Anda di halaman 1dari 19

Kata Pengantar

Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas
mengenai peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pengembangan kehidupan
demokrasi di Indonesia.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekeurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik konstruktif dari
pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Saya juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Pontianak, Januari 2015

Penulis

Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar ........................................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
Bab 2 Pembahasan
2.1.

Pengertian
Demokrasi..................................................................................4

2.2.

Kehidupan Demokrasi di Indonesia Saat Ini dan Hasil Positif dan


Negatif Pelaksanaan Demokrasi di
Indonesia...........................................................6

2.3.

Peran

Mata

Mengembangkan

Kuliah

Pendidikan

Kewarganegaraan

Demokrasi

Dalam
di

Indonesia. ............................................................................10
Bab 3 Penutup
3.1.

Kesimpulan.................................................................................................14

3.2.

Saran. .........................................................................................................15

Daftar Pustaka........................................................................................................16

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia bisa dikatakan telah melalui 3 era pemerintahan selama 69
tahun Indonesia merdeka. Ketiga era itu adalah era pemerintahan Orde Lama
(1945-1965) yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, era Orde Baru (1966-1998)
yang dpimpin oleh Presiden Soeharto, dan terakhir era Reformasi (1998sekarang).
Baru pada era Reformasi inilah demokrasi mendapat perhatian dan
dijunjung tinggi dalam menjalankan pemerintahan. Kebijakan reformasi ini
berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batang tubuhnya) karena
dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era
Orde Baru.
Amandemen

UUD

1945,

terutama

yang

berkaitan

dengan

kelembagaan negara, khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian


kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan
sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang
dilaksanakan dibandingkan dengan model Demokrasi Pancasila di era Orde
Baru. Dalam masa pemerintahan Presiden Habibie inilah muncul beberapa
indikator kedemokrasian di Indonesia. Pertama, diberikannya ruang kebebasan
pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan.
Kedua, diberlakunya sistem multi partai dalam pemilu tahun 1999.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah
Demokrasi Pancasila, tentu saja dengan karakteristik yang berbeda dengan Orde
Baru. Pertama, Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari
yang sebelumnya. Kedua, rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan
pusat sampai pada tingkat desa. Ketiga, pola rekruitmen politik untuk pengisian
jabatan politik dilakukan secara terbuka. Keempat, sebagian besar hak dasar bisa
terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat.
Sudah 17 tahun rakyat Indonesia melaksanakan kehidupan bernegara
yang demokratis. Dan sekarang kita dapat mulai melihat apa hasil dari proses

demokrasi yang telah kita lakukan selama 17 tahun ini. Apakah demokrasi telah
menjadikan Indonesia negara yang lebih baik? Ataukah demokrasi telah
membawa dampak buruk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini?
Perkembangan demokrasi di Indonesia memang cukup baik, namun
perkembangan ini juga diikuti berbagai persoalan yang menodai proses demokrasi
itu sendiri. Persoalan korupsi, tata kelola pemerintahan yang buruk, birokrasi yang
sulit, penegakan hukum yang berat sebelah, anarkisme lebih dipliih daripada
berdialog, dan masih adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia merupakan tanda
dari demokrasi yang tidak sehat.
Demokrasi sejatinya sudah kita pelajari dari kecil dimana kita terbiasa
mempelajarinya dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi sekolah mulai Sekolah
Dasar sampai Perguruan Tinggi. Sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa di setiap jenis, jalur
dan jenjang pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan Bahasa, Pendidikan
Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Bagaimanakah

pendidikan

kewarganegaraan

berperan

dalam

pembangunan dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia tentu dapat terjawab jika


kontribusi yang diberikan pendidikan kewarganegaraan berhasil mengarahkan
generasi muda saat ini untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan demokrasi
secara sehat. Oleh karena itu, sangat diperlukan sebuah pemahaman mengenai
demokrasi itu sendiri dan memberikan jalan bagi pengembangan demokrasi
melalui Pendidikan Kewarganegaraan guna pelaksanaan demokrasi yang
berkelanjutan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan demokrasi?
2. Bagaimana kehidupan demokrasi di Indonesia saat ini dan apa saja hasil
positif dan negatif pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
3. Apa peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan demokrasi
di Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Memahami arti demokrasi.
2. Mengetahui pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada saat ini.
3. Mengetahui peran Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dalam
mengembangkan demokrasi di Indonesia.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.

