2)
3)
4)
E. Diagnosis
1. Palpasi
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan punggung dikiri atau kanan.
2. Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
Ddj X
djj X
3. Pemeriksaan dalam
Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang kadang kaki (pada letak kaki)
Bedakan antara :
Lubang kecil
- Mengisap
Tulang (-)
- Rahang
Mulut
Isap (-)
Anus
- Lidah
Mekoneum (+)
Tumit
Sudut 90 0
Rata jari jari
Patella
Poplitea
Kaki
- Jari panjang
- Tidak rata
- Patella (-)
Lutut
A. Patofisiologi
Tangan siku
B.
Penatalaksanaan
1. Sewaktu Hamil
Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi dengen versi luar.
Tehnik :
a. Sebagai persiapan :
1) Kandung kencing harus dikosongkan
2) Pasien ditidurkan terlentang
3) Bunyi jantung anak diperiksa dahulu
4) Kaki dibengkokan pada lutu dan pangkal paha supaya dinding perut kendor.
b.
Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu
c.
Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain sehingga
badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar.
d.
Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran hendaknya
kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah perut
anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak diperiksa lagi dan
kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.
e.
Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.
2. Pimpinan Persalinan
a. Cara berbaring :
Litotomi sewaktu inpartu
Trendelenburg
b. Melahirkan bokong :
Mengawasi sampai lahir spontan
Mengait dengan jari
Mengaik dengan pengait bokong
Mengait dengan tali sebesar kelingking.
c. Ekstraksi kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara vaginal
atau abdominal (seksio sesarea)
3. Cara Melahirkan Pervaginam
Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya) dan
manual aid (manual hilfe)
Waktumemimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :
Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit
ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi
kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
Fase II : fase untuk bertindak cepat.
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul,
maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat
dilakukan manual aid
C.
Prognasis
1. Bagi ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar,juga karena dilakukan tindakan, selain itu
ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
2. Bagi anak :
Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir
dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita
asfiksia.
Oleh karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus dilakukan dalam waktu
8 menit.
G. Proses Keperawatan Ibu Dengan Letak Sungsang
1. Pengkajian
a. Aktifitas / Istirahat :
(Rasional : Mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat
ketidaknyamanan.
3) Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi bila perlu
(Rasional : Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,yang memperberat
nyeri dan menghambat kemajuan persalinan)
4)
Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage,gosokan punggung, sandaran bantal, pemberian
kompres sejuk, pemberian es batu)
(Rasional : Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping
dan kontrol klien)
5) Anjurkan dan bantu klien dalamperubahan posisi dan penyelarasan EFM
(Rasional : Mencegah dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi)
6) Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi terjadi
(Rasional : Menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan
kontraksi,memungkinkan klien tetap fokus)
Kriteria Evaluasi :
Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan
kanyamanan
Tampak rileks diantara kontraksi
Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
b. Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada penurunan
janin
Intervensi :
1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi
(Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan
diagnostik, dan intervensi yang tepat)
2)
Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat sebelum awitan
persalinan
(Rasional : Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder atau mungkin akibat
dari persalinan lama)
3) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
(Rasional : Disfungsi kontraksi memperlama persalinan,meningkatkan risiko komplikasi
maternal / janin)
4) Catat penonjolan , posisi janin dan presentasi janin
(Rasional : Indikator kemajuan persalinan ini dapat mengidentifikasi timbulnya penyebab
persalinan lama)
5)
Tempat klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan ambulasi sesuai
toleransi
(Rasional : Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus dapat memperbaiki pola hipertonik.Ambulasi
dapat membantu kekuatan grafitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks)
6) Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen.
(Rasional : Oksitosin perlu untukmenambah atau memulai aktifitas miometrik untuk pola uterus
hipotonik)
7) Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi,untuk malposisi
(Rasional : Melahirkan sesaria diindikasikan malposisi yang tidak mungkin dilahirkan secara
vagina)
Kriteria Evaluasi :
Tidak terdapat cedera pada ibu
c. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
Intervensi :
1)
Kaji DDJ secara manual atau elektronik,perhatikan variabilitas,perubahan periodik dan
frekuensi dasar.
