dilindungi oleh PT. Jamsostek dan BPJS
Ketenagakerjaan kedepan. Atas dasar inilah penulis mengambil judul Kontribusi Bidang
Pemasaran Dalam Rangka Mendukung Transformasi PT. Jamsostek (Persero) Menjadi BPJS
Ketenagakerjaan.
BAB II
PERMASALAHAN
Masa transisi peralihan dari BUMN Asuransi Sosial menjadi BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan harus dapat diselesaikan oleh Pemerintah dan kedua calon pelaksana
BPJS yakni PT. Askes dan PT. Jamsostek. Kedua BUMN tersebut dituntut untuk bersiap
menjadi sebuah Badan Hukum Publik-Nirlaba yang wewenangnya langsung dibawah
pegawasan Preseden Republik Indonesia. Untuk menuju tahapan tersebut PT. Jamsostek pada
saat ini dituntut untuk pro-aktif menyampaikan informasi secara massif mengenai
transformasi PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan agar seluruh elemen
masyarakat dapat memahami pola-pola perubahan tersebut. Bidang Pemasaraan PT.
Jamsostek (Persero) tentunya harus siap sebagai corong utama penyampai informasi kepada
publik tentang hal-hal diatas. Akan tetapi bidang ini akan menghadapi beberapa permasalahan
pada masa transformasi diantaranya:
1.
PROGRAM LAMA
PROGRAM BARU
JAMSOSTEK
BPJS KETENAGAKERJAAN
2.
mana saat ini belum semua tenaga kerja formal dan sektor informal terdaftar menjadi
peserta Jamsostek. Cakupan kepesertaan menjadi lebih luas dari yang saat ini hanya pada
kelompok penduduk yang bekerja di sektor formal, menjadi cakupan yang bersifat global,
yakni:
a. BPJS Kesehatan yang akan menyelenggarakan Jaminan Kesehatan (JK)
mencakup seluruh penduduk dengan PT. Askes (Persero) sebagai leading
sector.
b. BPJS Ketenagakerjaan mencakup perlindungan kepada seluruh tenaga
kerja dengann PT. Jamsostek (Persero) ditunjuk sebagai leading sector.
4..
Mutasi tenaga kerja, baik dari perusahaan yang sama ataupun dari
perusahaan yang baru dimana pada saat pendaftaran ulang tidak
dilaporkan kepemilikan KPJ tenaga kerjanya.
BAB III
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Dalam pelaksanaan amanah Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), terdapat beberapa item perbedaan yang dimiliki BPJS
Ketenagakerjaan dan PT. Jamsostek (Persero) antara lain:
1. Law-Enforcement
Kewenangan ini akan langsung dilaksanakan sendiri oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Inilah yang membedakan dengan kondisi saat ini dimana Law-Enforcement PT.
Jamsostek (Persero) masih berada institusi lain yakni Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia. Kewenangan sebagai pelaksana langsung akan
mempermudah
BPJS
Ketenagakerjaan
dalam
mencakup
dan
memberikan
perlindungan sosial bagi seluruh pekerja di Indonesia baik formal dan informal
2. Cakupan Kepesertaan
Pada kasus ini, BPJS Ketenagakerjaan akan menggunakan wewenang LawEnforcementnya untuk memaksimalkan proses coverage seluruh pekerja baik formal
maupun informal.