Pengertian Demokrasi
Menurut etimologi/bahasa, demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu

dari demos = rakyat dan cratos atau cratein = pemerintahan atau kekuasaan.
Demokrasi berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Oleh karena itu
dalam sistem demokrasi rakyat mendapat kedudukan penting didasarkan adanya
rakyat memegang kedaulatan.
Abraham Lincoln memberikan pengertian demokrasi government of
the people, by the people, and for the people. (pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat).
Menurut C.F. Strong, Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di
mana mayoritas anggota dewan dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar
sistem perwakilan yang menjamin pemerintah akhirnya mempertanggung
jawabkan tindakan-tindakannya pada mayoritas tersebut.
Menurut Hans Kelsen, Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat
dan untuk rakyat. Yang melaksanakan kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat
yang terpilih. Dimana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan
kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara.
Selanjutnya menurut Merriam, Demokrasi dapat didefinisikan sebagai
pemerintahan oleh rakyat; khususnya, oleh mayoritas; pemerintahan di mana
kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan dilakukan oleh mereka baik langsung
atau tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang biasanya dilakukan
dengan cara mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik; rakyat
umum khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi
kelas atau privelese berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan.
Menurut International Commission of Jurist, Demokrasi adalah suatu
bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik
diselenggarakan oleh warga Negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka
dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang
bebas.

Samuel Huntington menyatakan Demokrasi ada jika para pembuat


keputusan kolektif yang paling kuat dalam sebuah sistem dipilih melalui suatu
pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan di dalam sistem itu para calon
bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk dewasa
dapat memberikan suara.
Koentjoro Poerbopranoto mendefinisi Demokrasi adalah sebuah
sistem dimana rakyat ikut berpartisipasi secara aktif dalam pemerintahan negara.
Menurut Sidney Hook, Demokrasi adalah bentuk pemerintahan
dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat
dewasa.
Menurut Joseph A.Schmeter, Demokrasi meletakkan rakyat sebagai
pihak yang ikut serta dalam perencanaan-perencanaan yang dilakukan
penyelenggara negara untuk mencapai keputusan politik dimana rakyat yang
terdiri dari beberapa individu tersebut mempunyai wewenang dalam memutuskan
perjuangan rakyatnya.
Sebuah demokrasi menurut Robert A. Dahl idealnya memiliki :
1) Persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat,
2) Partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua warga negara
dalam proses pembuatan keputusan secara kolektif,
3) Pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang
untuk memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan
secara logis,
4) Kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya kekuasaan eksklusif bagi
masyarakat untuk menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus
diputuskan melalui proses pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan
itu pada orang lain atau lembaga yang mewakili masyakat, dan
5) Pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat yang tercakup semua orang dewasa
dalam kaitannya dengan hukum.
2.2.

Kehidupan Demokrasi di Indonesia Saat Ini dan Hasil Positif dan


Negatif Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia sekarang ini ditandai dengan berbagai


peristiwa baik peristiwa yang menggembirakan dan juga peristiwa yang justru
menjadi sejarah kelam dalam pelaksanaan demokrasi. Beberapa hasil positif dari
pelaksanaan demokrasi saat ini adalah:

Pelaksanaan Pemilu. Pemilihan umum dilakukan dalam rangka pemilihan


presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI,DPD, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota, juga dalam pemilihan kepala daerah. Pemilihan
presiden dan wakil presiden pada tahun 2004 menjadi tonggak sejarah karena
merupakan pertama kalinya rakyat Indonesia dapat memilih presiden wakil dan
wakil presiden secara langsung. Rakyat diberikan kesempatan untuk
berpartisipasi, sehingga dapat menjadikan rasa memiliki negaranya lebih kuat.