(Rasional : Mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang berlebih lebihan, bradikardi
& takikardi, yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis)
2)
Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan
intrauterus bila tersedia
(Rasional : Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu oksigenasi
dalam ruang intravilos)
3)
Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus.beritahu dokter bila frekuensi 2 menit
atau kurang
(Rasional : Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidakmemungkinkan oksigenasi
adekuat dalam ruang intravilos)
4) Siapkan untuk metode melahirkanyang paling layak, bilabayi dalam presentasi bokong
(Rasional : Presentasi ini meningkatkan risiko , karena diameter lebih besar dari jalan masuk ke
pelvis dan sering memerlukan kelahiran secara seksio sesaria)
5)
Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi klien dengan
PKA
(Rasional : Risiko cedera atau kematian janin meningkat dengan malahirkan pervagina bila
presentasi selain verteks)
Kriteria Evaluasi :
Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi lambat
d. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
Intervensi Keperawatan :
1)
Tentukan kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi /
penonjolan
(Rasional : Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien
untuk mengatasi atau mengatur kontraksi)
2) Kenali realitaskeluhan klien akan nyeri /ketidaknyamanan
(Rasional : Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak
dikenali sebagai masalah disfungsional)
3) Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya frustasi
(Rasional : Ansietas yang berlebihan meningkatkan aktifitas adrenal /pelepasan
katekolamin,menyebabkan ketidak seimbangan endokrin,kelebihan epinefrin menghambat
aktifitas miometrik)
4) Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi
(Rasional : Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping)
5)
Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.Anjurkan penggunaan tehnik
relaksasi dan pernafasan yang dipelajari
(Rasional : Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan , dan membantu klien mengatasi
HIDROCEFALUS
D. Pengertian
1.
Hidrocefalus adalah berlebihnya produksi cairan serebrospinal dalam susunan ventrikel dan
atau dalam ruang subarakhnoid.
2.
Hidrocefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah tekanan intrakranial meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruang tempat mengalirnya (Ngastiyah, 97).
E.
Penyebab
1.
Kelainan bawaan
a.
Stenosis Akuaduktus Sylvii
b.
Spina bifida dan kranium bifida
Berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula
oblongata dan serebelum dimana letaknya lebih rendah dari foramen magnum.
c.
Sindrom Dandy-Walker
Atresia kongenital foramen luscha dan mangendie dengan akibat hidrocepalus obstruktif dengan
pelebaran sistem ventrikel.
d.
Kista Arakhnoid
Dapat terjadi secara kongenital atau oleh karena trauma sekunder atau karena suatu hematom.
e.
Anomali pembuluh darah
2.
Infeksi
Akibat dari infeksi dapat terjadi perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruang
subarakhnoid.
3.
Neoplasma
Hidrocefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi disetiap tempat aliran cairan serebrospinal.
4.
Perdarahan
Terjadi perdarahan dalam otak sebelum atau sesudah lahir yang dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak.
F.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
G. Patofisiologi
H. Penatalaksanaan
1.
Medik
Ada tiga prinsip pengobatan hidrocefalus
a.
Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak sebagian pleksus koroidalis.
b.
Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal dengan tempat absorpsi
(ventrikulosisternostomi).
c.
Pengeluaran cairan serebrospinal dengan tehnik drainase (holter valve)
2.
Keperawatan
Pasien hidrocefalus memerlukan perawatan khusus karena adanya kerusakan saraf yang
menimbulkan gangguan kesadaran, pada keadaan lanjut bisa menyebabkan gangguan fungsi vital.
a.
Gangguan neurologis
Dalam keadaan kejang pasien diberikan cairan infus dextrose 5% atau 10% dan NaCl 0,9%.
Pemberian makanan dilakukan dengan pemasangan sonde, sedangkan pemberian minuman dapat
dilakukan dengan menggunakan dot atau sendok secara bergantian.
b.
Risiko dekubitus
Karena ukuran kepala membesar, maka pergerakan kepala terbatas yang menyebabkan posisi
kepala tidak berubah atau susah untuk dirubah maka dipertimbangkan pemberian bantal lembut
dan memperhatikan agar kulit kepala tetap kering. Buatkan bantal yang berbentuk cincin . apabila
kepala sudah mulai memerah maka harus lebih sering dirubah.
c.
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Orang tua diberi penjelasan bahwa penyakit ini susah untuk sembuh dan pengobatannya sangat
sukar untuk sembuh. Perlu juga dijelaskan bahwa kemungkinan akan terjadi gangguan
perkembangan.
TANGGAL, 26 1 2004
DOSEN : Hj. SURAIDAH, SKM, MN.Sc.
OLEH :
FATWA M. AR. BILAKONGA
NIM. C 120 02 056
NERS B 2002
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2004
TANGGAL 23 8 2003
LAPORAN PENDAHULUAN
LETAK SUNGSANG
OLEH
SUPIRNO
NIM. C 120 03 006
NERS B 2003
Berbagi
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Foto Saya
haeril anwar
tunggu tgl mainx
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.