Untuk mencapai 100% pekerja terlindungi BPJS Ketenagakerjaan, akan terjadi
penambahan tenaga kerja secara massif pada periode berdirinya BPJS Ketenagakerjaan pada
tanggal 1 Januari 2014 hingga siap beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan paling lambat 1 Juli
2015 sesuai dengan ketentuan Pasal 29 s.d Pasal 38 dan Pasal 43 s.d Pasal 46 UU SJSN. Pada
saat BPJS Ketenagakerjaan beroperasi, badan tersebut akan melaksanakan tugas-tugas yang
telah diamanatkan, diantaranya:
Pemasaaran PT. Jamsostek (Persero) pada saat ini. Oleh karena itu Bidang Pemasaran PT
Jamsostek (Persero) yang menjadi leading department memiliki role untuk menjadi
penggerak utama dalam masa transisi ini. Sehingga optimalisasi kegiatan kerja pada saat ini
perlu dilakukan, antara lain:
1. Sosialisasi kepada Tenaga Kerja Formal
Diperkirakan hanya 25-30% dari seluruh pekerja formal yang terlindungi program
Jaminan Sosial. Mental-block sebagian pekerja yang beranggapan bahwa mengikuti
program Jamsostek akan mengurangi upah yang mereka terima pun harus diluruskan.
Ketidaktahuan itu menyebabkan mereka enggan menjadi peserta Jamsostek. Oleh
karena itu Sosialisasi kepada Perusahaan Wajib Belum Daftar (PWBD) dan
Perusahaan Potensi harus semakin gencar dilaksanakan agar mereka memahami
program Jaminan Sosial serta program-program yang akan dijalankan oleh BPJS
Ketenagakerjaan.
2. Sosialisasi kepada Tenaga Kerja Informal
Pada saat ini semakin banyak pula masyarakat pekerja informal yang telah
mengetahui program Jamsostek melalui media publik dan komunikasi antar sesama
pekerja informal yang telah menjadi peserta Jamsostek Program Perorangan (TKO)
maupun TK-LHK (Tenaga Kerja-Luar Hubungan Kerja). Namun menyongsong BPJS
Ketenagakerjaan, sektor ini tidak boleh luput dari pengawasan bidang Pemasaran PT.
Jamsostek (Persero). Dengan kata lain, pelaksanaan sosialisasi kepada kelompok ini
pun wajib diselenggarakan.
3. Pelaksanaan Kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan Institusi Terkait
Pengawasan terhadap PWBD, Perusahaan Potensi, Perusahaan Daftar Sebagian
Tenaga Kerja (PDS-TK), PDS-Upah, dsb masih merupakan tugas dan wewenang
Law-Enforcement Dinas Tenaga Kerja di daerah dimana Kantor Cabang tersebut
berada. Oleh karena itu, harmonisasi hubungan dengan instansi terkait di daerah
penting dilakukan. Pada saat ini pula PT. Jamsostek (Persero) dan instansi terkait bisa
menyampaikan informasi bahwa Law-Enforcement akan berpindah ke BPJS
Ketenagakerjaan pada saat badan tersebut mulai menjalankan tugasnya.
4. Pelaksanaan Program JPK Termasuk Penambahan Peserta Baru Sampai Dengan
Beroperasinya BPJS Kesehatan.
Tidak dipungkiri bahwa masa
transisi
penyelenggaraan
program
Jaminan
Kesehatan serta tetap melaksanakan Program JKK, JKM, dan JHT termasuk coverage
Penambahan Peserta Baru sampai Beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan.
5. Registrasi Data dan Her-Registrasi
Dalam proses menuju BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan akan mutlak
diperlukan data yang benar-benar valid dan sesuai agar seluruh warga negara
Indonesia dapat terlindungi program yang diluncurkan oeh BPJS Kesehatan dan
seluruh pekerja dan keluarga mereka dapat terlindngi oleh manfaat program BPJS
Ketenagakerjaan. Disinilah permasalahan mucul ketika validitas data tidak sesuai
dengan yang dimiliki peserta Jamsostek pada saat ini. Beberapa data dan profil tenaga
kerja yang tidak valid dan tidak lengkap. Kecenderungan ini disebabkan karena
pelaporan data tenaga kerja yang hanya melaporkan nama, tanggal lahir, dan upah
tenaga kerja. Padahal pada saat BPJS Kesehatan resmi beroperasi pada 1 Januari 2014
akan dibutuhkan data valid sesuai ketentuan query yang ada di Sistem Informasi
Pelayanan Terpadu (SIPT) Online PT. Jamsostek (Persero) yakni, Nama, Tempat
Lahir, Tanggal Lahir, Golongan Darah, Nomor Identitas, Masa Berlaku Identitas,
Nama Ibu Kandung dan Alamat yang sesuai dengan Kartu Identitas serta anggota
keluarga yang dimiliki jika tenaga kerja telah berkeluarga. Oleh karena itu pada saat
ini gencar dilaksanakan Her-Registrasi data tenaga kerja sehingga perpindahan data
dari PT. Jamsotek kepada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dapat dengan
mudah dilakukan.