Adanya kebebasan media massa/pers tanpa ada rasa takut untuk dicabut izin
penerbitannya. Pers yang bebas merupakan salah satu komponen yang paling
esensial

dari

masyarakat

yang

demokratis,

sebagai

prasyarat

bagi

perkembangan sosial dan ekonomi yang baik. Keseimbangan antara kebebasan


pers dengan tanggung jawab sosial menjadi sesuatu hal yang penting. Hal yang
pertama dan utama, perlu dijaga jangan sampai muncul ada tirani media
terhadap publik.

Diberikan ruang dan gerak lebih luas untuk mendirikan partai politik yang
memungkinkan berkembangnya multipartai melalui Undang-undang Nomor 2
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai
Politik. Tidak seperti selama masa Orde Baru dimana partai-partai politik
dipangkas hingga hanya terdapat 3 partai dan setiap dilakukan Pemilu dapat
dipastikan pemenangnya adalah Golongan Karya. Sedangkan pada masa
demokrasi dengan begitu banyak partai politik yang berpartisipasi, pemilu
benar-benar merupakan persaingan terbuka yang tidak dapat kita tebak siapa
pemenangnya.

Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN, berwibawa


dan bertanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaran Negara yang Bersih dan Bebas KKN

misalnya dengan pendirian Komisi Pemberantasan Korupsi, penegakan hukum


terhadap pemegang jabatan pemerintahan yang melanggar hukum.

Lembaga legislatif dan organisasi sosial politik sudah mempunyai keberanian


untuk melakukan fungsi kontrol terhadap ekskutif. Misalnya dengan
memanggil Presiden atau Menteri ke Rapat DPR untuk ditanyai mengenai
penerapan suatu kebijakan sehingga fungsi check and balance berjalan.

Adanya pembatasan masa jabatan presiden, yaitu jabatan presiden paling lama
adalah 2 periode masa kepemimpinan. Pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen
itu berbunyi begini: "Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya
selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Pasal inilah
yang menjadi celah hukum dimana pada masa Presiden Soekarno dan
Soeharto, keduanya mencoba mengakali pasal itu sehingga bisa terus-terusan
terpilih menjadi presiden tanpa batasan masa jabatan yang dapat memunculkan
pemerintahan otoriter yang mengekang kehidupan demokratis di Indonesia.

Program kerja pemerintah dapat selalu kita pantau agar sesuai dengan
keinginan dan suara hati rakyat.

Kebebasan menyampaikan pendapat dimuka umum dengan cara melakukan


demonstrasi, mimbar bebas, pawai, dan rapat umum. Melalui jalur ini,
masyarakat dapat memberikan kritik atas kebijakan-kebijakan pemerintah
Selain dampak positif, pelaksanaan demokrasi juga memiliki dampak

negatif. Dampak negatif pelaksanaan demokrasi di Indonesia adalah :

Terjadinya aksi anarkis dalam proses menyampaikan pendapat. Sering kita lihat
berita-berita di media cetak maupun elektronik yang memberitakan
demonstrasi yang berakhir anarkis baik dengan menyerang petugas kepolisian
yang mengawal demonstrasi maupun pengrusakan sarana publik oleh
demonstran.

Kebebasan

pers

masa reformasi

terkadang

terlewat batas. Terdapat

ketidakseimbangan antara keinginan masyarakat dengan kepentingan pers. Pers


cenderung menampilkan sesuatu yang berbau komersil dan hanya memikirkan
keuntungan perusahaan. Berita yang disajikan terkadang tidak objektif. Tidak

hanya itu, pers juga terkadang melanggar kode etik nya sendiri. Norma dan
nilai yang ada di masyarakat diabaikan. Dalam pencarian berita pun pers sering
meniadakan kesopan santunan. Pers tidak lagi menghargai privatisasi sumber
berita. Sebagai contoh, pers seharusnya fokus hanya pada masalah masalah
yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat, seperti kebijakan
pemerintah, akan tetapi pers menambahkannya dengan urusan pribadi sumber
berita.

Pemilihan umum diwarnai dengan politik uang, kampanye hitam, dan


kecurangan lain yang justru menodai proses demokrasi.

Terpecahnya masyarakat pada saat masa kampanye Pemilu seperti yang terjadi
pada Pemilihan Presiden 9 Juli 2014 lalu dimana masyarakat seakan-akan
terpecah menjadi 2 kubu yaitu kubu Jokowi dan kubu Prabowo. Bahkan
perpecahan bukan hanya terjadi di kalangan masyarakat, tetapi juga terjadi di
Dewan Perwakilan Rakyat yang terbagi menjadi Koalisi Merah Putih
(gabungan partai pendukung Prabowo) dan Koalisi Indonesia Hebat (gabungan
partai pendukung Jokowi).

Semakin maraknya kasus korupsi oleh para pejabat, seperti kasus korupsi yang
menjerat Angelina Sondakh, Nazaruddin, Andi Mallarangeng, Annas Maamun,
Jero Wacik, dll. Ini menunjukkan bahwa para pejabat ini tidak memikirkan
nasib rakyat padahal mereka dipilih dan digaji oleh rakyat.

Para wakil rakyat di DPR tidak lagi mewakili rakyat melainkan menjadi wakil
partai sehingga proses demokrasi yang seharusnya dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat tidak berjalan lancar yang akhirnya justru menghambat
pembangunan nasional.

Masih adanya pembiaran pelanggaran Hak Asasi Manusia seperti yang terjadi
di Mesuji.
Dalam perjalanannya selama 17 tahun, demokrasi Indonesia masih

berkutat dalam demokrasi prosedural melalui pemilu dan pemilukada yang


reguler, parpol yang begitu banyak, dan lembaga perwakilan yang koruptif.

Demokrasi prosedural dalam kenyataannya diwarnai banyak ekses dan


konsekuensi yang tidak diharapkan. Pada segi lain, demokrasi substantif masih
jauh daripada terwujud dan fungsional dalam realitas politik sehari-hari.
Karena itu, demokrasi Indonesia masih perlu konsolidasi lebih lanjut.
Pertama, konsolidasi lembaga-lembaga demokrasi, misalnya, dengan penciptaan
keseimbangan kekuasaan lebih baik di antara legislatif dengan eksekutif, dan
bahkan yudikatif. Kecenderungan legislative heavy yang terjadi sejak masa pascaPemilu 1999 hingga sekarang mesti dikembalikan pada ekuilibriumnya.
Pada saat yang sama, perlu penyederhanaan dan penguatan parpol.
Parpol yang terlalu banyak hanya menghasilkan friksi, kontestasi politik tanpa
akhir, yang menjadikan parpol, lembaga legislatif, dan eksekutif saling
menyandera. Akibatnya, tugas dan tanggung jawab kepemerintahan tidak dapat
dieksekusi dengan baik. Setiap parpol lebih tertarik pada kepentingan partisan
masing-masing yang ingin mereka peroleh dengan cara-cara pragmatis dan
oportunistis.
Beriringan dengan itu adalah penguatan dan pemberdayaan lembagalembaga penegak hukum dan birokrasi agar dapat menjalankan fungsi serta tugas
secara netral dan imparsial. Politisasi dan manipulasi lembaga penegak hukum
dan birokrasi yang mengakibatkan distorsi harus dihentikan agar mereka dapat
menjalankan tugas penegakan hukum dan perbaikan kesejahteraan warga.
Tak kurang pentingnya adalah penguatan budaya politik demokrasi.
Sampai sekarang, elite politik tidak menunjukkan komitmen pada democratic
political behaviour. Mereka umumnya hanya siap menang dalam pemilu atau
pemilukada. Jika kalah, mereka menempuh cara tidak demokratis dengan
mengerahkan massa melakukan pelanggaran hukum dan ketertiban dan perusakan
fasilitas publik.
Akhirnya, konsolidasi demokrasi hanya bisa berhasil dengan
kepemimpinan integritas, visioner, dan desisif sejak dari tingkat atas sampai ke
level bawah. Kepemimpinan tanpa integritas, hipokritikal, lemah, dan koruptif
membuat demokrasi terlihat lemah pula dan dapat gagal mewujudkan janjijanjinya.