Pada kasus lain, ada beberapa tenaga kerja sudah mempunyai Kartu Peserta Jamsostek
(KPJ), dari perusahaan sebelumnya mereka bekerja tetapi tidak melampirkan nomor
KPJ tersebut pada saat mendaftar kerja di perusahaan baru tempat mereka bekerja;
serta pengaruh proses mutasi tenaga kerja, baik dari perusahaan yang sama ataupun
dari perusahaan yang baru dimana pada saat pendaftaran ulang tidak dilaporkan
kepemilikan KPJ tenaga kerjanya yang menyebabkan kepesertaan ganda maupun
lebih dari 2 KPJ yang dimiliki oleh seorang pekerja. Inilah yang dikhawatirkan
mempengaruhi jmlah riil data yang harus dicakp dan dilindungi oleh BPJS Kesehatan
maupn BPJS Ketenagakerjaan. Maka dari itu tertib administrasi pun harus dijalankan
dengan sebaik-baiknya untuk tercapainya validitas data kepesertaan Jamsostek, yakni
1 pekerja 1 KPJ.
Dengan melakukan optimalisasi pada kegiatan-kegiatan tersebut diatas maka akan
dapat terselesaikan masalah kurangnya pemahaman tentang perubahan program dan manfaat
BPJS Ketenagakerjaan melalui Sosialisasi yang dilakukan oleh Bidang Pemasaran, peserta
dapat memahami betul pentingnya tertib administrasi dan tertib iuran sehingga secara
otomatis akan terhindar dari kasus-kasus Iuran Belum Rinci dan Suspend Accountserta
tercapainya data yang valid yang akan dimiliki oleh BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
PT. Jamsostek (Persero) dihadapkan pada proses transformasi bisnis yang bertujuan
untuk menjaga keselarasan dan kinerja perusahaan meningkat karena adanya perlindungan
yang menyeluruh dimana semua warga negara Indonesia akan memahami betul apa itu
Jaminan Sosial, bagaimana mendapatkan Jaminan Sosial, sehingga tercipta ketenangan dalam
bekerja dan dapat meningkatkan kinerja para pekerja itu sendiri karena kapanpun dan
dimanapun mereka telah terlindungi Program Jaminan Sosial oleh BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Dengan demikian dapat memperkuat eksistensi perusahaan sebagai BPJS
Handal dan berlkelas dunia (World Class Corporate).
Untuk menjadikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia,
terpercaya, bersahabat dan unggul dalam operasional dan pelayanan,
tentunya perlu
Profesional
Teladan
Integritas
Kerja sama
: Kerjasama, kompak
Open Mind
Pession
Action
: Melakukan Eksekusi
Sense Of Belong
terserlenggaranya memberikan jaminan Kebutuhan dasar Hidup yang layak bagi setiap
peserta dan/atau anggota keluarganya. Dengan filosofi BPJS kebutuhan dasar hidup yaitu
kebutuhan essential setiap orang agar dapat hidup layak demi terwujudnya kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .
10
Nama Lengkap
Rostina
Jenis Kelamin
Perempuan
Agama
I S LAM
Alamat
Pendidikan
Strata Satu
Jurusan Ekonomi Managemen
No HP
085298988836
rostina.rose@yahoo.co.id
Hobby
ii