2.3.

Peran

Mata

Kuliah

Pendidikan

Kewarganegaraan

Dalam

Mengembangkan Demokrasi di Indonesia


Menurut Azyumardi Azra, Pendidikan kewarganegaraan adalah
pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi,
lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara
serta proses demokrasi.
Menurut Zamroni, Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis
dan bertindak demokratis.
Merphin Panjaitan menyatakan Pendidikan kewarganegaraan adalah
pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi
warganegara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang
dialogial.
Menurut Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan kewarganegaraan adalah
suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana seseorang
mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan
memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan political
participationserta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional.
Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi berupaya menanamkan sikap kepada mahasiswa sebagai calon intelektual
dan penerus cita-cita bangsa agar :
1. Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa cinta tanah air
sebagai perwujudan warga negara Indonesia yang bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
2. Memiliki wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat
Indonesia sehingga mampu berkomunikasi baik dalam rangka meperkuat
integrasi nasional.

10

3. Memiliki wawasan, kesadaran dan kecakapan dalam melaksanakan hak,


kewajiban, tanggung jawab dan peran sertanya sebagai warga negara yang
cerdas, trampil dan berkarakter.
4. Memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta
kewajiban dasar manusia sehingga mampu memperlakukan warga negara
secara adil dan tidak diskriminatif.
5. Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang demokratis
dengan berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi yang bersumber pada
Pancasila.
6. Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku yang mendukung
ketahanan nasional Indonesia serta mampu menyesuaikan dirinya dengan
tuntutan perkembangan zaman demi kemajuan bangsa.
Sesungguhnya banyak manfaat yang bisa diambil dari pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Pertama adalah untuk mengetahui hak dan
kewajiban sebagai warga negara yang akhirnya dapat menempat diri pada posisi
yang tepat sebagai warga negara. Setelah mengetahui dan mengerti kewajiban
yang harus dilakukan dan hak yang mesti didapatkan, maka sebagai warganegara
yang baik dapat menjalankan perannya dengan penuh rasa tanggung jawab sesuai
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta menuntut hak hak yang
mungkin belum terpenuhi sebagai warga negara. Setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban yang sama satu sama lainnya tanpa terkecuali. Persamaaan
antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai kecemburuan
sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan kehidupan.
Manfaat

yang

kedua

adalah

dengan

mempelajari

pelajaran

kewarganegaraan dapat dijadikan motivasi untuk memiliki sifat nasionalisme dan


patriotisme yang tinggi. Artinya setelah mengerti peran dan keadaan negara,
seharusnya menjadi warga negara yang lebih cinta pada tanah air dan baangsa
serta rela berkorban demi bangsa dan negara. Dengan mempelajari Pendidikan
kewarganegaraan dapat memperkuat keyakinan kita terhadap Pancasila sebagai
ideologi negara dan mengamalkan semua nilai nilai yang terkandung di
dalamnya. Disadari atau tidak, dasar negara Pancasila mempunyai nilai nilai

11

luhur termasuk nilai moral kehidupan. Nilai moral tersebut seharusnya menjadi
pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku.
Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap
mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini
disertai perilaku yang:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta menghayati nilainilai falsafah bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan
bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.
Melalui pendidikan Kewarganegaraan , warga negara Republik
indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisa, dan menjawab masalahmasalah yang di hadapi oleh masyarakat , bangsa dan negaranya secra konsisten
dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di
gariskan dalam pembukaan UUD 1945.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di Indonesia, peran
pendidikan sangat besar, karena melalui pendidikan maka pengetahuan dan
pemahaman kesadaran demokrasi warga Negara dapat ditingkatkan. Selama ini
demokrasi berjalan sesuai dengan persepsi dan intepretasi masing-masing. Oleh
karena itu dalam perjalanannya demokrasi menyimpang dari jalan atau jalur yang
sebenarnya. Kebanyakan orang menyebut demokrasi kebablasan.
Untuk

mendidik warga Negara yang baik guna menjamin

terwujudnya masyarakat demokratis, pendidikan demokrasi mutlak diperlukan.


Pendidikan

mengenai

demokrasi

yang

diajarkan

dalam

pendidikan

kewarganegaraan bertujuan untuk membangun kesadaran peserta didik akan hak


dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakannya secara
demokratis dan beradab serta mampu berpikir kritis dan berperilaku demokratis.
Melalui Pendidikan Kewarganegaran, peserta didik akan mampu memahami

12

proses demokrasi, serta berperan aktif dalam mengembangkan demokrasi di


Indonesia.

13

BAB 3
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Abraham Lincoln memberikan pengertian demokrasi government of

the people, by the people, and for the people. (pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat). Oleh karena itu dalam sistem demokrasi rakyat
mendapat kedudukan penting didasarkan adanya rakyat memegang kedaulatan.
Indonesia sendiri telah menerapkan demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Beberapa hasil positif dari pelaksanaan demokrasi saat
ini adalah pelaksanaan pemilu, dijaminnya kebebasan pers, kebebasan
menyampaikan pendapat, pemberlakuan sistem multipartai, dll. Namun dampak
negatif demokrasi yang kebablasan juga dapat kita lihat seperti anarkisme
massa saat melakukan demonstrasi, pers yang tidak lagi objektif dalam
memberitakan sesuatu dikarenakan masia massa umumnya dimiliki oleh para
politisi, politik uang dalam penyelenggaraan pemilu, dll.
Pendidikan Kewarganegaraan memegang peranan penting dalam
memperkuat keyakinan kita terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan
mengamalkan semua nilai nilai yang terkandung di dalamnya, termasuk dalam
penerapan di bidang demokrasi.
Untuk

mendidik warga Negara yang baik guna menjamin

terwujudnya masyarakat demokratis, pendidikan demokrasi mutlak diperlukan.


Pendidikan

mengenai

demokrasi

yang

diajarkan

dalam

pendidikan

kewarganegaraan bertujuan untuk membangun kesadaran peserta didik akan hak

14

dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakannya secara


demokratis dan beradab serta mampu berpikir kritis dan berperilaku demokratis.
Melalui Pendidikan Kewarganegaran, peserta didik akan mampu memahami
proses demokrasi, serta berperan aktif dalam mengembangkan demokrasi di
Indonesia.
3.2.

Saran
Melihat perilaku masyarakat saat ini, Pendidikan Kewarganegaraan

memegang poin penting dalam mengajarkan pada masyarakat luas, khususnya


generasi muda, mengenai kehidupan demokrasi yang baik dan sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945 itu seperti apa. Jangan sampai demokrasi yang
diterapkan justru semakin kebablasan hingga dapat memecah kesatuan NKRI.
Generasi muda hendaknya mampu menciptakan kehidupan demokrasi
yang lebih baik dimasa depan melalui pemahaman dan pembelajaran yang telah
diajarkan melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
Saran kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan,
menggali dan mengkaji lebih dalam tentang bagaimana demokrasi yang sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945 dan juga tidak lagi menganggap remeh
pelajaran/mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

15

Daftar Pustaka
Azra, Azyumardi, 2008, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education):
Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta, Prenada
Media Group.
.
Sumarsono, S, dkk, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, PT Gramedia
Pustaka Utama.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0CC
EQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.academia.edu
%2F6462730%2FPengertian_Demokrasi_Menurut_Para_Ahli&ei=TlayVNzGGca
cugSE54HwAQ&usg=AFQjCNE9CbIRlNZRikSdMHLN15PExgC3A&bvm=bv.83339334,d.c2E diunduh pada 9 Januari 2015

16

Anda mungkin juga menyukai